Bab Ii Kajian Pustaka: Dicetak Pada Tanggal 2020-11-29 Id Doc: 589c885781944dbf0f494286
Bab Ii Kajian Pustaka: Dicetak Pada Tanggal 2020-11-29 Id Doc: 589c885781944dbf0f494286
Id Doc: 589c885781944dbf0f494286
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
religi, moral, sosial, budaya, dan sebagainya, baik yang bertolak dari pengungkapan
tersurat dan tersirat. Naskah drama tidak saja lahir karena kejadian tetapi juga dari
kesadaran penciptaannya bahwa sastra sebagai sesuatu yang imajinatif, fiktif, dll, juga
harus melayani misi-misi yang dapat dipertanggung jawabkan. Sastrawan pada waktu
menciptakan karyanya tidak saja didorong oleh hasrat untuk menciptakan keindahan
naskah drama sebagai bentuk karya sastra, di dalamnya terdapat nilai-nilai yang
yang berkarakter. Manusia yang berkarakter adalah manusia yang telah melalui
proses pendidikan, baik secara formal maupun nonformal. Supaya berurutan, berikut
Naskah drama merupakan sebuah bentuk hasil karya cipta seorang dramawan
yang dituangkan dalam bentuk dialog antar tokoh dan dilengkapi dengan teks
samping atau petunjuk lakon atau petunjuk teknis. Sebagai karya sastra, drama yaitu
naskah dan sebagai seni yang kompleks yaitu pertunjukan drama. Drama sebagai
11
Dicetak pada tanggal 2020-11-29
Id Doc: 589c885781944dbf0f494286
karya satra yaitu naskah disebut juga sastra lakon. Menurut Waluyo (2006:7) “Drama
naskah disebut juga sastra lakon. Sebagai salah satu genre satra, drama naskah
dibangun oleh struktur fisik (kebahasaan) dan struktur batin (semantik, makna).
Wujud fisik sebuah naskah adalah dialog atau ragam tutur. Ragam tutur itu adalah
ragam sastra”.
merupakan sebuah bentuk karya sastra yang menceritakan tentang konflik manusia
yang digali dari kehidupan. Dalam kegiatan sehari-hari ada pertengkaran, kesedihan,
seputar itu saja, seorang penulis akan menulis kisah percintaan, sengketa, dan lain-
lain. Semua itu karena di dalam kehidupan manusia masalah tersebut memang ada.
Secara etimologis istilah “drama” berasal dari kata “dramoi” (bahasa Yunani)
yang berarti menirukan. Sedangkan istilah “Teater” berasal dari kata “teatron”
(bahasa Yunani) yang berarti: pusat upacara persembahan yang terletak di tengan-
pengertian umum kemudian, istilah “drama” diartikan perbuatan atau gerak. Dalam
seni teater pengertian drama ialah suatu cerita atau kisah hidup manusia yang disusun
untuk dipertunjukan oleh para pelaku dengan perbuatan di atas pentas dan ditonton
oleh publik (penonton). Ditinjau dari seni sastra, pengertian drama ialah drama yang
dari suatu naskah yang bermutu sastra, yang diutamakan ialah sastranya (Atmojo,
1985).
12
Dicetak pada tanggal 2020-11-29
Id Doc: 589c885781944dbf0f494286
Salah satu ganre sastra imajinatif adalah drama. Drama adalah karya sastra yang
mengungkapkan cerita melalui dialog-dialog para tokohnya. Drama sebagi karya sastra
sebenarnya hanya bersifat sementara, sebab naskah drama ditulis sebagai dasar untuk
dipentaskan. Dengan demikian, tujuan drama bukanlah untuk dibaca seperti orang membaca
novel atau puisi. Dram yang sebenarnya kalau naskah sastra tadi telah dipentaskan. Tetapi
bagai manapun, naskah tertulis drama selalu dimaukkan sebagai karya sastra.
Sebagai gandre sastra, secara umum dapat dikatakan drama mendekati, atau bahkan
dapat diidentikan dengan fiksi biasanya rumusan tentang keidentikan ini diperoleh dari
penelusuran tentang unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang. Didalam
fiksi dapat ditemukan pemaparan tersebut tentang suatu peristiwa atau tentang
seseorang.
Dari berbagai pendapat yang dipaparkan para ahli tersebut, dapat disimpulkan
bahwa teks drama berbeda dengan genre lainnya meski hubungan antara drama
dengan sastra sangat erat hubungannya. Drama memiliki cerita tersendiri, untuk
dipentaskan dan dinikmati bersama-sama. Cerita prosa lainnya hanya dinikmati oleh
berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai karena berarti sesuatu itu berharga atau
berguna bagi kehidupan manusia. Nilai sebagai kualitas dari sesuatu hal berdiri
sendiri dan akan memiliki ketetapan yaitu tidak berubah yang terjadi pada objek yang
dikenai nilai. Artinya nilai adalah suatu ketetapan yang ada bagaimanapun keadaan di
sekitarnya berlangsung.
sehingga diperoleh keputusan yang menyatakan sesuatu itu berguna atau tidak
berguna, benar atau tidak benar, baik, atau buruk, manusiawi atau tidak manusiawi,
13
Dicetak pada tanggal 2020-11-29
Id Doc: 589c885781944dbf0f494286
religius atau tidak religius, berdasarkan jenis tersebutlah nilai ada. Pada hakikatnya,
nilai yang tertinggi selalu berujung pada nilai yang terdalam dan terabstrak bagi
Nilai berasal dari bahasa Latin vale’re yang artinya berguna, mampu akan,
berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat dan
paling benar menurut keyakinan sesorang atau sekelompok orang. ari beberapa
pendapat ini, pengertian nilai dapat disimpulkan sebagai sesuatu yang bernilai,
berharga, bermutu, akan menunjukkan suatu kualitas dan akan berguna bagi
kehidupan manusia. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu
disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, berguna dan dapat membuat orang yang
menghayatinya menjadi bermartabat.
Menurut Moeliono (2008:615) kata nilai berarti “sifat-sifat yang penting atau
berguna bagi kemanusiaan”. Menurut Hasan (1995: 114) “nilai adalah sesuatu yang
menjadi kriteria apakah suatu tindakan, pendapat, atau hasil kerja itu bagus/positif
atau tidak bagus/negatif”. Dasar dari nilai adalah agama, tradisi yang berlaku dalam
masyarakat atau negara, dan perjanjian-perjanjian baru yang ditetapkan secara tertulis
maupun tidak.
Nilai adalah sesuatu atau hal yang dapat digunakan sebagai dasar penentu
tingkah laku seseorang, karena sesuatu hal itu menyenangkan, memuaskan, menarik,
dan berguna. Nilai mengandung harapan atau sesuatu yang diinginkan oleh manusia.
Oleh sebab itu, “Nilai bersifat normatif, merupakan keharusan (Dassollen) untuk
diwujudkan dalam tingkah laku dalam kehidupan manusia (Daroeso, 1986: 20).
atau perasaan yang memberikan corak khusus kepada pola pemikiran, perasaan,
14
Dicetak pada tanggal 2020-11-29
Id Doc: 589c885781944dbf0f494286
keterikatan maupun perilaku. Menurut Setiadi (2006: 110) “Nilai sebagai kegiatan
menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain sehingga diperoleh menjadi suatu
keputusan yang menyatakan sesuatu itu berguna atau tidak berguna, benar atau tidak
benar, baik atau buruk, manusiawi atau tidak manusiawi, religius atau tidak religius,
adalah sesuatu yang menarik bagi kita, sesuatu yang kita cari, sesuatu yang
menyenangkan, sesuatu yang disukai dan diinginkan. Nilai dalam arti sifat yang
berharga adalah sifat dari suatu hal, benda, atau pribadi yang memenuhi kebutuhan
manusia yang memang serba butuh atau menyempurnakan manusia yang memang tak
kunjung selesai dalam pengembangan dirinya secara utuh, menyeluruh, dan lengkap.
Nilai itu praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan manusia dan melembaga secara
objektif di dalam masyarakat. Nilai ini nantinya akan menjadi tujuan agar masyarakat
Menurut Suyitno (1986), sastra dan tata nilai merupakan dua fonemena sosial
yang saling melengkapi dalam hakikat mereka sebagai sesuatu yang eksistensi. Sastra
menpunyai penyodoran konsep baru. Sastra tidak hanya memasuki ruang serta nilai-
nilai kehidupan personal, tetapi juga nilai-nilai kehidupan manusia dalam arti total.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud nilai adalah suatu
15
Dicetak pada tanggal 2020-11-29
Id Doc: 589c885781944dbf0f494286
konsepsi abstrak mengenai baik buruknya perilaku yang selalu menjadi ukuran dalam
yang terdiri atas kata “Pais” yang berarti Anak” dan kata “Ago” yang berarti “Aku
seorang pendidik haruslah orang yang dewasa, karena tidak mungkin dapat
Kehormatan itu tentunya tidak lepas dari nilai-nilai luhur yang selalu dipegang umat
manusia.
Dari pernyataan tersebut terdapat tiga unsur pokok dalam pendidikan, yaitu: a)
cerdas, berarti memiliki ilmu yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan
hidup, memiliki filosofi untuk menghargai kehidupan dan melakukan hal-hal yang
terbaik untuk kehidupan itu sendiri. Hidup itu berarti merenungi bahwa suatu hari
16
Dicetak pada tanggal 2020-11-29
Id Doc: 589c885781944dbf0f494286
kita akan mati, dan segala amalan kita akan dipertanggung jawabkan kepada-Nya.
