Anda di halaman 1dari 4

PENGARUH INFLASI TERHADAP TINGKAT

PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN


2019 – 2023
Oleh : 1 Arif rahman,2Desmila atheja, 3 Enzi anatasya, 4 Etri br kaban, 5 Krisdamayanti Hia,
6
Salamah Tumangger,7Naila zuhra,8 Mica Siar Meiriza.

DOSEN FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

ABSTRAK

Kata kunci : pengangguran , inflasi

A. PENDAHULUAN
Inflasi dan pengangguran adalah dua isu ekonomi utama yang selalu menjadi perhatian
pemerintah pemerintah dan ekonomi di seluruh dunia. Inflasi merujuk pada kenaikan harga
barang dan jasa secara umum dan berkelanjutan dalam satu priode waktu. Sementara itu,
penganguran adalah kondisi dimana seseorang yang mampu dan mencari pekerjaan tidak dapat
menemukan pekerjaan. Kedua fenomena ini memiliki hubungan yang kompleks dan saling
mempengaruhi satu sama lain.
Namun, hubungan ini tidak selalu berlaku dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor lain seperti
kebijakan pemerintah, kondisi ekonomi global, dan perubahan teknologi. Oleh karena itu
pemahaman yang mendalam tentang mekanisme dan faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi
dan pengangguran sangat penting untuk merumuskan kebijakan ekonomi yang tepat.
B. KAJIAN TEORI
1. Pengangguran
Pengguran adalah salah satu isu ekonomi yang sering dihadapi oleh banyak negara.Ini
terjadi ketika seseorang yang memiliki kemampuan dan kesediaan untuk bekerja tidak dapat
menemukan pekerjaan. Pengangguran biasanya terjadi karena jumlah tenaga kerja atau angka
kerja melebihi tingkat kesempatan kerja yang tersedia. Dinegara-negara yang sedang
berkembang tingkat pertumbuhan angkatan kerja cukup tinggi, sehingga tidak seimbang dengan
kesempatan kerja yang ada kalau kenyataan tersebut terjadi, maka angka pengangguran cukup
tinggi tidak semua penduduk termasuk angkatan kerja.
Penduduk dalam usia kerja /angkatan kerja adalah penduduk dalam usia antara 15 tahun
sampai 59 tahun berdasarkan tingkat kesempatan kerja penuh atau secara teoritis perekonomian
dianggap mencapai tingkat kesempatankerja penuh apabila tenaga kerja yang tersedia seluruhnya
digunakan dalam praktek yang dimaksut dengan tingkat kesepatan kerja penuh mengandung arti
yang sedikit berbeda. Guna menentukan apakah perekonomian telah mencapai full imployment
atau yang belum menjadi ukuran bukanlah penggunaan tenaga kerja 100%.
Faktor utama yang menimbulkan pengangguran adalah kekurangan pengeluaran agregat
para pengusaha produksi barang dan jasa dengan maksut mencari keuntungan. Keumtungan
tersebut hanya akan didapat apabila para pengusaha dapat menjual barang yang mereka
produksikan. Semakin besar permintaan, semakin banyak barang dan jasa yang mereka
wujudkan. Kenaikan produksi yang dilakukan akan menambah penggunaan tenaga kerja. Dengan
demikian terdapat hubungan yang erat diantara tingkat pendapatan nasional yang dicapai dengan
penggunaan tenaga kerja dilakukan. Semakin tinggi pendapatan nasional, semakin banyak
penggunaan tenaga kerja dalam perekonomian.
Kekurangan permintaan agregat adalah faktor penting yang menimbulkan pengangguran.
Disamping itu faktor lain yang menimbukan pengangguran adalah: menganggur karena ingin
mencari kerja lain, pengusaha menggunakqn peralatan modern, ketidak sesuaian antara
keterampilan pekerjaan keterapilan pekerja yang sebenarnya dengan keterampilan yang
diperlukan dalam industri yang ada.
2. Inflasi
Inflasi pada awlnya diartikan sebagai kenaikan jumlah uang beredar atau likuiditas dalam
perekonomian. Namun, dalam perkembangan lebih lanjut, inflasi diartikan sebagai
kecenderungan meningkatnya harga-harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus.
Dalam inflasi, terdapat dua pengertian penting yaitu kenaikan harga secara umum dan kenaikan
harga yang terjadi terus menerus.
Hanya kenaikan harga secara umum yang dapat disebut sebagai inflasi, sedangkan
kenaikan harga pada barang atau jasa tertentu belum dapat dikategorikan sebagai inflasi, laju
inflasi dinyatakan dalam presentase dan dapat berada dalam tingkat ringan, sedang, berat, atau
hiperinflasi. Tingkat inflasi relatif dan tidak ada standar yang umum.
Inflasi mempengaruhi nilai uang dan jumlah barang dan jasa yang dapat dibeli. Fluktuasi
harga barang dan jasa adalah hal umum, namun inflasi terjadi secara umum dan terus menerus
mengalami kenaikan.

