Anda di halaman 1dari 104

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP

KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN MANAJEMEN


LABA SEBAGAI VARIABEL MODERASI (STUDI PADA PERUSAHAAN
PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE 2017-2021)

SKRIPSI

Oleh :
MOCHAMAD IQBAL SYAHRONI
NIM. 071910035

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
2023
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN MANAJEMEN
LABA SEBAGAI VARIABEL MODERASI (STUDI PADA PERUSAHAAN
PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE 2017-2021)

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas-Tugas dan Melengkapi
Syarat-Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi
Universitas Islam Lamongan

Oleh :
MOCHAMAD IQBAL SYAHRONI
NIM. 071910035

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
2023

ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi Berjudul
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN MANAJEMEN
LABA SEBAGAI VARIABEL MODERASI (STUDI PADA PERUSAHAAN
PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE 2017-2021)
Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

MOCHAMAD IQBAL SYAHRONI


NIM. 071910035

Telah dipertahankan didepan Dosen Penguji


Pada tanggal : 22 Juli 2023
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

SUSUNAN DOSEN PENGUJI


Pembimbing I Penguji I

SUTRI HANDAYANI, S.E., M.Ak Dr. ABDUL GHOFUR, S.E., M.Si


NIDN. 0719088701 NIDN. 0723116803

Pembimbing II Penguji II

INDAH KURNIYAWATI, S.E., M.A YENNI VERA FIBRIYANTI, S.E., M.Ak


NIDN. 0724088402 NIDN. 0730089102

Lamongan, 27 Juli 2023


Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Lamongan
Dekan

Dr. NURUL BADRIYAH, S.E., M.Pd., M.M


NIDN. 0019047502

iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Mochamad Iqbal Syahroni

Nim : 071910035

Tempat Tanggal Lahir : Lamongan, 24 April 2000

Alamat : Ds. Sukoanyar Kec. Turi Kab. Lamongan

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: “Pengaruh Good Corporate

Governance Terhadap Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Manajemen Laba

Sebagai Variabel Moderasi (Studi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di

Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2021)” adalah hasil pekerjaan saya dan seluruh

ide, pendapat, atau materi dari sumber lain telah dikutip dengan cara penulisan

referensi yang sesuai.

Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan jika pernyataan ini tidak

sesuai dengan kenyataan, maka saya bersedia menanggung sanksi yang akan

dikenakan kepada saya termasuk pencabutan gelar sarjana Akuntansi yang nanti

saya dapatkan.

Lamongan, 22 Juli 2023

Mochamad Iqbal Syahroni

iv
MOTTO

"Gagal hanya terjadi jika kita menyerah."

(Bacharuddin Jusuf Habibie)

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini dengan judul

“Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Dengan

Menggunakan Manajemen Laba Sebagai Variabel Moderasi (Studi Pada

Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode

2017-2021)”. Skripsi penelitian ini diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan

memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi di Universitas

Islam Lamongan (UNISLA).Dalam penulisan skripsi penelitian ini tidak lepas dari

hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan, bantuan, nasehat dan saran dari

berbagai pihak, khususnya pembimbing, hambatan tersebut akhirnya dapat

diselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebanyak-

banyaknya kepada:

1. Bapak Dr. Abdul Ghofur, S.E., M.Si., selaku Rektor Universitas Islam

Lamoangan.

2. Ibu Dr. Nurul Badriyah, S.E., M.M., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Islam Lamongan.

3. Ibu Abidah Dwi Rahmi Satiti, S.Pd., M.Pd., selaku Kaprodi Fakultas Ekonomi

Universitas Islam Lamongan.

4. Ibu Sutri Handayani, S.E., M.Ak., selaku Dosen Pembimbing I yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, kritik dan

pengarahan dengan penuh kesabaran dalam menyelesaikan skripsi penelitian

ini.

vi
5. Ibu Indah Kurniyawati, S.E., MA., selaku Dosen Pembimbing II yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, kritik dan

pengarahan dengan penuh kesabaran dalam menyelesaikan skripsi penelitian

ini.

6. Seluruh Dosen, staf, dan karyawan Universitas Islam Lamongan yang telah

membantu dan memberikan kesempatan untuk mengikuti dan menyelesaikan

kuliah pada Fakultas Ekonomi Universitas Islam Lamongan.

7. Kedua orang tua yang selalu mendoakan dan memberi dorongan, baik moril,

material maupun spiritual.

8. Teman-teman dan semua pihak yang telah memberikan bantuan moril dan

dukungan atas terselesaikan skripsi penelitian ini.

Penulis dari skripsi penelitian ini jauh dari kata sempurna, sehingga penulis

membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan penulisan

dimasa yang akan datang.

Dengan demikian penulis berharap semoga skripsi penelitian ini dapat

bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Lamongan, 22 Juli 2023

Mochamad Iqbal Syahroni

vii
KATA PERSEMBAHAN

Ucapan syukur tidak lupa penulis ucapkan yang utama kepada Allah SWT,

karena atas ridho dari-Nya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi yang telah selesai ini tidak akan berhasil tanpa ada doa dan dukungan dari

orang-orang di sekitar. Untuk itu penulis mempersembahkan kepada orang-orang

yang senantiasa memberikan doa dan dukungannya. Mereka di antaranya:.

1. Kedua orang tua saya, ibu Lilik dan bapak Asenan orang hebat yang selalu

menjadi penyemangat saya untuk menjalani kehidupan ini. Terima kasih atas

segala pengorbanan, nasihat, sabar, dan doa baik yang tidak pernah berhenti

beliau berikan kepada saya. Semoga kelak saya bisa membalas jasa beliau dan

membahagiakan beliau. Sehat selalu bapak ibu. Anakmu sayang kalian.

2. Kepada Ibu/Bapak dosen pembimbing, dosen penguji dan dosen pengajar yang

selama ini telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan

mengarahkan saya, memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai

harganya, agar saya menjadi lebih baik.

3. Kepada sahabat/sahabati saya Wildan, Rio, Habib, Firo, Erlin. Terimakasih

atas kebaikan kalian dan telah menjadi bagian dari cerita perkuliahan penulis.

Kalian akan menjadi kenangan yang indah bagi penulis dikemudian hari. See u

on top.

4. Kepada seluruh teman-teman sekelas saya Akuntansi C yang tidak dapat saya

sebutkan satu persatu, terima kasih sudah memberikan semangat, saran dan

bimbingan dalam mengerjakan skripsi ini.

viii
5. Kepada seluruh anggota keluarga saya, dan saudara saya Fara yang yang telah

membantu dan memberikan dukungan untuk mengerjakan skripsi ini dengan

baik.

6. Dan yang terakhir, saya persembahkan untuk diri saya sendiri yang mampu

bertahan hingga detik ini. Terima kasih sudah berusaha semaksimal mungkin.

ix
THE INFLUENCE OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE ON
FINANCIAL PERFORMANCE USING EARNINGS MANAGEMENT AS A
MODERATION VARIABLE (STUDY ON BANKING COMPANIES
LISTED ON THE INDONESIAN STOCK EXCHANGE
PERIOD 2017-2021)

MOCHAMAD IQBAL SYAHRONI


NIM. 071910035

ABSTRACT

One of the business sectors affected by the Covid-19 pandemic is the banking
sector. Business competition is a trigger for banks to show their best performance
by improving banking financial reports. This is one of the factors that encourages
banks to take earnings management actions. This research aims to analyze the
influence of Good Corporate Governance with indicators of the Independent Board
of Commissioners, Board of Directors, Audit Committee, Managerial Ownership,
Institutional Ownership on the Financial Performance of Banking Companies
Listed on the IDX for the 2017-2021 Period through Earnings Management as
moderation.

The population of financial reports for banking companies listed on the


Indonesia Stock Exchange for the 2017-2021 period is 47 companies. The sample
consisted of 12 companies using a purposive sampling method. Data analysis uses
moderated regression analysis.

The results of this research prove that the Audit Committee, Managerial
Ownership and Institutional Ownership influence Financial Performance. The
Independent Board of Commissioners and the Board of Directors have no influence
on Financial Performance. Earnings Management strengthens the relationship
between the Audit Committee and Institutional Ownership on Financial
Performance. Earnings Management does not strengthen the relationship between
the Independent Board of Commissioners, Board of Directors and Managerial
Ownership on Financial Performance.

Keywords: Good Corporate Governance, Independent Board of


Commissioners, Board of Directors, Audit Committee, Managerial
Ownership, Institutional Ownership, Financial Performance and Earnings
Management.

x
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN MANAJEMEN
LABA SEBAGAI VARIABEL MODERASI (STUDI PADA PERUSAHAAN
PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE 2017-2021)

MOCHAMAD IQBAL SYAHRONI


NIM. 071910035

RINGKASAN

Salah satu sektor bisnis yang terkena imbas dari pandemi Covid-19 yaitu
sektor perbankan. Persaingan bisnis menjadi pemicu bagi perbankan untuk
menampilkan performa terbaiknya dengan memperbaiki laporan keuangan
perbankan. Hal ini merupakan salah satu faktor yang mendorong perbankan
melakukan tindakan manajemen laba. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh Good Corporate Governance dengan indikator Dewan Komisaris
Independen, Dewan Direksi, Komite Audit, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusional terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di
BEI Periode 2017- 2021 melalui Manajemen Laba sebagai moderasi.

Populasi laporan keuangan Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa


Efek Indonesia untuk periode tahun 2017-2021 sebanyak 47 Perusahaan. Sampel
berjumlah 12 perusahan dengan metode pengambilan sampel purposive sampling.
Analisis data menggunakan analisis regresi moderasi.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Komite Audit, Kepemilikan


Manajerial dan Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan.
Dewan Komisaris Independen, Dewan Direksi tidak berpengaruh terhadap Kinerja
Keuangan. Manajemen Laba memperkuat hubungan Komite Audit dan
Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan. Manajemen Laba tidak
memperkuat hubungan Dewan Komisaris Independen, Dewan Direksi dan
Kepemilikan Manajerial terhadap Kinerja Keuangan.

Kata Kunci: Good Corporate Governance, Dewan Komisaris Independen,


Dewan Direksi, Komite Audit, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusional, Kinerja Keuangan dan Manajemen Laba.

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..........................................................................................

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .............................................................. iv

MOTTO............................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi

KATA PERSEMBAHAN ................................................................................. viii

ABSTRACT ........................................................................................................ x

RINGKASAN ..................................................................................................... xi

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................................... 6

1.3 Tujuan ................................................................................................... 7

1.4 Kegunaan Penelitian .............................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 10

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................... 10

2.2 Landasan Teori .................................................................................... 15

2.3 Kerangka Berfikir ................................................................................ 24

2.4 Hipotesis .............................................................................................. 25

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 33

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................ 33

xii
3.2 Jenis Penelitian .................................................................................... 33

3.3 Teknik Penarikan Sampel .................................................................... 34

3.4 Metode Pengumpulan Data .................................................................. 37

3.5 Definisi Operasional Variabel .............................................................. 38

3.6 Metode Analisis Data........................................................................... 42

3.7 Jadwal Penelitian ...................................................................................... 47

BAB IV KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN .................................... 48

4.1 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia .................................................. 48

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 53

5.1 Hasil Penelitian ................................................................................... 53

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian................................................................ 62

BAB VI KESIMPULAN.................................................................................... 77

6.1 Kesimpulan.......................................................................................... 77

6.2 Saran ................................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 80

LAMPIRAN ...................................................................................................... 83

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Perusahaan ...................................................................................... 34

Tabel 3.2 Penentuan Jumlah Sampel .................................................................. 36

Tabel 3.3 Daftar Sampel Perusahaan Perbankan ................................................. 37

Tabel 3.4 Operasional Variabel .......................................................................... 38

Tabel 3.5 Jadwal Penelitian ................................................................................ 47

Tabel 5.1 Hasil Uji Normalitas ........................................................................... 53

Tabel 5.2 Hasil Uji Multikolinieritas .................................................................. 55

Tabel 5.3 Hasil Uji Autokorelasi ........................................................................ 57

Tabel 5.4 Hasil Regresi Moderasi ...................................................................... 57

Tabel 5.5 Hasil Koefisien Determinasi ............................................................... 60

Tabel 5.6 Hasil Uji t ........................................................................................... 60

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ........................................................................... 25

Gambar 5.1 Normal P-Plot................................................................................. 54

Gambar 5.2 ScatterPlot ...................................................................................... 56

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Berita Acara Bimbingan Skripsi ...................................................... 83


Lampiran 2 Plagiasi Skripsi ............................................................................... 84
Lampiran 3 Hasil Uji Output SPSS .................................................................... 86

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pandemi Covid-19 bermula di kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok dan

telah menyebar keseluruh dunia termasuk di Indonesia. Pandemi Covid-19 sangat

mempengaruhi perekonomian global tentunya dalam pengoperasian perusahaan di

berbagai sektor (Nour, 2020). Asian Development Bank (ADB) memprediksi bahwa

perekonomian dunia dalam menghadapi pandemi ini berkisar antara $5,8-$8,8

triliun atau 6,4%-9,7% dari Gross Domestic Product (GDP) dunia

(nasional.kontan.co.id, 2020). Salah satu sektor bisnis yang terkena imbas dari

pandemi ini yaitu sektor perbankan. Dimana bank merupakan sektor keuangan

fundamental dalam mendorong perekonomian suatu negara. Hampir semua sektor

usaha membutuhkan bank sebagai mitra kerjasama dalam melakukan transaksi

keuangan (Farihah, 2021 dan Tao, 2020). Di masa pandemi Covid-19 perbankan

sangat rentan terimbas dampaknya, dikarenakan debitur dari berbagai sektor

industri yang terdampak mengalami kendala dalam melaksanakan kewajibannya

seperti dalam hal membayar hutang (Weder, 2020).

Pada tahun 2018, sebelum pandemi virus Covid 19 menyebar keseluruh dunia

kondisi performa sektor perbankan masih terbilang cukup stabil dan solid, terlihat

dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berkali-kali mencetak rekor all

time high, dimana Net Interest Margin (NIM) bank rata-rata sekitar 5%

(investasi.kontan.co.id, 2018). Kemudian, sektor perbankan juga memiliki

pertumbuhan kredit sebesar 9,3% dan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) bank

sebesar 5% (YTD) (cnbcindonesia.com, 2018). Pada tahun 2020 pertama kali virus

1
2

Covid 19 menyebar dan dideklarasikan sebagai pandemi, performa sektor

perbankan mengalami penurunan yaitu pertumbuhan kredit yang menurun,

meningkatnya Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah, menurunnya

pendapatan bunga, mengalami kesulitan likuiditas dalam penurunan kualitas aset,

penurunan tingkat suku bunga pinjaman serta penurunan kinerja perbankan (Nur,

2021). Namun kondisi demikian, bank harus dituntut tetap memberikan performa

kinerja yang baik karena perannya dalam menjalankan fungsi intermediasi untuk

sektor industri (Farihah, 2021).

Persaingan dalam dunia bisnis menjadi pemicu yang kuat bagi perbankan

untuk menampilkan performa terbaik dari bank yang dipimpinnya, karena baik

buruknya performa bank akan berdampak terhadap nilai pasar perbankan dan juga

mempengaruhi minat investor untuk menanam atau menarik investasinya dari

sebuah perusahaan. Performa suatu perusahaan akan dinilai oleh investor dengan

melihat kemampuan manajemennya dalam menghasilkan laba perusahaan yang

terdapat pada laporan keuangan perbankan. Laporan keuangan merupakan hasil

dari kegiatan operasional yang dilakukan oleh perusahaan untuk memberikan

informasi keuangan kepada pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan

(Fatmawati, 2018).

Laba merupakan cerminan kinerja perusahaan yang dapat dikelola secara

oportunis dan efisien. Dikelola secara oportunis artinya dikelola untuk

meningkatkan laba sesuai dengan yang diinginkan dan menguntungkan pihak-pihak

tertentu, dan dikelola secara efisien artinya dikelola untuk meningkatkan ke

informatifan informasi. Untuk menunjukkan prestasi perusahaan dalam

menghasilkan laba, manajemen cenderung mengelola laba secara oportunis dan


3

melakukan manipulasi laporan keuangan agar menunjukkan laba yang memuaskan

meskipun tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya (Abdillah,

2016).

Manajemen laba pada suatu perusahaan muncul karena adanya konflik antara

pemegang saham (prinsipal) dan manajer (agen). Konflik antara pemegang saham

dan manajer ini dijelaskan dalam teori keagenan. Teori keagenan (agency theory)

adalah teori yang menjelaskan bahwa hubungan agensi muncul ketika satu orang

atau lebih (prinsipal) mempekerjakan orang lain (agen) untuk memberikan suatu

jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada

agen tersebut (Jensen & Meckling, 1976).

