Anatomis pulpa terbagi menjadi dua bagian, pulpa koronal dan pulpa radikular. Pulpa koronal terletak di kamar pulpa pada bagian mahkota gigi, termasuk juga tanduk pulpa. Pulpa radikular berada pada kanal pulpa di dalam bagian akar gigi. Pulpa terdiri atas syaraf-syaraf arteri, vena, saluran kelenjar getah bening, sel-sel jaringan ikat, odontoblas, fibroblast, makrofag, kolagen, dan serabut-serabut halus. Sel pulpa yang bertanggung jawab dalam pembentukan dentin adalah odontoblas. Processus odontoblas terletak sepanjang dentino enamel junction. Dibawah processus odontoblas terdapat tubuli yang berisi cairan jaringan. Ujung distal dari tubuli dentin terkena iritasi akan memacu odontoblas untuk membantu lebih banyak dentin, apabila terbentuk didalam tubuli disebut dentin periturbular. Pulpa mempunyai empat fungsi: (1) fungsi dentinogenic yaitu sel pulpa gigi odontoblas mempunyai peran untuk membentuk dentin dan menghasilkan serabut- serabut kolagen, (2) fungsi nutritive, jumlah air dan nutrisi ini dibutuhkan untuk metabolism dentin, (3) fungsi defensive bersifat melindungi, pulpa akan mengalam inflmasi jika ada invasi bakteri, iatrogenik, dan terkena trauma, (4) fungsi sensory, pulpa akan merespon terhadap cedera (Walton & Torabinejad, 2001). Pulpa yang terkena inflamasi mengalami respon akut dan respon kronis sesuai dengan besar dan durasi rangsangannya. Rasa sakit ditimbulkan karena adanya perubahan permeabilitas vascular yang terjadi saat inflamasi akut, menyebabkan pembentukan eksudat karena ruang pulpa yang terbatas sehingga tekanan akan meningkat dan terasa sakit dan apabila didiamkan akan menjadi nekrosis pulpa (Trilaksana, 2002). 2.2 Histologi Pulpa Dentin dan pulpa merupakan jaringan yang kompleks, pembahasan mengenai pulpa terutama sel yang berada dalam pulpa terutama odontoblas, akan meliputi pembahasan tentang pembentukan dentin, jaringan keras yang mengelilingi pulpa berpengaruh pada respon fisiologis jika pulpa terkena jejas. Keadaan sel pulpa sangat bervariasi tergantung dari usia dan stimuli eksternal. Pulpa terdiri dari odontoblastic zone yaitu bagian terluar pulpa yang terdiri dari selapis odontoblas, cell free zone terletak pada bagian dalam odontoblastic zone pada area ini tidak ada sel. cell rich zone yaitu bagian paling dalam dari pulpa yang banyak terdapat fibroblast dan sel mesenkim (Trilaksana, 2015). Pulpa gigi merupakan jaringan ikat yang mendukung dentin, secara histologis pulpa gigi dibagi menjadi 4 zona yaitu: (1) Zona Odontoblas, yaitu bagian pulpa dengan sel-sel odontoblas yang terletak pada bagian tepi pulpa; (2) Cells free zone, zona yang terdapat dibawah zona odontoblas dengan jumlah sel yang relatif sedikit; (3) Zona cells rich memiliki kepadatan sel yang tinggi dan dapat terlihat dengan jelas pada pulpa koronal gigi berdekatan dengan zona cells free; (4) Zona inti pulpa, merupakan zona yang letaknya paling dalam, bagian tengah pulpa serta terdapat banyak pembuluh darah dan syaraf (Cate, 1998). Jaringan pulpa terdiri dari sel-sel progenitor atau stem cell, yang dapat berproliferasi dan berdifirensiasi menjadi odontoblast-like cell yang dapat membentuk dentin. Odontoblas yang rusak dapat digantikan oleh populasi baru dari stem cell dari pulpa. Stimulasi fisiologis atau trauma, seperti karies dan prosedur operatif, dapat menyebabkan mobilisasi, proliferasi, dan diferensiasi stem cell menjadi odontoblast-like cell yang dipengaruhi oleh adanya morfogen yang dikeluarkan dari matriks dentin di sekitarnya (lohara et al., 2004).