3. Teori Inflasi
1. teori kuantitas
Teori inflasi awalnya berkembang dari teori yang dikenal dengan teori kuantitas (tentang
uang ). Teori kuantitas pada dasarnya merupakan suatu hipotesis tentang faktor yang
menyebabkan perubahaan Tingkat harga Ketika kenaikan jumlah uang beredar merupakan faktor
penentu atau faktor yang memengaruhi kenaikan Tingkat harga.
Teori kuantitas dalam perkembangannya lebih dikenal dengan ahli ekonomi yang beraliran
monetaris. Teori kuantitas uang juga terkait tentang (1) proporsionalitas jumlah uang dengan
Tingkat harga (2) mekanisme transmisi moneter (3) netralitas uang (4) teori moneter tentang
Tingkat harga. Teori permintaan uang pada dasarnya menyatakan bahwa permintaan uang
Masyarakat ditentukan oleh sejumlah variable ekonomi yang antara lain pertumbuhan
ekonomi,suku bunga dan Tingkat harga. Sejalan dengan teori permintaan uang,Tingkat harga
atau laju inflasi hanya akan berubah apabila jumlah uang beredar tidak sesuai dengan jumlah
yang diminta atau diperlukan oleh suatu pertemuan. Apabila uang yang beredar lebih besar
dibandingkan dengan jumlah uang yang diminta atau dibutuhkan maka Tingkat harga akan
meningkat dan terjadilah inflasi.
2. Teori Keynes
Teori ini menyatakan bahwa teori kuantitas tidak valid karena teori tersebut mengansumsikan
ekonimi dalam kondisi full employment ( kapasitas ekonomi penuh ). Pendekatan Keynes juga
menyatakan bahwa teori kuantitas yang mengansumsikan elastisitas dan perputaran uang
( velocity of circulation) adalah tetap juga tidak benar. Elastisitas dan perputaran uang sangat
sulit diprediksi dan banyak dipengaruhi oleh ekspetasi Masyarakat serta perubahan barang-
barang yang merupakan subsitusi uang (financial assets).hal tersebut terbukti bahwa suatu
perekonomian yang sektor keuangannya telah maju dan terdapat instrument-instrumen keuangan
yang berfungsi sebagai substusi uang.
Dalam pengertian umum dapat dikatakan bahwa inflasi terutama timbul karna jumlah uang yang
beredar dalam suatu perekonomian melebihi dalam jumlah uang yang beredar yang diminta atau
diperlukan oleh perkonomian yang bersangkutan.
3. Teori strukturalis
Teori ini lebih didasarkan pada pengalaman negara-negara di amerika latin. Menurut teori ini ada
dua masalah structural dalam perekonimian negara yang berkembang dapat menyebabkan inflasi.
Pertama, penerimaan ekspor tidak elastis, yaitu pertumbuhan nilai ekspor yang lebih lambat
dibandingkan dengan pertumbuhan sektor lainnya. Disebabkan oleh terms of trade yang
memburuk dan produksi barang ekspor yang kurang responsive terhadap kenaikan harga.
Dengan melambatnya pertumbuhan ekspor, maka akan terhambat kemampuan untuk mengimpor
barang-barang yang dibutuhkan. Kedua, masalah structural perekonomian negara berkembang
lainnya adalah produksi bahan makanan dalam negri yang tidak elastis, yaitu pertumbuhan
produksi makanan dalam negri tidak secepat pertambahan penduduk dan pendapatan per kapita
sehingga harga makanan dalam negri cenderung meningkat lebih tinggi daripada kenaikan harga
barang-barang lainnya.

4. Kerangka Konseptual dan hipotensi

C. METODOLOGI PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai