Anda di halaman 1dari 18

SKRIP PPT Restrukturisasi Perusahaan

Kronologi Pengambilalihan Twitter oleh Elon Musk dan Kebijakan Poison Pill

Berikut kronologi pengambilalihan Twitter oleh Elon Musk dan kebijakan poison pill yang Twitter
keluarkan:

Awal Mula:

 26 Maret 2022: Elon Musk mulai mengkritik Twitter, mengatakan platform tersebut gagal
mematuhi prinsip-prinsip kebebasan berbicara.

 4 April 2022: Musk membeli 9,2% saham Twitter, menjadikannya pemegang saham individu
terbesar.

 5 April 2022: Musk ditawari kursi di dewan direksi Twitter.

 10 April 2022: Musk menolak tawaran kursi dewan direksi.

Penawaran Pengambilalihan:

 14 April 2022: Musk mengajukan penawaran senilai $44 miliar untuk membeli Twitter secara
keseluruhan.

 15 April 2022: Twitter menerapkan "poison pill" - strategi pertahanan untuk mencegah
pengambilalihan yang tidak diinginkan.

 18 April 2022: Musk mengatakan dia memiliki "dana yang diamankan" untuk membeli
Twitter.

 25 April 2022: Twitter menerima tawaran Elon Musk senilai $44 miliar.

Proses Pengambilalihan:

 5 Mei 2022: Musk menunda akuisisi Twitter, menunggu informasi lebih lanjut tentang akun
spam dan bot di platform.

 8 Juli 2022: Musk mengumumkan akan membatalkan akuisisi Twitter, menuduh perusahaan
gagal memberikan informasi yang akurat tentang akun spam dan bot.

 12 Juli 2022: Twitter menggugat Musk untuk memaksanya menyelesaikan akuisisi.

 4 Oktober 2022: Musk berbalik arah dan mengatakan dia akan melanjutkan akuisisi Twitter.

 27 Oktober 2022: Elon Musk resmi mengambil alih Twitter.

Kebijakan Pembelian Saham Twitter Maksimal 14,9% dan Penerapan "Poison Pill"

Pada April 2022, Twitter mengumumkan dua kebijakan baru untuk menanggapi upaya Elon Musk
untuk mengambil alih perusahaan:

1. Batasan Kepemilikan Saham:


 Twitter memberlakukan batas kepemilikan saham maksimal 14,9%. Aturan ini dimaksudkan
untuk mencegah individu atau entitas tunggal memiliki kendali atas perusahaan.

 Sebelumnya, Musk telah membeli 9,1% saham Twitter, menjadikannya pemegang saham
individu terbesar.

2. "Poison Pill":

 Twitter menerapkan strategi "poison pill" (pil racun). Strategi ini memungkinkan pemegang
saham Twitter, selain Musk, untuk membeli saham baru dengan harga diskon jika Musk
meningkatkan kepemilikannya di Twitter.

 Hal ini akan membuat pengambilalihan Twitter oleh Musk menjadi lebih mahal dan sulit.

Alasan di Balik Kebijakan:

 Dewan Twitter menyatakan bahwa kebijakan ini dirancang untuk melindungi kepentingan
pemegang saham dan memastikan bahwa Twitter tetap menjadi platform yang terbuka dan
independen.

 Ada kekhawatiran bahwa Musk, sebagai pemilik tunggal, akan menggunakan platform
tersebut untuk menyebarkan informasi yang salah dan ujaran kebencian.

Dampak Pengambilalihan:

Pengambilalihan Twitter oleh Elon Musk telah memicu berbagai reaksi. Ada yang mendukung langkah
Musk, dengan harapan dia akan membawa perubahan positif ke platform. Namun, ada juga yang
khawatir Musk akan menggunakan platform tersebut untuk menyebarkan informasi yang salah dan
ujaran kebencian.

Kesimpulan:

Pengambilalihan Twitter oleh Elon Musk adalah peristiwa besar yang akan memiliki dampak
signifikan pada platform media sosial dan lanskap informasi global. Masih terlalu dini untuk
mengetahui apa dampak jangka panjang dari pengambilalihan ini, tetapi akan menarik untuk melihat
bagaimana Musk mengubah Twitter di masa depan.

 CNBC: Twitter adopts poison pill to fend off Elon Musk takeover: [URL yang tidak valid
dihapus]

 The New York Times: Twitter Adopts ‘Poison Pill’ Defense Against Elon
Musk: https://www.nytimes.com/2022/04/15/business/dealbook/twitter-poison-pill-elon-
musk.html

 Reuters: Twitter sues Elon Musk to force him to buy company for $44 billion: [URL yang tidak
valid dihapus]

 BBC News: Elon Musk to buy Twitter for $44bn after U-turn: [URL yang tidak valid dihapus]

Strategi penawaran untuk pengambilalihan perusahaan memiliki tujuan utama:

 Memenangkan kendali atas perusahaan target.


 Meminimalkan biaya yang dikeluarkan untuk akuisisi.
 Meminimalkan biaya tambahan selama proses transaksi.
 Memfasilitasi integrasi perusahaan setelah pengambilalihan berjalan lancar
Pendekatan "Ramah"

Jika meminimalkan harga dan biaya transaksi sekaligus memaksimalkan kerja sama
antar kedua pihak sangatlah penting, pembeli (bidder) mungkin memilih pendekatan
"ramah". Ini mengurangi risiko kehilangan personel kunci, pelanggan, dan pemasok
selama pergantian manajemen. Pengambilalihan yang kooperatif juga menghindari
persaingan lelang, yang dapat menaikkan harga beli. Kesepakatan yang damai juga
mempermudah perencanaan sebelum merger dan mempercepat integrasi.

Langkah-langkah Strategi Pengambilalihan

 Kontak Informal (Casual pass): Penyelidikan informal untuk menguji


ketertarikan pihak target. Memberikan peringatan dini.
 Penawaran Beruang (Bear hug offer): Surat resmi pada dewan direksi
perusahaan target yang secara tegas mengusulkan pengambilalihan.
Memberikan tekanan pada target untuk menegosiasikan kesepakatan,
sekaligus memberikan peringatan dini.
 Pembelian di Pasar Terbuka (Open market purchases): Pembeli (bidder)
mengakuisisi saham perusahaan target yang diperdagangkan secara publik.
o Potensi menurunkan biaya transaksi.
o Mendapatkan profit jika target setuju membeli kembali saham yang
dimiliki si pembeli.
o Bisa menghalangi pembeli lainnya.
o Berpotensi hanya menghasilkan kontrol yang terbatas.
o Ada batasan jumlah saham yang dapat dibeli tanpa pengumuman
publik.
o Sebagian pemegang saham mungkin ingin harga yang lebih tinggi.
o Bisa mengalami kerugian jika upaya pengambilalihan gagal.
o Bisa merusak hubungan dengan manajemen target dan mempersulit
pengambilalihan secara damai.
 Proxy Contest: Upaya mendapatkan dukungan pemegang saham target
supaya mengganti dewan direksi atau menghapus pertahanan perusahaan
target.
o Lebih murah dibandingkan penawaran tender.
o Mungkin bisa menghilangkan kebutuhan untuk penawaran tender.
o Kemungkinan berhasil rendah jika saham perusahaan target tersebar
luas.
o Meningkatkan biaya transaksi.
 Tawaran Tender Bermusuhan (Hostile tender offer): Penawaran langsung
kepada pemegang saham target untuk membeli saham, yang TIDAK
didukung manajemen dan dewan direksi perusahaan target.
o Memberi tekanan pada pemegang saham untuk menjual.
o Pembeli tidak berkewajiban membeli saham yang ditenderkan kecuali
sudah mencapai jumlah saham target yang diinginkan.
o Cenderung menjadi strategi termahal.
o Mengganggu proses integrasi pasca-merger karena berpotensi
kehilangan manajer penting, pelanggan, dan pemasok dari perusahaan
target.
 Gugatan Hukum (Litigation): Tuntutan hukum menuduh dewan direksi
perusahaan target melakukan tindakan tidak pantas.
o Memberikan tekanan pada dewan direksi target.
o Memakan biaya.

1. Bear Hug PT Indosat oleh Qatar Telecom (Qtel):

Benar: Pada tahun 2013, Qtel memang melakukan pendekatan bear hug terhadap Indosat dengan
menawarkan harga premium. Hal ini menyebabkan tekanan finansial dan negosiasi antara kedua
pihak.

Perlu diingat: Qtel ultimately withdrew its offer in 2014.

2. Tender Offer Grup Lippo untuk Matahari Department Store:

Benar: Pada tahun 2010, Grup Lippo melakukan tender offer untuk Matahari Department Store
dengan harga premium (lebih tinggi dari harga pasar saat itu).

Tambahan: Tender offer ini berhasil dan Grup Lippo kini menjadi pemegang saham mayoritas
Matahari Department Store.

3. Litigasi PT HM Sampoerna Tbk:

Benar: Pada tahun 2018, PT HM Sampoerna Tbk digugat oleh pemegang saham minoritas terkait
rencana rekapitalisasi. Gugatan ini menyebabkan ketegangan dan memperlambat proses
rekapitalisasi.

Tambahan: Gugatan tersebut ultimately dismissed by the court, allowing the recapitalization to
proceed.

Activist Investors: Gaining Influence Without Control


Image: A group of shareholders at a meeting, looking engaged and some taking notes.
Content:
 Investor aktivis adalah ancaman yang semakin penting bagi manajemen.
 Mereka adalah pemegang saham yang mempengaruhi keputusan manajerial dan
dewan.
 Mereka ingin membeli cukup saham untuk mendapatkan perhatian investor lain
melalui kritik terbuka.
 Investor aktivis mendorong agenda khusus untuk meningkatkan nilai perusahaan.

Investor aktivis menjadi ancaman signifikan bagi manajemen perusahaan. Mereka adalah pemegang
saham yang mempengaruhi keputusan manajerial dan dewan dengan menjalankan hak suara
mereka. Berbeda dengan pengambilalihan (takeover), mereka tidak menginginkan kendali
perusahaan, tetapi membeli saham yang cukup untuk menarik perhatian investor lain. Setelah
tercapai, mereka mengajukan agenda khusus untuk mengubah perilaku perusahaan agar
meningkatkan nilai perusahaan.

Perusahaan merespon dengan proaktif mengidentifikasi titik lemah dan meminimalkan risiko.
Mereka mungkin melakukan divestasi unit yang performanya buruk, meningkatkan dividen untuk
mengurangi kelebihan kas, atau meminjam untuk melakukan pembelian kembali saham. Perusahaan
kini lebih terbuka untuk berdialog dengan investor aktivis untuk menghindari sorotan media yang
berpotensi merusak reputasi atau harga saham. Investor aktivis yang sukses mencapai tujuan mereka
biasanya memperoleh kursi dalam dewan direksi perusahaan target.