Filosofi hidup ini sangat syarat akan makna individualisme yang artinya mengangkat
semangat, nilai moral, dan tujuan hidup; c) bangsa, berarti manusia selain sebagai
individu juga merupakan makhluk sosial yang membutuhkan keberadaan orang lain.
derajat kemuliaan masyarakat sekitar dengan ilmu, sesuai dengan yang diajarkan
terbuka wawasan dan perasaannya untuk memiliki dan meyakini nilai yang lebih
hakiki, lebih tahan lama, dan merupakan kebenaran yang dihormati dan diyakini
secara sahih sebagai manusia yang beradab. Pendidikan sebagai proses di mana
membantu orang lain dan dirinya sendiri mencapai kebiasaan yang baik. Hal yang
seperti ini berarti memiliki nilai. Nilai yang dimiliki inilah yang akhirnya menjadikan
nilai pendidikan itu sebagai segala sesuatu yang baik maupun buruk yang berguna
bagi kehidupan manusia yang diperoleh melalui proses pengubahan sikap dan tata
sosial, religius, dan berbudaya. Nilai-nilai pendidikan yang tersirat dalam berbagai
17
Dicetak pada tanggal 2020-11-29
Id Doc: 589c885781944dbf0f494286
mengarah pada kebaikan dalam berpikir dan bertindak sehingga dapat memajukan
budi pekerti serta pikiran atau intelegensinya. Nilai-nilai pendidikan dapat ditangkap
sebuah karya sastra drama. Sastra drama khususnya, sangat berperan penting sebagai
karakter.
yang menyatakan bahwa pendidikan karakter itu sama dengan pendidikan moral. Ada
pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar
harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.
Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut
18
Dicetak pada tanggal 2020-11-29
Id Doc: 589c885781944dbf0f494286
dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang
menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki
3) Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup
Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang
5) Adat istiadat: suatu aturan (perbuatan dan sebagainya) yang lazim diturut
atau dilakukan sejak dahulu kala; kebiasaan atau cara atau kelakuan dan
19
Dicetak pada tanggal 2020-11-29
Id Doc: 589c885781944dbf0f494286
pasti bahwa pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana dalam mengubah
sikap dan pola pikir melalui kegiatan pembelajaran. Pendidikan adalah bagian dari
bimbingan orang dewasa kepada peserta didik dengan menerapkan sistem yang bukan
hanya memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik melainkan juga dapat
universal atau umum dan berlangsung terus tak terputus dari satu generasi ke generasi
lainnya di manapun di dunia ini. Keuniversalan ini dan tak pernah putusnya
yang berkarakter. Namun, karena karakter itu juga melekat dengan makna
kepribadian dan kepribadian mengacu kepada sesuatu yang sangat individual maka
dapat dimaklumi juga bahwa karakter seseorang akan sangat berbeda dengan karakter
orang lain. Persoalan mendasarnya adalah bahwa proses pendidikan merupakan suatu
sarana untuk membentuk karakter. Inilah yang disebut akhirnya menjadi konsep
pendidikan karakter.
20
Dicetak pada tanggal 2020-11-29
Id Doc: 589c885781944dbf0f494286
Berdasarkan konsep pendidikan dari pendapat ahli ini, pada hakikatnya dalam
kata pendidikan itu sudah terdapat makna karakter. Ki Hajar Dewantara, tokoh
budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan jasmani anak didik.
Dengan demikian, apabila kata pendidikan karakter mau ditafsirkan maka pendidikan
seseorang (peserta didik) yang berkarakter dan memiliki kualitas sehingga diharapkan
mampu beradaptasi dengan cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan berdasarkan
cita-cita yang impiannya, yang diikat atau diatur oleh norma-norma atau nilai-nilai
adalah usaha “etis” dari manusia, untuk manusia, dan untuk masyarakat manusia,
optimal dalam batas hakikat individu, dengan tujuan agar setiap manusia bisa secara
terhormat ikut serta dalam pengembangan manusia dan masyarakatnya terus menerus
karakter anak. Usaha yang disengaja tersebut merupakan cara untuk membantu
seseorang untuk memahami, memperhatikan dan melakukan nila-nilai etika yang inti.
Cara pikir yang dihasilkan melalui pendidikan karakter dapat menjadikan peserta
21
Dicetak pada tanggal 2020-11-29
Id Doc: 589c885781944dbf0f494286
secara terus menerus dan melatih kemampuan diri demi menuju ke arah yang lebih
baik. Melalui pendidikan karakter peserta didik dapat membentuk perilaku dan pola
pikir yang sesuai dengan landasan budaya bangsa. Bagi individu (peserta didik),
peserta didik dapat mengartikan dan menjelaskan berbagai karakter, peserta didik
pada akhirnya peserta didik dapat memahami sisi baik menjalankan perilaku
berkarakter tersebut.
“Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu
untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa,
mengembangkan karakter yang mulia (good character) dari peserta didik dengan
dengan Tuhannya”.
dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja sama sebagai
keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan. Sementara itu, Zuchdi, dkk (2013:11)
22
Dicetak pada tanggal 2020-11-29
Id Doc: 589c885781944dbf0f494286
tertentu, nilai-nilai yang diterima secara luas sebagai landasan periaku yang baik dan
bertanggung jawab”.
yaitu mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik dan
meskipun tidak ada penjelasan lebih lanjut tentang kata karakter. Artinya,
Menurut Adisusilo (2014) ketika kata karakter pertama kali diucapkan oleh
Bung Karno dalam istilah Character Building, kata karakter bermakna watak bangsa
pendidikan watak untuk para siswa, yang meliputi “cipta”, “rasa”, dan “karsa”. Watak
sebagai sifat seseorang dapat dibentuk. Artinya, sesorang dapat berubah meskipun
watak mengandung bawaan, yang setiap orang dapat berbeda. Oleh sebab itu, proses
Pendapat banyak ahli di atas menyiratkan bahwa istilah karakter lebih dekat
kepada sifat-sifat baik yang terdapat dalam diri seseorang. Karakter menjadi ciri,
23
Dicetak pada tanggal 2020-11-29
Id Doc: 589c885781944dbf0f494286
identitas, atau sifat yang ada dalam diri seseorang. Jadi, karakter adalah seperangkat
nilai yang telah menjadi kebiasaan hidup sehingga menjadi sifat, misalnya kerja
Nilai mengungkapkan perbuatan apa yang dipuji dan dicela, pandangan hidup
mana yang dianut dan dijauhi, dan hal apa saja yang dijunjung tinggi. Nilai
pendidikan karakter yang digunakan sebagai landasan teori dalam penelitian ini
ada 18 Nilai Karakter yang akan ditamamkan dalam diri peserta didik sebagai upaya
1. Religius, yakni ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan melaksanakan ajaran
agama (aliran kepercayaan) yang dianut, termasuk dalam hal ini adalah sikap toleran
terhadap pelaksanaan ibadah agama (aliran kepercayaan) lain, serta hidup rukun dan
berdampingan.
2. Jujur, yakni sikap dan perilaku yang menceminkan kesatuan antara pengetahuan,
perkataan, dan perbuatan (mengetahui apa yang benar, mengatakan yang benar, dan
melakukan yang benar) sehingga menjadikan orang yang bersangkutan sebagai
pribadi yang dapat dipercaya.
3. Toleransi, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan terhadap
perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras, etnis, pendapat, dan
hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya secara sadar dan terbuka, serta dapat hidup
tenang di tengah perbedaan tersebut.
24
Dicetak pada tanggal 2020-11-29
Id Doc: 589c885781944dbf0f494286
4. Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk
peraturan atau tata tertib yang berlaku.
5. Kerja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh-sungguh
(berjuang hingga titik darah penghabisan) dalam menyelesaikan berbagai tugas,
permasalahan, pekerjaan, dan lain-lain dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam berbagai segi
dalam memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan cara-cara baru, bahkan
hasil-hasil baru yang lebih baik dari sebelumnya.
7. Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Namun hal ini bukan berarti tidak
boleh bekerja sama secara kolaboratif, melainkan tidak boleh melemparkan tugas dan
tanggung jawab kepada orang lain.
8. Demokratis, yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persamaan hak dan
kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain.
9. Rasa ingin tahu, yakni cara berpikir, sikap, dan perilaku yang mencerminkan
penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan
dipelajari secara lebih mendalam.
10. Semangat kebangsaan atau nasionalisme, yakni sikap dan tindakan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau
individu dan golongan.
11. Cinta tanah air, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa bangga, setia,
peduli, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, budaya, ekomoni, politik, dan
sebagainya, sehingga tidak mudah menerima tawaran bangsa lain yang dapat
merugikan bangsa sendiri.
12. Menghargai prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain dan mengakui
kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat berprestasi yang lebih tinggi.
13. Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif, yakni sikap dan tindakan terbuka
terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga tercipta kerja sama
secara kolaboratif dengan baik.
14. Cinta damai, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana damai, aman,
tenang, dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas atau masyarakat
tertentu.
15. Gemar membaca, yakni kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk menyediakan waktu
secara khusus guna membaca berbagai informasi, baik buku, jurnal, majalah, koran,
dan sebagainya, sehingga menimbulkan kebijakan bagi dirinya.
16. Peduli lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya menjaga dan
melestarikan lingkungan sekitar.
17. Peduli sosial, yakni sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian terhadap
orang lain maupun masyarakat yang membutuhkannya.
18. Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa,
negara, maupun agama.
Mencari nilai luhur dari karya sastra drama adalah menentukan kreativitas
terhadap hubungannya dengan kehidupan. Dalam karya sastra drama akan tersimpan
nilai atau pesan yang berisi amanat atau nasihat. Melalui karyanya, dramawan sebagai
25
Dicetak pada tanggal 2020-11-29
Id Doc: 589c885781944dbf0f494286
pencipta naskah drama berusaha untuk mempengaruhi pola pikir pembaca dan ikut
mengkaji tentang baik dan buruk, benar mengambil pelajaran, teladan yang patut
ditiru, sebaliknya, untuk dicela bagi yang tidak baik. Karya sastra drama diciptakan
bukan sekadar untuk dinikmati, akan tetapi untuk dipahami dan diambil manfaatnya.
Karya sastra drama tidak sekadar benda mati yang tidak berarti, tetapi di dalamnya
termuat suatu ajaran berupa nilai-nilai hidup dan pesan-pesan luhur yang mampu
drama, berbagai nilai hidup dihadirkan karena hal ini merupakan hal positif yang
mampu mendidik manusia, sehingga manusia mencapai hidup yang lebih baik
Secara etimologis istilah “drama” berasal dari kata “dramoi” (bahasa Yunani)
yang berarti menirukan. Sedangkan istilah “Teater” berasal dari kata “teatron”
(bahasa Yunani) yang berarti: pusat upacara persembahan yang terletak di tengan-
pengertian umum kemudian, istilah “drama” diartikan perbuatan atau gerak. Dalam
seni teater pengertian drama ialah suatu cerita atau kisah hidup manusia yang disusun
untuk dipertunjukan oleh para pelaku dengan perbuatan di atas pentas dan ditonton
oleh publik (penonton). Ditinjau dari seni sastra, pengertian drama ialah drama yang
dari suatu naskah yang bermutu sastra, yang diutamakan ialah sastranya (Atmojo,
1985).
Salah satu ganre sastra imajinatif adalah drama. Drama adalah karya sastra yang
mengungkapkan cerita melalui dialog-dialog para tokohnya. Drama sebagi karya sastra
26
Dicetak pada tanggal 2020-11-29
Id Doc: 589c885781944dbf0f494286
sebenarnya hanya bersifat sementara, sebab naskah drama ditulis sebagai dasar untuk
dipentaskan. Dengan demikian, tujuan drama bukanlah untuk dibaca seperti orang membaca
novel atau puisi. Dram yang sebenarnya kalau naskah sastra tadi telah dipentaskan. Tetapi
bagai manapun, naskah tertulis drama selalu dimaukkan sebagai karya sastra.
Sebagai gandre sastra, secara umum dapat dikatakan drama mendekati, atau bahkan
dapat diidentikan dengan fiksi biasanya rumusan tentang keidentikan ini diperoleh dari
penelusuran tentang unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang. Didalam
fiksi dapat ditemukan pemaparan tersebut tentang suatu peristiwa atau tentang
seseorang.
Dari berbagai pendapat yang dipaparkan para ahli tersebut, dapat disimpulkan
bahwa teks drama berbeda dengan genre lainnya meski hubungan antara drama
dengan sastra sangat erat hubungannya. Drama memiliki cerita tersendiri, untuk
dipentaskan dan dinikmati bersama-sama. Cerita prosa lainnya hanya dinikmati oleh
Naskah drama disebut juga drama naskah atau sastra lakon. Unsur yang
sastra.
Waluyo (2006:8) menyatakan “Naskah drama atau drama naskah disebut juga
sastra lakon. Sebagai salah satu genre sastra, drama naskah dibangun oleh struktur
fisik (kebahasaan) dan struktur batin (semantik, makna). Wujud fisik sebuah naskah
adalah dialog atau ragam tutur. Ragam tutur itu adalah ragam sastra. Oleh sebab itu,
27
Dicetak pada tanggal 2020-11-29
Id Doc: 589c885781944dbf0f494286
perwatakan, jangkauan ruang dan waktu, peristiwa dan alur”. Dalam pembagian
jangkauan ruang dan waktu dapat disamakan dengan latar, sedangkan peristiwa dapat
Sebagai karya sastra, bahasa drama adalah bahasa sastra karena itu sifat konotatif
juga dimiliki. Pemakaian lambang, kiasan, irama, pemilihan kata yang khas, dan
sebagainya berprinsip sama dengan karya sastra yang lain. Akan tetapi karena yang
ditampilkan dalam drama adalah dialog, maka bahasa drama tidak sebeku bahasa
puisi, dan lebih cair dari bahasa prosa. Sebagai potret atau tiruan kehidupan, dialog
drama banyak berorientasi pada dialog yang hidup dalam masyarakat.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa naskah drama adalah
karya sastra yang khusus menekankan kesempurnaan wujud atau pementasan dari
genre sastra fiksi lainnya seperti cerpen, puisi, dan novel. Drama sebagai karya sastra
ada yang menyebutnya sebagai drama naskah, yakni sebagai salah satu jenis karya
sastra yang ditulis dalam bentuk dialog yang didasarkan atas konflik batin dan
membangunnya adalah:
Istilah lain yang digunakan untuk plot atau kerangka cerita adalah alur. Secara
sederhana, plot atau alur dapat dikatakan sebagai rangkaian atau urutan peristiwa
dalam cerita. Waluyo (2006) menyebut alur dengan istilah plot atau kerangka cerita.
