DI SUSUN OLEH :
i
LEMBAR PERSETUJUAN
RANCANGAN AKSI PERUBAHAN
i
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT BADAN
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
Jl. Gusti Johan Idrus Nomor 12 Telp. (0561) 732078 Fax. (0561) 736190
Website : http://www.bpsdm.kalbarprov.go.id
PONTIANAK
BERITA ACARA
SEMINAR RANCANGAN AKSI PERUBAHAN
PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN VI
TAHUN 2023 PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Pada hari ini, Senin tanggal Dua Puluh Satu bulan Agustus tahun
Dua Ribu Dua Puluh Tiga, bertempat di Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Provinsi Kalimantan Barat Jalan Gusti Johan Idrus Nomor
12 Pontianak, telah dilaksanakan Seminar Rancangan Aksi Perubahan
bagi Peserta Pelatihan Kepemimpinan Administrastor Angkatan VI Tahun
2023 Provinsi Kalimantan Barat, sebagai berikut :
Mentor Penyaji
Mengetahui
KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Marjani, SE.,M.Si
Pembina Utama Muda (IV/c)
NIP. 19660302 198703 1 012
ii
LEMBAR PENGESAHAN
RANCANGAN AKSI PERUBAHAN KINERJA ORGANISASI
Disetujui :
PENGUJI,
iii
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................i
BERITA ACARA......................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................iii
KATA PENGANTAR...............................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................ v
DAFTAR TABEL....................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................viii
DAFTAR DIAGRAM...............................................................................ix
DAFTAR BAGAN....................................................................................x
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................1
1.2 Tujuan....................................................................................4
1.2.1 Tujuan jangka pendek..................................................
1.2.2 Tujuan jangka Menengah.............................................
1.2.3 Tujuan jangka panjang.................................................
1.3 Manfaat..................................................................................5
1.3.1 Manfaat Bagi Satuan Kerja...........................................
1.3.2 Manfaat bagi intansi lintas sektoral...............................
1.3.3 Manfaat bagi peserta....................................................
1.3.4 Manfaat bagi pemerintah..............................................
1.4 Ruang Lingkup.......................................................................6
v
3.4 ANALISIS SWOT.............................................................30
3.5 Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal............................34
3.6 Faktor Kunci keberhasilan dan Peta Posisi Kekuatan.....37
3.7 Strategi............................................................................39
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................66
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR DIAGRAM
ix
DAFTAR BAGAN
x
BAB 1
PENDAHULUAN
1
pembunuhan serta tindakan kekerasan lainnya baik berupa kekerasan
fisik maupun verbal. Hasil penelitian menemukan bahwa 414 pasien
skizofrenia melakukan tindakan kekerasan dan 43% dari total kejadian
tersebut merupakan perilaku kekerasan berulang. Perilaku kekerasan
tersebut terjadi akibat tidak teraturnya pasien dalam mengkonsumsi obat-
obat antipsikotik yang diberikan oleh dokter. Hasil riset menemukan
bahwa ketidakpatuhan pasien dalam pengobatan menjadi salah satu
faktor terbesar dalam kekambuhan pasien. Ketidakpatuhan dalam
pengobatan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya 1)
pasien merasa sudah sehat, 2) tidak tahan efek samping, 3) obat tidak
tersedia di fasilitas pelayanan Kesehatan pertama, 4) tidak mampu
membeli obat.
Sejalan dengan riset tersebut hasil wawancara yang dilakukan oleh
UPT Klinik Utama Sungai Bangkong menemukan bahwa penyebab
terbesar kekambuhan pasien skizofrenia adalah mereka merasa sudah
pulih dan tidak lagi membutuhkan pengobatan. Selain itu faktor ekonomi
menjadi faktor kedua terbesar yang menyebabkan terputusnya
pengobatan. Hampir rata-rata penderita skizofrenia yang berobat di UPT
Klinik Utama Sungai Bangkong adalah masyarakat menengah kebawah
yang tidak memiliki biaya untuk pengobatan. Banyak penderita skizofrenia
yang belum memiliki jaminan Kesehatan PBI (Penerima Bantuan Iuran).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik diketahui
bahwa baru 31,23% masyarakat yang memperoleh jaminan kesehatan
PBI. Masih banyak warga tidak mampu khususnya pasien ODGJ yang
belum memperoleh jaminan kesehatan tersebut. Sulitnya mendapatkan
jaminan kesehatan PBI menjadi salah satu faktor penyebab tingginya
angka relaps ODGJ di Provinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan hasil
rekam medis di UPT Klinik Utama Sungai Bangkong diketahui bahwa 502
pasien relaps pada tahun 2022 dan harus mendapatkan perawatan.
Beberapa ODGJ yang putus obat akhirnya terlantar dan meresahkan
masyarakat bahkan menyebabkan beberapa korban jiwa.
2
Masyarakat mengalami kesulitan untuk meminta bantuan dalam proses
evakuasi ODGJ gaduh gelisah tersebut. Hal ini terjadi karena belum ada
sistem koordinasi yang jelas antara lintas sektoral sehingga mempersulit
penanganan ODGJ khususnya dalam hal evakuasi. Kurangnya kordinasi
antar lintas sektoral juga menyebabkan UPT Klinik Utama Sungai
Bangkong kesulitan dalam memulangkan ODGJ terlantar sehingga
menyebabkan hari perawatan pasien memanjang. Kesulitan lain yang
dialami dalam menangani pasien skizofrenia adalah tidak adanya
monitoring keberlanjutan pengobatan paca rawat inap.
Tidak ada monitoring keberlanjutan pengobatan pasien pasca rawat
inap yang dilakukan secara terintegrasi menyebabkan angka kekambuhan
menjadi cukup tinggi. Permasalahan-permasalahan ini muncul karena
belum terkoordinasinya pelayanan kesehatan jiwa antar lintas sektoral.
Hal ini menyebabkan ODGJ kesulitan dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan jiwa. Proses penanganan ODG menjadi lambat dan
membutuhkan proses yang lama. Menidaklanjuti permasalahan tersebut
maka diperlukan suatu inovasi perubahan. Salah satunya dengan
membentuk suatu sistem pelayanan kesehatan jiwa terpadu (Si Anak Jitu)
yang merupakan sistem koordinatif lintas sektor dengan melibatkan peran
serta masyarakat, kemitraan swasta, LSM, kelompok profesi dan
organisasi masyarakat.dalam pencegahan dan penanggulangan masalah
kesehatan jiwa.
Permbentukan Sistem pelayanan kesehatan jiwa terpadu merupakan
pemecahan masalah yang menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Adapun lintas sektoral yang tergabung dalam sistem pelayanan kesehatan
jiwa terpadu tersebut meliputi: Dinas Kesehatan Proovinsi, Dinas
Kesehatan Kota Pontianak, Dinas Sosial Kota Pontianak, Puskesmas,
Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS), Satpol PP, Babinsa,
Babinkamtibnas, kader kesehatan jiwa, Tenaga kesejahteraan sosial
kecamatan (TKSK) dan tokoh masyarakat. Inovasi ini dapat meningkatkan
3
kualitas pelayanan kesehatan jiwa dimana penanganan ODGJ menjadi
lebih cepat, mudah dan terpadu. Inovasi ini juga turut membantu dalam
merealisasikan visi dan misi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat.
Dengan adanya inovasi ini diharapkan ODGJ dapat pulih, mandiri dan
kembali produktif. Tujuan inovasi ini sesuai dengan Misi pemerintah
provinsi Kalimantan Barat point ke 3 yaitu mewujudkan masyarakat yang
sehat, cerdas, produktif dan inovatif. Melalui kerjasama lintas sektoral
maka pelaksanaan deteksi dini terkait masalah kesehatan jiwa dapat
dilakukan sedini mungkin dengan melibatkan berbagai perangkat dan
lintas sektoral yang berada di wilayah masing-masing. Inovasi ini juga
mampu memperdayakan dan melibatkan fungsi keluarga, kader,
masyarakat sekitar dalam upaya pencegahan dan penanganan masalah
kesehatan jiwa. Keberlanjutan pengebotan yang teratur dapat
menstabilkan kondisi klien sehingga klien dapat terus produktif.
1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari rencana aksi perubahan “Sistem
Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu” ini adalah untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan jiwa yang cepat, mudah dan terpadu. Tujuan dari
rencana aksi perubahan ini dibagi dalam tiga tahapan, yaitu tujuan
jangka pendek, tujuan jangka menengah, dan tujuan jangka panjang
dengan rincian sebagai berikut:
4
d. Tersedianya anggaran kegiatan pelaksanaan Sistem Pelayanan
Kesehatan Jiwa Terpadu
e. Meningkatnya waktu tanggap daruratan evakuasi pasien
1.3 Manfaat
Adapun Manfaat dari Aksi Perubahan Optimalisasi Sistem Pelayanan
Kesehatan Jiwa Terpadu ini adalah sebagai berikut :
5
1.3.1 Manfaat Bagi Satuan Kerja
a. Tersedianya data atau informasi ODGJ khususnya ODGJ
terlantar
b. Penanganan ODGJ menjadi cepat, mudah dan terpadu
c. Waktu emergency respone time menjadi lebih cepat
d. Meningkatnya angka kunjungan rawat jalan
e. Tercapainya kendali mutu dan kendali biaya
6
Kesehatan Jiwa Terpadu pada UPT Klinik Utama Sungai Bangkong Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat” yang terdiri dari:
1. Seseorang atau keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan
masalah gangguan jiwa
2. Mengalami masalah gangguan jiwa yang bertempat tinggal di Wilayah
Kota Pontianak.
3. Dinas kesehatan, dinas sosial, Dinas Sosial Pontianak, Puskesmas,
Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS), Satpol PP, Babinsa,
Babinkamtibnas, kader kesehatan jiwa, Tenaga kesejahteraan sosial
kecamatan (TKSK) dan tokoh masyarakat yang ditunjuk dan berada di
wilayah kota Pontianak yang tergabung dalam tim pelayanan
kesehatan jiwa terpadu.
7
BAB 2
PROFIL KINERJA PELAYANAN
8
9. dr. Fran A. Sumampouw, Sp.KJ 1986 - 1991.
10. dr. Iskandar Hasibuan, Sp.KJ 1991 - 1996.
11. dr. Muhammad Aminullah 1996 - 1998.
12. dr. Benny Ardjil, Sp.KJ 1998 – 2004
13. dr. Chairil Hamid, MPH 2004 - 2006.
14. drg. Ary Mardyana 2006 - 2009.