Regulasi perbankan terkait tingkat kesehatan bank merupakan salah satu

faktor yang mendorong perbankan melakukan manajemen laba. Manajemen laba

muncul sebagai dampak dari masalah keagenan yang terjadi karena adanya

ketidakseimbangan kepentingan antara pemilik (prinsipal) dan manajemen

perusahaan (agen) yang disebut dengan agency conflict. Sebagai agen, manajer

bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik, selain itu

manajer juga mempunyai kepentingan memaksimumkan kesejahteraan mereka.

Manajemen laba merupakan tindakan manajemen dalam proses menyusun

pelaporan keuangan untuk menaikkan atau menurunkan laba akuntansi sesuai

dengan kepentingannya. Tindakan manajemen laba terjadi karena menajemen lebih

banyak mengetahui informasi mengenai laporan keuangan dan peluang perusahaan

di masa yang akan datang dibandingkan dengan pemilik perusahaan. Dengan

pengetahuan informasi tersebut terkadang agen menyampaikan informasi yang


4

tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sesungguhnya kepada pemilik,

sehingga agen mempunyai peluang untuk melakukan praktik manajemen laba.

Dalam upaya mengurangi terjadinya tindakan manajemen laba, dibutuhkan

suatu mekanisme yang efektif dalam pengelolaan suatu perusahaan. Mekanisme

yang dimaksud yaitu mekanisme Good Corporate Governance. GCG menurut

Basri (2016) merupakan konsep yang baik yang diajukan demi meningkatkan

kinerja perusahaan yang melalui monitoring kinerja manajemen dan manajemen

akuntabilitas terhadap stakeholder dengan berdasarkan peraturan. Konsep GCG

diharapkan dapat menyeimbangkan kepentingan manajer dengan pemilik, demi

terciptanya kinerja perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan

keuangan. Widiyanta (2022) berpendapat bahwa semakin baik Good Corporate

Governance yang diterapkan, semakin baik kinerja keuangan suatu perusahaan.

Jika pelaksanaannya dilakukan dengan benar. Sistem GCG kemudian akan secara

efektif melindungi pemegang saham dan kreditur, menanamkan kepercayaan pada

pihak pihak ini tentang investasi mereka di perusahaan.

Pada penelitian sebelumnya mengenai kinerja keuangan perusahaan, sudah

banyak dilakukan penelitian yang hasilnya terdapat perbedaan (research gap). Pada

penelitian yang dilakukan oleh Furqoni & Ratmono (2022) dan Kiki & Sri (2022)

menunjukkan bahwa dewan komisaris independen berpengaruh terhadap kinerja

keuangan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Pirenaning & Suwarti (2022)

dan Dewantoro & Suryono (2022) menunjukkan bahwa dewan komisaris

independen tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Penelitian mengenai

pengaruh dewan direksi terhadap kinerja keuangan dilakukan oleh Bahtiar &

Parasetya (2022) dan Kiki & Sri (2022) menunjukkan bahwa dewan direksi
5

berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

Pirenaning & Suwarti (2022) menunjukkan bahwa dewan direksi tidak berpengaruh

terhadap kinerja keuangan.

Penelitian yang dilakukan oleh Putri & Praptoyo (2022) menunjukkan bahwa

komite audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Saputra et al., (2022) menunjukkan bahwa komite audit tidak

berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Penelitian mengenai pengaruh

kepemilikan manajerial terhadap kinerja keuangan dilakukan oleh Sanah et al.,

(2021) dan Donata et al., (2022) menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial tidak

berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Penelitian mengenai pengaruh

kepemilikan institusional terhadap kinerja keuangan dilakukan oleh Pirenaning &

Suwarti (2022) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh

terhadap kinerja keuangan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Donata et

al., (2022) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh

terhadap kinerja keuangan. Penelitian mengenai pengaruh Good Corporate

Governance terhadap kinerja keuangan melalui manajemen laba dilakukan oleh

Saputra et al., (2022) dan Furqoni & Ratmono (2022) menunjukkan bahwa Good

Corporate Governance tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan melalui

manajemen laba.

Adanya kontradiksi antara hasil penelitian diatas menunjukkan pentingnya

identifikasi faktor lain yang kemungkinan berperan dalam mempengaruhi kinerja

keuangan, sehingga melatar belakangi dilakukannya penelitian kembali. Pada

penelitian ini menambahkan peran mediasi manajemen laba dengan hubungan


6

Good Corporate Governance terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan

yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2017-2021.

Berkaitan dengan perihal diatas, sehingga penulis ingin mengerjakan

penelitian dengan judul “Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap

Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Manajemen Laba Sebagai Variabel

Moderasi (Studi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia Periode 2017-2021)”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah dewan komisaris Independen berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-

2021?

2. Apakah dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan

perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2021?

3. Apakah komite audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan

perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2021?

4. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-

2021?

5. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-

2021?
7

6. Apakah manajemen laba memperkuat hubungan dewan komisaris independen

terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Periode 2017-2021?

7. Apakah manajemen laba memperkuat hubungan dewan direksi terhadap

kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2017-2021?

8. Apakah manajemen laba memperkuat hubungan komite audit terhadap kinerja

keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2017-2021?

9. Apakah manajemen laba memperkuat hubungan kepemilikan manajerial

terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Periode 2017-2021?

10. Apakah manajemen laba memperkuat hubungan kepemilikan institusional

terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Periode 2017-2021?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka diperoleh tujuan dari penelitian

ini yaitu:

1. Untuk menguji pengaruh dewan komisaris independen terhadap kinerja

keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2017-2021.

2. Untuk menguji pengaruh dewan direksi terhadap kinerja keuangan perusahaan

perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2021.


8

3. Untuk menguji pengaruh komite audit terhadap kinerja keuangan perusahaan

perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2021.

4. Untuk menguji pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kinerja keuangan

perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-

2021.

5. Untuk menguji pengaruh kepemilikan institusional terhadap kinerja keuangan

perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-

2021.

6. Untuk menguji manajemen laba memperkuat hubungan dewan komisaris

independen terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2021.

7. Untuk menguji manajemen laba memperkuat hubungan dewan direksi terhadap

kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2017-2021.

8. Untuk menguji manajemen laba memperkuat hubungan komite audit terhadap

kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2017-2021.

9. Untuk menguji manajemen laba memperkuat hubungan kepemilikan

manajerial terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2021.

10. Untuk menguji manajemen laba memperkuat hubungan kepemilikan

institusional terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2021.


9

1.4 Kegunaan Penelitian

Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai

pihak, di antaranya yaitu:

1. Bagi Akademisi

Dapat menambah kepustakaan dalam bidang ilmu pengetahuan khususnya

dibidang ekonomi dan sebagai bahan rujukan penelitian selanjutnya.

2. Bagi Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Sebagai tambahan informasi dan mengetahui informasi yang diperoleh dari

hasil penerapan Good Corporate Governance terhadap kinerja keuangan

perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017 –

2021 melalui mediasi manajemen laba.

3. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman serta berguna dalam

menerapkan keilmuan yang telah didapatkan selama di Universitas Islam

Lamongan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian yang penuh dilakukan oleh pihak lain dapat dipakai sebagai bahan

masukan dan bahan kajian yang berkaitan dalam penulisan ini adalah :

Pirenaning & Suwarti (2022) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan

Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia Tahun 2018-2020”. Tujuan penelitian

ini untuk mengetahui pengaruh Good Corporate Governance dengan indikator

variabel dewan komisaris, dewan direksi, komite audit, kepemilikan institusional

terhadap kinerja keuangan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun

2018-2020. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode yang

digunakan purposive sampling dan analisis data sekunder. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa : Dewan Komisaris tidak berpengaruh terhadap kinerja

keuangan perbankan. Variabel Dewan Direksi dan Komite Audit berpengaruh

negatif signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan. Kepemilikan Institusional

berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan.

Kiki & Sri (2022) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Good

Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Di

Bursa Efek Indonesia”. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh dewan

direksi, dewan komisaris, proporsi dewan komisaris dan komite audit terhadap

Return On Asset sebagai salah satu elemen kinerja perusahaan. Jenis penelitian ini

adalah penelitian kuantitatif. Metode yang digunakan purposive sampling dan

analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Variabel

10
11

Jumlah Dewan Direksi, Jumlah Dewan Komisaris Dan Proporsi Dewan Komisaris

Independen berpengaruh positif signifikan terhadap Return On Asset. Jumlah

Komite Audit berpengaruh negatif signifikan terhadap Return On Asset.

Dewantoro & Suryono (2022) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh

Good Corporate Governance terhadap kinerja perusahaan. Good Corporate

Governance diukur dengan dewan komisaris, dewan direksi, komisaris independen,

dan komite audit sedangkan kinerja perusahaan diukur dengan Return On Asset

(ROA). Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode yang digunakan

purposive sampling dan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa : Variabel Dewan Komisaris tidak berpengaruh terhadap

kinerja perusahaan. Variabel Dewan Direksi berpengaruh terhadap kinerja

perusahaan. Komisaris Independen tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Komite Audit tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

Putri & Praptoyo (2022) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Good

Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Selama Pandemi

Covid-19 Di Indonesia”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menguji

pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja keuangan perusahaan

selama pandemi Covid-19 pada perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang

makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2020-2021. Jenis

penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode yang digunakan purposive

sampling dan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

: Good Corporate Governance yang diproksikan oleh variabel kepemilikan


12

institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan

perusahaan. Good Corporate Governance yang diproksikan oleh variabel komisaris

independen tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Good

Corporate Governance yang diproksikan oleh variabel komite audit berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Donata et al., (2022) dalam penelitiannya yang berjudul “Pandemi Covid 19:

Peran Good Corporate Governance terhadap Kinerja Perbankan”. Tujuan

penelitian ini untuk menganalisis pengaruh Good Corporate Governance (GCG)

terhadap kinerja keuangan sektor perbankan yang diproksikan dengan Return On

Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) pada saat wabah Covid 19 merebak di

tahun 2020. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode yang

digunakan purposive sampling dan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa : Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Komite

Audit dan Komisaris Independen secara tidak berpengaruh signifikan terhadap

ROA maupun ROE. GCG tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja

keuangan perbankan pada masa pandemi Covid 19.

Bahtiar & Parasetya (2022) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Struktur

Kepemilikan Sebagai Variabel Moderating”. Tujuan penelitian ini untuk menguji

dan menganalisis pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja

keuangan perusahaan dengan struktur kepemilikan sebagai variabel moderasi. Jenis

penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode yang digunakan purposive

sampling dan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

: Good Corporate Governance berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan


13

secara parsial dan simultan. Namun struktur kepemilikan tidak memperkuat

hubungan tata kelola perusahaan terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Furqoni & Ratmono (2022) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

Mekanisme GCG Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Manajemen

Laba Sebagai Variabel Mediasi”. Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh

pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja keuangan perusahaan

dengan memediasi manajemen laba menggunakan Model Jones yang dimodifikasi

(1995). Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode yang digunakan

purposive sampling dan analisis data Partial Least Square - Structural Equation

Model (PLS-SEM) di SmartPLS 3.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : GCG

dan FP tidak ada berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba. Dan juga,

manajemen laba tidak memediasi keduanya GCG dan kinerja keuangan. GCG

berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan.

Saputra et al., (2022) dalam penelitiannya yang berjudul “Efek Mekanisme

Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Melalui Mediasi

Manajemen Laba”. Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh Good Corporate

Governance terhadap kinerja keuangan melalui mediasi manajemen laba. Jenis

penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode yang digunakan purposive

sampling dan analisis data Partial Least Square (PLS). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa : GCG tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. GCG

berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Manajemen laba tidak berpengaruh

terhadap kinerja keuangan. GCG tidak ditemukan berpengaruh terhadap kinerja

keuangan melalui manajemen laba.


14

Sanah et al., (2021) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

Mekanisme Good Corporate Governance (GCG) Dan Transparansi Terhadap

Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun

2019”. Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh mekanisme Good Corporate

Governance (GCG) terhadap kinerja keuangan melalui transparansi. Jenis

penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode yangkinerja digunakan

purposive sampling dan analisis data Partial Least Square (PLS). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa : Stuktur pengelolaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

Struktur pengelolaan berpengaruh terhadap transparansi. Struktur kepemilikan

tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Struktur kepemilikan tidak

berpengaruh terhadap transparansi. Transparansi tidak berpengaruh terhadap

kinerja keuangan. Struktur pengelolaan tidak berpengaruh terhadap kinerja

keuangan melalui transparansi. Struktur kepemilikan tidak berpengaruh terhadap

kinerja keuangan melalui transparansi.

Watiputri & Pranoto (2021) dalam penelitiannya yang berjudul “Manajemen

Laba Sebagai Pemoderasi Antara Good Corporate Governance Dan Kinerja

Keuangan Perbankan”. Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh Good

Corporate Governance pada kinerja keuangan perbankan dengan manajemen laba

sebagai pemoderasi. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode yang

digunakan purposive sampling dan analisis data Partial Least Square (PLS). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa : Dewan Komisaris Independen tidak berpengaruh

terhadap kinerja keuangan. Komite Audit tidak berpengaruh terhadap kinerja

keuangan. Manajemen Laba berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Manajemen

Laba tidak memoderasi pengaruh dewan komisaris independen terhadap kinerja


15

keuangan. Manajemen Laba tidak memoderasi pengaruh komite audit terhadap

kinerja keuangan.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Agency Theory (teori keagenan)

Menurut Jensen & Meckling (1976) agency theory didefinisikan sebagai

hubungan antara pemilik perusahaan (prinsipal) dan manajemen (agen) . Dimana

manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemilik perusahaan untuk

bekerja demi kepentingan pemilik perusahaan. Agency theory terfokus pada dua

individu pihak yaitu prinsipal dan agen. Prinsipal didefinisikan sebagai pihak yang

memberikan wewenang kepada pihak lain, yang disebut agen, untuk dapat

bertindak atas nama agen tersebut. Agen, sebagai pihak yang diberi wewenang

untuk menjalankan dana serta harus mempertanggungjawabkan apa yang telah

diberikan oleh pihak prinsipal. Apabila agen telah melakukannya dengan sesuai

prosedur maka pihak prinsipal sebagai pemilik perusahaan akan memberikan

insentif kepada agen dengan berbagai macam fasilitas baik finansial maupun

nonfinansial. Konflik keagenan dapat terjadi ketika agen tidak berbuat sesuai

dengan kepentingan prinsipal (Jensen & Meckling, 1976)

Adanya perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen dapat menimbulkan

konflik keagenan. Konflik kepentingan antara prinsipal dan agen terjadi karena

kemungkinan manajemen memiliki suatu keinginan pribadi dan mengabaikan

keinginan pemilik perusahaan (Kodriyah, 2015). Jika hal ini terjadi, maka dapat

memicu biaya keagenan (agency cost). Hunardy & Tarigan (2017) menjelaskan

sesuai dengan teori keagenan bahwa kinerja perusahaan dapat menurun akibat

masalah yang terjadi antara manajemen dan pemilik perusahaan (conflict of


16

interest). Namun, ketika hubungan antara manajemen dan pemilik perusahaan dapat

dikendalikan, maka kinerja perusahaan akan menjadi lebih baik. Konflik

kepentingan antara agen dan prinsipal dapat dikurangi dengan mekanisme

pengawasan yang dapat menyelaraskan berbagai kepentingan yang ada di

perusahaan dengan menerapkan good corporate governance (Sanah et al., 2021)

2.2.2 Good Corporate Governance (GCG)

Good Corporate Governance adalah sistem tata kelola perusahaan yang di

desain bertujuan meningkatkan kinerja dari perusahaan, melindungi kepentingan

para pemangku stakeholder atau pemegang saham, meningkatkan kepatuhan para

manejemen terhadap peraturan yang ada pada perundang – undangan, serta etika

dan moral yang berlaku secara umum (Dewantoro & Suryono, 2022).

Menurut Djazilah (2017), Good Corporate Governance adalah suatu sistem

dan seperangkat peraturan yang mengatur dan mengendalikan hubungan antara

pihak-pihak yang berkepentingan baik dari pihak internal maupun ekternal yang

berkaitan dengan hak–hak dan kewajiban mereka dengan perusahaan yang diatur

dalam sistem pengawasan dan pengendalian perusahaan yang mengacu pada tujuan

perusahaan.

Dengan begitu kesimpulan dari beberapa pengertian diatas adalah Good

Corporate Governance merupakan sistem tata kelola perusahaan yang dirancang

untuk meningkatkan kinerja perusahaan, melindungi kepentingan pemegang saham

dan pemangku kepentingan, dan memastikan kepatuhan manajemen terhadap

peraturan dan norma etika. Sebagai seperangkat peraturan, GCG mengatur

hubungan antara pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan dan diatur dalam

sistem pengendalian pengawasan perusahaan. Dengan menerapkan GCG yang baik,


17

perusahaan dapat meningkatkan kepercayaan publik dan meminimalkan risiko

konflik di kemudian hari.

a. Prinsip Good Corporate Governance (GCG)

Berdasarkan pedoman umum Good Corporate Governance yang dikeluarkan

oleh Komite Nasional Kebijakan Governance KNKG (2006), terdapat lima prinsip

Good Corporate Governance sebagai berikut (Widiyanta, 2022) :

1. Transparansi

Prinsip transparansi, perusahaan harus menyediakan informasi yang relevan

untuk menjalankan bisnis dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh para

pemangku kepentingan. Selain itu, perusahaan harus mengungkapkan di depan hal-

hal yang penting bagi pengambilan keputusan pemangku kepentingan seperti

pemegang saham dan kreditur, sesuai peraturan perundang-undangan.