Plot merupakan jalinan cerita atau kerangka dari awal hingga akhir yang merupakan
jalinan konflik antara dua tokoh yang berlawanan. Konflik itu berkembang karena
kontradiksi para pelaku. Sifat dua tokoh utama bertentangan, misalnya kebaikan kontra
kejahatan, tokoh sopan kontra tokoh brutal, tokoh pembela kebenaran kontra bandit, tokoh
kesatria kontra penjahat, tokoh bermoral kontra tokoh tidak bermoral, dan sebagainya.
28
Dicetak pada tanggal 2020-11-29
Id Doc: 589c885781944dbf0f494286
Konflik semakin lama semakin meningkat untuk kemudian mencapai titik klimaks. Setelah
klimaks lakon menuju penyelesaian.
Jalinan konflik dalam plot ini Menurut Aristoteles (dalam Waluyo, 2006)
meliputi potasis atau jalinan awal, epilasio, catarsis, dan catastrophe. Uraian tentang
ini tidak akan dipaparkan di sini karena unsur ini bukanlah menjadi kajian peneliti
bahwa untuk mengetahui wujud struktur sebuah karya, diperlukan kerja analisis. Dari
sinilah kita dapat mendeskripsikan plot (alur) suatu karya, kesamaan dan perbedaan
karya yang lain. Alur atau plot dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis sudut
yang berbeda berdasarkan sudut tinjauan atau kriteria yang berbeda pula berdasarkan
Kita kenal istilah plot atau alur lurus, (progresif), yaitu jika peristiwa
menggunakan alur ini secara runtun cerita dimuali dari tahap awal sampai
Selanjutnya, dikenal istilah plot atau alur sorot balik (flash-back). Alur jenis
ini menggambarkan urutan kejadian yang dikisahkan dalam karya yang berplot
regresif tidak bersifat kronologis. Cerita tidak dimulai pada tahap awal (yang benar-
benar merupakan awal cerita secara logika) melainkan dari tahap tengah atau bahkan
tahap akhir, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan. Karya yang menggunakan
29
Dicetak pada tanggal 2020-11-29
Id Doc: 589c885781944dbf0f494286
konflik yang telah meruncing. Pembaca, belum lagi dibawa masuk mengetahui
situasi dan permasalahan yang menyebabkan terjadinya konfik dan pertentangan itu.
Selanjutnya, dikenal istilah plot atau alur campuran. Secara mutlak plot jenis
ini berplot lurus kronologis atau sebaliknya sorot-balik. Secara garis besar plot
sebaliknya. Bahkan sebenarnya, boleh dikatakan, tak mungkin ada sebuah cerita pun
yang mutlak menggunakan plot atau alur sorot balik. Hal itu disebabkan jika
demikian terjadi, pembaca akan sangat sulit untuk dikatakan tidak bisa, mengikuti
didasarkan pada mana yang lebih menonjol. Hal itu disebabkan pada kenyataan pada
mengetahui secara pasti kelompok peristiwa (yang mendukung satu kesatuan makna)
sintakmatik dan prakdigmatik semua peristiwa (motif dan sekuen unutk istilah
tersebut) yang ada dengan mensejajarkan keduanya. Di samping itu, kita dapat
dikisahkan.
30
Dicetak pada tanggal 2020-11-29
Id Doc: 589c885781944dbf0f494286
Alur merupakan rentetan peristiwa dalam cerita atau kerangka dari awal
hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antara tokoh yang berperan dalam
naskah. Konflik berkembang karena kontradiksi para pelaku. Sifat tokoh utama itu
bertentangan, misalnya: kebaikan kontra kejahatan, tokoh sopan kontra tokoh brutal,
tokoh pembela kebenaran kontra bandit, dan sebagainya. Konflik semakin lama
semakin meningkat untuk kemudian mencapai titik klimaks. Setelah klimaks lakon
mengungkan gagasan atau idenya sehingga terjalin sebuah peristiwa yang indah
dan enak dibaca, itulah yang disebut plot atau alur. Perbedaan caranya memulai,
memadu, dan mengakhiri ceritalah yang menentukan jenis plot atau alur apa
yang digunakannya.
penulis, di antaranya adalah Waluyo (2006), Sumadrjo dan Saini (1997), Semi
(1988), Aminuddin (2002), dan Hasanuddin (2009). Berikut ini adalah penjelasan
a) Tokoh
Tokoh merupakan bagian penting dalam drama. Tanpa adanya tokoh, cerita
tidak berjalan dan tidak akan terbentuk konflik-konflik. Konflik ini hanya mungkin
31
Dicetak pada tanggal 2020-11-29
Id Doc: 589c885781944dbf0f494286
diciptakan oleh tokoh-tokoh yang mempunyai karakter berlainan. Peran tokoh akan
Cerita yang disajikan dalam sastra drama, walau kadang-kadng dialami oleh binatang
atau mahluk lain, umumnya dialami oleh tokoh-tokoh cerita yang berupa manusia.
Dengan demikin dapat dikatakan bahwa tokoh cerita adalah orang yang mengambil
bagian dan mengalami peristiwa-peristiwa yang di gambarkan dalam plot.
a. Tokoh Protagonis, yaitu tokoh yang mendukung cerita. Biasanya ada satu atau
dua figur tokoh protagonis utama yang dibantu oleh tokoh-tokoh lainnya yang
b. Tokoh Antagonis, yaitu tokoh penentang dalam cerita yang juga dibantu oleh
berperan dalam drama. Dalam susunan tokoh itu, terlebih dahulu dijelaskan adalah
nama, umur, jenis kelamin, tipe fisik, jabatan, dan keadaan kejiwaannya. Watak tokoh
menjadi nyata terbaca dalam dialog dan teks samping. Jenis dan warna dialog akan
Tokoh harus memiliki watak yang kuat dan antara tokoh protagonis dan tokoh
32
Dicetak pada tanggal 2020-11-29
Id Doc: 589c885781944dbf0f494286
antagonis harus kontradiktif antara keduanya, dapat juga memiliki kepentingan yang
Tokoh-tokoh dalam naskah drama hadir sebagai seseorang yang berjati diri
yang kualitasnya tidak semata-mata berkaitan dengan ciri fisik, melainkan terlebih
berwujud kualitas nonfisik. Tokoh dalam cerita bersifat fiktif. Meskipun demikian,
agar kehadirannya dapat diterima pembaca, tokoh hendaknya tidak terlalu asing bagi
pembaca tetapi harus disadari pula bahwa tokoh di dalam cerita rekaan tidak sama
persis dengan manusia pada dunia nyata. Tokoh cerita rekaan tidak sepenuhnya
bebas. Ia merupakan bagian dari suatu keutuhan artistik, yakni karya sastra.
b) Penokohan
keduanya itu merupakan dua istilah yang berbeda namun sangat berhubungan.
karakter tokoh-tokoh dalam cerita” (Kosasih, 2012:67). Sejalan dengan hal itu,
Semi (1988) menjelaskan bahwa ada dua jenis penokohan, yaitu secara
analitik dan secara dramatik. Penokohan secara analitik yaitu pengarang langsung
tokoh tersebut keras hati, keras kepala, penyayang, dan sebagainya. Penokohan secara
dramatik yaitu penggambaran perwatakan yang tidak diceritakan langsung tetapi hal
itu disampaikan melalui pilihan nama tokoh, penggambaran fisik atau postur tubuh,
33
Dicetak pada tanggal 2020-11-29
Id Doc: 589c885781944dbf0f494286
dan melalui dialog, baik dialog yang bersangkutan dalam interaksinya dengan tokoh-
tokoh lain.
tokoh dapat ditampilkan secara dramatik dan analitik. Secara dramatik watak tokoh
ditampilkan lewat gambaran ucapan, perbuatan, dan komentar atau penilaian pelaku
tokoh dapat berbentuk: cakapan atau dialog, pikiran tokoh, atau apa yang melintas
Secara konkret dapat berupa monolog atau solilokui, perbuatan dan sikap tokoh,
c) Perwatakan
kualitas tokoh, kualitas nalar, dan jiwa tokoh yng membedakan dengan tokoh lain.
Perwatakan adalah pelukisan karakteristik tokoh melalui sifat-sifat, sikap, dan tingkah
laku yang lebih menunjukkan pada kualitas pribadi sesuai penafsiran pembaca.
