Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

Sekitar 50-90% perempuan hamil mengalami keluhan mual dan muntah. Keluhan ini
biasanya disertai dengan hipersalivasi, sakit kepala, perut kembung, dan rasa lemah pada
badan. Keluhan-keluhan ini secara umum dikenal sebagai “morning sickness”.Istilah ini
sebenarnya kurang tepat karena 80% perempuan hamil mengalami mual dan muntah
sepanjang hari.1Apabila mual dan muntah yang dialami mengganggu aktivitas sehari-hari
atau menimbulkan komplikasi, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum. Komplikasi yang
dapat terjadi adalah ketonuria, dehidrasi, hipokalemia dan penurunan berat badan lebih dari 3
kg atau 5% berat badan.1
Mual dan muntah pada kehamilan biasanya dimulai pada kehamilan minggu ke-9
sampai ke-10, memberat pada minggu ke-11 sampai ke-13 dan berakhir pada minggu ke-12
sampai ke-14. Hanya pada 1-10% kehamilan gejala berlanjut melewati minggu ke-20 sampai
ke-22. Pada 0,3-2% kehamilan terjadi hiperemesis gravidarum yang menyebabkan ibu harus
ditata laksana dengan rawat inap. Hiperemesis gravidarum jarang menyebabkan kematian,
tetapi angka kejadiannya masih cukup tinggi. Hampir 25% pasien hiperemesis gravidarum
dirawat inap lebih dari sekali. Terkadang, kondisi hiperemesis yang terjadi terus-menerus dan
sulit sembuh membuat pasien depresi. Pada kasus-kasus ekstrim, ibu hamil bahkan dapat
merasa ingin melakukan terminasi kehamilan.2
Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan hiperemesis gravidarum antara lain
hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya, berat badan berlebih, kehamilan
multipel, penyakit trofoblastik, nuliparitas dan merokok.

1
BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 27tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Darma
Suku : Sunda
Tanggal Masuk RS : 27 September 2018

IDENTITAS SUAMI
Nama : Tn. D
Umur : 30 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Islam
Alamat : Darma
Suku : Sunda

II. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan di kamar perawatan kebidanan ruang Dahlia RSUD 45
Kuningan pada tanggal 27/09/2018 pukul 11.30 WIB

A. Keluhan Utama
Muntah sejak 3 hari SMRS

B. Keluhan Tambahan
Mual, pusing, nyeri ulu hati, nafsu makan berkurang, penurunan berat badan selama
kehamilan.

2
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien G1P0A0 mengaku hamil 3 bulan datang ke ruang kebidanan RSUD 45 Kuningan
dengan keluhan mual dan muntah sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan
muntah sebanyak lebih dari 8 kali sehari, muntahan berupa cairan berwarna putih
kekuningan, berisi campuran makanan dan minuman yang dimakan. Muntah
bercampur darah disangkal. Setiap makan atau minum, pasien merasa mual dan
memuntahkan makanan dan minuman yang dikonsumsinya.Pasien mengatakan
keluhan mual-mual ini sudah dirasakan sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit, dan
sejak saat itu nafsu makannya berkurang. Keluhan mual muntah ini dirasa semakin
hari semakin memberat. Pasien juga mengaku terjadi penurunan berat badan sebanyak
5 kg dalam waktu 1 bulan terakhir, dan mengeluh adanya nyeri ulu hati sejak 5 hari
sebelum masuk rumah sakit, nyeri dirasa seperti ditusuk-tusuk.Pasien mengatakan
sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit ia juga tidak dapat bangun dari tempat tidur
karena merasa lemas, dan pusing.Keluhan ini dirasa hingga mengganggu aktivitas
sehari-hari. Buang air kecil (BAK) diakui lancar, berwarna kuning jernih. Buang air
besar (BAB) juga lancar, diare atau konstipasi disangkal.

D. Riwayat Penyakit Dahulu


Darah Tinggi (-)
Kencing Manis (-)
Asma (-)
Alergi (-)
Riwayat operasi (-)
Riwayat sakit maag (-)

E. Riwayat Haid
HPHT : 01-07-2018
Taksiran Partus : 08-04-2018
Usia Kehamilan : 12 minggu
Menarche : 14 tahun
Siklus Haid : teratur (antara 28-30 hari)
Lama Haid : 4-6 hari
Banyaknya : 3 kali ganti pembalut per hari

3
Dismenore : (-)

F. Riwayat Perkawinan
Status : Menikah, 1x
Usia saat menikah : 22 tahun (tahun 2014)
Lama perkawinan : Menikahselama 5 tahun hingga sekarang
Jumlah anak : Hamil pertama

G. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas Yang Lalu


1. Hamil ini

H. Riwayat Keluarga Berencana


Pasien tidak menggunakan KB

I. Riwayat Kebiasaan
Merokok (-)
Minum Alkohol (-)
Jamu-jamuan (-)
Menggunakan narkoba ataupun konsumsi obat-obatan (-)

III.PEMERIKSAAN FISIK
A. PEMERIKSAAN UMUM

1. Keadaan umum :Tampak lemah, pucat


2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda vital
a. Tekanan darah : 100/60 mmHg
b. Nadi :92x/menit
c. Pernapasan : 18x/menit
d. Suhu : 36,4oC
4. Antropometri
a. BB : 55 kg
b. TB : 162 cm
c. BMI : 20,20

4
d. Lingkar pinggang : -

B. STATUS GENERALIS

3. Kepala dan Wajah


Kepala : Normosefali
Wajah : Tampak simetris
4. Mata
Kedua mata tampak cekung
Palpebra : Kedua palpebra tidak tampak oedem
Konjunctiva : Kedua konjunctiva tidak tampak pucat
Sklera : Kedua sklera tidak tampak ikterik
Pupil : Bulat, isokor, diameter 3 mm / 3 mm,
Refleks cahaya : Langsung : +/+
Tidak langsung : +/+
5. Leher
a. Deviasi trakea : (-)
b. Kelenjar Tiroid : Tak teraba membesar
c. Kelenjar getah bening leher : Tak teraba membesar
d. Tekanan Vena Jugularis : JVP 5 – 1 cmH20
6. Thorax
a. Paru : Suara napas vesikuler dikedua lapang paru, tidak terdengar ronkhi,
ataupun wheezing dikedua lapang paru

b. Jantung : Suara I-II normal, irama reguler, tidak terdengar split, murmur,
ataupun gallop.
7. Abdomen
Inspeksi : Perut tampak datar
Palpasi : Supel, terdapat nyeri tekan epigastrium, turgor kulit 2 detik.
Perkusi : Timpani di seluruh lapang kuadran abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) dengan frekuensi 4x/menit.

5
8. Ekstremitas
Ekstremitas atas Dekstra Sinistra

Deformitas (-) (-)


Akral Hangat Hangat
CRT 2 detik 2 detik
Lain-lain Oedem (-) Oedem (-)
Ekstremitas bawah Dekstra Sinistra
Deformitas (-) (-)
Akral Hangat Hangat
CRT 2 detik 2 detik
Lain-lain Oedem (-) Oedem (-)

C. STATUS OBSTETRI
 TFU : 3jari diatas sympisis
 DJJ : sulit dinilai dengan laenec/doppler
 Inspeksigenitalia : v/utampak tenang, tidak ada perdarahan
 Inspekulo : portio livide, licin, ostium uteri tertutup
 Vaginal toucher : tidak dilakukan

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium tanggal 27/10/2018
a. Hematologi
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 14.2 g/dl 14-18
Jumlah leukosit 12.38(H) 103/µL 4.0-10.0
Hematokrit 39.9 % 40.0-54.0
Jumlah trombosit 391 Ribu/µL 150-450
Jumlah eritrosit 5.04 Juta/µL 4.50-5.90
MCV 79.2 fL 80-96
MCH 28.2 Pg/mL 28-33
MCHC 35.6 g/dL 33-36

6
Kimia klinik
GDS 96 mg/dL 70-120
SGOT 29 U/L 5-40
SGPT 30 U/L <45
Ureum 21 mg/dL 10-50
Creatinin 0.32 (L) mg/dL 0.6-1.5
Pemeriksaan elektrolit
Natrium 131 (L) mmol/L 135-145
Kalium 3.2(L) mmol/L 3.5-5.1
Chlorida 100 mmol/L 95-110
HIV Non reaktif
HbsAg Negatif Negatif Negatif

b. Urinalisis fisis/kimiawi

No. Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan


1 Warna Kuning
c.
2 Kekeruhan Jernih
3 pH 6,0 4,80 – 7,50
4 Protein Negatif Negatif
5 Glukosa Negatif Negatif
6 Keton (+) 2 Negatif
7 Sedimen :
Epitel (+) 1 / lpb
Leukosit 0–1 / lpb <6
Eritrosit 0–1 / lpb <1
Kristal Negatif
Silinder Negatif
Bakteri

7
c. USG

Usia Kehamilan : 12-13 minggu


Kesan : Tampak janin tunggal hidup intrauterin, 12-13 minggu

d. RESUME
Pasien G1P0A0mengaku hamil 3 bulan datang ke RSUD 45 Kuningan dengan keluhan
mual dan muntah sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan muntah sebanyak
lebih dari 8 kali sehari, muntahan berupa cairan berwarna putih kekuningan, berisi
campuran makanan dan minuman yang dimakan. Muntah bercampur darah disangkal.
Setiap makan atau minum, pasien merasa mual dan memuntahkan makanan dan
minuman yang dikonsumsinya. Pasien mengatakan keluhan mual-mual ini sudah
dirasakan sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit, dan sejak saat itu nafsu makannya
berkurang. Keluhan mual muntah ini dirasa semakin hari semakin memberat Pasien juga
mengaku terjadi penurunan berat badan sebanyak 5 kg dalam waktu 1 bulan terakhir, dan
mengeluh adanya nyeri ulu hati sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit, nyeri dirasa
seperti ditusuk-tusuk. Pasien mengatakan sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit ia juga
tidak dapat bangun dari tempat tidur karena lemas, dan pusing.Keluhan ini dirasa hingga
mengganggu aktivitas sehari-hari. Buang air kecil (BAK) diakui lancar, berwarna kuning
jernih. Buang air besar (BAB) juga lancar, diare atau konstipasi disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
o Keadaan umum : tampak lemah, pucat
8
o Tanda vital: TD: 100/60mmHg, N: 80x/menit, RR: 20x/menit, S: 36.4oC
o Status generalis:terdapat nyeri tekan epigastrium, turgor kulit 2 detik, CRT 2 detik
o Status obstetri
- TFU : 3 jari di atas sympisis
- DJJ : sulit dinilai dengan laenec/doppler
- Genitalia
Inspeksi : v/u tampak tenang, tidak ada perdarahan
Inspekulo : portio livide, licin, ostium uteri tertutup
VT : tidak dilakukan
o Pada pemeriksaan penunjang didapatkan:
Keton urine +2
USG (28/10/2018)
CRL : 582 mm
Usia Kehamilan : 12-13 minggu
Kesan : Tampak janin tunggal hidup intrauterin, 12-13 minggu

e. DIAGNOSIS KERJA
- Hiperemesis Gravidarum pada G1P0A0 Hamil 12-13 minggu

f. PROGNOSIS
Ad vitam : Ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam

g. PENATALAKSANAAN
- Observasi keadaan umum, tanda vital, tanda-tanda dehidrasi
- Rawat ruangan
- Cek UL
- Terapi medikamentosa :
 IVFD RL + drip 2 ampul neurobion + 2 ampul ondancentron 8mg (15tpm)
 Injeksi ranitidine 2x1 amp IV

 Terapi edukasi :