15. dr. Jendariah Tarigan, Sp.KJ 2009 - 2014.
16. dr. Simon Djeno, Sp.S 2014 – 2015
17. dr. Feery Safariadi 2015 - 2017.
18. dr. Batara Hendra Putra Sianipar 2017 – 2023
9
2.2 Susunan Organisasi serta Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Gubernur Kalimantan Barat Nomor 158 Tahun
2021 Tentang Kedudukan, Struktur Otganisasi, Tugas Pokok dan Fungsi
serta Tata Kerja UPT Klinik Utama Sungai Bangkong Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Barat (Berita Daerah Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2021 No 158), memiliki susunan struktur organisasi yang
sebagaimana terlampir merupakan bagian tidak terpisah dari peraturan
diatas, terdiri dari :
10
e. Pengendalian kegiatan teknis operasional di lingkungan UPT Klinik
Utama Sungai Bangkong
f. Pelaporan kegiatan teknis operasioanal di lingkungan UPT Klinik
Utama Sungai Bangkong
g. Pelaksanaan fungsi lain di bidang pelayanan Kesehatan jiwa,
penyalahgunaan NAPZA dan anak berkebutuhan khusus sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
11
pejabat pengawas yang memiliki keterkaitan dengan pelaksaan tugas
jabatan fungsional berdasarkan jenjangnya sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2.2.6 Instalasi
Instalasi di bentuk dengan keputusan Kepala UPT yang
mempunyai tugas membantu Kepala Seksi dalam penyelenggaraan
pelayanan fungsional sesuai dengan fungsinya secara langsung dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien. Adapun
struktur organisasi UPT Klinik Utama Sungai Bangkong Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Barat dapat dilihat pada bagan di bawah ini :
Bagan 2.1
Struktur organisasi UPT Klinik Utama Sungai Bangkong
Sumustro, SE., MM
12
2.3 Pelayanan UPT Klinik Utama Sungai Bangkong Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat
Pelayanan di UPT Klinik Utama Sungai Bangkong adalah sebagai
berikut :
a. Pelayanan Gawat Darurat
b. Pelayanan Kesehatan Jiwa
c. Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus
d. Pelayanan HIV/AIDS
e. Pelayanan Psikologi
f. Pelayanan Surat Kesehatan Jiwa (SKJ)
g. Pelayanan Surat Keterangan Bebas Narkoba (SKBN)
h. Pelayanan Rehabilitasi Medik Anak Berkebutuhan Khusus
i. Pelayanan Gigi
j. Pelayanan Farmasi
k. Pelayanan Laboratorium Kesehatan
l. Pelayanan Gizi
13
memiliki 213 orang pegawai hingga tanggal 31 Mei 2022, yang terdiri dari
Pegawai Negeri Sipil ( PNS), Calon Pagawai Negeri Sipil (CPNS) & Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), Tenaga Kontrak, dan
Konsulen. Berikut ini Profil Ketenagaan di Unit Pelaksana Teknis :
Tabel 2.1
Data PNS
1 2 3 4 5 6 7
1 S3 - I - Eselon I / b -
2 S2 9 II 32 Eselon II / a -
3 S1 / D IV 53 III Eselon II / b -
4 DIPLOMA III 70 IV 11 Eselon III / a -
5 DIPLOMA II - Eselon III / b 1
6 SMA / SMK 19 Eselon IV / a 3
7 SMP - Dokter Umum 7
Dokter Spesialis
8 SD - 2
Jiwa
9 Dokter Gigi -
10 Apoteker 3
11 Fungsional
1
Arsiparis
12 Asisten Apoteker 9
13 Perawat 66
14 Perawat gigi 2
15 Pelaksana 28
Penyuluh
16 3
Kesehatan
17 Psikologis Klinis 2
18 Fisioterapis 5
14
KUALIFIKASI JUMLAH JUMLAH STRUKTURAL / JUMLAH
NO GOL
PENDIDIKAN PERSONIL PERSONIL FUNGSIONAL PERSONIL
19 Radiografer -
20 Nutrisionis 3
Administrasi
21 1
Kesehatan
22 Sanitarian 2
Pranata
23 3
Laboratorium
Pembimbing
24 1
KesehatanKerja
Pranata
25 1
Komputer
Teknisi
26 1
Elektromedik
27 Perekam Medis 3
Pengadaan
28 Barang dan Jasa 1
Muda
29 Terapis Wicara 1
30 Okupasi Terapi 1
31 Analisis Pegawai 1
Tabel 2.2
Data Dokter Konsulen
N
N AMA JABATAN
O
Dokter Spesialis Keterapian Fisik
1 dr. Jonaidi Teramihahardja, Sp.KFR
dan Rehabilitasi Medik
15
dr. Reggy Harapan Baringin Silalahi,
4 Dokter Spesialis Anak
Sp.A
Tabel 2.3
Data Kontrak
JABATAN
NO LAKI - LAKI PEREMPUAN JUMLAH PERSONIL
FUNGSIONAL
1 2 3 4 5
1 Dokter Spesialis Jiwa - 1 1
2 Dokter Umum - 2 2
3 Psikologis Klinis - 1 1
7 Perawat 9 12 21
6 Asisten Apoteker - 1 1
7 Pengolah Makanan 2 3 5
8 Binatu - 1 1
9 Konselor 2 1 3
10 Petugas Keamanan - 2 2
Pengolah Data
12 1 - 1
Pelayanan
Pengadministrasi
13 2 - 2
Umum
Pengadministrasi
14 Informasi dan Rekam - 1 1
Medis
Pranata Laboratorium
15 - 1 1
Kesehatan
Tenaga Pelaksanan
16 1 - 1
Lainnya
JUMLAH 17 26 43
16
2.4.2 Sumber Daya Keuangan
Sumber daya keuangan Unit Pelsana Teknis Klinik Utama Sungai
Bangkong Dinas Kesehatan provinsi Kali antan Barat berasal dari APBD
Provinsi Kalimantan Barat, Berikut ini realisasi keuangan Unit Pelaksana
Teknis Klinik Utama Sungai Bangkong Dinas Kesehatan provinsi selama 2
( Dua ) tahun terakhir dari berbagai sumber dana:
17
Tabel 2.4
Realisasi Penerimaan Pendapatan
Tahun 2021 s.d. 2022
18
Tabel 2.5
Tabel Realisasi Belanja
Tahun 2021 s.d. 2022
Tahun
Uraian
No
Anggaran 2021
Anggaran 2022
Rp.
Rp.
2,588,167,250.00
1 Belanja Pegawai 28,280,211,065.00 27,590,053,615.00 2,584,567,250.00
19
20
2.4.3 Sumber Daya Sarana Prasarana
Tabel 2.6
Sarana dan Prasarana UPT Klinik Utama Sungai Bangkong
Kondisi
No Prasarana Jumlah Baik Rusak Rusak Rusak
Ringan Sedang Berat
1 Gedung Wisma Sirih 1 1
Gedung Wisma
2 1
Anyelir 1
Ranap, Gizi,
3 1
Laundry, IPSRS
Gedung Kamar
4 1
Jenazah
Gedung Poli Rawat
5 1
Jalan
Plang Nama UPT
6 Klinik Utama Sungai 1
Bangkong
7 Gedung Administrasi 1
8 Mobil Operasional 2
2
9 Alat Kesehatan 1397 1397
21
BAB 3
ANALISIS MASALAH
25000
20000 17251
15000
10000 6429
5000 998 745 153 248 801 1050 137 181
72 74 90 68 144 390
0
k h a g a s g g k u u g u i lu in al
a na wa R ay pan tar ba an yan nda gga ada tan siba l aw Hu v la Tot
a U m w a La S an S ek n e
nti mp u ta g S a gka ngk Si us M uas Pro
Po e Kub Ke yon i n e Put p
M Ka S B Ka
DOMISILI
22
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa Kota Pontianak menyumbang
angka kejadian gangguan jiwa yang cukup tinggi bila dibandingkan
dengan daerah lainnya yaitu sebesar 17.251 pasien. Angka tersebut belum
mencakup angka pasien gangguan jiwa terlantar yang belum mendapatkan
pengobatan dan pasien relaps akibat ketidakputahan pasien dalam
mengikuti program pengobatan. Berdasarkan data Rekam Medis di IGD
UPT Klinik Utama Sungai Bangkong diketahui terdapat 608 pasien relaps
di tahun 2022. Adapun jumlah pasien relapas tersebut dapat dilihat pada
diagram 3.2 di bawah ini :
Diagram 3.2
Jumlah Kunjungan Pasien di IGD UPT Klinik Utama
Sungai Bangkong pada Tahun 2022
355
138
17 11 13 25 26
1 5 1 1 5 6 1 0 3
TOTAL PASIEN
Kubu Raya
Kayong Utara
Ketapang
Singkawang
Bengkayang
Sambas
Sintang
Melawi
Kota Pontianak
Mempawah
Landak
Sanggau
Sekadau
Kapuas Hulu
Putussibau
Prov lain
ASAL KOTA
23
penanganan di Tahun 2022. Berdasarkan hasil telaah yang dilakukan
diketahui bahwa terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam
menangani pasien gangguan jiwa dan menyebabkan terjadinya relaps.
Adapun permasalahan tersebut adalah sebagai berikut :
Diagram 3.3
Jumlah Kunjungan Pasien Baru di IGD Tahun 2022
506
106
24
2.1.2 Banyak pasien gangguan jiwa yang tidak patuh dalam
mengikuti program pengobatan
Ketidak patuhan pasien gangguan jiwa dalam mengikuti program
pengobatan dapat menyebabkan munculnya perilaku kekerasan. Ketidakpatuhan
pasien dalam pengobatan menjadi salah satu faktor terbesar dalam kekambuhan
pasien. Ketidakpatuhan dalam pengobatan tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya 1) pasien merasa sudah sehat, 2) tidak tahan efek samping, 3)
obat tidak tersedia di fasilitas pelayanan Kesehatan pertama, 4) tidak mampu
membeli obat. Sejalan dengan hasil riset tersebut hasil wawancara yang dilakukan
oleh UPT Klinik Utama Sungai Bangkong menemukan bahwa penyebab terbesar
kekambuhan pasien skizofrenia adalah pasien merasa sudah sembuh sehingga
pasien merasa tidak membutuhkan pengobatan kembali. Berdasarkan dara Rekam
Medis di IGD UPT Klinik Utama Sungai Bangkong diketahui bahwa terdapat 506
pasien relapas karena putus obat.