2. Akuntabilitas

Prinsip akuntabilitas, perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan

kinerja perusahaannya secara transparan. Yang artinya perusahaan harus dikelola

secara akurat, terukur dan konsisten dengan kepentingan perusahaan dengan tetap

memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya.

3. Responsibility

Prinsip dasar responsibility, perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-

hatian dan mematuhi peraturan, anggaran dasar dan peraturan perusahaan (by-

laws). Selain itu, melalui perencanaan dan pelaksanaan yang tepat, para pelaku

usaha harus memenuhi tanggung jawab sosialnya, dengan menjaga masyarakat dan

kelestarian lingkungan.

4. Independensi
18

Prinsip dasar independensi, perusahaan harus dikelola secara independen

tanpa ada intervensi dari pihak lain. Perusahaan harus dapat menghindari terjadinya

dominasi, kepentingan pribadi, dan tekanan dari pihak kepentingan. Sehingga

segala keputusan yang akan diambil dapat obyektif.

5. Kewajaran dan Kesetaraan

Prinsip kewajaran dan kesetaraan, Masukan dan pendapat dari pemilik

kepentingan harus didengarkan oleh perusahaan sebagai bahan pertimbangan untuk

pengambilan keputusan. Namun, harus didasari oleh kedudukan masing-masing

yang berarti sebuah perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar

kepada pemilik kepentingan sesuai dengan kontribusi dan manfaat yang diberikan

kepada perusahaan.

Berdasarkan kelima konsep GCG tersebut, dapat menjadi acuan perusahaan

dalam mengukur ketepatan kinerja maupun penyelewengan perusahaan.

b. Pengukuran Good Corporate Governance (GCG)

Dalam penelitian ini, proksi yang digunakan untuk mengukur Good

Corporate Governance adalah dewan komisaris independen, dewan direksi, komite

audit, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial.

1. Dewan Komisaris Independen

Dewan komisaris independen merupakan mekanisme dalam pengendalian

internal yang bertugas mengawasi manajemen. Berdasarkan Undang-Undang (UU)

No. 40 Tahun 2007 khusus tentang Perseroan Terbatas (PT), dewan komisaris atau

dewan pengawas adalah bagian dari perseroan yang bertugas mengawasi segala

tindakan yang dilakukan oleh direksi secara umum dan juga memberikan nasihat

kepada direksi dalam mengelola perusahaan (Dewantoro & Suryono, 2022). Dewan
19

komisaris independen merupakan pihak yang berintegritas tinggi di perusahaan,

karena dewan komisaris dan anggotanya tidak terkait dengan manajemen di

perusahaan dan tidak ada tekanan dalam tugasnya sehingga integritasnya dapat

dipercaya oleh pihak yang berkepentingan dalam sebuah perusahaan (Lestari,

2022).

Dengan adanya dewan komisaris diharapkan dapat mengawasi dan

memberikan nasihat kepada manajemen dalam pengelolaan perusahaan, serta

mengurangi kemungkinan masalah agensi antara manajemen dan pemangku

kepentingan atau stakeholder. Menurut Watiputri & Pranoto (2021) komisaris

independen dirumuskan sebagai berikut :

Jumlah dewan komisaris independen


Komisaris Independen = x 100%
Jumlah anggota dewan komisaris

2. Dewan Direksi

Dewan direksi adalah perwakilan dari stock holder dalam menjalankan entitas

usaha. Dewan direksi bisa berupa orang yang mempunyai bisnis atau usaha bahkan

seorang profesional yang ditunjuk oleh perusahaan atau pemilik bisnis untuk

mengarahkan serta mengelola bisnis atau usahanya (Dewantoro & Suryono, 2022).

Dalam hal ini dewan direksi mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk

menghasilkan rencana strategis dan memastikan berjalanannya sistem dalam

perusahaan. Peran yang dimiliki oleh dewan direksi sangat penting dalam

menentukan arah kebijakan perusahaan. Sehingga perencanaan strategi yang dibuat

oleh dewan direksi akan menentukan peningkatan kinerja suatu perusahaan.

Adanya dewan direksi yang berperan pada operasional perusahaan, maka akan

meningkatkan kinerja perusahaan yang akan terlihat dari peningkatan kinerja


20

perusahaan dan dapat dilihat dari kinerja keuangan perusahaan (Dewantoro &

Suryono, 2022). Menurut Gustifera (2021) dewan direksi dirumuskan sebagai

berikut :

Dewan Direksi = Total Anggota Direksi

3. Komite Audit

Komite audit merupakan sekelompok orang yang dipilih oleh dewan

komisaris perusahaan untuk mengawasi proses pelaporan keuangan (Prastuti &

Budiasih, 2015). Kinerja perusahaan meningkat dengan semakin banyaknya

anggota komite audit pengawasan yang berkaitan dengan keuangan dan prosedur

akuntansi, karena komite audit bertanggungjawab kepada dewan komisaris untuk

membantu melaksanakan tugas dewan komisaris (Putri & Praptoyo, 2022). Adanya

komite audit mampu memberikan pengawasan terhadap proses pelaporan keuangan

dan mengontrol internal sehingga pihak manajemen dapat meminimalisirkan

pengelolaan peusahaan yang dapat meningkatkan kinerja keuangan. Menurut

Widiyanta (2022) komite audit dibentuk untuk mempermudah kinerja dewan

komisaris dalam mengoptimalkan kinerja perusahaan dengan mengelola secara

efektif dan efisien sesuai dengan peraturan yang berlaku. Menurut Gustifera (2021)

komite audit dirumuskan sebagai berikut :

Komite Audit = Jumlah Komite Audit

4. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial merupakan kondisi dimana manajer memiliki peran

ganda dalam suatu perusahaan yakni sebagai manajer dan pemegang saham

(Alamsyah, 2016). Dalam hal ini pihak manajemen yang memiliki saham ikut

berperan aktif dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan perusaahaan.


21

Jensen & Meckling (1976) menjelaskan kepemilikan saham oleh manajer dapat

mensejajarkan kepentingan manajer dan pemegang saham karena dengan memiliki

saham perusahaan, manajer akan merasakan langsung manfaat dari setiap

keputusan yang diambilnya. Kepemilikan saham oleh manajer dalam perusahaan

membuat manajer mempunyai dua fungsi ganda, yaitu sebagai pemilik perusahaan

sekaligus sebagai pengelola perusahaan tersebut. Menurut Sanah et al., (2021)

kepemilikan manajerial dirumuskan sebagai berikut :

Jumlah saham pihak manajerial


Kepemilikan Manajerial = × 100%
Total saham yang beredar

5. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan Institusional adalah kepemilikan saham suatu perusahaan oleh

institusi atau lembaga. Menurut Darmayanti et al., (2018) kepemilikan institusional

adalah kepemilikan saham dari sebuah perusahaan oleh institusi atau lembaga lain

seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi

lain. Dengan adanya kepemilikan oleh institusional akan mendorong peningkatan

pengawasan yang lebih optimal dalam mengontrol manajemen. Dengan adanya

kepemilikan institusional kiranya dapat mengurangi konflik yang beredar, serta

memonitoring yang efektif sehingga dapat meningkatkan kinerja keuangan

perusahaan dan kepercayaan publik terhadap perusahaan juga akan lebih

meningkat. (Lestari, 2022). Menurut Sanah et al., (2021) kepemilikan institusional

dirumuskan sebagai berikut :

Jumlah saham pihak institusional


Kepemilikan Institusional = x 100%
Total saham yang beredar
22

2.2.3 Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan merupakan hasil kerja dari beberapa bagian suatu

perusahaan yang dapat dilihat pada posisi keuangan perusahaan selama periode

waktu tertentu dalam hal pembiayaan, distribusi dana, kecukupan modal, likuiditas,

dan profitabilitas perusahaan (Widiyanta, 2022). Laporan keuangan yang

dikeluarkan secara periodik akan memberikan suatu gambaran tentang posisi

keuangan perusahaan.

Menurut Gustifera (2021) laporan keuangan yang dibuat perusahaan

merupakan salah satu informasi yang dapat digunakan untuk menilai kinerja

keuangan perusahaan karena laporan keuangan mencerminkan keadaan perusahaan

yang sebenarnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan merupakan

gambaran kondisi perusahaan yang disajikan dalam bentuk angka-angka pada

periode tertentu.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis rasio keuangan, dalam mengukur

suatu kinerja keuangan. Rasio keuangan yang digunakan adalah rasio profitabilitas.

Rasio profitabilitas dapat mengukur kemampuan perusahaan melalui aktiva

perusahaan, dalam penelitian ini yang digambarkan dengan EBIT (Earning Before

Interest and Taxes).

a. Earning Before Interest and Taxes (EBIT)

Menurut Prihadi (2022), EBIT (Earning Before Interest and Taxes) adalah

laba sebelum pajak. Dimana komponen yang harus diperhatikan dalam perhitungan

EBIT adalah biaya operasional dan laba kotor. Biaya operasional mencakup semua

biaya menjalankan bisnis, seperti sewa gedung, utilitas, dan gaji staf. EBIT tidak

sama dengan laba bersih. Namun, keberadaan EBIT memungkinkan untuk


23

menghitung jumlah laba di luar pajak dan bunga yang dikeluarkan oleh perusahaan.

Jika EBIT meningkat, pasti akan berdampak baik pada kegiatan bisnis. Sebaliknya,

jika EBIT turun, ada lebih banyak biaya yang harus dikhawatirkan. Investor dan

kreditor menggunakan perhitungan EBIT ini untuk melihat kesehatan bisnis inti

perusahaan tanpa mengkhawatirkan konsekuensi pembayaran atau biaya bunga.

Dengan perhitungan EBIT ini, investor dan kreditur dapat mengukur apakah bisnis

perusahaan dapat beroperasi secara efisien, serta juga dapat membantu kreditur dan

investor memahami kesehatan bisnis dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajibannya (Yulianto, 2022). Menurut Ghodratallah et al., (2010) EBIT

dirumuskan sebagai berikut :

EBIT = Penghasilan Sebelum Pajak + Beban Bunga

b. Manfaat Earning Before Interest and Taxes (EBIT)

Dengan adanya EBIT, kinerja perusahaan dapat dilihat karena EBIT

menghitung seluruh pendapatan tanpa memasukkan bunga dan pajak, sehingga

operasional dari perusahaan tersebut dapat ditelusuri. Jika cara menghitung EBIT

adalah dengan mengetahui laba bersih atau biaya operasional, maka perusahaan

mampu mengevaluasi bisnis yang telah dilakukan sesuai kebutuhan. Perusahaan

bisa fokus meningkatkan laba atau menekan biaya operasional.

Selain itu, EBIT juga bermanfaat untuk membangun citra perusahaan di mata

investor dan kreditur. Sebab, dari EBIT dapat terlihat kepatuhan perusahaan dalam

mengelola dan membayar biaya bunga atau pajak. Bagi perusahaan, EBIT pun

sangat membantu untuk menghitung jumlah kewajiban yang harus dibayar, seperti

hutang, dividen investor, dan bunga bank.


24

2.2.4 Manajemen Laba

Menurut Schipper (1989:91) manajemen laba adalah suatu intervensi dengan

tujuan dan maksud tertentu dalam proses penyusunan laporan keuangan eksternal

untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi bagi pihak tertentu.

Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat berpengaruh

terhadap kinerja keuangan, dalam mencapai tujuannya manajer akan memilih

langkah tertentu yang menyimpang untuk memperoleh laba bagi pribadinya

(Kumaat, 2013). Dalam praktik manajemen laba, manajer memiliki kemampuan

untuk memanipulasi informasi akuntansi dengan cara menyusun laporan keuangan

yang tidak mencerminkan kondisi sebenarnya perusahaan. Praktik tersebut dapat

menyebabkan suatu informasi dalam laporan keuangan tidak dapat di

pertanggungjawabkan atas kebenaran dan validitasnya. Dalam penelitian ini untuk

mengukur manajemen laba menggunakan model Jones yang sudah dimodifikasi

model. Rumus perhitungan manajemen laba menurut Dechow et al., (1995) :

Menghitung Discretionary Accruals (DA)

𝑇𝐴𝑖𝑡
𝐷𝐴𝑖𝑡 = − 𝑁𝐷𝐴𝑖𝑡
𝐴𝑖𝑡−1

Keterangan:

DAit = Discretionary accruals perusahaan i pada tahun t.

TAit/Ait-1 = Total accruals perusahaan i pada tahun t.

NDAit = Nondiscreationary accruals pada periode t.

2.3 Kerangka Berfikir

Berdasarkan landasan teori dan tinjauan penelitian terdahulu, maka dapat

disusun suatu kerangka pemikiran dalam penelitian ini seperti yang disajikan dalam

gambar berikut ini :


25

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa variabel dependen yang

digunakan pada penelitian ini adalah kinerja keuangan (Y). Variabel independen

yang digunakan pada penelitian ini adalah dewan komisaris independen (X1),

dewan direksi (X2), komite audit (X3), kepemilikan manajerial (X4), kepemilikan

institusional (X5), sedangkan manajemen laba (Z) sebagai variabel moderasi.

2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara dari pertanyaan yang ada

pada perumusan masalah penelitian. Sedangkan menurut Sugiyono (2016) hipotesis

dapat dikatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian,

belum jawaban yang empirik.

2.4.1 Pengaruh Dewan Komisaris Independen Terhadap Kinerja Keuangan

Dewan komisaris independen merupakan bagian dari GCG yang memiliki

peran pengawasan dalam suatu perusahaan. Pengawasan yang dilakukan dewan

komisaris meliputi pengawasan terhadap manajemen dalam menjalankan

perusahaannya serta pengawasan akuntabilitas perusahaan (KNKG, 2006).


26

Semakin kuat dewan komisaris independen, maka semakin baik kinerja keuangan

perusahaan. Hal ini dikarenakan fungsi pengawasan yang dilakukan oleh komisaris

independen dapat memperkecil kemungkinan adanya perilaku opportunistic

manajemen yang dapat mengganggu kinerja perusahaan.

Penelitian ini dilakukan oleh Bahtiar & Parasetya (2022) dan Kiki & Sri

(2022) menunjukkan bahwa dewan komisaris independen berpengaruh terhadap

kinerja keuangan.

H1 : Diduga dewan komisaris independen berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2021.

2.4.2 Pengaruh Dewan Direksi Terhadap Kinerja Keuangan

Dewan direksi dalam suatu perusahaan bertugas untuk menentukan kebijakan

atau strategi jangka pendek maupun jangka panjang, serta melakukan pengawasan

operasional dalam rangka melaksanakan pencapaian tujuan perusahaan (Pirenaning

& Suwarti, 2022). Semakin kuat dewan direksi, maka semakin baik kinerja

keuangan perusahaan. Hal ini dikarenakan dewan direksi bertanggung jawab

memberikan saran dan arahan kepada manajemen dalam menentukan keputusan

yang strategis, sehingga berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Penelitian ini dilakukan oleh Dewantoro & Suryono (2022) dan Sanah et al.,

(2021) menunjukkan bahwa dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

H2 : Diduga dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan

perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2021.

2.4.3 Pengaruh Komite Audit Terhadap Kinerja Keuangan

Komite audit merupakan bagian dari stakeholder. Komite audit bertugas

membantu dewan direksi dalam meningkatkan kualitas dari laporan keuangan


27

perusahaan serta menciptakan kedisiplinan dan pengawasan yang dapat

meminimalisir kemungkinan kejadian penyimpangan pada tata kelola perusahaan

(Dewantoro & Suryono, 2022). Semakin kuat komite audit, maka semakin baik

kinerja keuangan perusahaan. Hal ini dikarenakan peran komite audit dalam

pengawasan laporan keuangan dapat meminimalisir tindakan kecurangan pada

laporan keuangan perusahaan.

Penelitian ini dilakukan oleh Furqoni & Ratmono (2022), Putri & Praptoyo

(2022) dan Bahtiar & Parasetya (2022) menunjukkan bahwa komite audit

berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

H3 : Diduga komite audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan

perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2021.

2.4.4 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kinerja Keuangan

Kepemilikan manajerial dapat mensejajarkan kepentingan manajer dan

pemegang saham karena dengan memiliki saham perusahaan, manajer akan

merasakan langsung manfaat dari setiap keputusan yang diambilnya (Jensen &

Meckling, 1976). Semakin kuat kemilikan manajerial, maka semakin baik kinerja

keuangan perusahaan. Hal ini dikarenakan kepemilikan manajerial ikut serta dalam

pengambilan keputusan perusahaan sehingga lebih berhati-hati dalam

meningkatkan kinerja perusahaan.