GAMBAR CARI SENDIRI!!
2.2.1 Sel-Sel Dalam Pulpa Gig Sel-sel utama pulpa meliputi: sel odontoblas, sel fibroblast, undifferentiated ectomesenchymal cells, makrofag, dan sel-sel immunokompeten. a. Odontoblas Sel odontoblas merupakan sel pertama yang menghadapi mikroorganisme yang masuk ke dalam dentin, sel ini tidak hanya membentuk perlindungan fisik dengan memproduksi dentin tetapi juga mempunyai peran penting sebagai innate immunity untuk gigi. Sel odontoblas adalah sel karakteristik pada pulpa yang bertanggung jawab terhadap pembentukan dentin dan terletak pada perifer pulpa gigi. Sel odontoblas terdiri dari dua komponen yaitu badan sel dan prosesus odontoblas. Badan sel terletak di bawah matriks dentin yang tidak mengalami mineralisasi (predentin), sedangkan prosesus meluas ke sepertiga bagian dalam dentin (Walton dan Torabinejad, 2001). Odontoblas memproduksi komponen matriks organic predentin dan dentin termasuk kolagen (umumnya tipe 1) dan proteoglycans. Secara fisiologis odontoblas primer pada gigi dewasa memproduksi dentin yang baru (dentin sekunder). Ketika odontoblas primer mengalami injuri, produksi dentin dapat dipercepat sebagai suatu pertahanan. Odontoblas ini akan digantikan oleh odontoblas sekunder yang memproduksi matriks dentin yang baru. Dentin baru dinamakan dentin tersier. Odontoblas membentuk dentin, kolagen yang termineralisasi yaitu melalui sekresi komponen matrik organic yang dikontrol melalui proses mineralisasi, sekresi yang dilakukan oleh sel odontoblas terdiri dari dua bagian yaitu sekret yang dikeluarkan oleh badan sel dan bagian prosesus sel. Sekret yang dikeluarkan oleh badan sel yaitu untuk pembentukan dan pengendalian protein seluler dan ekstraseluler, sedangkan secret yang dikeluarkan oleh bagian prosesus sel adalah untuk pengaturan sekresi (Haniastuti, 2004). b. Fibroblast Fibroblast merupakan sel pada pulpa dengan jumlah yang paling banyak. Fibroblast membentuk dan memelihara matrik pulpa, yaitu serabut kolagen dan substansi dasar. Fibroblast pada pulpa muda secara aktif mensekresi matrik sehingga pada sitoplasmanya terdapat banyak organela yang berfungsi untuk sintesa dan sekresi matrik pulpa. Sejalan dengan bertambahnya usia, sintesa matrik berkurang sehingga gambaran fibroblast sedikit tipis dan berbentuk spindle atau kumparan (Cate, 1998). c. Sel Mesenkim Sel mesenkim terdapat pada jaringan pulpa, yang mempunyai fungsi multipoten dan sewaktu-waktu diperlukan sebagai sel pengganti dan berbagai macam sel yang telah rusak atau mati. Penggantian ini terjadi dengan mengadakan diferensiasi antara lain menjadi sel fibroblast, odontoblas, dan dapat juga menjadi makrofag. Lokasi sel ini terutama di sekitar pembuluh darah pada daerah kaya sel dan sukar dikenali. Sel mesenkim ini biasanya berada di bagian luar pembuluh darah sebelum ada radang tempak agak memanjang dan pada saat timbul radang sel tersebut berdifferensiasi menjadi makrofag (Walton dan Torabinejad, 2001). d. Sel immunokompeten Sel immunokompeten yang ditemukan pada jaringan pulpa normal adalah makrofag, limfosit T, limfosit B, dan sel plasma. Sel ini merupakan bagian dari mekanisme peratahanan dan respon awal yang terjadi di dalam jaringan pulpa. Sel ini akan menghancurkan mikroorganisme, imunogen, sel mati, dan benda asing. Sel makrofag adalah sel fagosit yang berada dalam jaringan dan berasal dari pembuluh darah yang dikenal dengan monosit. Limfosit berperan penting dalam sistem imun, limfosit berdifferensiasi menjadi limfosit T dan limfosit B (Cate, 1998).
2.2.2 Sel Inflamasi Pulpa
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa iritan sekecil apapun dalam enamel telah mampu menarik sel-sel inflamasi dalam pulpa. Reaksi tersebut berupa terdapatnya limfosit di jaringan pulpa dan mulai terlihat jaringan odontoblas yang cedera. Bila intensitas rangsang lebih besar maka dapat timbul cedera pada jaringan pulpa yang lebih luas dan dalam. Sel utama inflamasi akut pada pulpa adalah neutrofil polimofonuklear, sedangkan pada inflamasi kronis adalah limfosit, sel-sel plasma, dan makrofag (Hargreaves, 2012). a. Neutrofil Polimofonuklear Neutrofil polimorfonuklear merupakan sel leukosit yang paling sering dijumpai pada inflamasi pulpa. Neutrofil merupakan sel yang memfagositosi bakteri, fibrin, dan debris seluler. Selain itu juga ditarik ke daerah inflamasi oleh faktor kemoktaktik, yang dihasilkan oleh bakteri atau komplemen dan merupakan sel pertama yang melakukan migrasi dari pembuluh. Sel ini memiliki bentuk seperti tapal kuda, dengan diameter 9-12µm dan memiliki nucleus yang berisi 2-5 lobus yang terikat benang kromatin. Inti terisi penuh oleh butir kromatin sehingga sangat mengikat zat warna basa menjadi biru atau ungu (Hargreaves, 2012). b. Limfosit Limfosit muncul setelah invasi daerah injuri oleh neutrofil. Sel ini berhubungan dengan injuri dan respon imun, berfungsi menghancurkan maupun merusak substansi asing. Terdapat dua jenis limfosit, sel T, sel B, sel Limfosit T bertindak sebagai imunitas (cell-mediated immune response) sedangkan limfosit B akan berkembang menjadi sel plasma yang menghasilkan antibody. Limfosit yang dominan dalam darah memiliki ukuran kecil dengan 8-10µm dan berinti bulat dan bewarna gelap. Sitoplasmanya basofilik dan sedikit, serta mengelilingi nucleus (Hargreaves, 2012). c. Sel Plasma Secara morfologis sel plasma dikenal melalui inti selnya yang berbentuk radier, yang letaknya ke tepi sehingga sitoplasma terlihat agak luas. Sel plasma merupakan diferensiasi limfosit B. sel plasma memiliki bentuk lonjoang dan besar, diameter 20 µm dengan nucleus yang terlihat eksentris. Sitoplasmanya basofilik yang merupakan hasil dari banyaknya reticulum endoplasma yang kasar (Hargreaves, 2012). d. Makrofag Makrofag merupakan salah satu sel monomuklear fagosit yang berperan pada proses radang kronik. Setelah 24 jam, sel monosit akan bermigrasi dari pembuluh darah ke tempat tujuan di berbagai jaringan dan disana berdifferensiasi sebagai makrofag. Makrofag adalah sel fagositik yang mencerna debris seluler, mikroorganisme, dan bahan particulate (tersusun dari partikel terpisah). Makrofag mensekresi mediator inflamasi tertentu, seperti enzim lisosomal, komplemen protein, dan prostaglandin. Makrofag adalah sel bernukleus tunggal, yang dapat menyatu dengan makrofag lain untuk memproduksi sel besar yang bernukleus banyak yang disebut giant cell. Makrofag mempunyai ukuran 10 sampai 30 µm dan memiliki bentuk irregular, dengan nucleus berbentuk ireguler, dengan nucleus berbentuk seperti ginjal (Hargreaves, 2012).
2.3 Respon Inflamasi Pulpa
Inflamasi adalah reaksi jaringan terhadap jejas. Aksi langsung terhadap agen yang merusak memerlukan mobilisasi dan koordinasi vaskuler, neurologic, seluler, dan respon humoral. Tujuan dari proses inflamasi adalah menghancurkan iritan pada sisi jejas, menetralisir sementara dengan cara dilusi atau menahan sambil menunggu sel-sel pertahanan, dan mempersiapkan perbaikan jaringan yang telah rusak.