Anda di halaman 1dari 91

Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)


Gedung 820, Kawasan PUSPIPTEK, Serpong, Tangerang Selatan, Indonesia 15314
www.brin.go.id

Pilihan Teknologi Pengolahan Air Gambut,


Air Sungai dan Air Hujan Berbasis Masyarakat di daerah 3T
(tertinggal, terdepan dan terluar)

Oleh:
Dr. Ir. Rudi Nugroho, M.Eng.IPU

Disampaikan pada
Acara Bimtek Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan
Kementerian PUPR ,
Bandung, 15 Februari 2024
PENDAHULUAN

Air Minum Layak adalah air minum yang


terlindung meliputi air ledeng (keran),
keran umum, hydrant umum, terminal
air, penampungan air hujan (PAH) atau
mata air dan sumur terlindung, sumur bor
atau sumur pompa, yang jaraknya
minimal 10 m dari pembuangan kotoran,
penampungan limbah atau pembuangan
Kekurangan akses sampah. Tidak termasuk air kemasan, air
air layak dan aman, dari penjual keliling, air yang dijual
sebagian besar ada melalui tanki, air sumur dan mata air
tidak terlindung.
di wilayah 3T

Air Minum Aman adalah air yang


digunakan untuk minum, masak, dan
kebutuhan sehari-hari yang bebas dari
kontaminasi patogen dan senyawa kimia
prioritas, artinya adalah air yang telah
memenuhi standar kualitas air minum
sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan No.
492/MENKES/PER/I/V/2010.
PERMASALAHAN YANG ADA DI DAERAH 3T
1. Minimnya aksesibilitas: biasanya terletak di wilayah dengan kondisi geografis
sulit seperti di tengah pegunungan atau pulau terpencil.,juga berada jauh dari pusat
administrasi atau pusat perkotaan besar. Menjadikan buruknya aksesibilitas. Sangat sulit
dijangkau dan ketidakadaan transportasi membuat biaya logistik untuk mencapai daerah ini
sangat tinggi. Ini juga berdampak pada kesulitan distribusi barang dan jasa, dan rendahnya
mobilitas masyarakat.

2. Kualitas Pendidikan Relatif lebih rendah:Umumnya menghadapi kondisi


kekurangan fasilitas pendidikan yang memadai dan tenaga pendidik yang berkualitas.
Masyarakat di daerah 3T pun biasanya kurang memiliki minat belajar. Akibatnya, masih
banyak ditemui masyarakat daerah 3T yang buta huruf, tidak mengenyam pendidikan tinggi,
bahkan harus putus sekolah.

3. Fasilitas dan tenaga Kesehatan kurang memadai:Kesehatan masyarakat


daerah 3T juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan seperti sanitasi, air bersih, selain
dari kesadaran masyarakatnya sendiri. Dengan berbagai macam permasalahan tersebut, di
daerah 3T banyak kasus kematian ibu dan anak, gizi buruk, sampai keberadaan kasus penyakit
menular dan tidak menular yang tergolong tinggi jika dibandingkan dengan daerah lainnya di
Indonesia

4. Kemiskinan dan Ketimpangan Sosial:Ini karena rendahnya pendapatan per


kapita, pertumbuhan ekonomi, dan indeks pembangunan manusia, lebih rendah apabila
dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia. Masyarakat juga biasanya mengalami
kendala untuk mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah yang mereka miliki karena
kekurangan akses terhadap modal, pasar, teknologi, serta informasi. Ini jadi penyebab
kemiskinan serta ketimpangan sosial.
PENGOLAHAN AIR DI DAERAH 3T
Pemilihan proses pengolahan air bersih/minum yang akan digunakan dipilih berdasarkan kualitas
air bakunya. Pemilihan teknologinya didasarkan atas beberapa kriteria antara lain :

⮚ Teknologi disesuikan dengan karakteristik air baku yang tersedia


⮚ Pengelolaannya harus mudah.
⮚ Konsumsi energi rendah.
⮚ Biaya operasinya rendah.
⮚ Perawatannya mudah dan sederhana.
⮚ Sedapat mungkin teknologi yang digunakan merupakan teknologi yang menggunakan
komponen lokal.
⮚ Biaya konstruksi/investasi rendah
⮚ Ketersediaan dan kemudahan penggantian suku cadang.
⮚ Menghasilkan Kualitas air olahan yang bagus/dapat mencapai standar baku mutu yang
diharapkan.
PENGOLAHAN AIR YANG DIBAHAS

1. AIR GAMBUT

2. AIR SUNGAI

3. AIR HUJAN
1. AIR GAMBUT

• Bewarna coklat
• Berasa asam pH ± 4-5
• Mengandung asam humus
• Zat organik dan besi tinggi
• Tingkat kesadahan rendah
Lahan Gambut di Indonesia
Island Province Land Area (Ha) Available to agriculture (Ha)

Sumatera 6.244.101 2.253.733


Riau 4.043.600 774.946
Jambi 716.839 333.936
South Sumatera 1.483.662 1.144.851
Kalimantan 5.072.249 1.530.256
Middle Kalimantan 3.010.640 672.723
West Kalimantan 1.729.980 694.714
South Kalimantan 331.629 162.819
Papua 7.001.239 2.273.160
TOTAL 18.317.589 6.057.149

(Sumber: BB Litbang SDLP., 2008)


PENGOLAHAN AIR GAMBUT

1. SECARA INDIVIDUAL DENGAN TEKNOLOGI SEDERHANA


UNTUK MENGHASILKAN AIR BERSIH

2. SECARA KOMUNAL UNTUK MENGHASILKAN AIR BERSIH

3. SECARA KOMUNAL UNTUK MENGHASILKAN AIR BERSIH


DAN AIR SIAP MINUM
PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA
INDIVIDUAL
Tahapan Proses Pengolahan Air Gambut Sederhana :
1. Netralisasi dengan pemberian kapur/gamping.
2. Aerasi dengan pemompaan udara.
3. Koagulasi dengan pemberian tawas.
4. Pengendapan.
5. Penyaringan.

Tahapan Proses Pengolahan


TAHAPAN PROSES PENGOLAHAN

Netralisasi
Yang dimaksud dengan netralisasi adalah mengatur keasaman air agar menjadi netral (pH 7 - 8). Untuk air yang bersifat asam misalnya air gambut,
yang paling murah dan mudah adalah dengan pemberian kapur/gamping. Fungsi dari pemberian kapur, disamping untuk menetralkan air baku
yang bersifat asam juga untuk membantu efektifitas proses selanjutnya.

Aerasi
Yang dimaksud dengan aerasi yaitu mengontakkan udara dengan air baku agar kandungan zat besi dan mangan yang ada dalam air baku bereaksi
dengan oksigen yang ada dalam udara membentuk senyawa besi dan senyawa mangan yang dapat diendapkan. Disamping itu proses aerasi juga
berfungsi untuk menghilangkan gas-gas beracun yang tak diinginkan misalnya gas H2S, Methan, Carbon Dioksida dan gas-gas racun lainnya.

Koagulasi
Koagulasi adalah proses pembubuhan bahan kimia kedalam air agar kotoran dalam air yang berupa padatan tersuspensi misalnya zat warna
organik, lumpur halus bakteri dan lain-lain dapat menggumpal dan cepat mengendap. Cara yang paling mudah dan murah adalah dengan
pembubuhan tawas.

Pengendapan
Setelah proses koagulasi air tersebut didiamkan sampai gumpalan kotoran yang terjadi mengendap semua (+ 45 – 60 menit). Setelah kotoran
mengendap air akan tampak lebih jernih. Endapan yang terkumpul didasar tangki dapat dibersihkan dengan membuka kran penguras yang
terdapat di bawah tangki.

Penyaringan
Butiran gumpalan kotoran yang berukuran kecil dan ringan masih melayang-layang dalam air. Untuk mendapatkan air yang betul-betul jernih
harus dilakukan proses penyaringan. Penyaringan dilakukan dengan mengalirkan air yang telah diendapkan kotorannya ke bak penyaring yang
terdiri dari saringan pasir.
PERALATAN YANG DIGUNAKAN

Tong/Tangki Penampung
Drum Plastik dengan volume 220 liter. Drum tersebut
dilengkapi dengan dua buah kran yaitu untuk mengalirkan air
ke bak penyaring dan untuk saluran penguras.

Pada dasar Drum sebelah dalam diplester dengan semen


sehingga berbentuk seperti kerucut untuk memudahkan
pengurasan. Selain itu dapat juga menggunakan tangki fiber
glass volume 550 liter yang dilengkapi dengan kran
pengeluaran lumpur.

Fungsi dari drum adalah untuk menampung air baku, untuk


proses aerasi atau penghembusan dengan udara, untuk proses
koagulasi dan flokulasi serta untuk pengendapan.
Pompa Aerasi
✔Pompa aerasi terdiri dari pompa tekan (pompa sepeda)
dengan penampang 5 cm, tinggi tabung 50 cm.

✔Fungsi pompa adalah untuk menghembuskan udara


kedalam air baku agar zat besi atau mangan yang terlarut
dalam air baku bereaksi dengan oksigen yang ada dalam
udara membentuk oksida besi atau oksida mangan yang
dapat diendapkan.

✔Pompa tersebut dihubungkan dengan pipa aerator untuk


menyebarkan udara yang dihembuskan oleh pompa ke
dalam air baku. Pipa aerator terbuat dari selang plastik
dengan penampang 0.8 cm, yang dibentuk seperti spiral dan
permukaannya dibuat berlubang-lubang, jarak tiap lubang +
2 cm.
Pengaruh pH terhadap oksidasi
besi dengan udara

OKSIDASI DENGAN OKSIGEN ATAU UDARA (AERASI)


Hidroksida besi (II) maupun hidroksida mangan (II) masih
mempunyai kelarutan yang cukup besar, sehingga jika
terus dilakukan oksidasi dengan udara atau aerasi akan
terjadi reaksi sebagai berikut :

4 Fe2+ + O2 + 10 H2O ===> 4 Fe(OH)3 + 8 H+

2 Mn2+ + O2 + 2 H2O ===> 2 MnO2 + 4 H+


Bak Penyaring
Bak Penyaring terdiri dari bak plastik berbentuk kotak dengan tinggi 40
cm dan luas penampang 25 X 25 cm serta dilengkapi dengan sebuah
keran disebelah bawah. Untuk media penyaring digunakan pasir. kerikil,
arang dan ijuk.

Susunan media penyaring media penyaring dari yang paling dasar keatas Penampang Saringan Pasir
adalah sebgai berikut :
1. Lapisan 1: kerikilatau koral dengan diameter 1-3 cm, tebal 5 cm.
2. Lapisan 2: ijuk dengan ketebalan 5 cm.
3. Lapisan 3: arang kayu, ketebalan 5-10 cm.
4. Lapisan 4: kerikil kecil diameter+ 5 mm, ketebalan + 5 cm.
5. Lapisan 5: pasirsilika, diameter+ 0,5 mm, ketebalan 10-15 cm.
6. Lapisan 6: kerikil, diameter 3 cm, tebal 3-6 cm.
Cara Pengolahan

1. Masukkan air baku kedalam tangki penampung sampai


hampir penuh (550 liter).
2. Larutkan 60 - 80 gram bubuk kapur / gamping (4 - 6 sendok
makan) ke dalam ember kecil yang berisi air baku, kemudian
masukkan ke dalam tangki dan aduk sampai merata.
3. Masukkan slang aerasi ke dalam tangki sampai ke dasarnya
dan lakukan pemompaan sebanyak 50 - 100 kali. setelah itu
angkat kembali slang aerasi.
4. Larutkan 60 - 80 gram bubuk tawas (4 - 6 sendok makan) ke
dalam ember kecil, lalu masukkan ke dalam air baku yang
telah diaerasi. Aduk secara cepat dengan arah yang putaran
Bahan Kimia yang sam selama 1 - 2 menit. Setelah itu pengaduk diangkat
Bahan kimia yang diperlukan antara lain : Tawas, kapur tohor dan biarkan air dalam tangki berputar sampai berhenti
dan kaporit bubuk. dengan sendirinya dan biarkan selama 45 - 60 menit.
Untuk setiap kali pengolahan (kapasitas tangki 500 liter) 5. Buka kran penguras untuk mengelurakan endapan kotoran
dibutuhkan bahan bahan kimia :
yang terjadi, kemudian tutup kembali.
Tawas = 60 - 80 gram
Kapur tohor = 60 100 gram 6. Buka kran pengeluaran dan alirkan ke bak penyaring. Buka
Kaporit = 1 - 2 gram kran saringan dan usahakan air dalam saringan tidak meluap.
Selang Aerator

Bak penyaring berisi kerikil,


pasir, koral
PENGOLAHAN AIR GAMBUT KONTINYU
Proses-proses utama di dalam pengolahan air gambut, air permukaan atau air sungai untuk dijadikan air bersih terdiri dari rangkaian
proses yaitu proses kontrol pH, proses koagulasi-flokulasi (penggumpalan), sedimentasi (pengendapan), filtrasi (penyaringan) dan
disinfeksi.
Koagulasi Dan Flokulasi
Proses koagulasi dan flokulasi adalah suatu proses pemisahan parikel-partikel halus menyebabkan kekeruhan dari dalam air.
Proses pemisahan dilakukan dengan cara pembubuhan bahan koagulan ke dalam air sehingga partikel-partikel halus menggumpal
menjadi partikel-partikel yang lebih besar, sehingga mudah dipisahkan dari air dengan cara diendapkan.

Proses koagulasi sendiri adalah proses pembubuhan dan pencampuran bahan koagulan dengan air yang diolah, sementara proses
flokulasi yang dilakukan setelah proses koagulasi adalah proses penyatuan gumpalan-gumpalan partikel menjadi gumpalan yang
lebih besar. Pada proses flokulasi ini air yang diolah diaduk secara perlahan agar terjadi kontak antar gumpalan partikel tanpa
memecahkan gumapalan yang terjadi.

Bahan kimia yang sering digunakan untuk proses koagulasi-flokulasi umumnya dikalsifikasikan adalah Aluminium sulfat (tawas) dan
Poly aluminium Chloride (PAC).
Koagulan yang sering dipakai antara lain aluminium sulfat (alum), poly aluminium
chloride (PAC). Di samping itu ada senyawa polimer tertentu yang dapat dipakai
bersama-sama dengan senyawa koagulan lainnya. Penentuan dosis koagulan
bervariasi sesuai dengan jenis koagulan yang dipakai, kekeruhan air baku, pH,
alkalinitas dan juga temperatur operasi. Disamping itu dipengaruhi pula oleh
faktor-faktor lainnya misalnya kandungan zat besi dan mangan yang tinggi,
mikroorganisme.

Untuk aluminium sulfat


padatan, dapat dipakai
langsung dalam bentuk padatan
(bubuk) tetapi sering kali
dilarutkan terlebih dahulu
Mekanisme Kuoagulasi Dengan Adsorpsi Dan
sebelum dibubuhkan kedalam
Netralisasi Muatan.
air baku. Konsentrasi larutan
alum biasanya sekitar 5 -10 %
untuk instalasi kecil dan untuk
instalasi yang besar biasanya 20
-30 %. Sedangkan untuk poly
aluminium chloride harus
dipakai dalam bentuk aslinya
(cair) tanpa pengenceran
karena jika diencerkan akan
terhidrolisa.
Pengolahan Air Gambut Dengan Kombinasi Proses Koagulasi-
Flokulasi dan Penyaringan Dengan Filter Pair, Filter Mangan
Zeolit, Filter Karbon Aktif dan Filter Cartridge
Proses yang digunakan yakni kombinasi proses netralisasi pH dengan penambahan larutan kapur,
proses koagulasi-flokulasi dengan penambahan larutan tawas atau aluminium sulfat,
pembubuhan kalium permanganat dan dilanjutkan dengan proses filtrasi. Proses penyaringan
terdiri dari tiga tahap yakni penyaringan dengan saringan pasir, kemudian penyaringan dengan
filter mangan zeolit (manganese greensand) dan selanjutnya penyaringan dengan media karbon
aktif.

Contoh Kenampakan Air Gambut


Air Tanah Gambut Berwarna Coklat dan Di daerah kalimantan Tengah.
Mengandung Zat Besi Yang Tinggi.
Diagram Proses Pengolahan Air Gambut Kontinyu Kombinasi Proses Koagulasi- Flokulasi dan Proses injeksi Khlorin - Filtrasi dengan filter Pasir,
Filter Mangan Zeolit, Filter Karbon aktif dan Filter Cartridge.
Spesifikasi Teknis Peralatan Pengolahan Air Gambut Menjadi Air Bersih
Kapasitas 1,5 m3 per Jam
Bak Clarifier (Koagulasi-Flokulasi Dan Sedimentasi).
Contoh Bak Clarifier (Koagulasi-Flokulasi Dan Sedimentasi) Terpasang.
Desain Konstruksi Bak Koagulasi-Flokulasi-Sedimentasi.
Visualisasi Bak Koagulasi-Flokulasi-Sedimentasi (3D)-Transparan.
POMPA DOSING
ALUM/TAWAS

STATIC
MIXER BAK KOAGULASI-FLOKULASI-SEDIMENTASI

POMPA KAPUR

TANGKI KAPUR

TANGKI LARUTAN
POMPA ALUM/TAWAS
AIR BAKU

FILTER PASIR

POMPA DOSING
KHLORIN POMPA
DISTRIBUSI

FILTER BAK PENAMPUNG


CARTRIDGE AIR BERSIH

FILTER MANGAN FILTER KARBON


ZEOLIT AKTIF

TANGKI
POMPA UMPAN KHLORIN
FILTER
BAK KOAGULASI-FLOKULASI-SEDIMENTASI

POMPA DOSING
ALUM/TAWAS

STATIC
MIXER

POMPA KAPUR

TANGKI KAPUR

TANGKI LARUTAN
POMPA
ALUM/TAWAS
AIR BAKU
FILTER PASIR

POMPA DOSING
KHLORIN

DISTRIBUSI

POMPA
FILTER DISTRIBUSI
CARTRIDGE
POMPA UMPAN TANGKI BAK PENAMPUNG
FILTER FILTER MANGAN
KHLORIN FILTER KARBON AIR BERSIH
ZEOLIT
AKTIF
ARSINUM BWRO- AIR BAKU GAMBUT PAYAU
ARSINUM BWRO DENGAN AIR BAKU GAMBUT PAYAU
Kapasitas 30.000 Liter/Hari

Lokasi :
Desa Muara Pantuan-
Kutai Kartanegara-
Kaltim
2. PENGOLAHAN AIR SUNGAI

Standar Kualitas Air Sungai PP 22 th 2021


PARAMET KELAS KELAS KELAS KELAS Kelas 1 : Air baku air minum
ER 1 2 3 4
Kelas 2 : Sarana rekreasi, rekreasi air
Kelas 3 : Perikanan
1 TDS 1000 1000 1000 2000 Kelas 4 : Pertanian
2 TSS 40 50 100 400

3 Warna 15 50 100 -

4 pH 6-9 6-9 6-9 6-9

5 COD 10 25 40 80

6 BOD 2 3 6 12

7 Total 15 15 25 -
Nitrogen
32
2. PENGOLAHAN AIR SUNGAI

1. SECARA KOMUNAL DENGAN SARINGAN PASIR LAMBAT

2. SEARA INDIVIDUAL PENYARINGAN DENGAN PEDAL


ULTRA FILTRASI.

3. SECARA INDIVIDUAL DENGAN CARTRIDGE FILTER

4. SECARA KOMUNAL UNTUK MENGHASILKAN AIR BERSIH


DAN AIR SIAP MINUM
Pengolahan Bersih Sederhana dengan
Proses Saringan Pasir Lambat (SARPALAM)
Sistem saringan pasir lambat adalah merupakan teknologi
pengolahan air yang sangat sederhana dengan hasil air bersih
dengan kualitas yang baik. Sistem saringan pasir lambat ini
mempunyai keunggulan antara lain tidak memerlukan bahan
kimia (koagulan) yang mana bahan kimia ini merupakan kendala
sering dialami pada proses pengolahan air di daerah pedesaan.

Di dalam sistem pengolahan ini proses pengolahan yang utama adalah


penyaringan dengan media pasir dengan kecepatan penyaringan 5 - 10
m3/m2/hari.. Air baku dialirkan ke tangki penerima, kemudian dialirkan ke
bak pengendap tanpa memakai zat kimia untuk mengedapkan kotoran
yang ada dalam air baku, selanjutnya di saring dengan saringan pasir
lambat. Setelah disaring dilakukan proses khlorinasi dan selanjutnya
ditampung di bak penampung air bersih, seterusnya di alirkan ke
distribusi.
PROSES PENGOLAHAN

❑ Jika air baku baku dialirkan ke saringan pasir lambat, maka kotoran-kotoran yang
ada di dalamnya akan tertahan pada media pasir. Oleh karena adanya akumulasi
kotoran baik dari zat organik maupun zat anorganik pada media filternya akan
terbentuk lapisan (film) biologis.

❑ Dengan terbentuknya lapisan ini maka di samping proses penyaringan secara fisika
dapat juga menghilangkan kotoran (impuritis) secara bio-kimia.

❑ Biasanya ammonia dengan konsetrasi yang rendah, zat besi, mangan dan zat-zat
yang menimbulkan bau dapat dihilangkan dengan cara ini.

❑ Hasil dengan cara pengolahan ini mempunyai kualitas yang baik.


❑ Cara ini sangat sesuai untuk pengolahan yang air bakunya mempunyai kekeruhan
yang rendah dan relatif tetap.

❑ Biaya operasi rendah karena proses pengendapan biasanya tanpa bahan kimia.
Komponen Dasar Saringan Pasir Lambat Komponen Dasa Saringan Pasir Lambat
Sistem Kontrol Inlet Sistem Kontrol Outlet.
SISTEM SARINGAN PASIR LAMBAT UP FLOW

Diagram Proses Pengolahan Air Bersih Dengan Teknologi Saringan Pasir Lambat “Up Flow” Ganda.
Dengan sistem penyaringan dari arah bawah ke atas (Up Flow), jika saringan telah jenuh
atau buntu, dapat dilakukan pencucian balik dengan cara membuka kran penguras.
Dengan adanya pengurasan ini, air bersih yang berada di atas lapisan pasir dapat
berfungi sebagai air pencuci media penyaring (back wash).

Dengan demikian pencucian media penyaring pada saringan pasir lambat Up Flow
tersebut dilakukan tanpa pengeluran atau pengerukan media penyaringnya, dan dapat
dilakukan kapan saja.

Saringan pasir lambat “Up Flow” ini mempunyai keunggulan dalam hal pencucian media
saringan (pasir) yang mudah, serta hasilnya sama dengan saringan pasir yang
konvesional. Kapasitas pengolahan dapat dirancang dengan berbagai macam ukuran
sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
KRITERIA PERENCANAAN

Untuk merancang saringan pasir lambat “Up Flow”, beberapa kriteria


perencanaan yang harus dipenuhi antara lain :

⮚ Kekeruhan air baku lebih kecil 10 NTU. Jika lebih besar dari 10 NTU perlu
dilengkapi dengan bak pengendap dengan atau tanpa bahan kimia.

⮚ Kecepatan penyaringan antara 5 - 10 M3/M2/Hari.


⮚ Tinggi Lapisan Pasir 70 - 100 cm.
⮚ Tinggi lapisan kerikil 25 -30 cm.
⮚ Tinggi muka air di atas media pasir 90 - 120 cm.
⮚ Tinggi ruang bebas antara 25- 40 cm.
⮚ Diameter pasir yang digunakan kira-kira 0,2-0,4 mm
⮚ Jumlah bak penyaring minimal dua buah.
UNIT SARINGAN PASIR LAMBAT UP FLOW

Secara umum, proses pengolahan air bersih dengan saringan pasir lambat
Up Flow terdiri atas unit proses:

⮚ Bangunan penyadap
⮚ Bak Penampung / bak Penenang

⮚ Saringan Awal dengan sistem “Up Flow”


⮚ Saringan Pasir Lambat Utama “Up Flow”
⮚ Bak Air Bersih
⮚ Perpipaan, kran, sambungan dll.
Bahan Yang Digunakan

Bahan yang digunakan untuk pembuatan percontohan unit pengolahan


air bersih dengan proses saringan pasir lambat Up Flow antara lain :

• Bak penenang manupun bak penyaring dibuat dengan konstruksi


beton cor.

• Perpipaan menggunakan pipa PVC (poly vinyl chloride) diameter 4”.

• Media filter yang digunakan yakni batu pecah (split) ukuran 2-3 cm
untuk lapisan penahan, dan pasir sungai/pasir silika untuk lapisan
penyaring
Rancangan alat pengolah air bersih “ Saringan Pasir Lambat Up Flow”
kapasitas 100 M3/hari. Tampak Atas.
Rancangan “ Saringan Pasir Lambat Up Flow” kapasitas 100 M3/hari.
Potongan B-B dan C-C.
Rancangan Alat Pengolah Air Bersih “ Saringan Pasir
Lambat Up Flow” Kapasitas 100 M3/Hari. Potongan A -A.
KHLORINATOR

Unit Pengolahan Air Bersih Saringan Pasir Lambat Dengan Sistem


Arah Aliran Dari Bawah Ke Atas (Up Flow)
Kapasitas 100 M3/Hari.
Hasil Analisa Kualitas Air Baku, Filter-1 dan Filter-2.
Unit Permenkes SARPALAM 100UF
No PARAMETER No. 416/1990 Air Baku Filter-1 Filter-2
I FISIKA
1 Suhu oC Udara + 3 oC 26,5 26,5 26,5
2 Warna Pt.Co - 5 3 3
3 Rasa - - tidak tidak tidak
4 Bau - - Tidak Tidak Tidak
5 Daya Hantar Listrik μmhos/cm - 55,0 50,0 47,0
6 Padatan Terlarut Total mg/l 1000 37,0 33,0 31,0
7 Kekeruhan NTU 5 0,17 0,16 0,13

II KIMIA
1 pH - 6,6-8,5 6,40 6,60 6,80
2 Alkalinitas phenoltalein mg/l (*) - ttd ttd ttd
3 Alkalinitas Total mg/l (*) - 35,64 35,64 35,64
4 CO2 Bebas mg/l - 2,77 1,98 ttd
5 Klorida mg/l 250 2,80 1,40 0,60
6 Kesadahan Kalsium mg/l (*) - 14,00 13,20 10,40
7 Kesadahan Total mg/l (*) 500 50,00 24,00 16,68
8 Kalsium (Ca) mg/l - 5,60 5,28 4,16
9 Magnesium (Mg) mg/l - 8,75 4,55 3,07
10 Nilai Permanganat mg/l (**) - 5,06 1,90 1,26
11 Amoniak Bebas mg/l - 0,035 0,025 ttd
12 Nitrogen Nitrit mg/l 1 ttd ttd ttd
13 Nitrogen Nitrat mg/l 10 0,403 ttd ttd
14 Besi (Fe) mg/l 0,3 ttd ttd ttd
15 Sulfat mg/l 400 2,417 1,969 0,982
KEUNGGULAN SARINGAN PASIR LAMBAT UP FLOW

Pengolahan air bersih menggunakan sistem saringan pasir lambat dengan arah
aliran dari bawah ke atas mempunyai keuntungan antara lain :

✔Tidak memerlukan bahan kimia, sehingga biaya operasinya sangat murah.


✔Dapat menghilangkan zat besi, mangan, dan warna serta kekeruhan.
✔Dapat menghilangkan ammonia dan polutan organik, karena proses
penyaringan berjalan secara fisika dan biokimia.

✔Sangat cocok untuk daerah pedesaan dan proses pengolahan sangat


sederhana.

✔Perawatan mudah karena pencucian media penyaring (pasir) dilakukan


dengan cara membuka kran penguras, sehingga air hasil saringan yang berada
di atas lapisan pasir berfungsi sebagai air pencuci. Dengan demikian pencucian
pasir dapat dilakukan tanpa pengerukan media pasirnya.
POTENSI APLIKASI
Sistem saringan pasir lambat ini sangat sesuai diterapkan di daerah
pedesaan di negara- negara berkembang, khususnya di Indonesia,
karena sistem ini cukup sederhana baik dari segi konstruksi
operasionalnya, serta biaya operasinya sangat murah. Di samping itu,
sistem saringan pasir lambat ini dapat dirancang mulai dari kapasitas
yang kecil sampai kapasitas yang besar.
Aspek yang paling menarik dari sistem saringan pasir lambat adalah
pengoperasiannya sederhana, mudah dan murah. Apabila konstruksi
saringan dirancang sesuai dengan kriteria perencanaan, maka alat ini
dapat menghasilkan hasil yang baik dan murah.

Di dalam proses saringan pasir lambat ini selain terjadi penyaringan


secara fisik juga terjadi proses biokimia. Mikroorganisme yang hidup
dan menempel pada permukaan media menyaring dapat
menguraikan senyawa organik, amonium serta senyawa mikro polutan
lainnya.

Selain itu dengan proses saringan pasir lambat juga dapat


menurunkan zat besi dan mangan yang ada dalam air baku.
HASIL UJI KINERJA
SARINGAN PASIR
LAMBAT
PENGOLAHAN AIR SUNGAI SEDRHANA DENGA
PEDAL ULTRA FILTRASI
(Perpaduan antara Filter menbran UF yang digerakkan
dengan pedal sepeda)
HASIL DESAIN
HASIL KONSTRUKSI DAN PENGUJIAN

HASIL PENGUJIAN
• Kapasitas: 4 – 8 Liter/Menit
• Mampu menurunkan kekeruhan hingga 0-1
NTU dari air baku dengan kekeruhan 250
NTU (air sungai)

KEUNGGULAN
• Tanpa Listrik
• Tanpa Emisi
• Bikin Sehat
• Bisa ditiru dengan mudah
• Bisa diimprovisasi dengan mudah
• Membran Ultrafiltrasi sudah banyak di
pasaran dan sudah ada produksi lokal
GALERI FOTO DAN VIDEO

“Badan Sehat, Air Bersih Dapat”


Pengolahan Air Bersih Untuk Menghilangkan Kekeruhan
(Padatan Tersuspensi) Dengan Filter Cartridge

Jika sumber air baku mengandung kekeruhan dengan konsentrasi yang tidak terlalu tinggi dapat
dilakukan dengan menggunakan filter cartridge dengan ukuran yang bervariasi.
Penghilangan kekeruhan di dalam air dengan menggunakan filter cartridge ini proses filtrasi fisik
untuk menghilangkan partikel tersuspensi di dalam air misalnya partikel tanah, edapan kimia
yang terbentuk di dalam air misalnya oksida besi atau oksida mangan dan lainnya. Ukuran pori
dari filter cartridge ini bervariasi dan dan yang banyak dijual dipasaran lokal yakni ukuran 1
mikron, 5 mikron dan 10 mikron.

Filter cartridge dibuat dari bahan atau material yang bermacam macam antara lain serat plastik
misalnya nylon, polypropylene, selulosa, fiberglass atau keramik. Filter cartridge dapat dipasang
secara seri dengan urutan ukuran pori dari yang besar ke ukuran pori yang terkecil untuk
memaksimalkan efisiensi pengolahan dan perawatan
Beberapa Ukuran dan Bentuk Filter Cartridge
Yang Dijual Di Pasaran.
Diagram Proses Penyaringan
Dengan Filter Catridge.

Beberapa Contoh Bentuk Rumah Filter


(Housing).
Contoh Pemasangan Filter Kombinasi Filter mikrofiltrasi
Pemasangan Filter Cartridge Secara Seri
Cartridge. ukuran 1 µm, Karbon Aktif,
Dengan Ukuran 10 mikron, 5 mikron dan 1
mikron di lanjutkan dengan Sterilisator dan Sterilisasi Ultraviolet.
Ultraviolet

Filter Cartridge Dari Bahan Membran Holow Fiber Dengan Diameter Pori 0,01 mikron.
Spesifikasi Teknis Cartridge Filter
polypropylene (Colored part)
Material styrene acrylonitrile (transparent
part), (O ring) NBR
Ukuran Cartridge 10 inches
Rumah (Housing) Filter Cartridge TemperatureOperasi (o C) 2 - 40
Ukuran Tinggi 10" dan 20". Peak Flow Rate (L/min) 20 - 30
Standard Flow Rate (L/min) 8
Dimension (mm) Φ 130 x 310
Warna Transparan

Connection Diameter 3/4 "


Maximum Working Pressure
0.5
(MPa)
Baigan Tutup (Cap) Rumah
Filter Cartridge.
Resin Penukar Ion
Cartridge Karbon Manganese
Cartridge Filter Aktif Greensand
1-10 mikron (Mangan Zeolit)

PEMASANGAN
FILTER
Penyaringan Dengan bag Filter
Filter kantong (bag filter) yang digunakan mempunyai
ukuran penyaringan 10 mikron. Filter ini berfungsi untuk
menyaring padatan tersuspensi yang masih lolos dari filter
pasir, filter karbon aktif maupun filter mangan zeolit. Filter
ini banyak digunakan karena filter kantongnya dapat dicuci
dan digunakan kembali, sehingga sangat ekonomis.

Bahan casing filter terbuat dari baja tahan karat (stainless


steel), sehingga dapat digunakan dalam jangka waktu yang
lama. Kain penyaring dapat dibuat dari berbagai jenis bahan
termasuk polypropylene, poliester, katun, nilon, atau bahan
lainnya.

Bahan kain saringan yang paling umum adalah


Polypropylene. Polypropylene adalah bahan yang paling Bag Filter Untuk Penyaringan Air
umum. Bahan ini memiliki ketahanan yang kuat terhadap
asam dan alkali.
Bentuk Filter Cartridge
Yang Dijual Di Pasaran.

Filter Cartridge
Bentuk Rumah Filter Tipe
(Housing) : BN 2 Multi
Diameter Casing :6"
Material Casing :
SS 304
Isi Cartridge
: 5 x 20 " (D 2")
Inlet Outlet :
Multi Cartridge Filter 11/4"
Pemasangan Cartridge Filter Dijalur Utama Perpipaan.
Pemasangan cartridge Filter Di Titik Outlet.
PENGOLAHAN AIR SUNGAI BERBASIS MASYARAKAT MENJADI
AIR BERSIH DAN AIR SIAP MINUM

PRODUK :
Air Bersih : 100 m3 per hari
Air Siap Minum : 5 m3 per hari

Teknologi: Koagulasi Flokulasi,


Filtrasi, UF dan RO
PROSES MOBILISASI PERALATAN DAN PERSIAPAN INSTALASI
67
Tampak Depan Bangunan Tampak Belakang Bangunan

Sistem Ulrafiltrasi Sistem Reverse Osmosis

BANGUNAN INSTALASI
68
PROSES SOSIALISASI DAN TRAINING PENGELOLAAN IPA SINGA GEWEH

69
AIR BAKU
PROD. RO
PROD. UF

VISUAL AIR IPA SINGA GEWEH KUTAI TIMUR


70
3. PEMANFAATAN AIR HUJAN UNTUK DAERAH 3T

MENGAPA AIR HUJAN?

• Jumlahnya berlimpah (curah hujan tertinggi 377mm/hari, atau 0,377m3


air turun per m2 area per hari, kalau 1000 m2 bisa menampung 377m3 per hari)

• Kualitasnya sangat baik dan layak konsumsi


(cenderung murni karena dari hasil penguapan air permukaan)

• Mensubtitusi kebutuhan air bersih/air minum


(dapat dipakai langsung sebagai air bersih, atau sumber air minum selama tidak
terkontaminasi oleh kotoran di atap atau udara)
• Dapat diperoleh secara gratis
KUALITAS AIR HUJAN No PARAMETER SATUAN HASIL BAKU MUTU
A FISIKA
Kasus PANDEGLANG 1 Bau - Tidak berbau
2 Rasa - Normal
3 Warna Pt-Co 2
4 Kekeruhan NTU 2 5
5 Zat Padat Terlarut (TDS) Mg/L 27 500
B KIMIA
1 pH - 6,9 6,6-8,6
2 Zat Organik Permanganat mg/L <0,2 10
3 Total Organic Carbon mg/L - -
4 Nitrat (NO3-N) mg/L 0,3 50
5 Nitrit (NO2-N) mg/L 0,069 3
6 Amonium (NH4) mg/L 0,49 1,5
7 Sulfat (SO4) mg/L <0,3 250
8 Khlorida (Cl) mg/L 1,9 500
9 Fluorida (F) mg/L <0,01 1,5
10 Sianida (CN) mg/L <0,005 0,05
12 Besi (Fe) mg/L <0,06 0,3
13 Khlor Bebas mg/L <0,01 0,1
14 Khromium mg/L <0,02 0,05
15 Barium mg/L <0,1 0,7
17 Selenium mg/L <0,01 0,01
18 Timbal (Pb) mg/L <0,005 0,01
19 Tembaga (Cu) mg/L <0,02 2
20 Kadmium (Cd) mg/L <0,003 0,003
21 Air Raksa (Hg) mg/L <0,0005 0,001
24 Arsen (As) mg/L <0,005 0,01
C Mikrobiologi
1 Angka Lempeng Total Awal Koloni/ml 90 100
2 Angka Lempeng Total Akhir Koloni/ml - 100
3 Bakteri bentuk coli MPN/100ml <2 <2
4 salmonella - Negatif Negatif
5 Pseudomonas Aeruginosa Koloni/ml -
2/15/2024 72
PEMANENAN AIR HUJAN (PAH)
(RAIN HARVESTING)