9
 Small frequent feeding, yaitu mengonsumsi makanan dan minuman sedikit
namun sering, bertujuan untuk membantu mengurangi gejala mual dan
muntah.2
 Menghindari makanan yang bersifat merangsang, seperti makanan pedas dan
berlemak.2

h. FOLLOW UP HARIAN

Tanggal 27 September 2018

Mual (+), muntah 4 kali sejak datang ke RSUD 45 Kuningan berisi campuran makanan
S dan minuman, berwarna kekuningan, pusing (+), nyeri pada ulu hati (+), mulai bisa
makan dan minum sedikit, BAK lancar berwarna kuning jernih, belum BAB.
Keadaan umum :
Compos mentis, tampak sakit sedang
Tanda vital :
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 84x/menit
Pernapasan : 18x/menit
Suhu : 36,7oC

Pemeriksaan fisik :
Status Generalis :
O Kepala : Konjunctiva pucat : -/- Sklera ikterik -/- Mata tampak cekung
Leher : Tak tampak kelainan
Toraks : S1 normal, S2 normal, irama reguler, murmur (-), gallop (-)
Suara napas vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : Tampak datar, supel, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, oedem ekstremitas -/-
Status Obstetri :
 Tfu : 3 jari di atas sympisis
 DJJ : sulit dinilai dengan laenec/doppler
 V/U: tampak tenang
A Hiperemesis Gravidarum pada G1P0A0 Hamil 12-13 minggu
P - Observasi keadaan umum, tanda vital, tanda-tanda dehidrasi
- USG Konfirmasi
- Small frequent feeding
- Terapi medikamentosa :
 IVFD RL + drip 2 ampul neurobion + 2 ampul ondancentron 8mg
(15tpm)

10
 Injeksi ranitidine 2x1 amp IV

Tanggal 28 September 2018

Mual (+) namun sudah berkurang, muntah (+) 1x/hari, pusing (-), nyeri pada ulu hati
S
(+), BAK lancar berwarna kuning jernih, belum BAB
Keadaan umum :
Compos mentis, tampak sakit sedang
Tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernapasan : 18x/menit
Suhu : 36,6oC
Pemeriksaan fisik :
Status Generalis :
Kepala : Konjunctiva pucat : -/- Sklera ikterik -/- Mata tidak tampak cekung
Leher : Tak tampak kelainan
O Toraks : S1 normal, S2 normal, irama reguler, murmur (-), gallop (-)
Suara napas vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : Tampak datar, supel, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, oedem ekstremitas -/-
Kulit : Turgor kulit baik
Status Obstetri :
 Tfu : 3 jari di atas sympisis
 DJJ : sulit dinilai dengan laenec/doppler
 V/U: tampak tenang

A Hiperemesis Gravidarum pada G1P0A0 Hamil 12-13 minggu


- Observasi keadaan umum, tanda vital, tanda-tanda dehidrasi
- Small frequent feeding
- Terapi medikamentosa :
P
 IVFD RL + drip 2 ampul neurobion + 2 ampul ondancentron 8mg
(15tpm)
 Injeksi ranitidine 2x1 ampul IV

Tanggal 29 September 2018

11
Mual (+), muntah (-), pusing (-), nyeri pada ulu hati (+), BAK lancar berwarna kuning
S
jernih, belum BAB
Keadaan umum :
Compos mentis, tampak sakit sedang
Tanda vital :
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernapasan : 18x/menit
Suhu : 36,6oC
Pemeriksaan fisik :
Status Generalis :
Kepala : Konjunctiva pucat : -/- Sklera ikterik -/- Mata tidak tampak cekung
O Leher : Tak tampak kelainan
Toraks : S1 normal, S2 normal, irama reguler, murmur (-), gallop (-)
Suara napas vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : Tampak datar, supel, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, oedem ekstremitas -/-
Kulit : Turgor kulit baik
Status Obstetri :
 Tfu : 3 jari di atas sympisis
 DJJ : sulit dinilai dengan laenec/doppler
 V/U: Tampak tenang
A Hiperemesis Gravidarum pada G1P0A0 Hamil 12-13 minggu
- Observasi keadaan umum, tanda vital, tanda-tanda dehidrasi
- Small frequent feeding
P - Terapi medikamentosa diganti oral :
 Ranitidin 2x1 tab po
- Boleh pulang

12
BAB III
ANALISIS KASUS

Pasien pada kasus ini didiagnosis dengan Hiperemesis Gravidarum didasarkan atas dari hasil
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
1) Dari anamnesis :

o Wanita, 36 tahun, G4P3A0, mengaku hamil 7 minggu

o Mual dan muntah sejak 2 minggu dan 3 hari SMRS yang dirasakan semakin
memberat. Dialami sejak awal kehamilan, namun makin lama makin parah.
Muntah sampai 10 x/hari. Muntah berisi makanan dan minuman yang dimakan
dan dua kali muntah kosong.

o Mengeluhkan nyeri ulu hati

o Tidak nafsu makan, lemas, mengganggu aktivitas sehari-hari

o Penurunan berat badan

Pada pasien dalam kasus ini, terdapat gejala-gejala Hiperemesis Gravidarum yang sesuai
dengan kepustakaan, dimana terjadi mual dan muntah yang terjadi pada trimester pertama
kehamilan, yang dirasakan semakin hari semakin bertambah parah, sehingga mengakibatkan
gangguan asupan nutrisi secara oral, gangguan gizi, hambatan aktivitas sehari-hari dan
terdapat tanda-tanda dehidrasi.3

2) Dari pemeriksaan fisik :

o KU/Kesadaran : lemah, pucat / CM

o Tanda vital : TD 122/86 mmHg, N 90x/menit, RR 18x/menit, S 36,8oC

o Mata : tampak cekung (+/+)

o Abdomen : nyeri tekan epigastrium (+), turgor kulit 2 detik, CRT <2 detik

o Status obstetrik
Inspeksi : datar
Palpasi : supel, TFU belum teraba

13
Pemeriksaan Dalam
I : v/u tenang, tidak tampak keluar cairan dari vagina, perdarahan aktif (-)
VT : tidak dilakukan

Status generalis menunjukkan tanda-tanda dehidrasi yaitu matatampak cekung, dan


turgor kulitlambat.3Muntah yang terjadipada wanita hamil disebabkan oleh karena banyak
faktor yang mempengaruhi, yaitu peningkatan kadar humanchorionic gonadotropin (hCG)
akan menginduksi ovarium untuk memproduksi estrogen, yang dapat merangsang mualdan
muntah.2Tingginya kadar hormon progesteron pada kehamilan juga menyebabkan kejadian
muntah,dimana kada progesteron berakibat pada melemahnya kontraksi otot polos saluran
pencernaan, sehingga pergerakan motilitas pencernaan berkurang dan terjadi refleks muntah
setiap kali makan.2,4Muntah yang berlebihan menyebabkan iritasi pada mukosa lambung
ditambah dengan motilitas usus yang berkurang pada wanita hamil sehingga pemaparan
mukosa lambung terhadap asam lambung lebih lama, sehingga didapatkan nyeri epigastrium. 2
Pada status obstetrik, didapatkan perut mendatar,, menyokong pernyataan pasien yang
menyatakan hamil muda. Hal ini penting untuk diketahui karena untuk dapat menegakkan
diagnosis Hiperemesis Gravidarum, pertama kali kita harus yakin bahwa pasien dalam
keadaan hamil.

3) Dari pemeriksaan penunjang


o Lab : Tes kehamilan (+)
Keton urin (++) positif Pada kasus hiperemesis gravidarum yang
cukup berat, dimana pasien tidak dapat makan atau minum sama
sekali, mengakibatkan cadangan karbohidrat dalam tubuh akan
habisterpakai untuk pemenuhan kebutuhan energi jaringan. Sehingga
sebagai akibatnya lemak akan dioksidasi. Namun, lemak tidak
dapatdioksidasi dengan sempurna, sehingga terjadi penumpukan
asamaseton-asetik, asam hidroksibutirik, dan aseton, dan
menyebabkan ketosis.4
o USG tanggal 26 Desember 2023:
 Uterus antefleksi
 Tampak Gestasional Sac dengan ukuran 2,95 x 2,24 x 2,2 cm kesan 7
minggu 1 hari
 Fetal pole (+), fetal echo (+)

14
 Kesimpulan : Janin Presentasi Tunggal Hidup Intrauterin sesuai 7
– 8 minggu

4) Penatalaksanaan
Tujuan terapi yang pertama pada pasien dengan hiperemesi gravidarum adalah
untuk memperbaiki keadaan umum pasien dan mengatasi dehidrasi,2 dimana pada
pasien ini, awalnya dberikan terapi parenteral sehingga keluhan mual, muntahnya
berkurang. Cairan yang diberikan untuk rehidrasi ialah infuse RL. Neurobion
merupakan suplemen vitamin yang mengandung vitamin B kompleks, yaitu vitamin
B1, B6, dan B12. Tujuan pemberian vitamin B ini adalah untuk mencegah komplikasi
berupa neuropati perifer pada pasien hiperemesis gravidarum, mencegah terjadinya
Ensefalopati Wernicke akibat defisiensi thiamin (vitamin B1).2
Ondansentron diberikan untuk mengurangi mual yang dialami pasien, dimana
ondansentron merupakan antagonis 5-HT3 yang bekerja pada sistem saraf SSP dan
perifer. Target utama zat ini adalah SSP, tetapi zat ini juga meningkatkan
pengosongan lambung. Selain itu, juga diberikan ranitidin untuk mengurangi produksi
asam lambung. Pasien dianjurkan untuk mengatur diet makannya dengan prinsip
small frequent feeding, yaitu mengonsumsi makanan dan minuman sedikit namun
sering, bertujuan untuk membantu mengurangi gejala mual dan muntah. 2Menghindari
makanan yang bersifat merangsang, seperti makanan pedas dan berlemak.2
Penilaian keberhasilan terapi pasien dengan hiperemesis gravidarum dilakukan
secara klinis dan laboratoris. Secara klinis, keberhasilan terapi dapat dinilai dari
penurunan frekuensi mual dan muntah, frekuensi dan intensitas mual, serta perbaikan
tanda-tanda vital dan dehidrasi. Sedangkan parameter pemeriksaan laboratorium yang
dilakukan dapat dilakukan pemeriksaan perbaikan dari gambaran ketonuria, ataupun
perbaikan apabila terdapat gangguan asam-basa dan elektrolit.1
Pada pasien dalam kasus ini, hari pertama dan kedua perawatan, terapi yang
diberikan masih dilanjutkan secara parenteral oleh karena pasien masih mengeluh
adanya mual dan muntah, meski frekuensi muntah telah berkurang.Pada hari ketiga
perawatan, pasien sudah tidak mengeluh mual, maupun muntah. Dari pemeriksaan
klinis pun sudah tidak didapatkan tanda-tanda dehidrasi, serta dari pemeriksaan
laboratorium didapatkan hasil pemeriksaan keton urin telah negatif, menandakan telah
terjadi perbaikan kondisi pada pasien, sehingga pengobatan diganti secara per oral,
dan pasien dapat dipulangkan.

15
16
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI
Hiperemesis gravidarum (HG) adalah mual dan muntah hebat dalam masa kehamilan
yang dapat menyebabkan kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau gangguan
elektrolit sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin di dalam
kandungan.3 Pada umumnya, HG terjadi pada minggu ke 6 - 12 masa kehamilan, yang
dapat berlanjut sampai minggu ke 16 – 20 masa kehamilan.3,5
Keluhan mual dan muntah kadang-kadang begitu hebat dimana segala apapun yang
dimakan atau diminum dimuntahkan kembali sehingga dapat mempengaruhi keadaan
umum dan mengganggu aktivitas sehari-hari, terjadi penurunan berat badan, dehidrasi dan
asetonuria.3

2. EPIDEMIOLOGI

Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada kehamilan
muda dan dikemukakan oleh 50 – 70 % wanita hamil dalam 16 minggu pertama, kurang lebih
66% wanita hamil trimester pertama mengalami mual dan muntah dan 44% mengalami
muntah – muntah.