25
Data yang diperoleh dari IGD UPT Klinik Utama Sungai Bangkong
diketahui bahwa sebanyak 98 masyarakat yang mengeluh kesulitan untuk
meminta bantuan dalam melakukan evakuasi pasien ODGJ gaduh gelisah. Hal ini
menyebabkan banyak ODGJ akhirnya terlantar dan meresahkan warga.
26
Kekambuhan ODGJ relatif tinggi serta pengobatan pasien pasca rawat inap tidak
termonitoring dengan baik. Berdasarkan beberapa permasalahan diatas, dapat
dilakukan penetapan isu prioritas masalah dengan menggunakan metode APKL.
Adapun penetapan isu prioritas tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini :
Tabel 3.1
Penetapan Isu Prioritas Masalah Dengan
Metode APKL
NO MASALAH/PERSOALAN ∑ RANK.
PENILAIAN
A K L
1 Banyak pasien gangguan jiwa yang belum 5 4 4 18 I
mendapatkan penanganan medis I
I
Keterangan:
Skala penilaian APKL menggunakan rentang skor 1 – 5, dengan ketentuan:
27
a) Semakin tinggi tingkat aktual (A), semakin besar nilainya.
b) Semakin problematik akibat yang ditimbulkan (P), semakin
besar nilainya.
c) Semakin besar kekhalayakan yang ditimbulkan (K), semakin
besar nilainya.
d) Semakin besar kelayakan (feasibility) (L), semakin besar nilainya.
28
c) Material, merupakan bahan / data yang diproses;
d) Machine, merupakan teknologi yang digunakan dalam
mengelola material;
e) Method, merupakan cara dalam mengatur kinerja suatu organisasi;
f) Market, terkait dengan hubungan stakeholder.
Berdasarkan dari isu prioritas masalah hasil dari identifikasi masalah kedalam 6
(enam) komponen manajemen diatas, maka diagram fishbone adalah sebagai
berikut :
29
GAMBAR 3.1. ANALISIS FISHBONE
30
2.3 Matrik Penyelesaian Masalah dengan Metode USG
Berdasarkan hasil diagram fishbone diatas, dilakukan analisis
penyebab masalah dengan menggunakan metode analisis USG
(Urgensi, Seriousness, Growth) dengan rentang penilaian 1-5.
Penetapan prioritas penyebab masalah yang diangkat
menggunakan metode analisis USG. Adapun penetapan prioritas
penyebab masalah dengan menggunakan metode USG dapat
dilihat pada dijelaskan pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.2
Prioritas Penyebab Masalah dengan menggunakan metode USG
Prioritas
No Masala h Total Peringkat
S G
31
Bobot 1 = Tidak ada pengaruhnya
Berdasarkan tabel 3.2 tersebut dapat diketahui bahwa prioritas akar penyebab
yang memiliki pengaruh paling signifikan untuk diselesaikan adalah mengenai
“belum terbentuknya tim pelayanan kesehatan jiwa terpadu di wilayah
kota Pontianak” dengan skor tertinggi yaitu 15.
a. Faktor internal
1) Kekuatan (Strenghts)
a) UPT Klinik Utama Sungai Bangkong merupakan satu
satunya fasilitas pelayanan Kesehatan yang menyediakan
32
pelayanan jiwa di wilayah kota Pontianak
b) Lokasi strategis yang terletak ditengah kota
c) Memiliki sumber daya manusia (SDM) yang memadai
berupa dokter spesialis jiwa dan perawat spesialis jiwa
d) SDM yang dimiliki oleh UPT Klinik Utama Sungai
Bangkong sering diundang untuk menjadi Narasumber di
berbagai pelatihan dan seminar Kesehatan jiwa
e) Salah satu pusat Pendidikan dan penelitian di bidang
Kesehatan jiwa di Provinsi Kalimantan Barat
2) Kelemahan (Weaknesses)
a) Keterbatasan sarana dan prasarana
b) Perubahan nomenklatur Rumah Sakit Jiwa Daerah Sungai
Bangkong menjadi UPT Klinik Utama Sungai Bangkong dan
pembatasan lama rawat inap hanya 5 hari
c) Belum ada kerjasama lintas sektoral untuk penanganan
masalah Kesehatan jiwa
d) Belum adanya Tim pelayanan Kesehatan jiwa terpadu antar
lintas sektoral
e) Pagu anggaran yang terbatas
f) Belum adanya programa kerja terkait pelayanan Kesehatan
jiwa terpadu
g) Kurangnya optimalnya sosialisasi pelayanan Kesehatan jiwa
di UPT Klinik Utama Sungai Bangkong
b. Faktor Eksternal
1) Peluang (Opportunities)
a) Adanya dukungan tinggi dari Dinas Kesehatan Provinsi
dan Dinas Kesehatan Kota Pontianak terhadap
pembentukan Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat
(TP-KJM) dan TIM Gerak Cepat (TGC) penanganan ODGJ
di wilayah kota Pontianak
33
b) Terdapat program kerja penanganan kesehatan jiwa yang
tertuang pada Seksi Tata kelola Kesehatan Masyarakat,
Promosi Kesehatan dan Kesehatan Jiwa Bidang
Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Barat.
c) Fasilitas kesehatan rujukan dalam penanganan masalah
kesehatan jiwa di Provinsi Kalimantan Barat
d) Banyak Masyarakat yang mengakses pelayanan
Kesehatan jiwa di UPT Klinik Utama Sungai Bangkong
e) Adanya pertemuan antara UPT Klinik Utama Sungai
Bangkong dengan berbagai lintas sektoral di wilayah kota
Pontianak
f) Besarnya peluang untuk melakukan Kerjasama dengan
berbagai lintas sektoral yang berada di wilayah kota
Pontianak
2) Ancaman (Threaths)
a) Tingginya angka penderita gangguan jiwa setiap tahunnya
b) Tingginya angka relaps ODGJ setiap tahun
c) Stigma Masyarakat terhadap ODGJ masih tinggi
d) Kurangnya keterlibatan keluarga dan Masyarakat terhadap
penanganan ODGJ
e) Terdapat Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat dan
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Sintang.
Identifikasi faktor internal dan faktor eksternal dapat dilihat pada tabel 3.3
berikut:
34
TABEL 3.3
IDENTIFIKASI FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL
FAKTOR INTERNAL
Streng Weaknesses
ht
S Satu satunya fasilitas pelayanan W1 Keterbatasan sarana dan prasarana
1 Kesehatan yang menyediakan
pelayanan jiwa di wilayah kota
Pontianak
S Lokasi strategis W2 Perubahan
2 yang terletak nomenklatur Rumah
ditengah kota Sakit Jiwa Daerah
Sungai Bangkong
menjadi UPT Klinik
Utama Sungai
Bangkong serta
pembatasan hari
rawat selama 5 hari
SMemiliki sumber daya manusia W3 Belum ada Kerjasama
3(SDM) yang memadai berupa lintas sektoral untuk
dokter spesialis jiwa dan perawat penanganan masalah
spesialis jiwa Kesehatan jiwa
35
FAKTOR INTERNAL
Streng Weaknesses
ht
Bangkong
FAKTOR EKSTERNAL
Opportunites
Threaths
OAdanya dukungan tinggi dari Dinas T1
Tingginya angka penderita
1 Kesehatan Provinsi dan Dinas gangguan jiwa setiap
Kesehatan Kota Pontianak terhadap tahunnya
pembentukan Tim Pelaksana
Kesehatan Jiwa Masyarakat (TP-KJM)
dan TIM Gerak Cepat (TGC)
penanganan ODGJ di wilayah kota
Pontianak
OTerdapat program kerja penanganan T2 Tingginya angka relaps ODGJ
2 kesehatan yang tertuang pada Seksi setiap tahun
Pencegahan dan Penanggulangan
Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan
Jiwa di Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Barat
OSalah satu rujukan dalam penanganan T3 Kurangnya keterlibatan
3 masalah kesehatan jiwa di Provinsi keluarga dan Masyarakat
Kalimantan Barat terhadap penanganan ODGJ
36
Untuk memperolah evaluasi faktor internal dan eksternal,
maka terlebih dahulu dinilai setiap faktor yang urgen dengan
membandingkan faktor satu dengan yang lain. Selanjutnya setelah
perumusan faktor yang urgen maka barulah ditemukan keterkaitan
antar faktor yang satu dengan yang lainnya melalui analisa evaluasi
faktor internal dan eksternal. Setiap factor baik internal maupun
eksternal akan diberikan skoring dengan ketentuan penilaian 1 =
Tidak penting, 2 = Kurang penting, 3 = Penting, 4 = Sangat Penting.
Evaluasi factor internal dan eksternal dapat dilihat dalam tabel 3.4
dibawah ini
37
TABEL 3.4
EVALUASI URGENSI FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL
38
EXTERNAL FAKTOR ANALYS (EFAS)
39
Berdasarkan matrik urgensi faktor internal di atas diketahui bahwa unsur
faktor kekuatan (S) yang paling urgen adalah “ Ketersediaan SDM yang
memadai ” sedangkan faktor kelemahan (W) yang paling urgen adalah
“Belum adanya kerjasama lintas sektoral dalam penanganan ODGJ”.
Berdasarkan matrik urgensi faktor eksternal di atas diketahui bahwa unsur
faktor peluang (O) yang paling urgen adalah “Besarnya peluang untuk
melakukan Kerjasama dengan berbagai lintas sektoral yang ada di
Kota Pontianak” sedangkan faktor ancaman (T) yang paling urgen
adalah “Kurangnya keterlibatan keluarga dan Masyarakat dalam
penanganan ODGJ”.
TABEL 3.5
FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN
FAKTOR INTERNAL
Strenght Weaknesses
Belum adanya kerjasama
Ketersediaan SDM yang memadai
lintas sektoral dalam
S W penanganan ODGJ
FAKTOR EKSTERNAL
Opportunites Threaths
40
komponen yang terdapat dalam factor internal maupun eksternal.
Arah hubungan tersebut dapat diketahui dengan menghitung selisih
antara Total skor kekuatan dikurang dengan total skor kelemahan
serta menghitung selisis antara total skor peluang dikurang total
skor ancaman. Berdasarkan hasil analisis IFAS dan EFAS pada
tabel 3.4 diketahui bahwa : S = 1,71, W = 1,50, O = 2,03 dan
T = 0,95.
Diagram 3.4
Diagram Peta Kekuatan Organisasi
0,21
Weakness Strenght
(W=1,50) (S=1,71)
Kuadran 4 Kuadran 2
41
2.7 Strategi
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia menyatakan
bahwa “strategi adalah cara mencapai tujuan dan sasaran yang
dijabarkan ke dalam kebijakan-kebijakan dan program”. Analisis
strategis meliputi tiga hal yaitu, analisis lingkungan, perumusan
faktor-faktor kunci keberhasilan (Critical Success Factors) dan
analisis SWOT. Analisis SWOT (Strenghts, Weaknesses,
Oppurtunities, Threats) adalah suatu alat manajemen untuk
mengevaluasi internal dan eksternal organisasi sehingga dapat
memberikan informasi mengenai isu-isu penting bagi organisasi.
Analisis SWOT memberikan informasi yang berguna dalam
menyesuaikan segala sumber daya dan kemampuan yang ada
dengan lingkungan dimana unit kerja berada. Empat strategi utama
yang dapat dirumuskan dalam kuadran SWOT sebagai berikut :
Tabel 3.6
Strategi Utama Kuadran SWOT
42
Strategi ekspansi yang dirumuskan pada kuadran I akan
menghasilkan strategi SO, yaitu merupakan perpaduan antara
kekuatan kunci, dan peluang kunci dimana tujuannya kearah
pengembangan pertumbuhan dan perluasan pada suatu bidang.
Strategi diversifikasi yang dirumuskan pada kuadran II akan
menghasilkan strategi ST, yaitu merupakan perpaduan antara
kekuatan kunci dan ancaman kunci, dimana tujuannya kearah
diversifikasi inovasi pembaharuan dan modifikasi.
Strategi stabilitas atau rasionalisasi yang dirumuskan pada
kuadran III akan menghasilkan strategi WO, yaitu merupakan
perpaduan antara kelemahan kunci dan peluang kunci dimana
tujuannya untuk menciptakan stabilitas atau rasionalisasi atau
untuk investasi di bidang tertentu.
Strategi defensif atau survival yang dirumuskan pada kuadran
IV akan menghasilkan strategi WT, yaitu merupakan perpaduan
antara kelemahan kunci dan ancaman dimana tujuannya untuk
menciptakan keadaan yang defensif, efisiensi.
Pemilihan strategi adalah proses pembuatan keputusan
untuk memilih alternatif terbaik dalam upaya pencapaian tujuan dan
sasaran dengan cara yang paling baik. Strategi memperhitungkan
juga lingkungan organisasi secara keseluruhan yang akan
mempengaruhi implementasi strategi. Kesalahan penetapan
strategis akan membawa dampak tidak dapat dilaksanakannya
strategis tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 3.7
berikut ini:
43
Tabel 3.7
FAKTOR
INTERNAL
1. Merupakan satu 1. Keterbatasan
satunya fasilitas sarana dan
pelayanan Kesehatan prasarana
yang menyediakan 2. Belum ada
pelayanan jiwa di kerjasama lintas
wilayah kota sektoral
Pontianak 3. Belum adanya
2. Lokasi strategis Tim pelayanan
FAKTOR 3. SDM memadai Kesehatan jiwa
EKSTERNAL terpadu
4. Salah satu pusat
Pendidikan dan 4. Belum adanya
penelitian di bidang programa kerja
Kesehatan jiwa di terkait pelayanan
Provinsi Kalimantan Kesehatan jiwa
Barat terpadu
5. Kurang
optimalnya
sosialisasi
PELUANG (O) STRATEGI (SO) STRATEGI (WO)
44
masalah
kesehatan jiwa
di Provinsi
Kalimantan
Barat
4. Adanya
pertemuan
antara UPT
Klinik Utama
Sungai
Bangkong
dengan
berbagai lintas
sektoral di
wilayah kota
Pontianak
5. Besarnya
peluang untuk
melakukan
Kerjasama
dengan
berbagai lintas
sektoral yang
berada di
wilayah kota
Pontianak
ANCAMAN (T) STRATEGI (ST) STRATEGI (WT)
45
BAB 4
4.1 TEROBOSAN/INOVASI
46
dalam usulan anggaran.
b) Melakukan Uji Coba Sistem pelayanan Kesehatan jiwa
terpadu.
c) Launching Sistem pelayanan Kesehatan jiwa terpadu dengan
para stakeholder.
d) Sosialisasi pelaksanaan system pelayanan Kesehatan jiwa
terpadu
e) Melakukan koordinasi dengan lintas sektoral di Kabupaten
yang berada di wilayah sekitar kota Pontianak.
f) Monitoring Dan Evaluasi.
3. Target jangka panjang, yaitu
47
4.2 TAHAP KEGIATAN
Adapun tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan pada aksi perubahan ini disampaikan dalam tabel 4.1 di bawah ini :
Tabel 4.1
Tahap Kegiatan Pelaksanaan Inovasi
48
No Kegiatan Waktu Output Evidence Anggaran Resiko Mitigasi Resiko
Paparan
4. Pembuatan Draft Minggu Ke IV Adanya Draft - - Draft Tidak selesai Membuat
Penganggaran (11 - 15 Penganggaran Penganggaran tepat waktu jadwal kerja
September karena tim tim administrasi
2023) administrasi
berhalangan
5. Pembuatan Alur Minggu Ke V Tersedianya - - Alur dan Tidak Penjadwalan
dan Jadwal kerja (18-22 alur dan Jadwal Jadwal Kerja terlaksananya ulang
September kegiatan kegiatan akibat kegiatan
2023) jadwal kerja
yang
padat
6. Sosialisasi awal Minggu Ke V dan Tersosialisasika - Undangan, Tidak Sosialisasi
terkait wacana ke VI nnya rencana Daftar terlaksananya dilaksanakan
pembentukan Si (20 – 29 aksi perubahan Absen, kegiatan akibat secara online
Anak Jitu dengan September 2023) Notulensi jadwal kerja atau materi
berbagai lintas - Dokumentasi yang padat sosialisasi
sektoral - Materi dan disampaikan
Paparan secara tertulis
7. Membuat SOP Minggu Ke VI Tersusunnya - - Dokumen Tidak selesai Membuat
Tentang (2-4 Oktober 2023) SOP SOP tepat waktu jadwal kerja
Mekanisme karena tim tim administrasi
Pelayanan administrasi
berhalangan
49
No Kegiatan Waktu Output Evidence Anggaran Resiko Mitigasi Resiko
9. Desiminasi Si Anak Mingg ke VIII Terlaksananya - Laporan hasil Tidak selesai Membuat
Jitu melalui (16-20 Oktober desiminasi SI desiminasi tepat waktu jadwal kegiatan
berbagai media 2023) Anak Jitu karena tim teknis desiminasi
sosial melalui berbagai berhalangan tahap
media sosial selanjutnya
seperti FB, IG,
Web, Tiktok
50
No Kegiatan Waktu Output Evidence Anggaran Resiko Mitigasi Resiko
4. Pelaksanaan Minggu Ke VI s/d Terlaksananya Kegiatan Tidak Tim
melakukan
kegiatan Si Anak XV kegiatan pelayanan terlaksananya
pemeriksaan
Jitu (11 Des 2023 pelayanan kesehatan jiwa kegiatan dalam setiap
s/d 23 Feb kesehatan jiwa pelayanan tahapan
pelaksanaan
2024) secara terpadu kesehatan jiwa
6. Monitoring dan Minggu Ke XVI Terlaksananya - Laporan evaluasi Tidak selesai Langsung
Evaluasi (23 – 29 Feb evaluasi kegiatan tepat waktu membuat hasil
pelaksanaan 2024) evaluasi pada
kegiatan Si Anak setiap tahapan
Jitu
Jangka Panjang (1 Maret 2024 s/d 1 Maret 2025)
1. Integrasi pelayanan Minggu Ke I s/d Terlaksananya - Integrasi Gagalnya Melakukan
Si Anak Jitu dengan XXIV Integrasi dengan layanan Integrasi kolaborasi
layanan yang ada di (4 s/d 28 berbagai lintas dengan
Maret 2024)
UPT Klinik Utama sektoral berbagai lintas
Sungai Bangkong sektoral
2 Sosialisasi Kegiatan Minggu Ke V - Terlaksananya Terlaksananya Tidak selesai Membuat
Si Anak Jitu dengan XXIV sosialisasi sosialisasi tepat waktu jadwal kegiatan
dinas kesehatan (4 April s/d 28 karena tim teknis sosialisasi
kabupaten dan Agustus 2024) berhalangan tahap
lintas sektoral
51
No Kegiatan Waktu Output Evidence Anggaran Resiko Mitigasi Resiko
kabupaten lainnya selanjutnya
2. Penerapan layanan Minggu Ke XXV Layanan SI Anak - Seluruh Layanan belum Kordinasi
Si Anak Jitu tingkat s/d ke XLIV (3 Jitu dapat dikehui Masyarakat dapat dapat diakses dengan lintas
kabupaten April oleh Masyarakat mengetahui oleh seluruh sektoral
s/d 30 Jan luas layanan Si Anak masyarakat Kembali dan
2025) Jitu melakukan
sosialisasi di
berbagai
medsos
3 Evaluasi Minggu XLV – LII Terlaksananya - Laporan evaluasi Tidak selesai Langsung
pelaksanaan SI (3 Februari 2025 – evaluasi kegiatan tepat waktu membuat hasil
Anak Jitu tingkat 28 Maret 2025 evaluasi pada
Kabupaten setiap tahapan
52
53
54
55
4.3 Sumber Daya (Peta dan Pemanfaatan)
Agar inovasi dapat terus berkesinambungan maka diperlukan Keterlibatan
pihak-pihak yang memiliki pengaruh dan berkepentingan, termasuk pula
penerima layanan. Hal ini diperlukan agar aksi perubahan dan inovasi ini dapat
bersinergi, terukur dan tidak terjadi kesalah pahaman yang mengakibatkan
tumpang tindih dalam pelaksanaan kegiatan. Agar capaian Aksi Perubahan yang
telah direncanakan dapat terkendali dan tercapai sesuai dengan diinginkan, maka
perlu menyusun struktur tata Kelola aksi perubahan dan mengidentifikasi
sumber daya organisasi. Struktur tata Kelola aksi perubahan dapat digambarkan
sebagai berikut :
Agar capaian Aksi Perubahan yang telah direncanakan dapat terkendali dan
tercapai sesuai dengan diinginkan, maka perlu menyusun struktur tata kelola aksi
perubahan dan mengidentifikasi sumber daya organisasi. Struktur tata kelola aksi
perubahan dapat digambarkan sebagai berikut :
56
4.3.2 Identifikasi Stakeholder
Selain pentingnya struktur tata Kelola dalam tim kerja
efektif, diperlukan pula dukungan dari stakeholder baik
perorangan, maupun kelompok-kelompok yang tertarik.
Stakeholder dapat berasal dari dalam maupun dari luar
organisasi, yang berpengaruh maupun terpengaruh oleh tujuan-
tujuan dan tindakan-tindakan sebuah tim. Oleh karena itu
stakeholder harus dikelola dengan baik, sehingga bisa
meminimalisir potensi negatif yang mungkin timbul dalam
menjalankan tujuan organisasi. Harus disadari bahwa hubungan
antar stakeholder tidak selamanya hubungan yang positif dan
sinergis. Sebagai bentuk hasil identifikasi stakeholder, laporan ini
menggunakan dua buah metode yaitu network map
stakeholders, serta metode yang kedua yaitu menganalisis
stakeholder menggunakan influence-impact matrix. Metode
influence-impact matrix bertujuan untuk mengidentifikasi
stakeholders dan mengelompokkannya ke dalam empat
kelompok. Adapun ke mpat kelompok tersebut adalah sebagai
berikut:
Gambar 4.1
Influence-Impact Matrix
57
Berdasarkan gambar tersebut, diketahui bahwa terdapat
empat jenis stakeholders dalam aksi perubahan. Jenis ini
dikelompokkan berdasarkan tingkat kepentingan (high
influence or low influence) dan tingkat kekuatan(high
impact or low impact). Hasil analisis identifikasi stakeholders,
dijelaskan lebih rinci pada Tabel 4.4 di bawah ini :
Tabel 4.4
Daftar Stakeholder
Pengaruh
No Stakeholder
Ke Kepen Katagori
ku tingan
ata
n
Steakholder Internal
58
Pengaruh
No Stakeholder
Ke Kepen Katagori
ku tingan
ata
n
6 Kepala Dinas Sosial Kota Pontianak 9 + Promo
ters
7 Kepala Puskesmas di Wilayah Kota 8 + Promo
Pontianak ters
8 Kepala Satuan Polisi Pamong Praja 8 + Promo
(Satpol PP) ters
9 Bintara Pembina Desa (Babinsa) 5 + Defen
ders
10 Bhayangkara Pembina Keamanan dan
Ketertiban Masyarakat (Babinkamtibnas)
8 Para Camat 5 + Defen
ders
9 Tim Kesejahteraan Sosial Kecamatan 5 + Defen
ders
10 Lembaga Kesejahteraan Sosial 5 + Defen
ders
1Kader Kesehatan Jiwa 5 + Defen
1 ders
1Keluarga ODGJ 5 + Defen
2 ders
1Tokoh Masyarakat 5 + Defen
3 ders
1Masyarakat Umum 5 + Latens
4
Keterangan Pengaruh:
Rendah : 1- 2
Sedang :3–5
Tinggi :6–8
Sangat Tinggi : ≥9
59
Gambar 4.2
ANALISIS DAN PENGEMBANGAN STAKEHOLDERS
PENGARUH
High Influence,High
High Influence Low Interest
Interest (PROMOTORS
(LATENS ) Eksternal
) Internal
1.Kepala Bidang 1. Gubernur
1. Staf jafung umum Tata Usaha 2. Walikota
2. Masyarakat Sekda 3. Sekda
Umum 2.Kepala Seksi 4. Kepala Dinas
Pelayanan Kesehatan
3. Kepala Seksi Provinsi Kal-Bar
Penunjang 5. Kepala Dinas
4.Kelompok Jafung Kesehatan Kota
Fungsional Pontianak
tertentu 6. Kepala Dinas
Sosial Kota
Pontianak
7. Kepala
Puskesmas
8. Kepala Satpol PP
KEPENTINGAN
Low Influence,High
Low Influence,Low Interest
Interest (DEFENDERS)
(APATHETICS)
1. Babinsa
NIHIL 2. Babinkamtibnas
3. Para Camat
4. TKSK
5. LKS
6. Kader Keswa
7. Tokoh Masyarakat
60
4.3.3 Strategi Komunikasi
61
Gambar 4.3 NET MAP
MENTOR GUBERNUR
(Kepala Dinas kesehatan
Provinsi Kal-Bar
COACH SEKDA
WALIKOTA
STAF JAFUNG
TERTENTU
BABINSA
BABINKAMTIBNAS
STAF JAFUNG
UMUM
TKSK LKS
KADER JIWA
DAN TOKOH
PARA CAMAT
MASYARAKAT
KETERANGAN WARNA:
KETERANGAN GARIS:
a. Garis Hierarki
b. Garis Koordinasi
4.4 Faktor Pendukung keberhasilan Pelaksanaan
62
Setelah mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan, maka selanjutnya
penting untuk mengidentifikasi faktor-faktor pendukung keberhasilan (key success
factor) dalam pelaksanaan aksi perubahan. Adapun faktor-faktor pendukung
keberhasilan pelaksanaan aksi perbaikan adalah sebagai berikut:
1. Komitmen penuh dari pimpinan dalam mendukung aksi perubahan. Hal ini
dilakukan untuk menjaga dan menyebarkan semangat perubahan kepada
personilnya.
2. Koordinasi dan komunikasi antar stakeholders yang terkait. Tujuannya
adalah untuk mengidentifikasi potensi permasalahan lebih awal, dan
strategi untuk mengatasinya, agar tujuan dapat tercapai sesuai target yang
telah ditentukan;
3. Sarana dan prasarana dapat dipersiapkan untuk memudahkan
pelaksanaan kegiatan.
4. Manajemen stakeholders berdasarkan hasil analisis menggunakan Influence-
Impact Matrix. Hal ini bertujuan untuk menentukan strategi yang cocok
diterapkan kepada masing-masing stakeholders agar tujuan aksi
perubahan dapat tercapai.
5. Konsistensi dari tim efektif dalam melaksanakan kegiatan aksi perubahan
yang telah direncanakan;
63
b) Biaya operasional pelaksanaan Si Anak Jitu Rp. 20.000.000
2) Dari nilai investasi yang di gunakan untuk membangun sistem ini di pastikan memberi
nilai tambah kepada pemerintah daerah dalam peningkatan Pendapatan Daerah.
Melalui inovasi Si Anak Jitu maka pelayanan Kesehatan jiwa menjadi lebih mudah,
cepat dan terpadu. Pelayanan Kesehatan jiwa yang dilakukan secara terintegrasi dapat
mempercepat skrining masalah Kesehatan jiwa di Masyarakat. Hal ini berpotensi
meningkatkan jumlah kunjungan pasien baru ke poli rawat jalan. Selain itu monitoring
pengobatan yang dillakukan secara berjenjang meningkatkan kepatuhan pasien untuk
kontrol di poli rawat jalan dalam setiap bulannya. ODGJ gaduh gelisah dapat segera
dievakuasi dan ditangani sehingga meningkatkan jumlah pasien rawat inap di UPT
Klinik Utama Sungai Bangkong. Estimasi pendapatan akibat dampak tersebut dapat
dilihat pada table 4.5 dibawah ini :
Tabel 4.5
Estimasi Pendapatan Melalui Inovasi Si Anak Jitu
Total Rp.
64
1.999.800.000
Berdasarkan table 4.5 diatas dapat diketahui bahwa inovasi Si Anak Jitu dapat
menyumbangkan penambahan pendapatan UPT Klinik Utama Sungai Bangkong
hampir sebesar 2 Milyar Rupiah.
Kategori Potensi
Aset Ancaman Risiko
Aset Penyebab
Fokus terpecah
Kesibukan Tugas dan
untuk
tim tanggungjawab
mengerjakan
Tim Efektif efektifpada pekerjaan di
tugas kantor
pekerjaan kantor
sehari- hari di dan aksi
kantor. perubahan
Stakeholder
Sumber Kurang
internal Dapat
daya Stakeholder tidak sosialisasi atau menyebabkan
manusia internal memahami penyampaian kesalahpaham
secaradetal informasi yang an
tentang aksi kurang efektif.
65
Kategori Potensi
Aset Ancaman Risiko
Aset Penyebab
perubahan.
Aksi
Waktu perubahan
Waktu Waktu pelaksanaan aksi tidak tercapai
pengerjaa pengerjaan perubahan relatif dalam waktu
n yangsingkat singkat. yang sudah
. ditentukan.
Risiko Strategi
Mitigasi, pimpinan harus memiliki
komitmen yangkonsisten terkait aksi
Fokus terpecah untuk mengerjakan perubahan.
tugas kantor dan aksi perubahan Pimpinan akanmeningkatkan komunikasi
yang intensif untuk salingbantu dalam
menyelesaikan tugas dan tanggungjawab
anggota tim.
Avoid, dengan cara melakukan sosialisasi di
Dapat menyebabkan
awal. Selain itu, membuat manual
kesalahpahaman.
dan beberapa petunjuk lain.
66
Risiko Strategi
Aksi perubahan tidak tercapai dalam Mitigasi, hal ini dapat diatasi dengan
waktu yang sudah ditentukan. cara membangunkomitmen kepada seluruh
stakeholders internal yang berperan
BAB V
Pada bab ini akan disampaikan beberapa upaya pembangunan kepemimpinan yang
67
telah dilakukan oleh penulis melalui aksi perubahan kinerja organisasi. Adapun
Upaya Pembangunan kepemimpinan tersebut meliputi :
A. Membangun integritas dan akuntabilitas kinerja organisasi
1. Integritas kinerja organisasi
Menurut Mubin (2018) Integritas adalah kemampuan senantiasa untuk
memegang teguh pada nilai-nilai, kebijakan organisasi serta kode etik profesi
walaupun dalam keadaan yang sulit. Fungsinya integritas adalah sebagai
Cognitive Function of Integrity yang meliputi kecerdasan moral dan self insight.
Hal ini Berarti, integritas berfungsi untuk memalihara moral atau akhlak
seseorang yang kemudian mendorong dia untuk memiliki pengetahuan yang
luas. Integritas dibutuhkan oleh siapa saja, tidak hanya pemimpin namun juga
yang dipimpinnya. Menurut Suhascaryo (2019) upaya pemimpin untuk
menciptakan integritas kinerja dalam sebuah organisasi dapat dilakukan dengan
beberapa cara berikut :
1) Menerapkan etika kepemimpinan seperti : menjadi contoh yang baik,
membuat keputusan yang bijak, mempu menilai staf serta melakukan
komunikasi yang efektif dengan para staf
2) Manajemen dan pengawasan efektif dapat dilakukan dengan cara mengenal
staf, memeriksa kinerja staf secara berkala
3) Menjadi role model yang baik bagi staf
68
organisasi melalui rancangan aksi perubahan kinerja organisasi ini adalah
sebagai berikut:
1. Menerapkan etika kepemimpinan untuk meningkatkan integritas dalam tim
efektif seperti disiplin dan tepat waktu saat menghadiri rapat. Rapat perdana
pembentukan tim efektif dilakukan pada tanggal 22 Agustus 2023 pukul 09:00
wib. Dengan menghadiri dan memimpin rapat tepat waktu menunjukkan
bahwa penulis memiliki komitmen yang kuat untuk membuat sebuah
pembaharuan. Selain itu datang tepat waktu saat rapat menunjukkan bahwa
penulis berdedikasi tinggi terhadap project perubahan Si Anak Jitu yang
sedang di garap. Tujuan utamanya adalah membuat sebuah sistem
pelayanan Kesehatan jiwa yang mudah diakses oleh masyarakat, pelayanan
cepat dan terintegrasi dengan semua lintas sektoral.
Kedisipilinan dan tepat waktu juga dilakukan pada rapat-rapat
selanjutnya yaitu pada tanggal 25 Agustus 2023 yang agendanya membahas
tentang pembuatan konsep rancangan pelaksanaan Si Anak Jitu. Rapat
ketiga dilakukan tanggal 8 September 2023 dengan agenda sosialisasi
internal tentang wacana pembentukan Si Anak Jitu, hingga pertemuan lintas
sectoral yang dilakukan pada tanggal 13 Oktober 2023. Datang tepat waktu
pada semua rapat yang telah diagendakan dalam aksi perubahan SI Anak
Jitu ini menjadi contoh bagi seluruh anggota tim efektif lainnya. Hal ini
memberikan dampak positif dimana agenda yang telah disusun dapat
berjalan sesuai rencana serta meningkatkan koordinasi yang efektif antar
anggota tim.
2. Menerapkan prinsip manajemen dengan menetapkan anggota tim efektif
sesuai dengan kompetensinya masing-masing.
Pembentukan tim efektif dalam inovasi perubahan SI Anak Jitu
mempertimbangkan kompetensi yang dimiliki oleh masing-masing staf. Hal ini
dilakukan agar seluruh anggota tim efektif menempati posisi yang sesuai
dengan keahliannya masing-masing. Contohnya penanggung jawab Instalasi
Gawat Darurat (IGD) dilibatkan kedalam tim efektif Si Anak Jitu karena IGD
merupakan lini pertama penanganan pasien ODGJ gaduh gelisah sehingga
dalam pembuatan SOP akan sesuai dengan prosedur dan realita dilapangan.
SOP Penanganan ODGJ melalui Kerjasama lintas sektoral disahkan pada
tanggal 24 Agustus 2023 dengan nomor 000.8.3.3 /096/ UKUSB-DINKES.
69
Selain itu dengan memilih anggota tim sesuai dengan kompetensinya
menyebabkan tim mampu bekerja dengan optimal sehingga memperlancar
pelaksanaan Inovasi ini mulai dari pembentukan tim efektif hingga pertemuan
lintas sectoral yang dilakukan pada tanggan 13 Oktober 2023. pemilihan
anggota tim efektif ini tertuang dalam SK Kepala UPT Klinik Utama Sungai
Bangkong Nomor 54 Tahun 2023 tentang Pembentukan Tim Efektif Inovasi
Sistem Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu (SI Anak Jitu).
3. Memberikan motivasi dan Pengawasan efektif
Upaya lain yang dilakukan untuk meningkatkan intergritas kinerja adalah
dengan memberikan motivasi dan pengawasan aktif. Motivasi dan
pengawasan aktif tidak hanya dilakukan secara langsung namun juga secara
online melalui Whatssapp (WA). Tugas yang sudah diberikan kepada masing-
masing anggota tim secara berkala dievaluasi. Masing-masing staf
melaporkan progress dan kendala yang dialami dalam menyelesaikan tugas
tersebut seperti pembuatan konsep rancangan pelaksanaan Si Anak Jitu,
Sosialisasi internal, pembuatan SOP, pembuatan draft penganggaran serta
kesiapan untuk melakukan rapat dengan stakeholder internal maupun
eksternal. Pemberian motivasi dan pengawasan aktif terbukti efekti
meningkatkan kinerja pegawai dalam melaksanakan tugasnya sehingga
semua rencana dapat terselesaikan sesuai deadline yang sudah disusun
termasuk dalam penyelesaian Laporan Aksi Perubahan Kinerja Organisasi.
Adapun hasil kerja sesuai rencana jangka pendek yang telah dilakukan tim
adalah sebagai berikut :
NO Kegiatan Tanggal Tanggal
Deadline Terlaksana
1. Pembuatan konsep 25 Agustus 25 Agustus
rancangan pelaksanaan Si 2023 2023
Anak Jitu
2. Sosialisasi dengan 25 Agustus 22 Agustus
Stakeholder internal 2023 2023
3. Sosialiasi dengan 30 Agustus 28 Agustus
Stakeholder eksternal 2023 2023
(Kepala Dinas dan
Sekretarus Dinas Kehatan
70
Provinsi Kalimantan Barat)
4. Pembuatan SOP 31 Agustus 24 Agustus
2023 2023
5. Pembuatan alur pelayanan 5 September 1 September
2023 2023
6. Pembuatan draft 15 September 11 September
penganggaran 2023 2023
7. Pembuatan Benner Si Anak 10 Oktober 10 Oktober
Jitu 2023 2023
7 Rapat dengan stakeholder 13 Oktober 13 Oktober
eksternal dan FGD lintas 2023 2023
sektoral
8 Desiminasi Publikasi melalui 20 Oktober 16 Oktober
media sosial 2023 2023
71
Selain itu Dinas Kesehatan Provinsi akan mengundang perwakilan dari
Rumah Sakit Umum (RSU) dalam pertemuan Tim Pelaksana Kesehatan
Jiwa (TPKJM) tingkat Kota terkait penanganan ODGJ khususnya ODGJ
yang memiliki masalah fisik
3) Puskesmas di wilayah Kota Pontianak akan bekerjasama dalam TPKJM
untuk melakukan penanganan awal, rujukan dan pengobatan lanjutan
terhadap ODGJ
4) Bhayangkara Pembina Kemanan dan Ketertipan Masyarakat
(Bhabinkamtibnas) membantu dalam proses pengamanan dan evakuasi
ODGJ gaduh gelisah di wilayah kerjanya
5) Bintara Pembina Desa (Babinsa) turut membantu dalam proses
pengamanan dan evakuasi ODGJ gaduh gelisah di wilayah kerjanya
6) Tenaga Kerja Sosial Kecamatan membantu penanganan ODGJ
7) Setiap anggota TPKJM akan di buat grup medsos/wa saran dari Koramil
Pontianak Utara
8) Dinkes Prov Kalbar akan memperkuat komitmen RS Umum untuk
menyediakan/tidak menolak layanan khusus ODGJ.
72
yang akan digarap. Rapat selanjutnya dilaksanakan sesuai agenda yang telah
di susun, namun jika ada rapat yang tidak dapat dilakukan karena kesibukan
anggota undangan lainnya maka rapat tersebut akan di reschedule di waktu
yang tepat.
2. Memberikan kesempatan kepada anggota tim untuk memberikan masukan
dan saran yang berkaitan dengan inovasi SI Anak Jitu. Dalam setiap rapat
penulis memberikan kesempatan pada seluruh anggota tim dan sectoral
untuk memberikan masukan terkait inovasi Si Anak Jitu. Usulan dan
masukkan tersebut akan fi feedbach langsung yang syang pastinya
membangun dan menjadikan inovasi Si Anak Jitu menjadi lebih sempurna.
3. Pembuatan Whatsapp group lintas sectoral dilakukan pada tanggal 13
Oktober 2023. Dengan adanya WAG dapat memudahkan semua anggota
lintas sectoral untuk mengetahui adanya laporan ODGJ gaduh gelisah dan
memberikan penanganan secara cepat dan tepat. Dengan adanya WAG
menjadikan koordinasi antar lintas sectoral menjadi lebih mudah.
73
it). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan budaya kerja itu adalah:
1. Meningkatkan kualitas hasil kerja
2. Meningkatkan kualitas pelayanan
3. Menciptakan budaya kualitas
4. Meningkatkan profesionalitas
5. Mengurangi kelemahan birokrasi
74
Kolaborasi yang baik antar lintas sectoral dalam memberikan penanganan
pada ODGJ tidak terlepas dari adanya komitmen serta dukungan yang tinggi
dari seluruh tim lintas sectoral. Hal ini terbukti dengan respon cepat lintas
sectoral dalam menanggapi laporan adanya ODGJ gaduh gelisah. Dinas
sosial, Babinsa, bhabinkamtibnas serta TKSK dengan sigap membantu
evakuasi ODGJ. Puskesmas dengan cepat memberikan penanganan awal
dan UPT Klinik Utama Sungai Bangkong telah menyiapkan untuk penanganan
pasien di IGD.
D. Pengelolaan Tim
Menurut Choliq (2020) tim adalah sekumpulan orang yang memiliki keterampilan
yang saling melengkapi dan memiliki komitmen untuk mencapai suatu tujuan
bersama dengan suatu proses kerja bersama dimana mereka saling bertanggung
jawab satu sama lain. Jika dikaitkan dengan kata efektif, maka tim efektif dapat
diartikan sebagai tim yang berhasil mencapai tujuannya (teams that are able to
achieve their purpose). Dalam sebuah tim efektif, seluruh komponen tim bekerja
dengan sungguh-sungguh sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing
yang ditujukan semata-mata untuk meraih tujuan tim, yang merupakan tujuan
bersama. Rasa memiliki/taking ownership terhadap tujuan tim harus tertanam
pada setiap anggota sehingga lahirlah apa yang disebut sebagai tanggung jawab
dan kerelaan untuk berkorban dalam mencapai tujuan bersama tersebut.
Pentingya keberadaan tim efektif adalah mempercepat tercapainya tujuan,
menambah kreativitas dalam penyelesaian masalah dan meningkatnya kualitas
penyelesaian masalah. Keberhasilan inovasi SI Anak Jitu dalam memberikan
penanganan pada pasien tidak lepas dari peran serta semua lintas sectoral.
Semua orang berperan sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing dan
hal ini tertuang dalam nota kesepatan penanganan ODGJ yang telah ditanda
tangani oleh seluruh lintas sectoral yang terlibat. Dalam pengelolaan tim kerja,
terdapat beberapa upaya yang dilakukan :
1. Pembentukan tim efektif yang tertuang dalam SK Kepala UPT Klinik Utama
Sungai Bangkong Nomor 79 Tahun 2023 tentang Pembentukan Tim Efektif
Inovasi Sistem Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu (SI Anak Jitu)
2. Pembuatan jadwal dan deadline penyelesaian tugas inovasi Si Anak Jitu
3. Menyediakan fasilitas yang dibutuhkan anggota tim agar penyelesaian tugas
75
dapat diselesaikan tepat waktu
4. Melakukan pengawasan efektif baik secara langsung maupun secara online
(WA)
5. Pembentukan WAG lintas sectoral penanganan ODGJ di wilayah kota
Pontianak
6. Meningkatkan komunikasi dan apresiasi pada seluruh anggota lintas sektoral
76
Dinamika perubahan/perkembangan masyarakat sangat tinggi. Lembaga
kursus jika ingin tetap eksis harus mampu bersaing dengan kompetitor lain.
Untuk itu, organisasi dituntut untuk terus melakukan inovasi, peningkatan
mutu dan relevansi program yang dibuatnya sesuai kebutuhan konsumen.
Untuk itu, membangun Jejaring kerja (kemitraan) diperlukan guna merancang
program yang inovatif, meningkatkan mutu layanan dan relevansi program
dengan kebutuhan konsumen. Inovasi Si Anak jitu dibuat dengan melihat
beberapa permasalahan, salah satunya adalah belum terkoordinasinya
penanganan ODGJ antar lintas sektoral yang menyebabkan penanganan
ODGJ menjadi lambat, tidak adanya pemantauan pengobatan pasca
hospitalisasi sehingga menyebabkan tingginya angka kekambuhan pasien
gangguan jiwa. Hal ini lah yang menyebabkan dibentuknya inovasi SI Anak
Jitu. Untuk mensukseskan aksi perubahan tersebut maka dilakukan analisis
terlebih dahulu tentang lintas sektoral mana yang dapat tergabung dalam
inovasi tersebut. Untuk membangun Jejaring Kerja (kemitraan) dapat
dilakukan, jika pihak-pihak yang bermitra memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1. Ada dua pihak atau lebih organisasi/lembaga
2. Memiliki kesamaan visi dalam mencapai tujuan
3. Ada kesepakatan/kesepahaman
4. Saling percaya dan membutuhkan
5. Komitmen bersama untuk mencapai tujuan yang lebih besar
Hasil analisis lain dilakukan dengan mempertimbangkan tugas pokok dan
fungsi instansi lain yang memiliki peranan dalam penanganan ODGJ mulai
dari evakuasi, penanganan awal, hospitalisasi hingga pasca perawatan.
Berdasarkan hasil analisis stakeholder eksternal maka ditentukan stake
holder eksternal meliputi Dinas kesehatan, Dinas Sosial, Puskesmas,
Babinsa, Bhabinkamtibnas serta TKSK.
Jejaring kerja dan kolaborasi yang dibangun dalam aksi perubahan ini adalah
dengan melibatkan pemangku kepentingan baik dari internal maupun pihak
eksternal.
1. Pembangunan jejaring dan kolaborasi dengan stakeholder internal.
77
Langkah awal yang dilakukan untuk membangun jejaring dan kolaborasi
yaitu dengan melakukan sosialisasi awal dengan jajaran manajemen serta
staf terkait yang akan tergabung dalam tim efektif. para jajaran
manajemen dan staf akan mendukung rencana aksi sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi dari masing-masing organisasi. Hal ini dilakukan melalui
rapat tim efektif.
2. Pembangunan jejaring dan kolaborasi dengan stakeholder eksternal,
dalam hal ini adalah Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. Agar
inovasi ini dapat terus berkelanjutan maka diperlukan dukungan kuat dari
Dinas Kesehatan Provinsi. Oleh sebab itu dilakukan pertemuan dan
pemberian dukungan dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Barat yang dilanjutkan dengan rapat internal bersama staf Dinas
Kesehatan yang menaungi masalah kesehatan jiwa Masyarakat.
3. Pemanfaatan media sosial untuk menyampaikan rencana pengembangan
inovasi Si Anak Jitu kepada dinas kesehatan kota, dinas sosial,
puskesmas dan TKSK dengan tujuan untuk memperoleh dukungan dari
instansi tersebut.
4. Melakukan rapat dan sosialiasi dengan pihak lintas sectoral terkait
penanganan ODGJ
78
seperti kepala ruang IGD, Kepala ruang UPIP Pria dan Wanita. Stakeholder internal
tersebut merupakan calon anggota tim efektif Si Anak Jitu. Sosialisasi dilakukan
secara tatap muka dengan materi yang disampaikan menggunakan Powerpoint
(PPT). Hasil dari sosialisasi ini adalah Stakeholder internal dan staf terkait
mendukung aksi perubahan inovasi Si Anak Jitu dan terbentuk tim efektif inovasi Si
Anak Jitu. Dokumentasi pelaksanaan kegiatan tersebut dapat dilihat pada gambar
5.1 dan 5.2 dibawah ini :
Gambar 5.1
Dokumentasi kegiatan Sosialisasi inovasi Si Anak Jitu pada
stakeholder internal
Gambar 5.2
Dokumentasi kegiatan Sosialisasi inovasi Si Anak Jitu pada
79
stakeholder internal
Gambar 5.3
Sosialisasi tentang inovasi Si Anak Jitu pada stakeholder Eksternal
80
3. Pertemuan dan Focus Group Discussion (FGD) lintas sectoral Penanganan
Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).
Pada hari Jumat tanggal 13 Oktober 2023 dilakukan pertemuan dan Focus
Group Discussion (FGD) lintas sectoral di Aula Lantai 3 UPT Klinik Utama Sungai
Bangkong. Adapun lintas sectoral yang mengikuti kegiatan tersebut adalah Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, Dinas Kesehatan Kota Pontianak, Dinas
Sosial Pontianak, Babinsa dan babinkamtibnas serta TKSK. Hasil pertemuan
berupa penandatanganan nota kesepakatan semua lintas sectoral terkait dalam
melakukan penanganan ODGJ sesuai dengan tupoksi masing masing.
Dokumentasi kegiatan tersebut dapat dilihat pada gambar 5.4 dan 5.5 dibawah
ini:
Gambar 5.4
Dokumentasi Kegiatan Pertemuan dan Focus Group Discussion (FGD) lintas
sectoral Penanganan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).
81
Gambar 5.5
Penandatanganan Nota Kesepakatan Penanganan
Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).
82
4. Publikasi Inovasi Si Anak Jitu melalui media sosial
Pada hari Senin Tanggal 16 Oktober 2023 dilakukan lounching inovasi Si
Anak Jitu melalui Instagram, Facebook dan web. Dokumentasi bukti publikasi
inovasi SI Anak Jitu melalui media sosial dapat dilihat pada gambar 5.6
dibawah ini :
Gambar 5.6
Publikasi Inovasi Si Anak Jitu melalui media sosial
83
BAB VI
BAB VI
DESKRIPSI HASIL KEPEMIMPINAN
BAB VI
DESKRIPSI HASIL KEPEMIMPINAN
84
jangka pendek diuraikan sebagaimana tabel berikut ini:
Tabel 6.1.
Capaian Tahapan Jangka Pendek dalam Implementasi Aksi Perubahan
No Kegiatan Waktu Output Realisasi Eviden
6. Pembuatan Benner Inovasi Minggi ke 7 Adanya desain Hari Senin 4 Benner kegiatan
85
No Kegiatan Waktu Output Realisasi Eviden
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat tujuh kegiatan yang terlaksana
pada tahap jangka pendek, yaitu :
1. Melakukan sosialisasi rancangan inovasi Si Anak Jitu kepada Stakeholder
internal sekaligus pembentukan Tim Efektif Si Anak Jitu.
Kegiatan Sosialisasi inovasi Si Anak Jitu pada stakeholder internal dilaksanakan
pada hari Selasa tanggal 22 Agustus 2023 pukul 09.00 WIB bertempat di Aula
lantai 3 UPT Klinik Utama Sungai Bangkong. Stakeholder tersebut meliputi
Jajaran manajemen Klinik Utama Sungai Bangkong yang terdiri dari kepala sub
bagian tata usaha, kepala seksi pelayanan serta kepala seksi penunjang serta
para staf terkait seperti kepala ruang IGD, Kepala ruang UPIP Pria dan Wanita.
Pertemuan tersebut juga membahas tentang pembentukan Tim efektif Inovasi Si
Anak jitu. Berdasarkan hasil pertemuan tersebut ditetapkan Tim Efektif Inovasi Si
Anak Jitu yang ditetapkan pada tanggal 22 Agustus 2022 Nomor 54 Tahun 2023.
Dokumentasi kegiatan sosialisasi rancangan inovasi pada stakeholder internal
dapat dilihat pada gambar 6.1 dan Lampiran SK dapat dilihat pada lampiran 6.1
dibawah ini :
86
Gambar 6.1
Dokumentasi kegiatan Sosialisasi inovasi Si Anak Jitu pada
Stakeholder Internal
87
Lampiran 6.1
SK Tim Efektif Inovasi Si Anak Jitu
88
89
90
2. Melaporkan dan melakukan sosialisasi kepada Kepala Dinas Kesehatan provinsi
Kalimantan Barat terkait Rancangan Aksi Perubahan yaitu Si Anak Jitu “Sistem
Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu. Kegiatan tersebut dilakaksanakan pada
Hari Senin Tanggal 28 Agustus 2023 pukul 13.00 Wib bertempat di Ruang
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. Pertemuan tersebut
dilakukan dalam rangka mensosialisasikan aksi perubahan Si Anak Jitu kepada
Kepala Dinas Kesehatan dan Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Barat. dokumentasi kegiatan sosialisasi pada stakeholder eksternal dapat dilihat
pada gambar 6.2 dibawah ini :
Gambar 6.2
Sosialisasi tentang inovasi Si Anak Jitu pada stakeholder Eksternal
91
3. Pembuatan SOP penanganan ODGJ melalui lintas sektoral
Pembuatan SOP penanganan ODGJ dirancang oleh tim efektif yang diketuai
oleh kepala ruang IGD. SOP penanganan ODGJ melalui lintas sectoral selesai
dibuat dan di sahkan pada tanggal 24 Agustus 2023 dengan nomor 000.8.3.3
/096/ UKUSB-DINKES. Berikuk lampiran SOP penanganan ODGJ melalui
kerjasama lintas sektoral (lampiran 6.2) :
Lampiran 6.2
SOP Penanganan ODGJ Melalui Lintas Sektoral
92
93
94
4. Pembuatan Alur pelayanan Penanganan ODGJ melalui Kerjasama lintas
sectoral. Pembuatan alur pelayanan Penanganan ODGJ melalui Kerjasama
lintas sectoral dibuat untuk memperjelas bagaimana proses dan alur
penanganan ODGJ yang melibatkan berbagai lintas sectoral terkait. Adapun
alur pelayanan tersebut dapat dilihat pada bagan 6.1 dibawah ini :
Bagan 6.1
Alur pelayanan Penanganan ODGJ melalui Kerjasama lintas sectoral
95
5. Rapat lanjutan dengan tim efektif tentang pembagian tugas dan tanggung
jawab dalam rancangan sosialisasi dan FGD dengan stakeholder eksternal.
Rapat lanjutan dilakukan pada tanggal 6 dan 11 September 2023 di Aula
lantai 3 UPT Klinik Utama Sungai Bangkong. Rapat dihadiri oleh tim efektif Si
Anak Jitu, bagian renja, penunjang dan Tata Usaha. Dokumentasi kegiatan
rapat lanjutan tersebut dapat dilihat pada gambar 6.3 dibawah ini :
Gambar 6.3
Rapat lanjutan dengan tim efektif tentang pembagian tugas dan tanggung
jawab dalam rancangan sosialisasi dan FGD dengan stakeholder eksternal
96
6. Pembuatan Benner inovasi Si Anak jitu
Desain benner dibuat tanggal 1-3 September 2023. Benner di cetak pada
tanggal 4 September 2023. Adapun benner inovasi Si Anak Jitu dapat dilihat
pada lampiran 6.3 dibawah ini :
Lampiran 6.3
Benner inovasi Si Anak jitu
97
7. Melakukan Rapat Bersama stakeholder eksternal dan melaksanakan FGD
Penanganan ODGJ Lintas sectoral.
Rapat dan FGD Bersama lintas sectoral dilaksanakan pada tanggal 13
Oktober 2023 di UPT Klinik Utama Sungai Bangkong. Rapat tersebut dihadari
oleh Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, Dinas Kesehatan Kota,
Dinas Sosial Kota, Puskesmas, Babinsa, Bhabinkamtibnas dan TKSK. Dalam
kegiatan tersebut maka disepakati komitmen Bersama dalam penanganan
ODGJ di wilayah kota Pontianak. Bukti pelaksanaan kegiatan rapat dan FGD
lintas sectoral serta penandatanganan komitmen penanganan ODGJ dapat
dilihat pada gambar 6.4 dan dibawah ini :
Gambar 6.4
Dokumentasi pelaksanaan Rapat dan FGD lintas sectoral penanganan ODGJ
98
Gambar 6.5
Dokumentasi penandatanganan komitmen penanganan ODGJ
99
Gambar 6.6
Dokumantasi pembentukan grup lintas sectoral penanganan ODGJ
10
9. Melakukan publikasi Inovasi Si Anak Jitu melalui media social
Lounching inovasi dan publikasi Si Anak jitu dilakukan diberbagai media
social yang dimiliki oleh UPT Klinik Utama Sungai Bangkong. Publikasi
tersebut dapat lihat pada gambar 6.7 dibawah ini :
Gambar 6.6
Publikasi Inovasi Si Anak Jitu
10
B. Manfaata Bagi Perubahan
Inovasi ini memberikan manfaat kepada satuan kerja, lintas sectoral, serta
bagi pemerintah. Adapun manfaat dari inovasi Si Anak Jitu ini adalah
sebagai berikut :
10
d. Penanganan ODGJ dilakukan secara terpadu oleh pihak-pihak
terkait.
10
BAB VII
KEBERLANJUTAN AKSI PERUBAHAN
Agar inovasi Si Anak Jitu ini terlus berkelanjutan, maka diperlukan perlu
dilakukan rencana lanjutan baik berupa rencana jangkan menengah maupun
rencana jangka Panjang. Adapun rencana tindak lanjut kegiatan jangka
menengah dan jangka Panjang tersebut dapat dilihat pada table 7.1 dibawah ini :
Tabel 7.1
Rencana Kegiatan Jangka Menengah
No Tindak Lanjut Jangka Menengah Waktu
1 2 3
1. Sosialisasi kegiatan Si Anak Jitu ke berbagai fasilitas Telah terlaskana
pada kegiatan
pelayanan kesehatan
rapat dan FGD
lintas sectoral
tanggal 13
Oktober 2023
3. Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan kegiatan Si Anak Jitu. (23 – 29 Feb 2024
10
s/d 30 Jan
2025
BAB VIII
PENUTUP
B. Saran
1. Agar inovasi ini dapat terus berlanjut maka diperlukan sosialisasi
inovasi Si Anak Jitu melalui berbagai media social yang lebih luas
10
2. Diperlukan monitoring dan evaluasi secara berkala guna mengevaluasi
masalah dan hambatan yang dihadapi TIM saat melaksanakan inovasi
Si Anak Jitu
3. Diperlukan dukungan kuat dari jajaran manajemen tertinggi masing-
masing lintas sectoral sehingga dibuat sebuah kebijakan yang
memberikan dampak positif bagi keberlanjutan inovasi SI Anak Jitu
4. Diperlukan pengembangan Kerjasama lintas sectoral ke beberapa
kabupaten kota sehingga seluruh masyarakat baik yang berada di luar
kota Pontianak dapat merasakan manfaat dari inovasi Si Anak Jitu
.
10
DAFTAR PUSTAKA
Bian, Y., Lin, C., Yang, F., Han, X., Zhang, J., Ma, B., Zhu, Y., & Wang, Z. (2019). The Optimal
Length of Hospitalization for Functional Recovery of Schizophrenia Patients, a Real-World
Study in Chinese People. Psychiatric Quarterly, 90(3), 661–670.
https://doi.org/10.1007/s11126-019-09658-9
Buchanan, A., Sint, K., Swanson, J., & Rosenheck, R. (2019). Correlates of future violence in
people being treated for schizophrenia. American Journal of Psychiatry, 176(9), 694–701.
https://doi.org/10.1176/appi.ajp.2019.18080909
Camus, D., Dan Glauser, E. S., Gholamrezaee, M., Gasser, J., & Moulin, V. (2021). Factors
associated with repetitive violent behavior of psychiatric inpatients. Psychiatry Research,
296, 113643. https://doi.org/10.1016/J.PSYCHRES.2020.113643
Caqueo-Urízar, A., Fond, G., Urzúa, A., Boyer, L., & Williams, D. R. (2016). Violent behavior and
aggression in schizophrenia: Prevalence and risk factors. A multicentric study from three
Latin-America countries. Schizophrenia Research, 178(1–3), 23–28.
https://doi.org/10.1016/j.schres.2016.09.005
Cho, W. K., Shin, W. S., An, I., Bang, M., Cho, D. Y., & Lee, S. H. (2019). Biological aspects of
aggression and violence in Schizophrenia. Clinical Psychopharmacology and
Neuroscience, 17(4), 475–486. https://doi.org/10.9758/cpn.2019.17.4.475
Dwi Hartanti, M., Saleh, I., & Theodorus, T. (2022). Aspek Farmakogenomik Pada Polimorfisme
Gen C957T Pasien Skizofrenia Dengan Terapi Aripiprazole. Jurnal Kedokteran Dan
Kesehatan, 18(1), 94–103. https://doi.org/10.24853/JKK.18.1.94-103
Golenkov, A., Large, M., Nielssen, O., & Tsymbalova, A. (2022). Forty-year study of rates of
homicide by people with schizophrenia and other homicides in the Chuvash Republic of the
Russian Federation. BJPsych Open, 8(1), 1–6. https://doi.org/10.1192/bjo.2021.1048
LAN, 2014. Bahan Ajar Jejaring Kerja. Jakarta: Modul Diklat LAN.
Liliana, L. (2016). A new model of Ishikawa diagram for quality assessment. IOP
Conference Series: Materials Science and Engineering, 161(1).
https://doi.org/10.1088/1757- 899X/161/1/012099
Choliq. (2020). Membangun Tim Kerja Efektif Dalam Aksi Peningkatan Pelayanan Publik.
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13399/Membangun-Tim-Kerja-Efektif-Dalam-Aksi-
Peningkatan-Pelayanan-Publik.html#:~:text=Tim efektif sangat diperlukan karena,menjalankan
tugas dan mencapai tujuannya.
Mubin, N. (2018). Integritas dan Akuntabilitas dalam Pengelolaan Keuangan Sekolah atau Madrasah.
Attaqwa: Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, 14(2 SE-Articles), 80–92.
10
https://doi.org/10.5281/zenodo.3366740
Suhascaryo, E. (2019). Lima Hal Penting Bagi Pemimpin untuk Membangun Integritas di Tempat
Kerja. https://www.ekosuhas.com/membangun-integritas-tempat-kerja/
Pompili, M., Amador, X. F., Girardi, P., Harkavy-Friedman, J., Harrow, M., Kaplan, K.,
Krausz, M., Lester, D., Meltzer, H. Y., Modestin, J., Montross, L. P., Bo Mortensen,
P., Munk-Jørgensen, P., Nielsen, J., Nordentoft, M., Saarinen, P. I., Zisook, S.,
Wilson, S. T., & Tatarelli, R. (2017). Suicide risk in schizophrenia: Learning from the
past to change the future. Annals of General Psychiatry, 6, 1–22.
https://doi.org/10.1186/1744-859X-6-1
Riskesdas. (2019). Laporan Riskesdas 2018 (Kalbar). In Jakarta. Lembaga Penerbit Badan
Litbang Kesehatan.
https://drive.google.com/drive/folders/1XYHFQuKucZIwmCADX5ff1aDhfJgqzI-l
Subriadi, A. P., Najwa N. F., Cahyabuana B. D., and Lukitosari, V. (2018). The consistency of using
failure mode effect analysis (FMEA) on risk assessment of information technology. 2018 Int.
Semin. Res. Inf. Technol. Intell. Syst. ISRITI 2018, pp. 61–66 doi:
10.1109/ISRITI.2018.8864467
10