Penelitian ini dilakukan oleh Alfian (2019) dan Agatha et al., (2020)

menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja

keuangan.

H4 : Diduga kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2021.


28

2.4.5 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Keuangan

Kepemilikan institusional bertindak sebagai orang yang memonitor secara

professional perkembangan investasi yang ditandai oleh pemegang saham

(Gustifera, 2021). Kepemilikan institusional dapat memperkecil kemungkinan

manajemen untuk melakukan kecurangan serta menyelaraskan kepentingan

manajemen dan kepetingan stakeholder lainnya untuk meningkatkan kinerja

perusahaan. Semakin kuat kepemilikan institusional, maka semakin baik kinerja

keuangan perusahaan. Hal ini dikarenakan kepemilikan institusional yang baik

dapat memperkuat kepercayaan investor dan memperkuat tata kelola perusahaan.

Penelitian ini dilakukan oleh Pirenaning & Suwarti (2022) dan Putri &

Praptoyo (2022) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh

terhadap kinerja keuangan perusahaan.

H5 : Diduga kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2021.

2.4.6 Pengaruh Dewan Komisaris Independen Terhadap Kinerja Keuangan

Melalui Manajemen Laba

Menurut Jensen dan Meckling (1976) pihak manajer berpeluang melakukan

perilaku opportunistic dengan bentuk praktik manajemen laba, akibat adanya

perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak dalam hubungan keagenan.

Semakin kuat komisaris independen, maka semakin baik kinerja keuangan

perusahaan dan lemahnya manajemen laba. Hal ini dikarenakan pengawasan

komisaris independen dapat meminimalisir atau mempersempit ruang manajemen

dalam melakukan praktik manajemen laba.


29

Penelitian ini dilakukan oleh Faisal & Syafruddin (2020) dan Mahrani et al.,

(2018) menunjukkan bahwa dewan komisaris independen berpengaruh terhadap

kinerja keuangan perusahaan melalui manajemen laba.

H6 : Diduga manajemen laba memperkuat hubungan dewan komisaris independen

terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Periode 2017-2021.

2.4.7 Pengaruh Dewan Direksi Terhadap Kinerja Keuangan Melalui

Manajemen Laba

Dewan Direksi merupakan organ perusahaan yang memiliki fungsi utama

memberi perhatian secara bertanggung jawab (Oversight Function) terhadap

penerapan GCG dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Dalam hal ini dewan

direksi diharapkan menjalankan peran nya dengan baik sehingga dapat mengurangi

praktek manajemen laba. Semakin kuat dewan direksi, maka semakin baik kinerja

keuangan perusahaan. Hal ini dikarenakan dewan direksi memiliki kemampuan

pemantauan untuk meminimalkan tindakan manajemen laba dan aktivitas penipuan.

Penelitian ini dilakukan oleh Faisal & Syafruddin (2020) dan Mahrani et al.,

(2018) menunjukkan bahwa dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perusahaan melalui manajemen laba.

H7 : Diduga manajemen laba memperkuat hubungan dewan direksi terhadap kinerja

keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

2017-2021.
30

2.4.8 Pengaruh Komite Audit Terhadap Kinerja Keuangan Melalui

Manajemen Laba

Komite Audit yang berlatar belakang ahli di bidang keuangan merupakan

pihak yang efektif untuk mengurangi manajemen laba. Hal ini karena komite audit

ahli keuangan merupakan anggota komite audit yang benar-benar berpengalaman

untuk menganalisis masalah-masalah pada laporan keuangan terutama mendeteksi

kecurangan seperti manajemen laba. Semakin kuat komite audit, maka semakin

baik kinerja keuangan perusahaan. Hal ini dikarenakan peran komite audit dalam

pengawasan laporan keuangan dapat meminimalisir tindakan kecurangan seperti

manajemen laba.

Penelitian ini dilakukan oleh Faisal & Syafruddin (2020) dan Mahrani et al.,

(2018) menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perusahaan melalui manajemen laba.

H8 : Diduga manajemen laba memperkuat hubungan komite audit terhadap kinerja

keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

2017-2021.

2.4.9 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kinerja Keuangan

Melalui Manajemen Laba

Menurut Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa praktek manajemen

laba dapat diminimumkan dengan menyelaraskan perbedaan kepentingan antara

pemilik dan manajemen dengan cara memperbesar kepemilikan saham perusahaan

oleh manajemen (managerial ownership). Sehingga apabila manajemen memiliki

saham dalam perusahaan maka manajemen tersebut akan memposisikan dirinya

sebagai pemegang saham dan akan berusaha agar kinerja perusahaan menjadi
31

semakin baik. Semakin kuat kemilikan manajerial, maka semakin baik kinerja

keuangan perusahaan. Hal ini dikarenakan kepemilikan manajerial juga sebagai

pemegang saham lebih berhati-hati dalam pengambilan keputusan untuk

meningkatkan kinerja perusahaan.

Penelitian ini dilakukan oleh Faisal & Syafruddin (2020) dan Mahrani et al.,

(2018) menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja

keuangan perusahaan melalui manajemen laba.

H9 : Diduga manajemen laba memperkuat hubungan kepemilikan manajerial

terhadap kinerja keuangan melalui manajemen laba perusahaan perbankan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2021.

2.4.10 Pengaruh Kepemilikan Institusional Independen Terhadap Kinerja

Keuangan Melalui Manajemen Laba

Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk memonitor kinerja

manajer dalam mengelola perusahaan sehingga dengan adanya kepemilikan oleh

institusi lain diharapkan bisa mengurangi perilaku manajemen laba yang dilakukan

manajer. Investor institusional merupakan pihak yang dapat memonitor agen

dengan kepemilikannya yang besar, sehingga motivasi manajer untuk mengatur

laba menjadi berkurang. Semakin kuat kepemilikan institusional, maka semakin

baik kinerja keuangan perusahaan. Hal ini dikarenakan kepemilikan institusional

bisa mengurangi perilaku opportunistic manajer yang pada akhirnya akan

menghasilkan kinerja keuangan yang baik sehingga dapat memperkuat kepercayaan

investor.
32

Penelitian ini dilakukan oleh Faisal & Syafruddin (2020) dan Mahrani et al.,

(2018) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap

kinerja keuangan perusahaan melalui manajemen laba.

H10 : Diduga manajemen laba memperkuat hubungan kepemilikan institusional

terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Periode 2017-2021.


33

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan dari bulan Desember tahun 2022 sampai

dengan Maret 2023.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) berupa laporan tahunan periode 2017-2021 yang

diperoleh dari laman situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Menurut Sugiyono

(2019) metode penelitian merupakan cara mendapatkan data dalam penelitian

ilmiah dengan maksud untuk mencari tujuan dan kegunaan. Metode penelitian

kuantitatif digunakan untuk meneliti populasi dan sampel dengan pengambilan

sampel dilakukan secara purposive sampling, pengumpulan data dengan alat-alat

penelitian, dan analisa data yang bersifat startistik untuk menguji hipotesis yang

telah dirumuskan. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk menguji pengaruh dari

dua atau lebih variabel untuk melihat antara tiga variable itu. Dalam penelitian ini

terdapat variabel independen (X), variabel dependen (Y) dan variabel moderasi (Z)

dimana variabel independen yaitu dewan komisaris independen (X1), dewan direksi

(X2), komite audit (X3), kepemilikan manajerial (X4), kepemilikan institusional

(X5). variabel dependen yaitu kinerja keuangan (Y) yang diukur dengan
34

menggunakan rasio Earning Before Interest and Taxes (EBIT). Sedangkan untuk

variabel moderasinya yaitu manajemen laba (Z).

3.3 Teknik Penarikan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi merupakan wilayah yang terdiri dari subyek atau objek yang akan

dipelajari oleh peneliti dan ditarik kesimpulan dari penelitian dengan syarat

populasi tersebut mempunyai karakteristik tertentu (Sugiyono, 2019). Populasi

dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam kurun waktu selama tahun 2017-2021 yaitu

sebanyak 235 data populasi yang berasal dari 47 perusahaan perbankan.

Tabel 3.1
Daftar Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
No Kode Nama Bank
1 BBCA PT. Bank Central Asia Tbk
2 BBRI PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
3 BMRI PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk
4 BBNI PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
5 MEGA PT. Bank Mega Tbk
6 BRIS PT. Bank Syariah Indonesia Tbk
7 ARTO PT. Bank Jago Tbk
8 BNLI PT. Bank Permata Tbk
9 BBHI PT. Allo Bank Indonesia Tbk
10 PNBN PT. Bank Pan Indonesia Tbk
11 BNGA PT. Bank CIMB Niaga Tbk
12 BDMN PT. Bank Danamon Indonesia Tbk
13 BINA PT. Bank Ina Perdana Tbk
14 BTPN PT. Bank BTPN Tbk
15 BTPS PT. Bank BTPN Syariah Tbk
16 BANK PT. Bank Aladin Syariah Tbk
17 BNII PT. Bank Maybank Indonesia Tbk
18 BSIM PT. Bank Sinarmas Tbk
19 NISP PT. Bank OCBC NISP Tbk
20 BBTN PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
35

21 BJBR PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan


Banten Tbk
22 BJTM PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur
Tbk
23 BBSI PT. Krom Bank Indonesia Tbk
24 BMAS PT. Bank Maspion Indonesia Tbk
25 AGRO PT. Bank Raya Indonesia Tbk
26 BBMD PT. Bank Mestika Dharma
27 BBYB PT. Bank Neo Commerce Tbk
28 BBKP PT. Bank KB Bukopin Tbk
29 MAYA PT. Bank Mayapada Internasional Tbk
30 SDRA PT. Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk
31 MASB PT. Bank Multiarta Sentosa Tbk
32 AMAR PT. Bank Amar Indonesia Tbk
33 BCIC PT. Bank Jtrust Indonesia Tbk
34 MCOR PT. Bank China Construction Bank Indonesia
Tbk
35 DNAR PT. Bank Oke Indonesia Tbk
36 BNBA PT. Bank Bumi Arta Tbk
37 BABP PT. Bank MNC Internasional Tbk
38 AGRS PT. Bank IBK Indonesia Tbk
39 PNBS PT. Bank Panin Dubai Syariah Tbk
40 NOBU PT. Bank Nationalnobu Tbk
41 BGTG PT. Bank Ganesha Tbk
42 BKSW PT. Bank QNB Indonesia Tbk
43 BVIC PT. Bank Victoria Internasional Tbk
44 INPC PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk
45 BACA PT. Bank Capital Indonesia Tbk
46 BEKS PT. Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk
47 BSWD PT. Bank of India Indonesia Tbk
Sumber : www.idx.co.id.

3.3.2 Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non

probability sampling. Menurut Sugiyono (2016) non probability sampling adalah

teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel yang tidak memberi kesempatan
36

atau peluang yang sama bagi setiap anggota populasi atau setiap unsur untuk dipilih

menjadi sebuah sampel.

Pengambilan metode dalam penelitian ini yaitu purposive sampling. Dimana

menurut Sugiyono (2016) metode purposive sampling adalah teknik pengambilan

sampel yang dapat digunakan jika peneliti memiliki pertimbangan tertentu atau ciri-

ciri dalam pemilihan obyek yang akan diteliti. Sehingga yang akan dijadikan

sampel dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode

tahun 2017-2021.

2. Perusahaan perbankan yang mengalami kerugian selama masa penelitian.

3. Data laporan tahunan yang tidak lengkap.

4. Laporan tahunan yang tidak disajikan dalam bahasa Indonesia.

Tabel 3.2 Penentuan Jumlah Sampel


Jumlah
No Kriteria
Perusahaan
1Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia untuk periode tahun 2017-2021. 47
2 Perusahaan perbankan yang mengalami kerugian selama
masa penelitian. (19)
3 Data laporan tahunan yang tidak lengkap (12)
4 Laporan tahunan yang tidak disajikan dalam bahasa (4)
Indonesia.
Jumlah Sampel 12
Data Perusahaan Perbankan Yang Dijadikan Sebagai Sampel
Penelitian Periode 2017-2021 60

3.3.3 Sampel

Sampel merupakan jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang

ada (Sugiyono, 2019). Dengan ini dapat melakukan pengambilan sampel dari

populasi yang digunakan dalam penelitian. Berdasarkan kriteria pengambilan


37

sampel yang dilakukan oleh peneliti, maka diperoleh 12 perusahaan perbankan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan jumlah 60 data sampel selama

periode 2017-2021. Berikut adalah tabel sampel perusahaan yang dipergunakan

dalam penelitian :

Tabel 3.3 Daftar Sampel Perusahaan Perbankan


No Kode Nama Bank
1 BBCA PT. Bank Central Asia Tbk
2 BBRI PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
3 BMRI PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk
4 BBNI PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
5 BDMN PT. Bank Danamon Indonesia Tbk
6 BBTN PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
7 BBSI PT. Krom Bank Indonesia Tbk
8 BMAS PT. Bank Maspion Indonesia Tbk
9 PNBN PT. Bank Pan Indonesia Tbk
10 NISP PT. Bank OCBC NISP Tbk
11 MAYA PT. Bank Mayapada Internasional Tbk
12 SDRA PT. Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk
Sumber : www.idx.co.id.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Jenis data pada penelitian ini menggunakan data dokumenter. Data

dokumenter merupakan proses perekaman data yang memiliki hubungan berkaitan

dengan manfaat penelitian dan pencatatan. Data ini memuat semua aktivitas

transaksi apa, kapan, dan siapa saja yang terlibat didalam kejadian tersebut

(Sugiyono, 2016:32). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder yang dimana data ini diperoleh secara tidak langsung yang didapatkan

dengan melalui media perantara. Data yang digunakan dalam penelitian ini

didapatkan dari laporan tahunan (annual report) melalui website resmi Bursa Efek

Indonesia www.idx.co.id yang telah dipublikasikan dari tahun 2017 sampai dengan

2021.
38

3.5 Definisi Operasional Variabel

Menurut Sugiyono (2019) variabel penelitian adalah segala sesuatu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dijadikan objek penelitian yang akan ditarik menjadi

kesimpulan pembahasan. Adapun variabel yang akan diteliti didalam penelitian ini

adalah :

Tabel 3.4 Operasional Variabel

Variabel Indikator Rumus Skala

Good Dewan Komisaris Independen =


Corporate Komisaris 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ DKI Rasio
𝑥 100%
Governance Independen 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠

Dewan
Dewan Direksi = Total Anggota Direksi Rasio
Direksi
Komite Audit = Jumlah Komite
Komite Audit Rasio
Audit
Kepemilikan Kepemilikan Manajerial =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ Saham Pihak Manajerial Rasio
Manajerial 𝑥 100%
Total Saham Yang Beredar

Kepemilikan Kepemilikan Institusional


Jumlah saham pihak institusional Rasio
Institusional = x 100%
Total saham yang beredar
EBIT
(Earning
Kinerja EBIT = Penghasilan Sebelum Pajak
Before Rasio
Keuangan + Beban Bunga
Interest and
Taxes)
Discretionary TAit
Manajemen DAit = − NDAit Rasio
Accruals Ait−1
Laba
(DA)

1. Variabel Terikat atau Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas

(Sugiyono, 2019). Variabel dependen disimbolkan dengan simbol (Y). Yang

menjadi variabel dependen yang dipengaruhi oleh prinsip GCG yaitu kinerja
39

keuangan. Pengukuran kinerja perusahaan dilakukan untuk melakukan perbaikan

dan pengendalian atas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan

perusahaan lain. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Earning Before

Interest and Taxes (EBIT).

Menurut Prihadi (2022), EBIT (Earning Before Interest and Taxes) adalah

laba sebelum pajak. Dengan perhitungan EBIT ini, investor dan kreditur dapat

mengukur apakah bisnis perusahaan dapat beroperasi secara efisien, serta juga

dapat membantu kreditur dan investor memahami kesehatan bisnis dan kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajibannya (Yulianto, 2022). Menurut

Ghodratallah et al., (2010) EBIT dirumuskan sebagai berikut :

EBIT = Penghasilan Sebelum Pajak + Beban Bunga

2. Variabel Bebas atau Variabel Independen (X)

Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel yang akan

mempengaruhi dan menjadi penyebab timbulnya variabel dependen atau variabel

terikat (Sugiyono, 2019). Variabel independen disimbolkan dengan simbol (X).