Bila wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat
badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuria,
keadaan ini disebut dengan hiperemesis gravidarum dan memerlukan perawatan di rumah
sakit. Perbandingan insidensi hiperemesis gravidarum 4 : 1000 kehamilan. Sindrom ini
ditandai dengan adanya muntah yang sering, penurunan berat badan, dehidrasi,asidosis
karena kelaparan, alkalosis yang disebabkan menurunnya asam lambung (HCL ) dan
hipokalemia1,4

17
3. FAKTOR RESIKO

Faktor risiko untuk hiperemesis gravidarum adalah:


- Kehamilan sebelumnya dengan hiperemesis gravidarum
- Primigravida, mola hidatidosa, dan kehamilan ganda
- Faktor organik : yaitu masuknya vili korialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap
perubahan ini
- Alergi : sebagai respon jaringan ibu terhadap anak
- Faktor psikologis, memegang peranan yang penting terhadap penyakit ini. Hubungan
psikologis dengan hiperemesis gravidarum belum dikenal pasti. Tidak jarang dengan
memberikan suasana baru, sudah dapat membantu mengurangi frekuensi
muntah.Merokok berhubungan dengan risiko yang lebih rendah untuk hiperemesis
gravidarum 1,2,4

18
4. ETIOLOGI
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. 3,4,5Mual dan muntah
tampaknya berkaitan dengan kombinasi hormon esterogen dan progesteron serta peranan
dari hormon human gonadotropin korionik.2,3,7Keadaan ini biasanya terjadi pada trimester
pertama, kehamilan pertama, riwayat keluarga hiperemesis gravidarum, mola hidatidosa
dan kehamilan multipel, dan kehamilan yang tidak direncanakan.6,7
a) Hormon
Hiperemesis berhubungan dengan peningkatan kadar serum hormon kehamilan.
Meskipun stimulus pasti tidak diketahui, hCG (human chorionic gonadotropin),
estrogen, progesteron, leptin, hormon pertumbuhan plasenta, prolaktin, tiroksin, dan
hormon adrenokortikal.2,6
a. HCG
HCG adalah faktor endokrin paling penting untuk terjadinya hiperemesis
gravidarum. Dikatakan bahwa peningkatan kadar humanchorionic gonadotropin
(hCG) akan menginduksi ovariumuntuk memproduksi estrogen, yang dapat
merangsang mualdan muntah.2 Kesimpulan ini berdasarkan hubungan antara
peningkatan produksi HCG (seperti dalam kehamilan mola atau multipel) dan
fakta insiden hiperemesis paling tinggi ketika produksi HCG mencapai puncaknya
selama kehamilan (sekitar 9 minggu).8
b. Progesteron
Pada sebuah studi pada 44 perempuan hamil (22 perempuan hiperemesis, dan 22
perempuan hamil sehat) menunjukkan bahwa perempuan hiperemesis mempunyai
kadar progesteron lebih tinggi dibandingkan perempuan tanpa hiperemesis.
Tingginya kadar hormon progesteron pada kehamilan menyebabkan kejadian
muntah,dimana kada progesteron berakibat pada melemahnya kontraksi otot polos
saluran pencernaan, sehingga pergerakan motilitas pencernaan berkurang dan
terjadi refleks muntah setiap kali makan.2,4,8
c. Estrogen
Peningkatan kadar estrogen dan estradiol diketahui menyebabkan mual dan
muntah selama kehamilan. Adanya fetus perempuan berhubungan dengan mual
dan muntah, menjelaskan terjadinya peningkatan konsentrasi estrogen in utero.8
d. Hipertiroidisme
Fungsi tiroid secara fisiologis berubah selama kehamilan, termasuk stimulasi oleh
HCG. Hipertiroidisme dengan fT3 dan fT4, tetapi kadar TSH menurun, mungkin
19
berimplikasi pada hiperemesis gravidarum.2,8 THHG (transient hyperthyroidism of
hyperemesis gravidarum) adalah penemuan berdasarkan skrining pada perempuan
dengan peningkatan kadar HCG dan fT4. THHG mungkin bertahan hingga
minggu 18 kehamilan, dan tidak membutuhkan pengobatan. Kondisi ini mungkin
sebagian disebabkan oleh kadar HCG yang tinggi dan sering dijumpai pada pasien
dengan hiperemesis gravidarum karena HCG dan TSH mempunya struktur protein
yang mirip, sehingga HCG mampu bertindak seperti TRH dan terjadi
hiperstimulasi tiroid.
THHG didiagnosis berdasarkan:
- Serologi patologis selama hiperemesis;
- Tidak ada riwayat hipertiroid sebelum kehamilan;
- Tidak adanya antibodi tiroid.9

b) Psikogenik
Tidak ada keraguan bahwa tidak semua kasus berat, dan terdapat hubungan
psikologis.5Hubungan psikologik dengan hiperemesis gravidarum belum diketahui
pasti.5

c) Alergi atau imunologi(masuknya villi chorealis ke sirkulasi maternal)


Laporan terbaru juga menunjukkan hubungan antara keparahan hiperemesis
dengan konsentrasi sel-sel bebas DNA fetus. DNA fetus berasal dari destruksi
trofoblas villi yang membatas rongga intervilli diisi dengan darah maternal. DNA
fetus dihancurkan oleh sistem imun maternal yang hiperaktif. Aktivasi fungsional dari
natural killer dan sel T-sitotoksik ditemukan lebih jelas pada perempuan hiperemesis
daripada tanpa hiperemesis. Secara klinis, keparahan hiperemesis berhubungan
dengan peningkatan DNA fetus. Jika sistem imun maternal telah mentoleransi fetus,
miometrium diinvasi oleh pertumbuhan trofoblas, tetapi adanya interaksi imun antara
ibu dan fetus, invasi trofoblas ke miometrium akan menyebabkan peningkatakan
konsentrasi DNA fetus dalam plasma maternal. Hiperaktivasi sistem imun maternal
akan menyebabkan hiperemesis. Lebih lanjut, kadar TNF-alfa ditemukan lebih tinggi
pada pasien dengan hiperemesis, dan dapat menjadi etiologi. Kadar IL-6 juga
ditemukan memperkuat sekresi β-hCG dari sel trofoblas.1

20
d) Penurunan motilitas gaster4
Selama kehamilan, saluran cerna terdesak karena memberikan ruang untuk
perkembangan janin. Hal ini dapat berakibat refluks asam (keluarnya asam dari
lambung ke tenggorokan) dan lambung bekerja lebih lambat menyerap makanan
sehingga menyebabkan mual dan muntah.3,5

e) Helicobacter pylori
Hubungan infeksi H. pylori telah diajukan, tetapi bukti belum ada. Goldberd, dkk
menunjukkan studi 14 kasus kontrol. Meskipun analisis diindikasikan, hubungan
antara H. pylori dan hiperemesis, heterogenisitas antara beberapa kelompok studi
ekstensif. Pada waktu ini, kami tidak mendiagnosis dan merawat infeksi gaster pada
perempuan dengan hiperemesis. Selain itu, H. pylori juga berhubungan dengan
peningkatan risiko terjadinya preeklampsia. Pada studi oleh Dodds dkk, insiden
hipertensi dalam kehamilan tidak berbeda antara kelompok kasus dan kontrol. H.
pylori juga berhubungan dengan defisiensi besi pada kehamilan. 4,6,7,8 Penelitian
melaporkan bahwa 90% kasus kehamilan dengan HG juga terinfeksi dengan bakteri
ini, yang dapat menyebabkan luka pada lambung.9,10

Perubahan Metabolisme, Biokimia, dan Sirkulasi


Tidak adekuatnya asupan makanan menyebabkan kekurangan glikogen. Suplai
energi, simpanan lemak dipecah. Karena karbohidrat yang rendah, terdapat oksidasi tidak
lengkap dari lemak dan akumulasi badan keton dalam darah. Aseton biasanya
diekskresikan melalui ginjal dan pernapasan. Selain itu, terjadi pula peningkatan
metabolisme protein dari jaringan endogen sehingga terjadi ekskresi berlebihan dari
nitrogen nonprotein dalam urine.
Hilangnya air dan garam melalui muntah menyebabkan penurunan natrium,
kalium, dan klorida plasma. Klorida urine mungkin dibawah normal 5 mg/liter atau
mungkin tidak ada. Disfungsi hepar menyebakan asidosis dan ketosis sehingga terjadi
peningkatan urea darah dan asam urat, hipoglikemia, hipoproteinemia, hipovitaminosis,
dan hiperbilirubinemia.
Dalam sistem sirkulasi, dapat terjadi hemokonsentrasi sehingga terjadi
peningkatan persentase hemoglobin, jumlah sel darah merah dan nilai hematokrit. Selain
itu, terdapat jumlah sel darah putih dengan peningkatan eosinofil. Selain itu, terjadi
pengurangan cairan ekstraseluler.7
21
5. PATOFISIOLOGI
Ada yang menyatakan bahwa perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar
estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester pertama. Pengaruh fisiologik
hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat
berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil,
meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan. (2). Hiperemesis
gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi
terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan
alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala-gejala ini hanya terjadi pada
sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, di samping
pengaruh hormonal.
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak
habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna,
terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksibutirik dan
aseton dalam darah2. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena
muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang.
Natrium dan khlorida darah turun, demikian pula khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi
menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini
menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan mengurang pula dan
tertimbunnya zat metabolik yang toksik.Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah
dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah yang lebih
banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan. Di
samping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada
selaput lendir esofagus dan lambung (Sindrom Mallory-Weiss), dengan akibat perdarahan
gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti
sendiri.2
6. MANIFESTASI KLINIS
Hiperemesis gravidarum bermanifestasi antara minggu 4 dan 10 dan menghilang pada
minggu 20 kehamilan.5 Puncaknya terjadi pada antara minggu 8 dan minggu 12. Hanya
pada kasus yang sangat jarang, berlanjut hingga trimester kedua.6
Batas jelas antara mual dalam kehamilan yang masih fisiologik dengan hiperemesis
gravidarum tidak ada. Namun secara garis besar, dapat dibedakan antara emesis
kehamilan dengan hiperemesis dalam kehamilan berdasarkan keterangan berikut.
22
Emesis gravidarum Hiperemis gravidarum
Mual dan muntah dikeluhan Mual dan muntah mengganggu aktivitas
melewati 20 minggu pertama sehari- hari
kehamilan
Tidak mengganggu aktivitas sehari-hari Mual dan muntah menimbulkan komplikasi
(ketonuria, dehidrasi, hipokalemia
penurunan berat badan)
Tidak menimbulkan komplikasi patologis

Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi ke dalam 3


tingkatan:3
Tingkat I. Ringan
 Mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu
merasa lemah, intoleransi terhadap makanan dan minuman, berat badan menurun dan
nyeri epigastrium. Frekuensi nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah
sistolik menurun, turgor kulit berkurang, lidah kering, mata cekung, urin sedikit tetapi
masih normal.3
Tingkat II. Sedang
 Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang lidah
mengering dan tampak kotor, nadi 100-140x permenit, suhu kadang-kadang naik dan
mata sedikit ikterik. Berat badan turun dan mata cekung, tensi turun,
hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Dapat pula tercium aseton dalam hawa
pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam
kencing.3

Tingkat III. Berat


 Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen
sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. 3 Komplikasi
fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati Wernicke, dengan
gejala nistagmus, diplopia dan perubahan mental.Dapat terjadi ikterus, sianosis,
ganggguan jantung, bilirubin, dan proteinura dalam urin.3