34
Dicetak pada tanggal 2020-11-29
Id Doc: 589c885781944dbf0f494286
secara samar memperlihatkan penokohan dan alur. Jika permasalahan drama sudah
diketahui melalui alur atau penokohan, maka latar dan ruang memperjelas susunan
tempat, serta waktu peristiwa itu berlaku. Menurut Waluyo (2006:23) “ Setting atau
tempat kejadian cerita sering pula disebut latar cerita. Penentuan ini harus secara
cermat sebab naskah drama harus juga memberikan komungkinan untuk dipentaskan.
Setting biasanya meliputi tiga dimensi yaitu tempat, ruang, dan waktu”. Selanjutnya
Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa latar atau setting merupakan
bagian dari unsur-unsur yang samar diperlihakant dan dijelaskan oleh penokohan.
2.8.4 Tema
gagasan sentral, dasar cerita juga mencakup permasalahan dalam cerita, yaitu sesuatu
yang akan diungkapkan untuk memberikan arah dan tujuan cerita dalam karya sastra,
Tema adalah ide sebuah cerita. Pengarang dalam penulis cerritanya bukan sekadar mau
bercerita, tetapi maumengatakan sesuatu pada pembacanya. Sesuatu yang mau
35
Dicetak pada tanggal 2020-11-29
Id Doc: 589c885781944dbf0f494286
Dari pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa tema merupakan
sesuatu permasalahan yang dimunculkan dalam suatu karya bukan sekadar bercerita
tetapi mengatakan sesuatu pada para penikmat (pembaca) oleh pengarang dan
2.8.5 Amanat
yang dikemukakannya. Amanat dalam drama dapat terjadi lebih dari satu, asal
kesemunya itu terkait dengan tema. Pencarian amanat pada dasarnya identik atau
sejalan dengan teknik pencarian tema. Oleh sebab itu, amanat juga merupakan
karakteristik dari berbagai peristiwa, perilaku tokoh, latar dan ruag cerita
(Hasanuddin, 2009).
Amanat yang disampaikan dalam sebuah karya sastra tidak jauh dari tema
yang diberikan oleh pengarang. Amanat yang terdapat dalam cerita atau karya sastra
lebih dari satu yang terkandung dalam teks karya sastra tersebut.
2.8.6 Dialog
Sebagai ciri utama dalam drama, dialog dapat menentukan ciri drama dalam
keseluruhan. Ada dialog sengaja ditulis panjang-panjang, ada pula dialog yang ditulis
pendek-pendek. Warna dialognya pun macam-macam, ada yang lugas, puitis, atau
Di samping itu, karena tidak mempunyai narasi, teks lakon hanya dapat
diteliti melalui dialog-dialog. Oleh karena itu, dialog dalam lakon merupakan sumber
36
Dicetak pada tanggal 2020-11-29
Id Doc: 589c885781944dbf0f494286
pentas) juga akan memposisikan dialog menjadi sarana penting dalam menjadikan
teks tertulis tersebut menjadi “terdengar” dan “teraba”. Pengertian dialog juga
Dialog adalah percakapan para pemain. Dialog memainkan peran yang amat pentiing
karena menjadi pengarang lakom drama. Aartinya, jalan cerita drama itu diketahui
oleh penonton lewat dialog para pemainnya. Agar dialog itu tidak hambar,
pengucapannya harus disertai penjiwaan emosionl. Selain itu, pelafalannya harus jelas
dan cukup keras sehingga dapa didengar semua penonton. Seorang pemain yang
berbisik, misalnya, harus diupayakan agr bisikannya tetap dapat didengarkan
penonton.
teknis, yang sering pula disebut teks samping”. Teks drama sebagai karya sastra
memiliki kaidah struktur yang khusus. Kekhususan tersebut di antaranya adalah teks
Teks samping ini memberikan petunjuk teknis tentang tokoh, waktu, suasana pentas,
suara, musik, keluar masuknya aktor atau aktris, keras lemahnya dialog, warna suara,
perasaan yang mendasari dialog, dan sebagainya. Teks samping ini biasanya ditulis
dengan tulisan berbeda dari dialog (misalnya dengan huruf miring atau huruf besar
semua).
Teks samping juga berguna sekali untuk memberikan petunjuk kapan aktor harus
diam, pembicaraan pribadi, lama waktu sepi antar kedua pemain, jeda-jeda kecil atau
panjang, dan sebagainya. Petunjuk teknis yang lengkap akan mempermudah sutradara
dalam penafsiran naskah. Petunjuk watak usia, dan keadaan sosial aktor/aktris akan
membantu sutradara dalam mengahayati watak secara total, sehingga pemilihan
aktor/aktris dapat lebih tepat.
37
Dicetak pada tanggal 2020-11-29
Id Doc: 589c885781944dbf0f494286
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa teks samping adalah hal yang
sangat penting dalam sastra drama. Teks samping atau petunjuk lakon merupakan
petunjuk yang ditulis berbeda dari dialog dengan hurup miring dan hurup besar.
38