Variabel penelitian ini adalah good corporate governance yang mengatur mengenai

pengelolaan, pendanaan, dan pengendalian perusahaan untuk meningkatkan harga

saham, untuk memuaskan para pihak kepentingan (stakeholder), karyawan

perusahaan, maupun masyarakat yang terdapat pada lingkungan sekitar. Didalam

penelitian ini yang termasuk variabel bebas adalah :

1. Dewan Komisaris Independen (X1)

Berdasarkan Undang-Undang (UU) No. 40 Tahun 2007 khusus tentang

Perseroan Terbatas (PT), dewan komisaris atau dewan pengawas adalah bagian dari

perseroan yang bertugas mengawasi segala tindakan yang dilakukan oleh direksi
40

secara umum dan juga memberikan nasihat kepada direksi dalam mengelola

perusahaan (Dewantoro & Suryono, 2022). Menurut Watiputri & Pranoto (2021)

komisaris independen dirumuskan sebagai berikut :

Jumlah dewan komisaris independen


Komisaris Independen = x 100%
Jumlah anggota dewan komisaris

2. Dewan Direksi (X2)

Dewan direksi bisa berupa orang yang mempunyai bisnis atau usaha bahkan

seorang profesional yang ditunjuk oleh perusahaan atau pemilik bisnis untuk

mengarahkan serta mengelola bisnis atau usahanya (Dewantoro & Suryono, 2022).

Menurut Gustifera (2021) dewan direksi dirumuskan sebagai berikut :

Dewan Direksi = Total Anggota Direksi

3. Komite Audit (X3)

Komite audit merupakan sekelompok orang yang dipilih oleh dewan

komisaris perusahaan untuk mengawasi proses pelaporan keuangan (Prastuti &

Budiasih, 2015). Menurut Gustifera (2021) komite audit dirumuskan sebagai

berikut :

Komite Audit = Jumlah Komite Audit

4. Kepemilikan Manajerial (X4)

Kepemilikan manajerial merupakan kondisi dimana manajer memiliki peran

ganda dalam suatu perusahaan yakni sebagai manajer dan pemegang saham

(Alamsyah, 2016). Menurut Sanah et al., (2021) kepemilikan manajerial

dirumuskan sebagai berikut :

Jumlah saham pihak manajerial


Kepemilikan Manajerial = × 100%
Total saham yang beredar
41

5. Kepemilikan Institusional (X5)

Menurut Darmayanti et al., (2018) kepemilikan institusional adalah

kepemilikan saham dari sebuah perusahaan oleh institusi atau lembaga lain seperti

perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lain.

Menurut Sanah et al., (2021) kepemilikan institusional dirumuskan sebagai

berikut :

Jumlah saham pihak institusional


Kepemilikan Institusional = x 100%
Total saham yang beredar

3. Variabel Penengah atau Variabel Moderasi (Z)

Variabel moderasi adalah variabel yang memperkuat atau memperlemah

hubungan antara variabel independen dengan dependen (Sugiyono, 2019). Simbol

untuk variabel moderasi adalah (Z). Variabel moderasi dalam penelitian ini adalah

manajemen laba.

Menurut Schipper (1989:91) manajemen laba adalah suatu intervensi dengan

tujuan dan maksud tertentu dalam proses penyusunan laporan keuangan eksternal

untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi bagi pihak tertentu. Rumus

perhitungan manajemen laba menurut Dechow et al., (1995) :

Menghitung Discretionary Accruals (DA)

TAit
DAit = − NDAit
Ait−1

Keterangan:

DAit = Discretionary accruals perusahaan i pada tahun t.

TAit/Ait-1 = Total accruals perusahaan i pada tahun t.

NDAit = Nondiscreationary accruals pada periode t.


42

3.6 Metode Analisis Data

3.6.1 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik bertujuan untuk memastikan bahwa tidak ada

penyimpangan yang terjadi pada data yang digunakan untuk penelitian sehingga

data yang dihasilkan berdistribusi normal dan dapat memberikan hasil penelitian

yang akurat. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji

heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data mengikuti distribusi

normal. Suatu model regresi dikatakan baik jika nilai residualnya berdistribusi

normal atau mendekati normal. Ada dua metode untuk menentukan apakah residual

mengikuti distribusi normal yaitu dengan analisis grafik dan analisis statistik

(Ghozali, 2016). Menurut Ghozali (2018) kriteria hipotesis diterima atau ditolak

pada uji normalitas adalah:

a. Nilai probabilitas ≥ α (0,05), maka H0 diterima dan berarti residual terdistribusi

normal.

b. Nilai probabilitas < α (0,05), maka H0 ditolak dan berarti residual tidak

terdistribusi normal.

2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi memiliki

korelasi antara variabel independen satu dengan variabel independen lainnya.

Model regresi yang baik seharusnya tidak menunjukkan korelasi antar variabel

lainnya (Ghozali, 2018). Untuk menguji ada tidaknya multikolineritas dalam model
43

regresi dapat dilihat dengan nilai tolerance dan nilai Variance Inflation Factor

(VIF).

a. Jika nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10, maka dapat diartikan bahwa tidak

terdapat multikolinearitas pada penelitian tersebut.

b. Jika nilai tolerance < 0,10 dan VIF > 10, maka terjadi gangguan

multikolonieritas pada penelitian tersebut.

3. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2018) uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah

pada model regresi terjadi ketidaksamaan varian residual dari pengamatan satu

dengan pengamatan lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas. Ada berbagai macam uji heteroskedastisitas, dalam penelitian

ini peneliti menggunakan uji grafik plot (scatterplot) dengan dasar pengambilan

keputusan sebagai berikut:

1. Jika pada grafik scatterplot terlihat titik-titik yang membentuk pola tertentu,

yang teratur, maka dapat disimpulkan telah terjadi masalah heteroskedastisitas.

2. Jika pada grafik scatterplot, titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol

pada sumbu Y serta tidak membentuk pola tertentu yang teratur, maka dapat

disimpulkan tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.

4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji adanya korelasi antara kesalahan

pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode

sebelumnya dalam model regresi linier (Ghozali, 2018). Jika terjadi korelasi, maka
44

ada problem autokorelasi. Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, digunakan

statistik uji run test. Di mana hipotesis uji yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. H0 : Tidak terdapat autokorelasi antar residual

b. H1 : Terdapat autokorelasi antar residual

Dengan kriteria pengujian :

- H0 ditolak jika nilai Signifikansi < α

- H0 diterima jika nilai Signifikansi > α

3.6.2 Analisis Regresi Moderasi

Analisis regresi moderasi atau uji MRA bertujuan untuk menguji kemampuan

variabel moderasi dalam memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel

bebas dan variabel terikat. Menurut Ghozali (2018) Moderated Regression Analysis

merupakan pendekatan analitik yang mempertahankan integritas sampel dan

memberikan dasar untuk mengontrol pengaruh variabel pemoderasi. Pada

penelitian ini menggunakan uji interaksi Moderated Regression Analysis (MRA),

Model regresi linear moderasi ditunjukan oleh persamaan berikut ini.

Y = α + β1 X + β2 X + β3 X + β4 X + β5 X + β6 X Z + β7 X Z +
1 2 3 4 5 1 2

β8 X Z + β9 X Z + β10 X Z + e
3 4 5

Keterangan :

Y = Kinerja Keuangan (EBIT)

α = Konstanta

β1-β10= Koefisien Regresi

X1 = Dewan Komisaris

X2 = Dewan Direksi

X3 = Komite Audit

X4 = Kepemilikan Manajerial
45

X5 = Kepemilikan Institusional

Z = Manajemen Laba

e = Error

3.6.3 Uji Hipotesis

1. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa baik model

menjelaskan perubahan variabel dependen (Ghozali, 2016). Tingkat ketetapan

regresi dinyatakan sebagai koefisien (R2) dengan nilai antara 0-1. Jika R2

menunjukkan bahwa variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi

variabel dependen. Nilai Adjusted R2 ini mencerminkan seberapa besar variasi dari

variabel terikat Y dapat diterangkan oleh variabel bebas X. Bila nilai koefisien

determinasi sama dengan 0 (Adjusted R2 = 0), artinya variasi dari Y tidak dapat

diterangkan oleh X sama sekali. Sementara bila Adjusted R2 = 1, artinya variasi dari

Y secara keseluruhan dapat diterangkan oleh X. Dengan kata lain bila Adjusted R2

= 1, maka semua titik pengamatan berada tepat pada garis regresi.

2. Uji t (Uji Parsial)

Uji t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

penjelasan/indeenden secara individual dalam menjelaskan varian variabel

dependen (Ghozali, 2018). Hipotesis nol (H₀) yang hendak diuji adalah apakah

suatu parameter (bi) sama dengan 0, atau :

a. H₀ : bi = 0, artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan

penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

b. H₁ : bi ≠ 0, artinya variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan

terhadap variabel dependen.


46

Pada penelitian kali ini nilai t hitung akan dibandingkan dengan t tabel pada

tingkat signifikan (α) = 5% dimana :

a. H₀ diterima H₁ ditolak jika signifikansi > 0,05

b. H₀ ditolak H₁ diterima jika signifikansi ≤ 0,05

Terdapat kriteria pengujian menggunakan penelitian hipotesis pada uji t ini

adalah sebagai berikut :

a. Jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel pada 0,05 maka H₀ diterima.

b. Jika t hitung > t tabel atau t hitung < -t tabel pada α 0,05 maka H₀ ditolak.
3.7 Jadwal Penelitian
Tabel 3.5
JADWAL PENELITIAN SKRIPSI TAHUN 2022-2023
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN

No Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli


Kegiatan
. 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pendaftaran
2 Pengajuan Judul
Penentuan Dosen
3 Pembimbing
Konsultasi Proposal
4 (BAB I S/D BAB III)
5 Seminar Proposal
6 Konsultasi Bab IV
7 Konsultasi Bab V
8 Konsultasi Bab VI
9 Komperhensif
10 Pendaftaran Ujian
11 Pelaksanaan Ujian
12 Revisi

47
BAB IV

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesia Stock Exchange (IDX) adalah

pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem juga sarana untuk

mempertemukan penawaran jual dan beli Efek pihak-pihak lain dengan tujuan

memperdagangkan Efek di antara mereka.

Bursa Efek Indonesia merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek

Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES). Demi efektivitas operasional

dan transaksi, Pemerintah memutuskan untuk menggabung Bursa Efek Jakarta

sebagai pasar saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar obligasi dan

derivative menjadi BEI. Bursa hasil penggabungan ini mulai beroperasi pada 1

Desember 2007.

Bursa Efek Indonesia menggunakan sistem perdagangan bernama Jakarta

Automated Trading System (JATS) sejak 22 Mei 1995, menggantikan sistem

manual yang digunakan sebelumnya. Sejak 2 Maret 2009 sistem JATS ini sendiri

telah digantikan dengan sistem baru bernama JATS-NextG.

Bursa Efek Indonesia memiliki visi menjadi bursa yang kompetitif dengan

kredibilitas tingkat dunia, dan misi menyediakan infrastruktur untuk mendukung

terselenggaranya perdagangan efek yang teratur, wajar, dan efisien serta mudah

diakses oleh seluruh pemangku kepentingan (stakeholders). Secara historis, pasar

modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek

telah hadir sejak jaman colonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia.

48
49

Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan

pemerintah colonial atau VOC.

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan

1. PT. Bank Central Asia Tbk (BBCA)

PT. Bank Central Asia Tbk (BBCA) berdiri pada tahun 1955 dengan nama

NV Perseroan Dagang dan Industri Semarang Knitting Factory dan mulai

beroperasi sejak tanggal 21 Februari 1957. PT. Bank Central Asia Tbk berkantor

pusat di Jl. MH Thamrin No.1 Jakarta 10310. Kemudian sekitar tahun 1970 an

tepatnya pada tanggal 2 September 1975, nama bank telah diubah menjadi PT. Bank

Central Asia (BCA).

2. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI)

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) berdiri pada tahun 1895 di

Purwokerto, Jawa Tengah dan resmi ditetapkan menjadi Bank Rakyat Indonesia

sejak 18 Desember 1968 berdasarkan UU No. 21 tahun 1968. PT Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk berkantor pusat di Jl. Jend. Sudirman Kav. 44-46,

Bendungan Hilir, Tanahabang. Jakarta Pusat 10210. Pada tahun 1992, BRI berubah

status hukum menjadi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero).

3. PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI)

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998

dan mulai beroperasi pada tanggal 1 Agustus 1999. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk

berkantor pusat di Gedung Plaza Mandiri Lt.22, Jl. Jend. Gatot Subroto Kav.36-38,

Jakarta. Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar Bank Mandiri, ruang lingkup

kegiatan Bank Mandiri adalah melakukan usaha di bidang perbankan sesuai dengan

ketentuan dan peraturan perundang- undangan yang berlaku.


50

4. PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI)

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) berdiri pada tanggal 5 Juli

1946 sebagai bank pertama yang dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia

secara resmi. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk berkantor pusat di Jl. Jend.

Sudirman Kav. 1, Jakarta 10220. Berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 1968,

BNI ditetapkan menjadi “Bank Negara Indonesia 1946”, dan statusnya menjadi

Bank Umum Milik Negara..

5. PT. Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN)

PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) didirikan pada tanggal 16 Juli

1956 dengan nama PT Bank Kopra Indonesia dan berubah nama menjadi PT Bank

Danamon Indonesia pada tahun 1976. PT Bank Danamon Indonesia Tbk berkantor

pusat di Jl.Prof. Dr. Satrio Kav. E4 No.6 Mega Kuningan Jakarta Selatan 12950.

Pada tahun 2000, Bank Danamon kembali melebarkan sayapnya dengan menjadi

bank utama dalam penggabungan 8 bank BTO lainnya.

6. PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN)

PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) didirikan pada tanggal 09

Februari 1950 dengan nama “Bank Tabungan Pos” dan mulai beroperasi pada

tanggal 14 Februari 2005. PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk berkantor

pusat di Jl. Gajah Mada No.1 Jakarta Pusat. Berdasarkan Anggaran Dasar

Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Bank BTN adalah menjalankan kegiatan umum

perbankan, termasuk melakukan kegiatan Bank berdasarkan prinsip syariah.

7. PT. Krom Bank Indonesia Tbk (BBSI)

PT Krom Bank Indonesia Tbk (BBSI) didirikan pada tanggal 16 Maret 1957

di Bandung dengan nama Bank Ekonomi Nasional NV berdasarkan akta notaris


51

Meester Tan Eng Kiam No. 76 yang perubahan seluruh anggaran dasarnya

sebagaimana dimuat dalam Akta Notaris Kikit Wirianti Sugata, SH No. 5 tanggal

10 Februari 1999 dan No. 23 tanggal 21 Juli 1999 serta disahkan oleh Menteri

Kehakiman berdasarkan Surat Keputusan No. C-17733 HT.01.04.TH.99 tanggal 15

Oktober 1999 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 25

tanggal 28 Maret 2000, tambahan No. 1563/2000.

8. PT. Bank Maspion Indonesia Tbk (BMAS)

PT Bank Maspion Indonesia Tbk (BMAS) didirikan pada tanggal 6

November 1989 dan memperoleh ijin dari Menteri Keuangan Republik Indonesia

pada tanggal 30 Juli 1990, Bank mulai beroperasi secara komersial sebagai bank

umum pada 31 Agustus 1990. PT Bank Maspion Indonesia Tbk berkantor pusat di

Jl. Basuki Rahmat 50-54, Surabaya. Seiring perkembangannya, tanggal 28 Juli

1995, bank ini ditetapkan sebagai sebuah bank devisa. Pada 11 Juli 2013, bank ini

resmi melantai di Bursa Efek Indonesia.

9. PT. Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN)

Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) didirikan pada tanggal 14 Agustus 1971

dan mulai beroperasi pada tanggal 18 Agustus 1971. Bank Pan Indonesia Tbk

berkantor pusat di Gedung Panin Centre Jl. Jend.Sudirman Kav 1 (Senayan),

Jakarta 10270. Bank Panin memiliki anak usaha yang juga tercatat di Bursa Efek

Indonesia (BEI), antara lain: Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN) (51,49%),

Bank Panin Syariah Tbk (PNBS) (51,86%) dan Verena Multi Finance Tbk (VRNA)

(57,54%).
52

10. PT. Bank OCBC NISP Tbk (NISP)

PT. Bank OCBC NISP Tbk (NISP) didirikan pada tanggal 4 April 1941 di

Bandung dengan nama NV Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank. Pada

tahun 1972 melakukan perubahan nama menjadi Nilai Inti Sari Penyimpan (NISP)

yang kemudian pada 1978 ditetapkan bahwa NISP bukan lagi sebagai singkatan,

melainkan sebagai nama resmi Bank (Bank NISP). PT. Bank OCBC NISP Tbk

berkantor pusat di Jl. Prof.Dr. Satrio Kav. 25 Jakarta Selatan.

11. PT. Bank Mayapada International Tbk (MAYA)

PT. Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA) didirikan pada tanggal 07

September 1989 dan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 16 Maret

1990. PT. Bank Mayapada Internasional Tbk berkantor pusat di Mayapada Tower

Lt. 2, Jl. Jendral Sudirman Kav. 28 – Jakarta. Berdasarkan Anggaran Dasar

Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Bank Mayapada adalah menjalankan kegiatan

usaha di bidang perbankan dan jasa keuangan lainnya.