Pro:

 Meningkatkan tata kelola perusahaan


 Melindungi hak-hak investor
 Meningkatkan kinerja perusahaan
 Mendorong perusahaan untuk lebih bertanggung jawab

Kontra:

 Dapat memiliki agenda pribadi


 Dapat bertindak dengan cara yang merugikan perusahaan dan investor lain
 Dapat mengganggu stabilitas perusahaan
 Dapat menyebabkan perselisihan antara investor dan manajemen

Considering takeover yang fokusnya pada penciptaan nilai jangka panjang butuh waktu. Namun,
seringkali kesabaran investor bisa menipis bahkan saat strategi manajemen berkualitas tinggi butuh
waktu lebih lama dari yang diharapkan. Oleh karena itu, manajer berargumen bahwa mereka butuh
pertahanan pengambilalihan yang memadai untuk mendapatkan waktu yang diperlukan bagi strategi
mereka untuk terbukti berhasil.

Pertahanan pengambilalihan didesain untuk memperlambat upaya yang tidak diinginkan atau
memaksa pihak pengambilalihan untuk menaikkan penawaran untuk membuat dewan direksi
perusahaan target mencabut pertahanan tersebut. Strategi ini bisa dibagi menjadi dua kategori:

 Preoffer: Diterapkan sebelum adanya penawaran.

 Postoffer: Diterapkan setelah adanya penawaran.

Strategi pertahanan preoffer (sebelum penawaran) digunakan untuk menunda perubahan


pengendalian, memberikan waktu kepada perusahaan target untuk membangun pertahanan
tambahan setelah datang tawaran yang tidak diinginkan. Pertahanan ini terbagi menjadi tiga
kategori: poison pills, shark repellents, dan golden parachutes.

Poison Pills (Pil Racun): Strategi Anti Pengambilalihan

 Pil Racun: Hak diberikan pada pemegang saham saat ini (kecuali
bidder/pengakuisisi) untuk membeli saham perusahaan dengan harga jauh di
bawah harga pasar saat terjadi penawaran agresif.
 Tujuan: Memperlambat proses pengambilalihan, memberikan waktu untuk
membangun pertahanan lebih ampuh.
 Mekanisme: Hak ditambahkan sebagai dividen yang bisa diimplementasikan
sebelum atau setelah penawaran.

Jenis Poison Pills:


1. Flip-in pill: Jika ada pihak yang secara agresif mengakuisisi saham dalam
jumlah tertentu (e.g., 10-20%), pemegang hak lain bisa membeli saham baru
dengan harga diskon, sehingga porsi saham pengakuisisi berkurang.
2. Flip-over pill: Ketika pengambilalihan tercapai, pemegang hak bisa membeli
saham pengakuisisi dengan harga diskon, menurunkan nilai saham
pengakuisisi bagi pemegang sahamnya.

Contoh Kasus: Netflix menggunakan pil racun saat Carl Icahn mengakuisisi 9.98%
saham.

Argumen Pro dan Kontra:

 Pro: Mencegah pengambilalihan yang tak disetujui, memberi manajemen


waktu untuk negosiasi, bisa mendapat harga lebih baik dari bidder.
 Kontra: Dianggap hanya untuk mempertahankan manajemen, bukan
kepentingan terbaik perusahaan.

Blank Check Preferred Stock

 Saham preferensi (prioritas) dengan kondisi fleksibel yang diatur oleh direksi.
 Fungsi utama: Menghalangi pengambilalihan.
 Mekanisme: Direksi bisa menerbitkan saham preferensi ini dalam jumlah
besar untuk menaikkan biaya pengambilalihan secara signifikan.
Netflix Melindungi Diri dari Investor

 Situasi: Seorang investor bernama Carl Icahn membeli hampir 10% saham Netflix. Ada
kemungkinan dia mau mengambil alih perusahaan.

 Strategi Netflix: Netflix membuat "pil racun" untuk pemegang saham lainnya (kecuali
Icahn) sebagai perlindungan.

Cara Kerja "Pil Racun":

 Flip-in: Jika ada yang beli lebih dari 10% saham Netflix tanpa persetujuan manajemen,
pemegang saham lain bisa beli saham baru super murah ($350, padahal harga pasar $700).

o Akibatnya: Porsi saham pengakuisisi mengecil, pengambilalihan makin susah dan


mahal.

 Flip-over: Jika Netflix digabung dengan perusahaan lain, pemegang saham lain bisa beli
saham perusahaan pengakuisisi dengan harga super murah.

o Akibatnya: Saham pengakuisisi kurang bernilai, niatnya mengambil alih bisa gagal.

Kronologi Singkat:

 November 2012: Icahn membeli 9.98% saham Netflix, memicu "pil racun".
 Januari 2013: Icahn meningkatkan kepemilikannya menjadi 10.1%.
 April 2014: Icahn mencapai kesepakatan dengan Netflix. Dia setuju untuk
tidak meningkatkan kepemilikannya lebih dari 10% dan mendukung dewan
direksi Netflix.
 Poison Pill menyulitkan Carl Icahn.
 Dukungan pemegang saham lain tidak memadai.
 Icahn tidak jadi mengambil alih Netflix.

"Shark repellents" adalah strategi yang digunakan perusahaan untuk memperkuat pertahanan
mereka terhadap pengambilalihan yang tidak diinginkan. Ada berbagai jenis "shark repellents", dan
data menunjukkan bahwa mereka dapat efektif dalam mencegah pengambilalihan. Memberlakukan
"bylaw" (peraturan internal)

Jenis "Shark Repellents":

 Staggered or classified boards: Direksi dipilih secara bertahap, sehingga pengambilalihan


membutuhkan waktu lebih lama untuk mendapatkan kontrol mayoritas. Perusahaan XYZ
menerapkan "staggered board". Pengambilalihan membutuhkan waktu lebih lama untuk
mendapatkan kontrol mayoritas, karena mereka harus memenangkan beberapa pemilihan
dewan berturut-turut. Data menunjukkan bahwa perusahaan dengan "staggered board"
lebih kecil kemungkinannya untuk diambil alih.

 Limitations on when directors can be removed: Pembatasan diberlakukan pada saat


pemecatan direksi, sehingga pengambilalihan lebih sulit.

Kasus: Dell Inc.


Tahun: 2013

Situasi: Carl Icahn, seorang aktivis investor, berusaha untuk mengambil alih Dell Inc. Dia
mencalonkan dirinya dan beberapa orang lain untuk dewan direksi Dell, dengan tujuan untuk
menggulingkan dewan yang ada dan memaksa penjualan perusahaan.

Pertahanan Dell: Dell memiliki "bylaw" (peraturan internal) yang membatasi waktu di mana
direksi dapat diberhentikan. Bylaw ini menyatakan bahwa direksi hanya dapat diberhentikan
"dengan alasan" dan hanya pada rapat pemegang saham tahunan.

Dampak: Bylaw ini membuat Carl Icahn lebih sulit untuk mengambil alih Dell. Dia tidak dapat
menggulingkan dewan direksi dengan segera, dan dia harus menunggu sampai rapat
pemegang saham tahunan berikutnya untuk melancarkan upayanya.

Hasil: Pada akhirnya, Carl Icahn tidak berhasil mengambil alih Dell. Dia mencapai
kesepakatan dengan dewan direksi Dell, yang memberinya dua kursi di dewan dan beberapa
perubahan tata kelola perusahaan.

1 Limitations on calling special meetings (Pembatasan Rapat Khusus)

 Arti: Aturan internal perusahaan yang membatasi siapa saja yang boleh mengadakan rapat
pemegang saham selain rapat rutin/tahunan.

 Cara Kerja: Membuat pengakuisisi sulit melancarkan agenda sepihak seperti pemecatan
anggota dewan direksi yang menentangnya. Pemegang saham minoritas tidak bisa
memaksakan voting di luar jadwal.

2. Limiting consent solicitations (Pembatasan Pengumpulan Dukungan)

 Arti: Persyaratan ketat dalam meminta persetujuan tertulis dari para pemegang saham di
luar rapat resmi.

 Cara Kerja: Memperlambat proses pengakuisisi dalam mengumpulkan suara untuk


mengadakan rapat khusus atau mencapai suara mayoritas untuk mengubah keputusan
perusahaan.

3. Advance-notice provisions (Ketentuan Notifikasi Awal)

 Arti: Batas waktu yang wajib dipenuhi sebelum pengajuan proposal perubahan dalam
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

 Cara Kerja: Memberi waktu pada manajemen dan dewan direksi untuk mempersiapkan
respons dan alternatif. Ini mencegah keputusan penting diambil secara tergesa-gesa di
bawah tekanan.

4. Supermajority provisions (Ketentuan Supermayoritas)

 Arti: Keputusan penting tidak cukup hanya dengan mayoritas suara, tapi memerlukan
persentase spesifik yang lebih tinggi (misal 80%)

 Cara Kerja: Membuat perubahan signifikan (merger, penjualan aset besar) jadi lebih sulit
dilakukan. Pengakuisisi harus mengamankan dukungan saham jauh lebih banyak untuk
mencapai supermayoritas
Jenis Shark Repellents Lainnya

1. Anti-greenmail provision

 Arti: Ketentuan anti-greenmail mencegah pembelian kembali saham dengan harga premium
yang dilakukan pihak pengakuisisi.

 Cara Kerja:

o Menghilangkan peluang profit bagi pengakuisisi. Target tidak lagi


menguntungkan, sehingga melemahkan minat akuisisi.

o Menghapus greenmail (pembelian saham dengan harga premium untuk


menghentikan pengambilalihan) sebagai langkah defensif bagi perusahaan.

2. Fair-price provisions

 Arti: Ketentuan harga wajar meningkatkan biaya penawaran tender yang dilakukan selama
pengambilalihan.

 Cara Kerja:

o Meningkatkan biaya penawaran tender bersyarat ("two-tiered tender offer" -


penawaran awal dengan harga lebih tinggi, dan penawaran lanjutan dengan harga
lebih rendah).

o Meningkatkan biaya akuisisi bagi pihak ketiga yang membantu pertahanan ("white
knight") kecuali dicabut dengan persetujuan mayoritas (umumnya 95 %) pemegang
saham.

3. Dual-class recapitalization atau supervoting stock

 Arti: Mekanisme saham dengan hak suara istimewa yang memberi hak pilih lebih besar pada
pemegang saham tertentu (umumnya pihak manajemen atau pemegang saham awal).

 Cara Kerja: Memusatkan kendali manajemen untuk menangkal pengambilalihan.

 Tantangan:

o Sulit diimplementasikan karena membutuhkan persetujuan pemegang saham.

o Hanya efektif jika hak suara istimewa dapat diberikan pada pihak pro-manajemen.

4. Reincorporation

 Arti: Perubahan domisili legal perusahaan untuk mendapat perlindungan undang-undang


anti-pengambilalihan yang lebih menguntungkan di wilayah lain.

 Cara Kerja: Memanfaatkan hukum dari negara bagian atau wilayah lain yang lebih
melindungi perusahaan target.

 Tantangan:

o Membutuhkan persetujuan pemegang saham.

o Membutuhkan waktu, kecuali anak perusahaan di wilayah target sudah terbentuk


sebelumnya.
5. Golden Parachutes

 Arti: Paket pesangon besar bagi manajemen jika terjadi pengambilalihan.

 Cara Kerja:

o Membuat manajemen berani menegosiasikan harga akuisisi yang lebih tinggi.

o Meningkatkan biaya pengambilalihan bagi pihak pengakuisisi.

 Kelemahan:

o Persepsi negatif.

o Membuat pemecatan manajemen jadi mahal.

o Biaya tidak dapat dikurangkan dari pajak.

o Terikat pada voting pemegang saham yang tidak mengikat.

Berikut beberapa contoh nyata kasus "golden parachutes" yang pernah terjadi, lengkap dengan data
yang mendukung:

Kasus 1: Marissa Mayer (Yahoo)

 Tahun: 2012-2017 (CEO Yahoo)

 Paket Golden Parachute yang Disetujui: Senilai $55 juta jika dia diberhentikan setelah
pengambilalihan Verizon atas Yahoo pada tahun 2017.

 Hasil: Mayer menerima sekitar $23 juta dalam bentuk tunai dan saham, meskipun Yahoo
berkinerja buruk di bawah kepemimpinannya.

Data Pendukung:

 Kritik dari investor dan analis atas paket "golden parachute" yang dianggap berlebihan.

 Kinerja saham Yahoo menurun drastis selama menjabat sebagai CEO.

Kasus 2: Robert Nardelli (Home Depot)

 Tahun: 2000-2007 (CEO Home Depot)

 Paket Golden Parachute yang Disetujui: Senilai $210 juta jika dia diberhentikan dalam waktu
tiga tahun, atau dua tahun setelah perubahan kontrol.

 Hasil: Nardelli mengundurkan diri pada tahun 2007 dan menerima paket "golden parachute"
setelah kinerja Home Depot menurun di bawah kepemimpinannya.

Data Pendukung:

 Salah satu contoh "golden parachute" terbesar yang pernah tercatat.

 Harga saham Home Depot menurun selama periode Nardelli sebagai CEO.

Kasus 3: Mark Hurd (Hewlett-Packard)

 Tahun: 2005-2010 (CEO HP)


 Paket Golden Parachute yang Disetujui: Senilai $34,6 juta jika diberhentikan karena alasan
apapun.

 Hasil: Hurd mengundurkan diri pada tahun 2010 setelah tuduhan pelanggaran seksual, tetapi
menerima paket pesangonnya.

Data pendukung:

 Investigasi internal HP menemukan bahwa Hurd melanggar kebijakan standar bisnis HP.

 Kasus ini memicu kembali perdebatan sengit mengenai kompensasi eksekutif yang
berlebihan.

Kesimpulan

Kasus-kasus ini menunjukkan bagaimana "golden parachute" dapat menjadi alat yang kontroversial
dalam manajemen perusahaan. Tujuan "golden parachute" adalah untuk menarik dan
mempertahankan eksekutif yang cakap, tetapi kritikus berpendapat bahwa seringkali imbalan yang
diterima tidak sebanding dengan kinerja. Selain itu, "golden parachute" yang terlalu besar dapat
menimbulkan kekhawatiran di antara pemegang saham dan memberikan insentif bagi eksekutif
untuk melakukan pengambilan risiko yang tidak perlu.

Sumber

 CNBC - Biggest golden parachutes of all time: https://moneyinc.com/largest-golden-


parachutes-ever/

 Forbes - The Case Against Golden Parachutes: https://www.britannica.com/money/golden-


parachute/Criticisms

 The New York Times - Golden Parachutes for C.E.O.s Are Still in Fashion, and Getting
Bigger: https://www.nytimes.com/2023/11/17/opinion/us-military-aid-war-israel.html

Catatan Tambahan

 "Golden parachutes" masih menjadi praktik umum di perusahaan besar.

 Peraturan mengenai "golden parachutes" bervariasi diantara negara.

 Semakin besar "golden parachute", semakin banyak kontroversi yang ditimbulkan.

Menemukan kasus "golden parachutes" atau pesangon eksekutif dalam konteks perusahaan
Indonesia yang didukung data cukup menantang. Hal ini dikarenakan:

 Keterbatasan Informasi: Informasi tentang paket pesangon bagi eksekutif Indonesia tidak
selalu dipublikasikan secara menyeluruh.

 Perbedaan Regulasi: Aturan tentang pesangon dalam kasus pergantian manajemen di


Indonesia tidak seketat negara lain seperti Amerika Serikat, membuat definisi "golden
parachute" agak kabur.

 Budaya Perusahaan: Pemberian pesangon besar lebih sering dinegosiasikan secara


tertutup, bukan diumumkan secara luas.
Meski demikian, berikut beberapa faktor yang membuat "golden parachute" dalam konteks
perusahaan besar Indonesia bisa diasumsikan:

 Perusahaan Multinasional di Indonesia: Perusahaan multinasional yang beroperasi di


Indonesia masih terikat praktik global terkait kompensasi petinggi. Terdapat kemungkinan
adanya paket pesangon yang signifikan dalam kontrak mereka.

 Peralihan Manajemen yang Kontroversial: Ketika ada peralihan direksi dan terjadi
kontroversi tentang kinerja, kasusnya mungkin menjadi sorotan media dengan indikasi
kemungkinan besarnya pesangon.

 Perusahaan Sektor Keuangan/Regulated: Perusahaan di sektor keuangan yang diatur lebih


ketat mungkin memiliki aturan yang terdokumentasi atau tercatat tentang pesangon
eksekutif.

Pendekatan untuk menemukan contoh spesifik:

 Pencarian Berita Bisnis: Fokus pada perusahaan besar Indonesia yang mengalami perubahan
kepemimpinan atau situasi yang memicu pengunduran diri eksekutif. Kata kunci seperti
"golden parachute", "pesangon" dalam berbahasa Indonesia atau Inggris mungkin
menghasilkan informasi.

 Database Perusahaan Terdaftar: Perusahaan yang go public mungkin mencatat informasi


pesangon dalam laporan keuangan mereka. Meskipun tidak selalu mendetail, memberi
gambaran besarnya kompensasi.

 Laporan Organisasi Nirlaba: Organisasi yang fokus pada tata kelola perusahaan dan hak-hak
pemegang saham mungkin melakukan studi atau memiliki laporan yang kritis tentang praktik
kompensasi eksekutif di Indonesia, termasuk potensi "golden parachute".

Catatan:

 Penting membedakan pesangon yang wajar sesuai kontrak kerja dan kontrak dengan "golden
parachute" yang terkesan berlebihan.

 Penelitian ini mungkin memerlukan akses ke dokumen perusahaan secara terbatas dan
pengetahuan mendalam tentang peraturan ketenagakerjaan di Indonesia.

Postoffer defenses adalah strategi atau kebijakan tambahan yang dapat diperkenalkan oleh sebuah
perusahaan ketika pihak yang tidak diinginkan mendekati perusahaan tersebut. Strategi ini
mencakup greenmail, white knights, ESOPs, leveraged recapitalization, share repurchase, corporate
restructuring, dan litigation. Contoh-contoh ini mencerminkan upaya perusahaan untuk melindungi
diri dari pengambilalihan yang tidak diinginkan atau tekanan dari pemegang saham yang tidak setuju
dengan keputusan manajemen.

Greenmail, misalnya, melibatkan pembayaran untuk membeli kembali saham dengan harga premium
sebagai pertukaran atas kesepakatan pihak yang berusaha melakukan pengambilalihan agar tidak
melanjutkan upayanya.

White knights dan white squires adalah pihak yang bersedia mengambil alih perusahaan target
dengan syarat yang lebih menguntungkan.
ESOPs adalah trust yang memegang saham perusahaan sebagai investasi untuk program pensiun
karyawan.

Leveraged recapitalization melibatkan penerbitan utang baru untuk membeli kembali saham atau
membiayai pembayaran dividen.

Share repurchase adalah pembelian kembali saham untuk memberi imbalan kepada pemegang
saham, menunjukkan undervaluation, dan menahan pengambilalihan.

Corporate restructuring melibatkan restrukturisasi perusahaan melalui berbagai cara seperti


penjualan aset, akuisisi, atau likuidasi.

Litigasi melibatkan gugatan hukum yang dapat dilakukan oleh target perusahaan untuk menghalangi
pengambilalihan yang tidak diinginkan.

Research suggests that takeover defenses can slightly decrease the value of the target company's
shares, but these findings might be flawed due to unaccounted-for variables. Recent studies show
that the effects of takeover defenses change when considering factors like state laws, pre-existing
defenses, and court decisions. Some studies even suggest that takeover defenses might not
significantly impact shareholder value due to offsetting factors.

Riset selama dua dekade terakhir menunjukkan bahwa pertahanan pengambilalihan (takeover
defenses) umumnya memiliki dampak negatif yang kecil terhadap nilai pemegang saham di
perusahaan target. Namun kesimpulan tersebut bermasalah karena variabel tertentu bisa tampak
relevan disebabkan bertindak sebagai representasi variabel lain yang tidak diikutsertakan dalam
analisis.

Studi terbaru menunjukkan hasil berubah drastis saat faktor-faktor lain dipertimbangkan, seperti
peraturan anti-pengambilalihan, pertahanan yang sudah ada, dan keputusan pengadilan. Studi lain
juga mendokumentasikan situasi di mana strategi seperti "staggered board" dan "poison pill" bisa
meningkatkan nilai perusahaan. Beberapa studi bahkan mempertanyakan apakah pertahanan
pengambilalihan memiliki dampak besar, karena bisa jadi diimbangi oleh faktor-faktor lain.

Studi-studi ini menyoroti bahwa hubungan antara pertahanan pengambilalihan dan nilai pemegang
saham itu kompleks; Studi empiris yang menemukan hubungan negatif antara nilai perusahaan dan
pertahanan pengambilalihan mendukung anggapan bahwa manajemen bertindak demi
kepentingannya sendiri (teori entrenchment manajemen). Namun, studi yang menemukan
hubungan positif mendukung gagasan bahwa manajemen bertindak demi kepentingan terbaik para
pemegang saham (teori kepentingan pemegang saham).

During the 1990s, companies with weaker management entrenchment (fewer takeover
defenses) outperformed those with stronger defenses. This correlation weakened in the
2000s, likely because investors had already adjusted accordingly. Studies show that heavily
defended companies are less likely to be acquired and may engage in value-destroying
acquisitions. Additionally, there's a positive correlation between the number of takeover
defenses and director compensation, suggesting directors benefit from protections.

Teori Entrenchment Manajemen: Perusahaan dengan pertahanan akuisisi yang kuat cenderung
berkinerja lebih buruk pada tahun 1990-an.
Studi menunjukkan perusahaan yang terlindungi kuat kurang rentan diambil alih dan mungkin
membuat keputusan bisnis yang merusak nilai perusahaan.

Semakin banyak pertahanan yang dimiliki perusahaan, semakin tinggi kompensasi direksi. Ini
menunjukkan bahwa manajemen bisa mendapat keuntungan langsung dari mekanisme pertahanan
ini.

 Teori Entrenchment Manajemen: Jika pertahanan ini berdampak negatif pada nilai
perusahaan, ini menunjukkan manajemen menggunakannya untuk melindungi posisi
mereka, bukan untuk kepentingan pemegang saham.

 Teori Kepentingan Pemegang Saham: Sebaliknya, jika pertahanan ini berdampak positif pada
nilai perusahaan, ini menunjukkan manajemen menggunakannya untuk melindungi dan
memaksimalkan kepentingan pemegang saham.

Shareholder interests theory suggests that landmark cases like proliferation of poison pills have
entrenched management. However, evidence indicates that poison pills, post-litigation, have led to
larger takeover premiums with minimal impact on deal completion rates. Takeover defenses, while
not decreasing deal completion rates, can deter opportunistic bidders seeking bargain buyouts,
resulting in higher bids for target firms with defenses in place, thus benefiting shareholders.

Teori kepentingan pemegang saham menyarankan bahwa kasus-kasus penting seperti penyebaran
poison pills, telah mengokohkan manajemen. Namun, bukti menunjukkan bahwa poison pills, pasca
litigasi, telah menghasilkan premi pengambilalihan yang lebih besar dengan dampak minimal pada
tingkat penyelesaian kesepakatan. Pertahanan terhadap pengambilalihan, meskipun tidak
mengurangi tingkat penyelesaian kesepakatan, dapat mencegah penawaran yang berusaha membeli
perusahaan target dengan harga murah, menghasilkan penawaran yang lebih tinggi untuk
perusahaan target yang memiliki pertahanan, dengan demikian menguntungkan pemegang saham.

Leveraged recapitalizations and target firm financial returns

1. How investors react to leveraged recapitalization depends on their perception of


management's motives.

2. Poorly performing companies with high debt after a failed takeover attempt see negative
stock returns, while well-managed companies may see positive returns.

3. Leveraged recapitalization is more common in countries with strong capital markets and
investor protections, but yields negative returns in countries with weaker markets.

Reaksi investor terhadap recapitalization berhutang bergantung pada penilaian mereka terhadap
motif manajemen perusahaan, dengan saham perusahaan yang berkinerja buruk sering mengalami
penurunan nilai pasca pengumuman, terutama jika calon pembeli menarik tawarannya. Sebaliknya,
perusahaan target dengan manajemen yang berkinerja baik mungkin melihat penurunan yang
kurang negatif atau bahkan positif setelah penarikan tawaran karena investor mengantisipasi
peningkatan nilai di bawah manajemen yang ada. Recapitalization berhutang, lebih umum terjadi di
negara-negara dengan pasar modal yang berkembang dan perlindungan investor, dapat
menghasilkan abnormal return negatif, terutama jika proposal pengambilalihan ditarik.
Shark Repellents and Limitations on Removing
Directors
Shark Repellents adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai
tindakan dan struktur tata kelola perusahaan yang bertujuan untuk melindungi
perusahaan dari pengambilalihan yang tidak bersahabat. Salah satu aspek penting
dari Shark Repellents adalah batasan dalam pemberhentian direktur.

Batasan ini dapat berupa:

 Mayoritas suara pemegang saham: Umumnya, pemberhentian direktur


memerlukan persetujuan dari mayoritas pemegang saham (biasanya 50% + 1
suara). Ini membuat pengambilalihan yang bermusuhan lebih sulit, karena
pengambil perlu memperoleh lebih banyak saham untuk mengendalikan
perusahaan.
 Periode pemberhentian yang ditentukan: Beberapa perusahaan
menetapkan periode minimal di mana direktur tidak dapat dipecat tanpa
alasan, kecuali karena pelanggaran serius.
 Golden parachutes: Ini adalah klausul kontrak yang memberikan
kompensasi yang substansial kepada direktur jika mereka diberhentikan
tanpa alasan. Ini dapat membuat pengambilalihan yang bermusuhan lebih
mahal dan kurang menarik bagi penyerang.
 Poison pills: Ini adalah hak pemegang saham yang ada untuk membeli
saham tambahan dengan harga diskon jika pengambilalihan melebihi ambang
kepemilikan tertentu. Ini membuat pengambilalihan lebih mahal dan dapat
membuat perusahaan kurang menarik bagi penyerang.
 Klasifikasi dewan direksi: Beberapa perusahaan memiliki dewan direksi
yang diklasifikasikan, di mana hanya sebagian direktur yang dipilih setiap
tahun. Ini membuat pengambilalihan yang bermusuhan lebih sulit, karena
penyerang perlu memenangkan kendali atas dewan selama beberapa tahun
untuk mendapatkan kontrol penuh atas perusahaan.

Namun, perlu dicatat bahwa:

 Shark Repellents tidak dapat sepenuhnya mencegah pengambilalihan yang


bermusuhan.
 Shark Repellents dapat memiliki dampak negatif pada tata kelola perusahaan
dan hak pemegang saham.
 Penggunaan Shark Repellents harus dipertimbangkan dengan cermat dan
diimbangi dengan kepentingan pemegang saham dan tata kelola perusahaan
yang baik.

 Greenmail
o Arti: Taktik dalam upaya pengambilalihan bermusuhan (hostile
takeover) dimana pihak penyerang (greenmailer) mengakuisisi
sejumlah besar saham dan mengancam akan mengambsil kendali
perusahaan kecuali perusahaan membeli kembali saham itu dengan
harga premium.
o Dampak Positif (Bagi Perusahaan Target): Mencegah
pengambilalihan yang tak diinginkan dengan biaya yang relatif lebih
kecil.
o Dampak Negatif (Bagi Perusahaan Target): Membayar premium,
memboroskan uang untuk tujuan yang tidak produktif, bisa mendorong
upaya pengambilalihan lain.
o Contoh (Historikal): Carl Icahn mencoba upaya greenmail terhadap
perusahaan Texaco pada 1980an.
 Standstill Agreement
o Arti: Kontrak antara perusahaan target dan calon pihak penyerang
(hostile bidder), dimana pihak penyerang setuju untuk tidak membeli
saham tambahan untuk jangka waktu tertentu dengan imbalan
kompensasi atau konsesi.
o Dampak Positif (Bagi Perusahaan Target): Mendapatkan waktu
untuk menegosiasikan kesepakatan yang lebih baik atau mencari white
knight.
o Dampak Negatif (Bagi Perusahaan Target): Membatasi pilihan untuk
bertahan mandiri, risiko pihak penyerang melanggar perjanjian.
o Contoh: Standstill agreement bisa menjadi bagian dari negosiasi
kompleks dalam upaya pengambilalihan yang bermusuhan.
 White Knight
o Arti: Penyelamat perusahaan target yang menghadapi
pengambilalihan tidak bersahabat. White knight mengajukan tawaran
akuisisi dengan syarat lebih menarik bagi perusahaan target dan
pemegang saham
o Dampak Positif (Bagi Perusahaan Target): Melanjutkan operasi
secara independen atau mencapai merger yang lebih bersahabat.
o Dampak Negatif (Bagi Perusahaan Target): Potensi risiko budaya
perusahaan, pemecatan, dan restrukturisasi setelah akuisisi.
o Contoh: Duel akuisisi Compaq pada 2001, dimana Hewlett-Packard
berperan sebagai white knight
 ESOP (Employee Stock Ownership Plan)
o Arti: Rencana benefit karyawan yang memberikan karyawan
kepemilikan saham perusahaan.
o Dampak Positif: Memotivasi karyawan, menarik talenta berkualitas,
potential keuntungan pajak.
o Dampak Negatif: Risiko jika nilai saham perusahaan turun,
kompleksitas administrasi.
o Contoh: Banyak perusahaan publik dan privat menawarkan ESOP
sebagai bagian dari paket benefit.
 Recapitalization (termasuk leveraged recapitalization)
o Arti: Revisi struktur modal perusahaan dengan mengubah rasio utang
terhadap ekuitasnya.
o Dampak Positif: Bisa meningkatkan EPS, menurunkan biaya modal,
dan menyediakan likuiditas.
o Dampak Negatif: Meningkatkan risiko keuangan, bisa menurunkan
peringkat kredit.
o Contoh: Perusahaan bisa menerbitkan saham baru atau menerbitkan
obligasi (leverage recap).
 Share Buyback Plan (Pembelian Kembali Saham)
o Arti: Perusahaan membeli sahamnya sendiri di pasar terbuka.
o Dampak Positif: Mendukung harga saham, meningkatkan EPS, sinyal
manajemen percaya perusahaan undervalued.
o Dampak Negatif: Mengurangi modal untuk investasi, bisa jadi
manipulatif.
o Contoh: Banyak perusahaan besar mengumumkan share buyback
plan.
 Corporate Restructuring
o Arti: Perubahan signifikan terhadap operasi atau struktur keuangan
perusahaan.
o Dampak Positif: Meningkatkan efisiensi, fokus ulang strategi.
o Dampak Negatif: PHK, gangguan kegiatan bisnis, kegagalan dalam
mencapai perbaikan.
o Contoh: divestasi unit bisnis, merger, spin-off.
 Litigation
o Arti: Proses penyelesaian sengketa melalui jalur hukum.
o Dampak Positif: Potensi mendapatkan kompensasi atau perlindungan
hak
o Dampak Negatif: Biaya tinggi, memakan waktu, bisa merusak
reputasi.
o Contoh: Tuntutan oleh pemegang saham, perselisihan kontrak,
pelanggaran paten.

Takeover defenses can boost a company's IPO value if they help attract and retain talent,
and if they strengthen relationships with customers, suppliers, and partners by ensuring
commitments are more likely to be upheld. This provides the new company with time to
implement its business plan and develop effectively.
Pertahanan pengambilalihan dapat meningkatkan nilai IPO (penawaran umum perdana)
perusahaan jika membantu menarik dan mempertahankan karyawan berkualitas.
Pertahanan ini juga memperkuat hubungan bisnis dengan pelanggan, pemasok, dan mitra
strategis karena menjamin komitmen yang dinegosiasikan akan terus berjalan.

Verizon Acquires MCI Since 1991


Verizon's acquisition of MCI occurred within a broader context of the telecommunications
industry's transformation following deregulation. Here is a detailed timeline of events leading
up to the acquisition:1991: GTE acquires Contel Corp., creating the largest US-based local
telephone company and the country's second-largest wireless company
1
.1997: GTE makes a cash offer to acquire MCI Communications Corp.
1
2
.November 1997: MCI rejects GTE's offer and instead agrees to merge with WorldCom Inc.
1
.May 2005: After Qwest Communications announces its intention to buy MCI, the MCI board
recommends an amended bid from Verizon
1
.October 2005: Shareholders approve the merger between MCI and Verizon
2
.January 6, 2006: The merger closes, forming Verizon Communications Inc., which
becomes the largest provider of advanced communications and information technology
solutions to large businesses and governments worldwide
1

2
.This timeline demonstrates that while Verizon did not directly acquire MCI until 2006, the
groundwork for the eventual merger was laid down through previous acquisitions and
maneuvers within the telecommunications landscape.
Search Images
Search Videos
Generate Image

Anda mungkin juga menyukai