23
2. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang khas dan jika perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium.2,3Harus ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah yang
terus-menerus, sehingga mempengaruhi keadaan. Namun demikian harus dipikirkan
kehamilan muda dengan penyakit gastritis, kolesistitis, pankreatitis, hepatitis, ulkus
peptikum, pielonefritis, ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang dapat pula memberikan
gejala muntah.2,3
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan pasien lemah, apatis sampai koma, nadi
meningkat sampai 100 kali per menit, suhu meningkat, tekanan darah turun, atau ada
tanda dehidrasi lain. Pada pemeriksaan elektrolit darah ditemukan kadar natrium dan
klorida turun. Pada pemeriksaan urin kadar klorida turun dan dapat ditemukan keton.2,3
Kriteria Diagnosis:3
a. Amenore yang disertai muntah hebat sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu
b. Anamnesis : Tenggorokan terasa kering dan terus-menerus merasa haus, kulit
menjadi keriput (dehidrasi), berat badan mengalami penyusutan
c. Fungsi vital : nadi meningkat 100x permenit, tekanan darah menurun pada
keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-koma).
d. Fisik : dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan munurun, pada
vaginal toucher uterus besar sesuai besarnya kehamilan, konsistensi
lunak, pada pemeriksaan inspekulo serviks berwarna biru (livide)
e. Pemeriksaan USG: untuk mengetahui kondisi kehamilan, kemungkinan adanya
kehamilan kembar ataupun kehamilan mola hidatidosa.
f. Laboratorium: penurunan relatif hemoglobin dan hematokrit, shift to the left,
benda keton dan proteinuria.

3. DIAGNOSIS BANDING1,9
 Apendisitis akut
 Obstruksi usus
 Keracunan makanan
 Hepatitis
 Hernia hiatus
 Hipertiroidisme
 Kehamilan mola
 Pankreatitis
24
 Penyakit ulkus peptida
 Pielonefritis
 Kolik renal

4. PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan
memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu
proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah
merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam
jumlah kecil, tetapi lebih sering.Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur,
tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat. Makanan yang
berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.2,3

5. TATA LAKSANA
Tujuan terapi hiperemesis gravidarum adalah untuk mengendalikan muntah,
mengoreksi cairan, elektrolit, dan gangguan metabolit lain, serta untuk mencegah atau
mendeteksi secara lebih awal komplikasi yang mungkin terjadi.2
Untuk keluhan hyperemesis yang berat pasien dianjurkan untuk dirawat di rumah
sakit dan membatasi pengunjung.3Cairan yang dapat diberikan melalui infus selama 24
jam adalah glukosa 10% atau 5% : RL = 2:1, 40 tetes per menit(3 liter). 3Pasien sebaiknya
mengubah gaya hidup dan diet.Pasien dianjurkan untuk mengatur diet makannya dengan
prinsip small frequent feeding, yaitu mengonsumsi makanan dan minuman sedikit namun
sering, bertujuan untuk membantu mengurangi gejala mual dan muntah. 2Menghindari
makanan yang bersifat merangsang, seperti makanan pedas dan berlemak. 2Thiamin dengan
dosis 100 mg, diberikan untuk mencegah neuropati perifer dan ensefalopati Wernicke
yang merupakan komplikasi lanjut akibat muntah yang berlebihan. Jika muntah
berkelanjutan setelah rehidrasi dan kegagalan terapi, perawatan direkomendasikan. 4
American College of Obstetricians and Gynecologists(ACOG) merekomendasikan 10 mg
piridoksin ditambah 12,5mg doxylamine per oral setiap 8 jam sebagai farmakoterapilini
pertama yang aman dan efektif. Dalam sebuah randomizedtrial, kombinasi piridoksin dan
doxylamine terbuktimenurunkan 70% mual dan muntah dalam kehamilan.Suplementasi
dengan tiamin dapat dilakukan untuk mencegahterjadinya komplikasi berat hiperemesis,
yaitu Wernicke’sencephalopathy. Komplikasi ini jarang terjadi, tetapi perludiwaspadai
25
jika terdapat muntah berat yang disertai dengangejala okular, seperti perdarahan retina
atau hambatan gerakan ekstraokular.

Antiemetik konvensional, seperti fenotiazin dan benzamin,telah terbukti efektif dan


aman bagi ibu. Antiemetikseperti proklorperazin, prometazin, klorpromazin
menyembuhkanmual dan muntah dengan cara menghambat postsynapticmesolimbic
dopamine receptors melalui efek antikolinergikdan penekanan reticular activating system.
Obat-obatantersebut dikontraindikasikan terhadap pasien denganhipersensitivitas terhadap
golongan fenotiazin, penyakitkardiovaskuler berat, penurunan kesadaran berat,
depresisistem saraf pusat, kejang yang tidak terkendali, dan glaukomasudut tertutup.
Namun, hanya didapatkan sedikit informasimengenai efek terapi antiemetik terhadap
janin.

Fenotiazin atau metoklopramid diberikan jika pengobatandengan antihistamin


gagal. Prochlorperazine juga tersediadalam sediaan tablet bukal dengan efek samping
sedasi yanglebih kecil. Dalam sebuah randomized trial, metoklopramiddan prometazin
intravena memiliki efektivitas yang sama untukmengatasi hiperemesis, tetapi
metoklopramid memiliki efeksamping mengantuk dan pusing yang lebih
ringan.Studikohort telah menunjukkan bahwa penggunaan metoklopramidtidak
berhubungan dengan malformasi kongenital, beratbadan lahir rendah, persalinan preterm,
atau kematian perinatal.Namun, metoklopramid memiliki efek samping tardivedyskinesia,
tergantung durasi pengobatan dan totaldosis kumulatifnya. Oleh karena itu, penggunaan
selama lebihdari 12 minggu harus dihindari.

Antagonis reseptor 5-hydroxytryptamine3 (5HT3) seperti ondansetron mulai sering


digunakan, tetapi informasimengenai penggunaannya dalam kehamilan masih
terbatas.Seperti metoklopramid, ondansetron memiliki efektivitas yangsama dengan
prometazin, tetapi efek samping sedasi ondansetron lebih kecil. Ondansetron tidak
meningkatkanrisiko malformasi mayor pada penggunaannya dalam trimester pertama
kehamilan.

Droperidol efektif untuk mual dan muntah dalamkehamilan, tetapi sekarang jarang
digunakan karena risikopemanjangan interval QT dan torsades de pointes.
Pemeriksaanelektrokardiografi sebelum, selama dan tiga jamsetelah pemberian droperidol
perlu dilakukan.

26
Untuk kasus-kasus refrakter, metilprednisolon dapatmenjadi obat pilihan.
Metilprednisolon lebih efektif daripadapromethazine untuk penatalaksanaan mual dan
muntah dalamkehamilan, namun tidak didapatkan perbedaan dalam tingkatperawatan
rumah sakit pada pasien yang mendapat metilprednisolondengan plasebo. Hanya sedikit
bukti yangmenyatakan kortikosteroid efektif. Dalam dua RCT kecil,tidak didapatkan
kegunaan metilprednisolon ataupunplasebo, tetapi kelompok steroid lebih sedikit
mengalami readmission. Efek samping metilprednisolon sebagai sebuah glukokortikoid
juga patut diperhatikan. Dalam sebuahmetaanalisis dari empat studi, penggunaan
glukokortikoidsebelum usia gestasi 10 minggu berhubungan dengan risikobibir sumbing
dan tergantung dosis yang diberikan. Olehkarena itu, penggunaan glukokortikoid
direkomen-dasikanhanya pada usia gestasi lebih dari 10 minggu.

Obat-obat yang dapat digunakan untuk tatalaksanahiperemesis gravidarum dapat


dilihat pada tabel 2.

27
6. PROGNOSIS

Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat memuaskan.


Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada tingkatan yang berat,
penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin. 5 Literatur lain menyebutkan, prognosis
hiperemesi gravidarum umumnya baik, namun dapat menjadi fatal bila terjadi deplesi
elektrolit dan ketoasidosis yang tidak dikoreksi dengan tepat dan cepat. 5Yang menjadi
pegangan kita untuk mengetahui ada atau tidaknya perbaikan kondisi pasien adalah aseton
dan acidum diaceticum dalam urin dan berat badan pasien.5

7. KOMPLIKASI

Muntah yang terus-menerus disertai dengan kurang minum yang berkepanjangan


dapat menyebabkan dehidrasi. Jika terus berlanjut, pasien dapat mengalami syok. Dehidrasi
yang berkepanjangan juga menghambat tumbuh kembang janin. Oleh karena itu, pada
pemeriksaan fisik harus dicari apakah terdapat abnormalitas tanda-tanda vital, seperti
peningkatan frekuensi nadi (>100 kali per menit), penurunan tekanan darah, kondisi
subfebris, dan penurunan kesadaran. Selanjutnya dalam pemeriksaan fisis lengkap dapat
dicari tanda-tanda dehidrasi, kulit tampak pucat dan sianosis, serta penurunan berat badan.

Selain dehidrasi, akibat lain muntah yang persisten adalah gangguan keseimbangan
elektrolit seperti penurunan kadar natrium, klor dan kalium, sehingga terjadi keadaan
alkalosis metabolik hipokloremik disertai hiponatremia dan hipokalemia. Hiperemesis
gravidarum yang berat juga dapat membuat pasien tidak dapat makan atau minum sama
sekali, sehingga cadangan karbohidrat dalam tubuh ibu akan habis terpakai untuk pemenuhan
kebutuhan energi jaringan. Akibatnya, lemak akan dioksidasi. Namun, lemak tidak dapat
dioksidasi dengan sempurna dan terjadi penumpukan asam aseton-asetik, asam hidroksi
butirik, dan aseton, sehingga menyebabkan ketosis. Salah satu gejalanya adalah bau aseton
(buah-buahan) pada napas. Pada pemeriksaan laboratorium pasien dengan hiperemesis
gravidarum dapat diperoleh peningkatan relatif hemoglobin dan hematokrit, hiponatremia dan
hipokalemia, badan keton dalam darah dan proteinuria.

Robekan pada selaput jaringan esofagus dan lambung (sindrom Mallory Weiss) dapat
terjadi bila muntah terlalu sering. Pada umumnya robekan yang terjadi kecil dan ringan, dan

28
perdarahan yang muncul dapat berhenti sendiri. Tindakan operatif atau transfusi darah
biasanya tidak diperlukan.

Perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum dan kenaikan berat badan dalam
kehamilan yang kurang (<7 kg) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah, kecil untuk masa kehamilan, prematur, dan nilai APGAR
lima menit kurang dari tujuh.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Jueckstock JK, Kaestner R, Mylonas I. Managing hyperemesis gravidarum: a multimodal


challenge. Germany: BMC Medicine; 2010; 8:46.
2. Niebyl JR. Nausea and vomiting in pregnancy. Englan: N Engl J Med; 2010;363; p.1544-
50.
3. Saifuddin A, Ravhimhadhi T, Wiknjosastro G. Kelainan gastrointestinal. Hiperemesis
gravidarum. Dalam: Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiroharjo. Edisi keempat. Cetakan
kedua. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2009. hal 814-818
4. Miller AWF, Hanretty KP. Vomiting in pregnancy. Dalam: Miller AWF, Hanretty KP,
eds. Obstetrics Illustrated. 5th ed. London: Churchill Livingstone; 1998; p.102-3.
5. Bagian obstetri&ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran
Bandung.Obstetri patologi. Edisi 1984. Bandung:Penerbit&Percetakan Elstar Offset;
1984; p.84-9.
6. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, et al. Williams obstetrics. 23rd Edition. New
York: McGraw Hill; 2010.
7. Sulaiman.S, Djamhoer M, Firman F. Gestosis. Dalam: Johanes. C. Obstetriks Patologi
Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.Edisi kedua. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC;2004; p. 64 – 7.
8. Quinlan JD, Hill DA. Nausea and vomiting of pregnancy. Am Fam Physician (serial
online) 2003 (dikutip 2010 Nov 6); 68(1): 121-8. Diunduh dar::
http://www.aafp.org/afp/2003/0701/p121.html.

9. Evans AT. Manual of obstetrics. 7th Edition. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins; 2007.

30

Anda mungkin juga menyukai