12. PT. Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk (SDRA)

PT. Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk (SDRA) bergerak dalam bidang

jasa perbankan komersial. Bank memperoleh izin dan memulai operasi

komersialnya sebagai bank umum pada tanggal 7 April 1993. PT. Bank Woori

Saudara Indonesia 1906 Tbk berkantor pusat di Jl. Diponegoro No. 28, Bandung.

Pada tahun 2004, bank ini mengubah namanya menjadi "PT Bank Himpunan

Saudara 1906". Dan mendapat persetujuan untuk beroperasi sebagai bank umum

kustodian di pasar modal pada tahun 2007.


BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah di dalam suatu model

regresi, antara variabel bebas dan variabel terikat mempunyai distribusi normal atau

tidak normal Ghozali (2016). Jika asumsi ini dilanggar, maka uji statistik menjadi

tidak valid. Model regresi yang baik adalah berdistribusi normal atau mendekati

normal. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji statistik Kolmogorof-

Smirnov.

Uji normalitas menggunakan One Sample Kolmogorov- Smirnov. Apabila

nilai signifikansi > 5%, maka data dapat dinyatakan normal. Data dinyatakan

berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5% atau 0,05. Tabel 5.1

menunjukkan hasil uji normalitas.

Tabel 5.1 Hasil Uji Normalitas


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 60
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation ,13935676
Absolute ,104
Most Extreme Differences Positive ,104
Negative -,072
Kolmogorov-Smirnov Z ,809
Asymp. Sig. (2-tailed) ,530
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber : data yang diolah dari program SPSS versi 20

53
54

Hasil uji normalitas pada Tabel 5.1 menunjukkan Asymp. Sig. (2-tailed)

sebesar 0,530 > 0,05 yang berarti model regresi ini terdistribusi normal. Selain

dengan menggunakan uji statistik Kolmogorof-Smirnov dalam penelitian ini juga

menggunakan uji analisis grafik. Berikut uji normalitas data dengan menggunakan

grafik Normal P-Plot.

Gambar 5.1 Normal P-Plot


Sumber : data yang diolah dari program SPSS versi 20

Dalam grafik normal plot diatas dapat diketahui bahwa nilai residual dalam

penelitian ini normal. Hal tersebut terjadi karena apabila residual berasal dari

distribusi normal, maka sebaran terletak disekitar garis lurus. Pada gambar grafik

diatas juga terlihat bahwa sebaran residual yang dilambangkan dengan titik atau

lingkaran kecil tersebut disekeliling garis diagonal dan mengikuti arahnya.

Sehingga normalitas dalam penelitian ini terpenuhi.

2. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya kolerasi antara variable bebas (independen). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk mengetahui

hasil uji dari uji multikolinieritas dapat dilihat dengan melihat nilai tolerance dan

nilai VIF. Apabila nilai tolerancenya sendiri lebih besar dari 0,10 maka dapat
55

disimpulkan tidak terjadi multikolinieritas dan apabila nilai tolerancenya lebih kecil

dari 0,10 maka kesimpulan yang didapat adalah terjadi multikolinieritas. Jika nilai

VIF lebih dari 10, maka kita akan mendapat kesimpulan bahwa data tersebut

memiliki multikolinieritas Sedangkan jika nilai VIF dibawah 10, maka kesimpulan

bahwa data yang kita uji tidak memiliki mulitikolinieritas. Tabel 5.2 menunjukkan

hasil uji multikolinieritas.

Tabel 5.2 Hasil Uji Multikolinieritas


Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
(Constant)
X1 ,957 1,045
X2 ,714 1,401
1
X3 ,704 1,421
X4 ,697 1,435
X5 ,791 1,264
a. Dependent Variable: Y
Sumber : data yang diolah dari program SPSS versi 20

Hasil uji multikolinieritas pada Tabel 5.2 menunjukkan nilai tolerance diatas 0,1

dan VIF di bawah 10 sehingga tidak terdapat masalah multikolinieritas dalam

model regresi.

3. Uji Heterokedastisitas

Ketidaksamaan variance residual dari pengamatan adalah permasalahan

heteroskedastisitas dalam model regresi. Uji heteroskedastiistas dapat dilakukan

dengan uji grafik plot, uji park, uji glejser, dan uji white. Grafik Plot digunakan

untuk menguji heterosekdastisitas dalam penelitian ini. Apabila tidak ada pola yang

jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka

dapat disimpulkan tidak gejala heteroskedastisitas. Gambar 5.2 menunjukkan hasil

uji heteroskedastisitas.
56

Gambar 5.2 ScatterPlot


Sumber : data yang diolah dari program SPSS versi 20

Gambar 5.2 menunjukkan data acak dan tidak membentuk pola. Sehingga

tidak terdapat gejala heteroskedastisitas. Tidak adanya masalah heteroskedastisitas

dapat disimpulkan model regresi dapat digunakan untuk pengujian hipotesis.

4. Uji Autokorelasi

Adanya hubungan antara kesalahan penganggu periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 adalah permasalahan autokorelasi. Permasalahan ini

terjadi pada data runtut waktu karena data time series mengukuti urutan alamiah

antarwaktu. Urutan alamian antar waktu menyebabkan pengamatan-pengamatan

secara berturut-turut mengandung interkorelasi, khususnya rentang waktu yang

pendek, seperti hari, minggu atau bulan. Tabel 5.3 menunjukkan hasil uji

autokorelasi.
57

Tabel 5.3 Hasil Uji Autokorelasi


Runs Test
Unstandardized Residual Unstandardized Residual
a
Test Value -,00633 ,00745
Cases < Test Value 30 29
Cases >= Test Value 30 30
Total Cases 60 59
Number of Runs 13 32
Z -4,687 ,396
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000 ,692
a. Median
Sumber : data yang diolah dari program SPSS versi 20

Tabel 5.3 menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,692 dimana 0,692 >

0,05. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam peneltian ini dikatakan tidak terjadi

autokorelasi karena diperoleh nilai sig > 0,05.

5.1.2 Analisis Regresi Moderasi

Regresi linier moderasi digunakan sebagai alat analisis pengolahan data.

Penggunaan regresi berganda karena dalam penelitian ini menggunakan interaksi

antara variabel independen dan variabel moderasi terhadap variabel dependen.

Tabel 5.4 menunjukkan hasil regresi moderasi.

Tabel 5.4 Hasil Regresi Moderasi


Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) ,056 ,141 ,399 ,692
X1 ,018 ,151 ,010 ,120 ,905
X2 ,891 ,659 ,159 1,353 ,182
X3 3,504 1,175 ,321 2,983 ,004
X4 ,654 ,235 ,326 2,787 ,008
1 X5 -,258 ,101 -,270 -2,555 ,014
X1Z ,039 ,072 ,307 ,537 ,594
X2Z ,278 ,420 ,336 ,662 ,511
X3Z 2,186 ,715 1,378 3,058 ,004
X4Z ,062 ,081 ,178 ,770 ,445
X5Z -,211 ,072 -2,488 -2,947 ,005
a. Dependent Variable: Y
Sumber : data yang diolah dari program SPSS versi 20
58

Berdasarkan tabel 5.4 diperoleh hasil regresi moderasi sebagai berikut :

Y = 0,560 + 0,180X1 + 0,891X2 + 3,504X3 + 0,654X4 – 0,258X5 + 0,390X1*Z +

0,278X2*Z + 2,186X3*Z + 0,620X4*Z – 0,211X5*Z + e

Persamaan diatas dapat diinterprestasikan sebagai berikut :

a. Nilai konstanta (α) sebesar 0,560. Nilai (α) tersebut menunjukkan bahwa besar

kinerja keuangan 0,560 apabila nilai seluruh variabel independen adalah 0.

b. Variabel dewan komisaris independen mempunyai nilai koefisien regresi 0,180.

Hasil ini berarti setiap peningkatan satu satuan variabel dewan komisaris

independen akan berakibat peningkatan kinerja keuangan sebesar 0,180.

c. Variabel dewan direksi mempunyai nilai koefisien regresi 0,891. Hasil ini berarti

setiap peningkatan satu satuan variabel dewan direksi akan berakibat

peningkatan kinerja keuangan sebesar 0,891.

d. Variabel komite audit mempunyai nilai koefisien regresi 3,504. Hasil ini berarti

setiap peningkatan satu satuan komite audit akan berakibat peningkatan kinerja

keuangan sebesar 3,504.

e. Variabel kepemilikan manajerial mempunyai nilai koefisien regresi 0,654. Hasil

ini berarti setiap peningkatan satu satuan kepemilikan manajerial akan berakibat

peningkatan kinerja keuangan sebesar 0,654.

f. Variabel kepemilikan institusional mempunyai nilai koefisien regresi -0,258.

Hasil ini berarti setiap peningkatan satu satuan variabel kepemilikan

institusional akan berakibat penurunan kinerja keuangan sebesar 0,258.

g. Variabel interaksi dewan komisaris independen dan manajemen laba

mempunyai nilai koefisien regresi 0,390. Hasil ini berarti setiap peningkatan satu
59

satuan variabel dewan komisaris independen dan manajemen laba akan

berakibat peningkatan kinerja keuangan sebesar 0,390.

h. Variabel interaksi dewan direksi dan manajemen laba mempunyai nilai koefisien

regresi 0,278. Hasil ini berarti setiap peningkatan satu satuan variabel dewan

direksi dan manajemen laba akan berakibat peningkatan kinerja keuangan

sebesar 0,278.

i. Variabel interaksi komite audit dan manajemen laba mempunyai nilai koefisien

regresi 2,186. Hasil ini berarti setiap peningkatan satu satuan variabel komite

audit dan manajemen laba akan berakibat peningkatan kinerja keuangan sebesar

2,186.

j. Variabel interaksi kepemilikan manajerial dan manajemen laba mempunyai nilai

koefisien regresi 0,620. Hasil ini berarti setiap peningkatan satu satuan variabel

kepemilikan manajerial dan manajemen laba akan berakibat peningkatan kinerja

keuangan sebesar 0,620.

k. Variabel interaksi kepemilikan institusional dan manajemen laba mempunyai

nilai koefisien regresi -0,211. Hasil ini berarti setiap peningkatan satu satuan

variabel kepemilikan institusional dan manajemen laba akan berakibat

penurunan kinerja keuangan sebesar 0,211.

5.1.3 Uji Hipotesis

1. Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi menunjukkan tingkat besarnya variabel independen

dalam menjelaskan variabel terikat dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar

model. Tabel 5.5 menunjukkan hasil koefisien determinasi.


60

Tabel 5.5 Hasil Koefisien Determinasi


Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 ,820a ,672 ,605 ,10464
a. Predictors: (Constant), X5Z, X5, X3, X1, X2, X4, X4Z, X3Z, X2Z, X1Z
b. Dependent Variable: Y
Sumber : data yang diolah dari program SPSS versi 20
Tabel 5.5 menunjukkan hasil koefisien determinasi (Adjusted R Square)

sebesar 0,605. Nilai tersebut berarti 60,5% variasi variabel bebas dapat menjelaskan

model persamaan regresi dan 39,5% sisanya dipengaruhi oleh variabel-variabel lain

yang tidak digunakan dalam model regresi.

2. Uji t (Uji Parsial)

Uji t statistik adalah untuk mengetahui pengaruh satu variabel independen

terhadap variabel dependen secara parsial. Pengujian ini diterima apabila nilai dari

Sig. t statistik < 0,05. Uji t dilakukan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen secara individual/parsial. Tabel

5.6 menunjukkan hasil uji t.

Tabel 5.6 Hasil Uji t


Coefficientsa
Model T Sig.

(Constant) ,399 ,692


X1 ,120 ,905
X2 1,353 ,182
X3 2,983 ,004
X4 2,787 ,008
1 X5 -2,555 ,014
X1Z ,537 ,594
X2Z ,662 ,511
X3Z 3,058 ,004
X4Z ,770 ,445
X5Z -2,947 ,005
a. Dependent Variable: Y
Sumber : data yang diolah dari program SPSS versi 20

Berdasarkan tabel 5.8 dapat disimpulkan bahwa :


61

a. Uji parsial antara dewan komisaris independen dengan kinerja keuangan

diperoleh nilai thitung = 0,120 dan sig = 0,692. Karena nilai sig 0,692 > 0,05

dapatlah disimpulkan bahwa dewan komisaris independen tidak berpengaruh

terhadap kinerja keuangan.

b. Uji parsial antara dewan direksi dengan kinerja keuangan diperoleh nilai thitung

= 1,353 dan sig = 0,182. Karena nilai sig 0,182 > 0,05 dapatlah disimpulkan

bahwa dewan direksi tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

c. Uji parsial antara komite audit dengan kinerja keuangan diperoleh nilai thitung

= 2,983 dan sig = 0,004. Karena nilai sig 0,004 < 0,05 dapatlah disimpulkan

bahwa komite audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

d. Uji parsial antara kepemilikan manajerial dengan kinerja keuangan diperoleh

nilai thitung = 2,787 dan sig = 0,008. Karena nilai sig 0,008 < 0,05 dapatlah

disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja

keuangan.

e. Uji parsial antara kepemilikan institusional dengan kinerja keuangan diperoleh

nilai thitung = -2,555 dan sig = 0,014. Karena nilai sig 0,014 < 0,05 dapatlah

disimpulkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja

keuangan.

f. Uji parsial interaksi dewan komisaris independen dan manajemen laba terhadap

kinerja keuangan diperoleh nilai thitung = 0,537 dan sig = 0,594. Karena nilai

sig 0,594 > 0,05 dapatlah disimpulkan bahwa manajemen laba tidak memperkuat

hubungan dewan komisaris independen terhadap kinerja keuangan.

g. Uji parsial interaksi dewan direksi dan manajemen laba terhadap kinerja

keuangan diperoleh nilai thitung = 0,662 dan sig = 0,511. Karena nilai sig 0,511
62

> 0,05 dapatlah disimpulkan bahwa manajemen laba tidak memperkuat

hubungan dewan direksi terhadap kinerja keuangan.

h. Uji parsial interaksi komite audit dan manajemen laba terhadap kinerja keuangan

diperoleh nilai thitung = 3,058 dan sig = 0,004. Karena nilai sig 0,004 < 0,05

dapatlah disimpulkan bahwa manajemen laba memperkuat hubungan komite

audit terhadap kinerja keuangan.

i. Uji parsial interaksi kepemilikan manajerial dan manajemen laba terhadap

kinerja keuangan diperoleh nilai thitung = 0,770 dan sig = 0,445. Karena nilai

sig 0,445 > 0,05 dapatlah disimpulkan bahwa manajemen laba tidak memperkuat

hubungan kepemilikan manajerial terhadap kinerja keuangan.

j. Uji parsial interaksi kepemilikan institusional dan manajemen laba terhadap

kinerja keuangan diperoleh nilai thitung = -2,947 dan sig = 0,005. Karena nilai

sig 0,005 < 0,05 dapatlah disimpulkan bahwa manajemen laba memperkuat

hubungan kepemilikan institusional terhadap kinerja keuangan.

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian

5.2.1 Pengaruh Dewan Komisaris Independen Terhadap Kinerja Keuangan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dewan komisaris independen

tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar

di BEI periode 2017-2021. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t yang memiliki nilai

signifikansi sebesar 0,692. Berdasarkan hasil tersebut maka nilai sig > α (0,05)

yakni (0,692) > (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak.

Menurut teori keagenan, dewan komisaris independen diharapkan dapat

mengurangi konflik kepentingan antara pemilik saham dan manajer dalam sebuah

perusahaan. Namun, dalam kenyataannya, pengaruh dewan komisaris independen


63

terhadap kinerja keuangan perusahaan tidak selalu sesuai dengan harapan ini.

Beberapa faktor yang dapat menjelaskan hal ini termasuk keterbatasan kontrol yang

dimiliki oleh dewan komisaris independen dalam mengawasi manajemen,

ketergantungan mereka pada informasi dari manajemen, potensi konflik

kepentingan pribadi, serta kondisi regulasi yang mungkin tidak cukup ketat. Selain

itu, dinamika kepemilikan saham dan komposisi anggota dewan juga memainkan

peran dalam menentukan efektivitas dewan komisaris independen. Oleh karena itu,

meskipun dewan komisaris independen adalah salah satu mekanisme yang

digunakan dalam teori keagenanan untuk mengelola konflik, dampak mereka pada

kinerja keuangan perusahaan dapat bervariasi tergantung pada konteks dan situasi

spesifik perusahaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pirenaning

& Suwarti (2022) dan Dewantoro & Suryono (2022) menyatakan bahwa dewan

komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Namun hasil

penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bahtiar &

Parasetya (2022) dan Kiki & Sri (2022) yang menyatakan bahwa dewan komisaris

independen berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Hal ini dikarenakan posisi

dewan komisaris independen sangat penting dalam menjembatani kepentingan

prinsipal dalam sebuah perusahaan karena fungsi utama mengawasi kelengkapan

dan kualitas informasi atas kinerja dewan direksi. Maka dari itu, peningkatan

jumlah dewan komisaris independen menyebabkan pengawasan lebih ketat kepada

pihak manajer sehingga penyelewengan terhadap perusahaan menjadi rendah.


64

5.2.2 Pengaruh Dewan Direksi Terhadap Kinerja Keuangan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dewan direksi tidak

berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di

BEI periode 2017-2021. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t yang memiliki nilai

signifikansi sebesar 0,182. Berdasarkan hasil tersebut maka nilai sig > α (0,182)

yakni (0,182) > (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa H2 ditolak.

Teori keagenan menyajikan konsep bahwa dewan direksi seharusnya

berperan penting dalam mengurangi konflik kepentingan antara pemegang saham

(pemilik) dan manajer (agen) dalam sebuah perusahaan. Namun, dalam praktiknya,

pengaruh dewan direksi terhadap kinerja keuangan perusahaan tidak selalu sesuai

dengan ekspektasi ini. Beberapa faktor yang dapat menjelaskan hal ini termasuk

ketergantungan dewan direksi pada informasi dari manajemen, kurangnya insentif

yang kuat untuk mengejar kepentingan pemegang saham, serta potensi terjadinya

konflik kepentingan di antara anggota dewan direksi itu sendiri. Selain itu, desain

dewan direksi, komposisi anggotanya, serta tingkat keterlibatan dan komitmen

anggota dewan juga memainkan peran penting dalam menentukan efektivitas

mereka dalam mengawasi manajemen dan memengaruhi kinerja keuangan

perusahaan. Oleh karena itu, sementara dewan direksi merupakan elemen sentral

dalam teori keagenan, hasil praktisnya dapat sangat bervariasi bergantung pada

faktor-faktor tersebut dan konteks perusahaan tertentu.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gustifera

(2021) dan Situmorang & Simanjuntak (2019) menyatakan bahwa dewan direksi

tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Namun hasil penelitian ini

bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewantoro & Suryono (2022)
65

dan Sanah et al., (2021) yang menyatakan bahwa dewan direksi berpengaruh

terhadap kinerja keuangan. Hal ini dikarenakan semakin banyak dewan direksi

dalam perusahaan akan memberikan suatu bentuk pengawasan terhadap kinerja

perusahaan yang semakin lebih baik, dengan kinerja perusahaan yang baik dan

terkontrol, maka akan menghasilkan profitabilitas yang baik dan kinerja keuangan

perusahaan pun juga akan ikut meningkat.

5.2.3 Pengaruh Komite Audit Terhadap Kinerja Keuangan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa komite audit berpengaruh

terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode

2017-2021. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t yang memiliki nilai signifikansi

sebesar 0,004. Berdasarkan hasil tersebut maka nilai sig < α (0,05) yakni (0,004) <

(0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa H3 diterima.

Menurut teori keagenan, komite audit memiliki peran penting dalam

mengelola konflik kepentingan antara pemegang saham (pemilik) dan manajemen

(agen) dalam suatu perusahaan. Peran utama komite audit adalah untuk memastikan

bahwa laporan keuangan perusahaan akurat dan dapat dipercaya, sehingga

memberikan pemegang saham keyakinan bahwa manajemen tidak melakukan

tindakan yang merugikan mereka. Dalam hal ini, komite audit bertanggung jawab

untuk memantau praktik akuntansi, mengawasi auditor eksternal, dan mengevaluasi

risiko-risiko yang berkaitan dengan laporan keuangan. Sebagai pengawas

independen, komite audit dapat membantu memitigasi perilaku agen yang mungkin

ingin melaporkan informasi yang salah atau mengejar kepentingan pribadi. Dengan

demikian, keberadaan komite audit yang efektif dapat meningkatkan transparansi,

akuntabilitas, dan integritas dalam pelaporan keuangan, yang pada gilirannya dapat
66

berdampak positif pada kinerja keuangan perusahaan. Namun, efektivitas komite

audit juga tergantung pada kompetensi anggota komite, tingkat independensi

mereka, serta kemampuan mereka untuk mengidentifikasi dan menangani masalah

yang mungkin timbul dalam perusahaan. Oleh karena itu, sementara komite audit

memiliki potensi besar untuk memengaruhi kinerja keuangan sesuai dengan teori

keagenan, hasilnya dapat bervariasi tergantung pada faktor-faktor tersebut dan

implementasi yang tepat dalam konteks perusahaan tertentu.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Furqoni &

Ratmono (2022), Putri & Praptoyo (2022) dan Bahtiar & Parasetya (2022)

menyatakan bahwa komite audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Namun

hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saputra et

al., (2022) dan Dewantoro & Suryono (2022) yang menyatakan bahwa komite audit

tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Hal ini dikarenakan komite audit

hanya meningkatkan kualitas informasi laporan yang berada di dalam audit laporan

keuangan perusahaan. Sehingga keberadaan komite audit tidak mampu

meningkatkan kinerja keuangan perusahaan

5.2.4 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kinerja Keuangan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kepemilikan manajerial

berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di

BEI periode 2017-2021. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t yang memiliki nilai

signifikansi sebesar 0,008. Berdasarkan hasil tersebut maka nilai sig < α (0,05)

yakni (0,008) < (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa H4 diterima.

Menurut teori keagenan, kepemilikan manajerial dapat memiliki dampak

yang signifikan pada kinerja keuangan suatu perusahaan. Kepemilikan manajerial


67

mengacu pada saham perusahaan yang dimiliki oleh manajer atau eksekutif

perusahaan itu sendiri. Teori keagenan mengasumsikan adanya konflik kepentingan

antara pemegang saham (pemilik) dan manajer (agen) dalam perusahaan, dimana

manajer mungkin memiliki insentif untuk mengejar kepentingan pribadi yang tidak

selalu sejalan dengan kepentingan pemegang saham. Dalam konteks ini,

kepemilikan manajerial dapat berpotensi mengurangi konflik keagenan karena

manajer memiliki saham didalam perusahaan. Dengan memiliki saham, mereka

memiliki insentif untuk meningkatkan kinerja perusahaan, karena kenaikan nilai

saham mereka akan sejalan dengan keuntungan bagi pemegang saham.

Kepemilikan manajerial dapat memotivasi manajer untuk mengambil keputusan

yang lebih berorientasi jangka panjang, meminimalkan risiko, dan memaksimalkan

laba yang dapat menguntungkan semua pihak. Oleh karena itu, kepemilikan

manajerial memiliki potensi untuk memengaruhi kinerja keuangan positif sesuai

teori keagenan, efektivitasnya akan sangat dipengaruhi oleh sejumlah faktor

kontekstual dan tingkat pengawasan yang ada dalam perusahaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alfian

(2019) dan Agatha et al., (2020) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial

berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Namun hasil penelitian ini bertentangan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Sanah et al., (2021) dan Donata et al., (2022)

yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap

kinerja keuangan. Hal ini dikarenakan terlalu banyak kepemilikan manajerial dapat

menciptakan masalah baru dalam bentuk dominasi manajer atau bahkan potensi

penyalahgunaan kekuasaan.
68

5.2.5 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Keuangan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kepemilikan institusional

berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di

BEI periode 2017-2021. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t yang memiliki nilai

signifikansi sebesar 0,014. Berdasarkan hasil tersebut maka nilai sig < α (0,05)

yakni (0,014) < (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa H5 diterima.

Kepemilikan institusional berfungsi sebagai peminimalisasi konflik keagenan

yang terjadi antara pemegang saham dan manajer sesuai dengan teori keagenan

yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976). Kepemilikan institusional

dapat berperan sebagai pengawas eksternal yang dapat membantu mengurangi

konflik keagenan. Institusi-institusi ini sering memiliki sumber daya dan

pengetahuan yang cukup untuk secara aktif mengawasi kinerja manajemen, praktik

akuntansi, dan pengambilan keputusan perusahaan. Dengan memiliki saham

perusahaan, institusi-institusi ini memiliki insentif untuk memastikan bahwa

perusahaan beroperasi secara efisien, mengikuti praktik-praktik bisnis terbaik, dan

mencapai hasil keuangan yang baik, yang pada gilirannya akan menguntungkan

pemegang saham mereka. Selain itu tingkat kepemilikan institusional yang tinggi

akan menimbulkan usaha pengawasan yang tinggi pula, sehingga dapat

menghalangi opportunistic manajer yang pada akhirnya akan menghasilkan kinerja

keuangan yang semakin baik. Oleh karena itu, kepemilikan institusional memiliki

potensi besar untuk memengaruhi kinerja keuangan positif sesuai teori keagenan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pirenaning

& Suwarti (2022) dan Putri & Praptoyo (2022) menyatakan bahwa kepemilikan

institusional berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Namun hasil penelitian ini


69

bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saputra et al., (2022) dan

Donata et al., (2022) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak

berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Hal ini dikarenakan keberadaan

kepemilikan institusional yang diharapkan memiliki kemampuan monitoring yang

baik, tetapi tidak mampu membuat tata kelola perusahaan menjadi transparan. Hal

ini mengidentifikasi bahwa pemegang saham institusional hanya mementingkan

dirinya sendiri.

5.2.6 Pengaruh Dewan Komisaris Independen Terhadap Kinerja Keuangan

Melalui Manajemen Laba

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa manajemen laba tidak

memperkuat hubungan dewan komisaris independen terhadap kinerja keuangan

perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2017-2021. Hal ini dibuktikan

dengan hasil uji t yang memiliki nilai signifikansi sebesar 0,537. Berdasarkan hasil

tersebut maka nilai sig > α (0,05) yakni (0,537) > (0,05) sehingga dapat disimpulkan

bahwa H6 ditolak.

Menurut teori keagenan, dewan komisaris independen diharapkan dapat

berperan dalam mengurangi praktik manajemen laba, yaitu upaya manajer untuk

memanipulasi laporan keuangan guna memengaruhi persepsi pemegang saham

tentang kinerja perusahaan. Namun, dalam beberapa kasus, dewan komisaris

independen tidak selalu dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan melalui

pengendalian manajemen laba. Ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti

keterbatasan akses terhadap informasi, ketergantungan pada manajemen

perusahaan untuk memberikan laporan yang akurat, atau bahkan kurangnya

kemampuan untuk mendeteksi tindakan manajemen laba yang rumit. Oleh karena
70

itu, pengaruh dewan komisaris independen terhadap kinerja keuangan perusahaan

mungkin tidak selalu melalui pengendalian manajemen laba seperti yang

diharapkan dalam teori keagenan. Meskipun dewan komisaris independen adalah

salah satu mekanisme pengendalian dalam teori keagenan, dampak mereka pada

kinerja keuangan perusahaan tidak selalu termanifestasi melalui pengendalian

manajemen laba seperti yang diharapkan dalam kerangka teori tersebut.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Furqoni &

Ratmono (2022) dan Watiputri & Pranoto (2022) menyatakan bahwa dewan

komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan melalui

manajemen laba. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Faisal & Syafruddin (2020) dan Mahrani et al., (2018) yang

menyatakan bahwa dewan komisaris independen berpengaruh terhadap kinerja

keuangan melalui manajemen laba. Hal ini dikarenakan tindakan manajemen laba

yang dilakukan perusahaan dapat diminimalisir dengan adanya pemantauan dewan

komisaris independen.

5.2.7 Pengaruh Dewan Direksi Terhadap Kinerja Keuangan Melalui

Manajemen Laba

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa manajemen laba tidak

memperkuat hubungan dewan direksi terhadap kinerja keuangan perusahaan

perbankan yang terdaftar di BEI periode 2017-2021. Hal ini dibuktikan dengan

hasil uji t yang memiliki nilai signifikansi sebesar 0,662. Berdasarkan hasil tersebut

maka nilai sig > α (0,05) yakni (0,662) > (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa

H7 ditolak.
71

Menurut teori keagenan, dewan direksi biasanya dianggap sebagai salah satu

mekanisme pengendalian yang dapat mengurangi konflik keagenan. Jensen dan

Meckling (1976) menyatakan bahwa ukuran dewan direksi yang lebih besar dapat

mengurangi keefektifan pengawasan karena komunikasi dan koordinasi serta

kemampuan dewan dalam mengendalikan manajemen dapat menimbulkan masalah

keagenan akibat adanya pemisahan antara manajemen dan pengendali. Salah satu

peran yang diharapkan dari dewan direksi adalah mengawasi praktik manajemen

laba. Namun, dalam beberapa kasus, dewan direksi mungkin tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan melalui

pengendalian manajemen laba seperti yang diantisipasi dalam teori keagenan. Ini

bisa terjadi karena sejumlah faktor. Pertama, anggota dewan direksi mungkin

memiliki keterbatasan dalam akses terhadap informasi yang diperlukan untuk

mendeteksi praktik manajemen laba yang rumit. Kedua, mereka mungkin

bergantung pada informasi yang diberikan oleh manajemen perusahaan untuk

membuat keputusan. Ketiga, dewan direksi bisa saja kurang memiliki pengetahuan

atau pemahaman yang memadai tentang praktik akuntansi yang digunakan oleh

manajemen. Dalam konteks ini, meskipun dewan direksi adalah salah satu elemen

pengendalian dalam teori keagenan, pengaruh mereka terhadap kinerja keuangan

perusahaan mungkin tidak selalu berlangsung melalui pengawasan atau

pengendalian terhadap manajemen laba seperti yang diharapkan dalam kerangka

teori tersebut.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Furqoni &

Ratmono (2022) dan Saputra et al., (2022) menyatakan bahwa dewan direksi tidak

berpengaruh terhadap kinerja keuangan melalui manajemen laba. Namun hasil


72

penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Faisal &

Syafruddin (2020) dan Mahrani et al., (2018) yang menyatakan bahwa dewan

direksi berpengaruh terhadap kinerja keuangan melalui manajemen laba. Hal ini

dikarenakan adanya peran monitoring yang baik oleh dewan direksi pada

operasional perusahaan, maka akan dapat mengurangi tindakan oportunis manajer

seperti manajemen laba.

5.2.8 Pengaruh Komite Audit Terhadap Kinerja Keuangan Melalui

Manajemen Laba

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa manajemen laba memperkuat

hubungan komite audit terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan yang

terdaftar di BEI periode 2017-2021. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t yang

memiliki nilai signifikansi sebesar 0,004. Berdasarkan hasil tersebut maka nilai sig

< α (0,05) yakni (0,004) < (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa H8 diterima.

Menurut teori keagenan (Jensen & Meckling, 1976) manajemen bertanggung

jawab kepada pemilik perusahaan dan berusaha agar kinerja laporan keuangan

selalu bagus dengan bertindak oportunis melakukan manajemen laba pada laporan

keuangan jika mengalami penurunan. Sehingga komite audit, sebagai entitas

independen yang memiliki tanggung jawab untuk memastikan integritas laporan

keuangan, dapat membantu mengurangi risiko praktik manajemen laba yang

merugikan. Mereka melakukan pengawasan yang ketat terhadap praktik akuntansi

dan pelaporan keuangan, memastikan kepatuhan terhadap standar akuntansi yang

berlaku, dan mengevaluasi risiko-risiko yang terkait dengan manajemen laba.

Dengan melakukan pengawasan yang cermat, komite audit dapat membantu

meminimalkan insentif manajer untuk memanipulasi laporan keuangan demi


73

kepentingan pribadi. Dalam hal ini, mereka berperan sebagai mekanisme

pengendalian yang efektif dalam teori keagenan yang dapat berkontribusi pada

kepercayaan pemegang saham, transparansi, dan akuntabilitas yang diperlukan

dalam menjaga kinerja keuangan yang sehat. Dalam kerangka teori keagenan,

komite audit memiliki peran yang signifikan dalam mengendalikan risiko praktik

manajemen laba yang merugikan pemegang saham dan dapat berpotensi

memengaruhi positif kinerja keuangan perusahaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Faisal &

Syafruddin (2020) dan Mahrani et al., (2018) menyatakan bahwa komite audit

berpengaruh terhadap kinerja keuangan melalui manajemen laba. Namun hasil

penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Furqoni &

Ratmono (2022) dan Saputra et al., (2022) yang menyatakan bahwa komite audit

tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan melalui manajemen laba. Hal ini

dikarenakan komite audit belum maksimal dalam melakukan pengawasan terhadap

manajemen, khususnya pada laporan keuangan perusahaan. Sehingga sedikit

banyaknya jumlah komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

5.2.9 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kinerja Keuangan

Melalui Manajemen Laba

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa manajemen laba tidak

memperkuat hubungan kepemilikan manajerial terhadap kinerja keuangan

perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2017-2021. Hal ini dibuktikan

dengan hasil uji t yang memiliki nilai signifikansi sebesar 0,662. Berdasarkan hasil

tersebut maka nilai sig > α (0,05) yakni (0,445) > (0,05) sehingga dapat disimpulkan

bahwa H9 ditolak.
74

Sesuai dengan teori keagenan, kepemilikan manajerial yaitu kepemilikan

saham oleh manajer atau eksekutif dalam perusahaan tempat mereka bekerja,

seharusnya dapat mengurangi konflik keagenan. dimana asumsi dalam teori ini

adalah bahwa manajer akan memiliki insentif yang kuat untuk memaksimalkan

kinerja perusahaan karena kepemilikan saham mereka secara langsung mengikat

keuntungan mereka dengan kesehatan keuangan perusahaan. Namun, dalam

konteks manajemen laba, studi empiris menunjukkan bahwa kepemilikan

manajerial tidak selalu berpengaruh signifikan terhadap praktik-praktik manajemen

laba. Praktik manajemen laba sering melibatkan manipulasi laporan keuangan

untuk memengaruhi hasil keuangan perusahaan agar terlihat lebih baik daripada

kinerja yang sebenarnya. Meskipun manajer memiliki kepemilikan saham, mereka

mungkin tetap terlibat dalam manajemen laba karena alasan lain, seperti tekanan

untuk mencapai target kinerja atau memenuhi harapan analis keuangan. Dengan

kata lain, kepemilikan manajerial tidak selalu menjadi faktor penentu utama dalam

mencegah praktik manajemen laba, dan dampaknya pada kinerja keuangan

perusahaan melalui manajemen laba bisa terbatas. Faktor-faktor lain seperti tata

kelola perusahaan, kebijakan insentif, dan regulasi juga berperan penting dalam

mengatur perilaku manajerial terkait manajemen laba.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Furqoni &

Ratmono (2022) dan Saputra et al., (2022) menyatakan bahwa kepemilikan

manajerial tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan melalui manajemen laba.

Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Faisal & Syafruddin (2020) dan Mahrani et al., (2018) yang menyatakan bahwa

kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja keuangan melalui


75

manajemen laba. Hal ini dikarenakan manajemen yang mempunyai saham dalam

perusahaan akan memposisikan dirinya sebagai pemegang saham. Sehingga

manajemen tersebut juga akan berusaha agar kinerja perusahaan menjadi semakin

baik dan melakukan monitoring atau pengawasan yang bisa mengurangi praktik

manajemen laba.

5.2.10 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Keuangan

Melalui Manajemen Laba

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa manajemen laba memperkuat

hubungan kepemilikan institusional terhadap kinerja keuangan perusahaan

perbankan yang terdaftar di BEI periode 2017-2021. Hal ini dibuktikan dengan

hasil uji t yang memiliki nilai signifikansi sebesar 0,005. Berdasarkan hasil tersebut

maka nilai sig < α (0,05) yakni (0,005) < (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa

H10 diterima.

Menurut teori keagenan, kepemilikan institusional yang mencakup saham

perusahaan yang dimiliki oleh entitas-institusi besar seperti dana pensiun,

perusahaan asuransi, atau manajer investasi, dapat memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Teori ini mengasumsikan adanya

konflik kepentingan antara pemegang saham (pemilik) dan manajer (agen) dalam

perusahaan, dengan manajer mungkin memiliki insentif untuk melakukan praktik

manajemen laba yang merugikan pemegang saham. Kepemilikan institusional

memiliki potensi untuk mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan melalui

pengawasan yang dilakukan oleh institusi-institusi besar tersebut. Sebagai

pemegang saham signifikan, institusi-institusi ini memiliki kepentingan yang kuat

untuk memastikan bahwa perusahaan beroperasi dengan integritas dan transparansi


76

dalam pelaporan keuangan. Dengan memantau praktik akuntansi, mengawasi

pelaporan keuangan, dan mengevaluasi risiko-risiko yang terkait dengan

manajemen laba, kepemilikan institusional dapat meminimalkan insentif manajer

untuk melakukan manipulasi laporan keuangan. Dengan demikian, kepemilikan

institusional, dalam kerangka teori keagenan, memiliki potensi untuk memengaruhi

praktik manajemen laba dan kinerja keuangan perusahaan, tetapi dampaknya akan

bervariasi tergantung pada konteks perusahaan tertentu dan tingkat keterlibatan

aktif institusi-institusi tersebut dalam pengawasan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Faisal &

Syafruddin (2020) dan Mahrani et al., (2018) menyatakan bahwa kepemilikan

institusional berpengaruh terhadap kinerja keuangan melalui manajemen laba.

Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Furqoni & Ratmono (2022) dan Saputra et al., (2022) yang menyatakan bahwa

kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan melalui

manajemen laba. Hal ini dikarenakan kepemilikan institusional tidak memiliki

kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen sehingga tidak dapat

mengurangi manajemen laba.


BAB VI

KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa pengaruh Good Corporate

Governance terhadap kinerja keuangan melalui manajemen laba. Berdasarkan hasil

analisis yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai

berikut :

1. Dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2017-2021. Hal ini

dikarenakan beberapa faktor seperti kontrol yang terbatas, ketergantungan pada

informasi manajemen, konflik kepentingan pribadi, regulasi yang tidak cukup

ketat, kepemilikan saham, dan komposisi dewan.

2. Dewan direksi tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan

perbankan yang terdaftar di BEI periode 2017-2021. Hal ini dikarenakan

beberapa faktor seperti ketergantungan dewan pada informasi manajemen,

kurangnya insentif yang kuat untuk melindungi pemegang saham, dan potensi

konflik di antara anggota dewan.

3. Komite audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan

yang terdaftar di BEI periode 2017-2021. Hal ini dikarenakan komite audit

yang efektif meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan integritas laporan

keuangan, berpotensi memengaruhi positif kinerja perusahaan.

4. Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan

perbankan yang terdaftar di BEI periode 2017-2021. Hal ini dikarenakan

manajer yang memiliki saham perusahaan, terdorong untuk meningkatkan

77
78

kinerja demi keuntungan pemegang saham dengan mengurangi risiko yang

dapat mempengaruhi laba perusahaan.

5. Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan

perbankan yang terdaftar di BEI periode 2017-2021. Hal ini dikarenakan

tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha

pengawasan yang tinggi pula, sehingga dapat menghalangi opportunistic

manajer.

6. Manajemen laba tidak memperkuat hubungan dewan komisaris independen

terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode

2017-2021. Hal ini dikarenakan beberapa faktor seperti akses terbatas pada

informasi, ketergantungan pada manajemen, atau kurangnya kemampuan

mendeteksi manipulasi yang rumit.

7. Manajemen laba tidak memperkuat hubungan dewan direksi terhadap kinerja

keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2017-2021. Hal

ini dikarenakan dalam beberapa kasus, dewan direksi tidak berpengaruh secara

signifikan karena keterbatasan akses informasi, ketergantungan pada

manajemen, atau kurangnya pengetahuan akuntansi.

8. Manajemen laba memperkuat hubungan komite audit terhadap kinerja

keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2017-2021. Hal

ini dikarenakan komite audit melakukan pengawasan ketat terhadap praktik

akuntansi, memastikan kepatuhan dengan standar akuntansi, dan mengevaluasi

risiko manajemen laba.

9. Manajemen laba tidak memperkuat hubungan kepemilikan manajerial terhadap

kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2017-


79

2021. Hal ini dikarenakan faktor lain seperti tata kelola perusahaan, insentif,

dan regulasi juga memainkan peran penting dalam mengatur perilaku

manajerial terkait manajemen laba.

10. Manajemen laba memperkuat hubungan kepemilikan institusional terhadap

kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2017-

2021. Hal ini dikarenakan sebagai pemegang saham signifikan, kepemilikan

institusional memiliki kepentingan yang kuat untuk memastikan perusahaan

beroperasi dengan integritas dan transparansi dalam pelaporan keuangan.

6.2 Saran

Pada bagian akhir ini, penulis akan membahas beberapa saran kepada peneliti

selanjutnya yang berkaitan dengan pembahasan yang telah dikemukakan

sebelumnya sebagai berikut:

1. Bagi perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, diharapkan

memperhatikan variabel yang memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja

keuangan yang dimana pada variabel tersebut memberikan dampak berlawan

terhadap kinerja keuangan pada perusahaan perbankan.

2. Bagi investor yang tertarik untuk menanamkan modalnya kepada perusahaan,

sebaiknya harus melakukan analisis laporan keuangan perusahaan yang akan

dipilih untuk melakukan investasi.

3. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk memperluas penelitian ini dengan

memperbarui ataupun menambah periode penelitian dan memastikan

kelengkapan data yang akan digunakan dalam penelitian sehingga tidak

menemui kendala pada saat melakukan penelitian.


DAFTAR PUSTAKA

Agatha, B. R., Nurlaela, S., & Samrotun. Y. C. (2020). Kepemilikan Manajerial,


Institusional, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit dan Kinerja
Keuangan Perusahaan Food and Beverage. E-JA (e-JurnalAkuntansi). Vol
30 Nomor 7; 1811-1826.

Alamsyah, A. S. F. N. K. S. (2016). Pengaruh Gcg Dan Csr Terhadap Nilai


Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Pemoderasi. Armi.
Jurnal Natur. 1–19.

Alfian, N. (2019). Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan


Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI. JIAFE (Jurnal Ilmiah
Akuntansi Fakultas Ekonomi). Vol 5 Nomor 2; 209-218.

Bahtiar, M. R., & Parasetya, M. T. (2022). Pengaruh Corporate Governance


Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Struktur Kepemilikan
Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan
yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2018 – 2020).
Diponegoro Journal Of Accounting. Vol 11 Nomor 4; 1-15.

Darmayanti, F. E., Sanusi, F., & Widya, I. U. (2018). Pengaruh Kepemilikan


Manajerial, Kepemilikan Institusional Dan Kebijakan Hutang Terhadap
Nilai Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015). SAINS : Jurnal Manajemen Dan
Bisnis. Vol 11 Nomor 1; 1–20.

Dewantoro, R., & Suryono, B. (2022). Pengaruh Good Corporate Governance


Terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi. Vol 11 Nomor 1; 1-21.

Donata, E. O., Hamzah, R. S., & Pratiwi, C. N. (2022). Pandemi Covid 19: Peran
Good Corporate Governance terhadap Kinerja Perbankan. Jurnal Nominal
Barometer Riset Akuntansi dan Manajemen. Vol 11 Nomor 1; 88-101.

Faisal, G. N., & Syafruddin, M. (2020). Pengaruh Good Corporate Governance dan
Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Dengan
Manajemen Laba Sebagai Variabel Mediasi (Studi Empiris Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun
2018). Diponegoro Journal Of Accounting. Vol 9 Nomor 2; 1-13.

Furqoni, I. D., & Ratmono, D. (2022). Pengaruh Mekanisme Gcg Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan Dengan Manajemen Laba Sebagai Variabel Mediasi.
Diponegoro Journal Of Accounting. Volume 11, Nomor 2; 1-13.

80
81

Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPPS 23.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25


(9th ed). Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gustifera. (2021). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja


Keuangan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi.
Makassar: Program Studi Sarjana Universitas Muhammadiyah Makassar.

Handayani, S. (2019). Analysis of The Good Corporate Governance Effect on


Profitability in Registered Manufacturing Companies in Indonesia Stock
Exchange. Journal of Economics, Business, and Government Challenges.
Vol 1 Nomor 2; 39-48.

Jensen, Michael, C., & W.H. Meckling. (1976). Theory of The Firm: Managerial
Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics3. hal. 305-360

Kiki, N. M., & Sri, L. G. (2022). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia. E-
Jurnal Manajemen. Vol 11 Nomor 6; 1191-1210.

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). 2006. Pedoman Umum Good


Corporate Governance Indonesia. Jakarta.

Lestari, A. (2022). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja


Keuangan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Dibursa Efek Indonesia.
Skripsi. Makassar: Program Studi Sarjana Universitas Muhammadiyah
Makassar.

Mahrani, Mayang, & Noorlailie Soewarno. (2018). “The Effect of Good Corporate
Governance Mechanism and Corporate Social Responsibility on Financial
Performance with Earnings Management as Mediating Variable.” Asian
Journal of Accounting Research. Vol 3 Nomor 1; 41-60.

Pirenaning, S. A., & Suwarti, T. (2022). Pengaruh Penerapan Good Corporate


Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Yang Terdaftar Pada
Bursa Efek Indoneisa Tahun 2018-2020. JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Akuntansi). Vol 13 Nomor 2; 586-596.

Prastuti, N. K. K., & Budiasih, I. G. A. N. (2015). Pengaruh Good Corporate


Governance pada Nilai Perusahaan dengan Moderasi Corporate Social
Responsibility. E-Jurnal Akuntansi. Vol 13 Nomor 1; 114–129.
82

Putri, R. L., & Praptoyo, S. (2022). Pengaruh Good Corporate Governance


Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Selama Pandemi Covid-19 Di
Indonesia. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi. Vol 11 Nomor 12; 1-16.

Sanah, S., Mukhzarudfa, & Aurora, T. (2021). Pengaruh Mekanisme Good


Corporate Governance (Gcg) Dan Transparansi Terhadap Kinerja
Keuangan Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun
2019. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Universitas Jambi. Vol 6 Nomor 2;
106-116.

Sanyoto, H. N. (2018). Pengaruh Kinerja Keuangan Dan Manajemen Laba


Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Good Corporate Governance Sebagai
Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Skripsi. Yogyakarta : Program Studi Sarjana Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta.

Saputra, V. E., Rita, M. R., & Sakti, I. M. (2022). Efek Mekanisme Good Corporate
Governance Terhadap Kinerja Keuangan Melalui Mediasi Manajemen
Laba. MODUS. Vol 34 Nomor 1; 1-23.

Situmorang, C. V., & Simanjuntak, A. (2019). Pengaruh Good Corporate


Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. JURNAL AKUNTANSI DAN BISNIS :
Jurnal Program Studi Akuntansi. Vol 5 Nomor 2; 160.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung : Alfabeta

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


Alfabeta

Watiputri, R. T., & Pranoto, S. (2022). Manajemen Laba Sebagai Pemoderasi


Antara Good Corporate Governance Dan Kinerja Keuangan Perbankan.
Journals of Economics Development Issues (JEDI). Vol 4 Nomor 2; 511-
525.

Widiyanta, M. I. (2022). Pengaruh Good Corporate Governance, Ukuran


Perusahaan, Dan Leverage Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan.
Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Sarjana Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Yogyakarta.

Yulianto, H. (2022). Mengenal EBIT, Manfaat dan Cara Penghitungannya.


Pajak.com. 16 Oktober 2022

www.idx.co.id
LAMPIRAN

Lampiran 1. Berita Acara Bimbingan Skripsi

83
84

Lampiran 2. Plagiasi Skripsi


85
86

Lampiran 3. Hasil Uji Output SPSS

HASIL UJI NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized Residual
N 60
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation ,13935676
Absolute ,104
Most Extreme Differences Positive ,104
Negative -,072
Kolmogorov-Smirnov Z ,809
Asymp. Sig. (2-tailed) ,530
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

HASIL UJI MULTIKOLINEARITAS


Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
(Constant)
X1 ,957 1,045
1 X2 ,714 1,401
X3 ,704 1,421
X4 ,697 1,435
X5 ,791 1,264
a. Dependent Variable: Y
87

HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS

HASIL UJI AUTOKORELASI


Runs Test
Unstandardized Unstandardized
Residual Residual
Test Valuea -,00633 ,00745
Cases < Test Value 30 29
Cases >= Test Value 30 30
Total Cases 60 59
Number of Runs 13 32
Z -4,687 ,396
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000 ,692
a. Median

HASIL UJI REGRESI MODERASI


Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized T Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) ,056 ,141 ,399 ,692
X1 ,018 ,151 ,010 ,120 ,905
X2 ,891 ,659 ,159 1,353 ,182
X3 3,504 1,175 ,321 2,983 ,004
X4 ,654 ,235 ,326 2,787 ,008
1 X5 -,258 ,101 -,270 -2,555 ,014
X1Z ,039 ,072 ,307 ,537 ,594
X2Z ,278 ,420 ,336 ,662 ,511
X3Z 2,186 ,715 1,378 3,058 ,004
X4Z ,062 ,081 ,178 ,770 ,445
X5Z -,211 ,072 -2,488 -2,947 ,005
88

HASIL UJI HIPOTESIS

HASIL UJI PARSIAL (STATISTIK t)

Model t Sig.

(Constant) ,399 ,692


X1 ,120 ,905
X2 1,353 ,182
X3 2,983 ,004
X4 2,787 ,008
1 X5 -2,555 ,014
X1Z ,537 ,594
X2Z ,662 ,511
X3Z 3,058 ,004
X4Z ,770 ,445
X5Z -2,947 ,005

HASIL UJI DETERMINASI


Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson
Square Estimate
1 ,820a ,672 ,605 ,10464 ,893
a. Predictors: (Constant), X5Z, X5, X3, X1, X2, X4, X4Z, X3Z, X2Z, X1Z
b. Dependent Variable: Y

Anda mungkin juga menyukai