Rain harvesting atau pemanenan air hujan adalah kegiatan menampung air
hujan secara lokal dan menyimpannya melalui berbagai teknologi, untuk
penggunaan masa depan untuk memenuhi tuntutan konsumsi manusia atau
kegiatan manusia (Baron et al., 2009).
Pemanenan air hujan (rainwater harvesting) adalah pengumpulan,
penyimpanan dan pendistribusian air hujan dari atap, untuk penggunaan di
dalam dan di luar rumah maupun bisnis (www.rainharvesting.com.au)
Menurut peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 12 tahun 2009
pasal 1 ayat 1: Pemanfaatan air hujan adalah serangkaian kegiatan
mengumpulkan, menggunakan, dan/atau meresapkan air hujan ke dalam
tanah. Sedangkan pada pasal 3 disebutkan, kolam pengumpul air hujan
adalah kolam atau wadah yang dipergunakan untuk menampung air hujan
yang jatuh di atap bangunan (rumah, gedung perkantoran atau industry) yang
disalurkan melalui talang.
Konsep Sederhana Sistem Pemanenan Air Hujan Dari Atap
Rainwater tanks constructed
by local builders called
"fundis" in Kenya.
"Rojison", fasilitas pemanfaatan air hujan yang sederhana dan unik, di tingkat
masyarakat di Tokyo, Jepang.
Skema sistem pemanenan air hujan di bandara Changi Singapore
CONTOH
PENAMPUNGAN AIR
HUJAN Di Indonesia
CONTOH
PEMANENAN AIR
HUJAN
DI KALIMANTAN
TIMUR
TEKNOLOGI PEMANENAN AIR HUJAN DAN SUMUR RESAPAN
(Pesantren Moderen Daar El – Falaah, Pandeglang, Banten)

Sistem pemanenan air hujan (PAH) dan sumur resapan (SURES)


PEMBUATAN
TALANG AIR HUJAN

81
PEMBUATAN PAH &
SUMUR RESAPAN

KONSTRUKSI BAK PENAMPUNG AIR


HUJAN DAN SUMUR RESAPAN
82
UNIT PENGOLAHAN
ARSINUM

POMPA UMPAN, TANGKI


KAPORIT &STATIK MIXER

TANGKI AIR BERSIH, ULTRAFILTRASI,


PENYARING MULTIMEDIA, TANGKI
GARAM & PENUKAR ION
83
UNIT PENGOLAHAN
ARSINUM

ULTRAFILTRASI
POMPA AIR MINUM &
CARTRIDGE FILTER

ULTRAVIOLET
STERILISATOR
84
SOSIALISASI SPAH &
PENGOLAHAN ARSINUM

85
TES pH dengan ELEKTRODA TES pH dengan KERTAS
LAKMUS

KUALITAS AIR
HASIL PENGURASAN
86
HASIL ANALISA KUALITAS AIR

HASIL ANALISA HASIL ANALISA


AIR HUJAN AIR OLAHAN

87
UJI COBA ARSINUM

88
Aplikasi Sistim Pemanfaatan Air Hujan dan Sumur Resapan
(Pesantren Moderen Daar El – Falaah, Pandeglang, Banten)
PENUTUP

PRIORITASI PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT DI 3T


1. Air Hujan, di setiap rumah disarankan melakukan pemanenan air hujan. Pembangunannya
Dapat bersumber dari dana pemerintah, hibah ataupun swadaya masyarakat.
2. Pengolahan Air dari air baku yang ada di daerah tersebut, secara Individual. Tanggung jawa
Pengelolan ada pada masing masing rumah tangga.
4. Pengolahan air bersifat komunal, menghasilkan air bersih dan siap minum
ada pengelolanya, masyarakat pengguna di tarik retribusi air
dengan besaran yang telah disepakati bersama
PENGELOLAAN PENGOLAHAN AIR DI DAERAH 3T
1. Harus ada Petunjuk Pengoperasian yang jelas dan dengan Bahasa yang mudah dipahami
2. Ada pelatihan oleh pemerintah atau dinas terkait
3. Ada pendampingan selama periode tertentu sampai masyarakat benar benar mampu dan
mau mengoperasikan.
4. Monitoring rutin oleh Dinas atau Instansi terkait
5. Untuk yang sifatnya komunal, perlu ditetapkan pengelola (misal koperasi atau bumdes) dan
ada insentif khusus. Insentif diberikan dari uang hasil penjualan produk air atau iuran
masyarakat,
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai