Anda di halaman 1dari 119

RANCANGAN AKSI PERUBAHAN

SISTEM PELAYANAN KESEHATAN JIWA TERPADU


“SI ANAK JITU”

OPTIMALISASI SISTEM PELAYANAN KESEHATAN JIWA TERPADU


DI UPT KLINIK UTAMA SUNGAI BANGKONG DINAS KESEHATAN
PROVINSI KALIMANTAN BARAT

DI SUSUN OLEH :

dr. ANTONIUS DECKY


PEMBINA TK.I / IV.b
NIP. 197805252006041017
NOMOR ABSEN : 17

PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN VI


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
TAHUN 2023

i
LEMBAR PERSETUJUAN
RANCANGAN AKSI PERUBAHAN

JUDUL : SISTEM PELAYANAN


KESEHATAN JIWA TERPADU
“SI ANAK JITU”
NAMA : dr. ANTONIUS DECKY
PANGKAT / GOL.RUANG : PEMBINA TK.I /IV.B
NIP : 19780525 200604 1 017
NOMOR DAFTAR HADIR : 17
JABATAN : KEPALA UPT KLINIK UTAMA
SUNGAI BANGKONG
UNIT KERJA : UPT KLINIK UTAMA SUNGAI
BANGKONG DINAS
KESEHATAN PROVINSI
KALIMANTAN BARAT

Telah disetujui untuk diseminarkan pada hari Senin, 21 Agustus 2023


di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Provinsi Kalimantan Barat

Pontianak, Agustus 2023


Telah diperiksa/disetujui
COACH, MENTOR,

DR. Hj. Sofiati, M.Pd dr. Erna Yulianti


19700723 199201 2 001 19740528 200212 2 002

i
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT BADAN
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
Jl. Gusti Johan Idrus Nomor 12 Telp. (0561) 732078 Fax. (0561) 736190
Website : http://www.bpsdm.kalbarprov.go.id
PONTIANAK

Kode Pos 78121

BERITA ACARA
SEMINAR RANCANGAN AKSI PERUBAHAN
PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN VI
TAHUN 2023 PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Pada hari ini, Senin tanggal Dua Puluh Satu bulan Agustus tahun
Dua Ribu Dua Puluh Tiga, bertempat di Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Provinsi Kalimantan Barat Jalan Gusti Johan Idrus Nomor
12 Pontianak, telah dilaksanakan Seminar Rancangan Aksi Perubahan
bagi Peserta Pelatihan Kepemimpinan Administrastor Angkatan VI Tahun
2023 Provinsi Kalimantan Barat, sebagai berikut :

Nama : dr. Antonius Decky


Pangkat / Gol.Ruang : Pembina TK.I / IV.b
NIP : 197805252006041017
Jabatan : Kepala UPT Klinik Utama Sungai
Bangkong
Mentor : dr. Erna Yulianti
Coach : Dr. Hj. Sofiati, M.Pd
Penguji : Drs. Ignasius IK, SH., M.Si
Judul : Sistem Pelayanan Kesehatan Jiwa
Terpadu “Si Anak Jitu” di UPT Klinik Utama
Sungai Bangkong
Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sebenarnya dan ditanda
tangani oleh :

Mentor Penyaji

dr. Erna Yulianti dr. Antonius Decky


NIP. 19740528 200212 2 002 NIP. 197805252006041017
Coach, Penguji,

DR. Hj. Sofiati, M.Pd Drs. Ignasius IK, SH., M.Si


NIP. 19700723 199201 2 001 NIP. 19660730 198603 1 005

Mengetahui
KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Marjani, SE.,M.Si
Pembina Utama Muda (IV/c)
NIP. 19660302 198703 1 012

ii
LEMBAR PENGESAHAN
RANCANGAN AKSI PERUBAHAN KINERJA ORGANISASI

JUDUL : SISTEM PELAYANAN


KESEHATAN JIWA TERPADU
“SI ANAK JITU”
NAMA : dr. ANTONIUS DECKY
PANGKAT / GOL.RUANG : PEMBINA Tk.I /IV.b
NIP : 19780525 200604 1 017
NOMOR DAFTAR HADIR : 17
JABATAN : KEPALA UPT KLINIK UTAMA
SUNGAI BANGKONG
UNIT KERJA : UPT KLINIK UTAMA SUNGAI
BANGKONG DINAS
KESEHATAN PROVINSI
KALIMANTAN BARAT

Telah diperbaiki berdasarkan koreksi dan/atau saran Penguji pada Seminar


Rancangan Aksi Perubahan Kinerja Organisasi / Pelatihan Kepemimpinan
Administrastor Angkatan VI Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2023 pada
hari Senin, 21 Agustus 2023 di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Provinsi Kalimantan Barat

Pontianak, Agustus 2023


Telah diperiksa/disetujui
COACH, MENTOR,

DR. Hj. Sofiati, M.Pd dr. Erna Yulianti


NIP. 19700723 199201 2 001 NIP. 19740528 200212 2 002

Disetujui :
PENGUJI,

Drs. Ignasius IK, SH.,M.Si


NIP. 19660730 198603 1 005

iii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur ke hadirat Tuhan berkat kasih dan penyertaan-Nya penulis


dapat menyelesaikan rencana aksi perubahan ini untuk memenuhi salah satu tugas
dalam agenda Pelatihan Kepemimpinan Administrator VI tahun 2023 di Kota
Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat. Dalam proses penyusunan rencana aksi ini,
penulis mendapatkan banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak H. Sutarmidji, SH, M.Hum selaku Gubernur Kalimantan Barat yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk megikuti kegiatan
pelatihan ini;
2. Ibu dr. Erna Yulianti selaku Mentor sekaligus Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Barat yang telah memberikan arahan dan dukungan dalam penyusunan
dan penulisan laporan ini;
3. Ibu Dr. Sofiati, M.Pd. selaku Coach, selama proses penyusunan dan penulisan
laporan telah memberikan bantuan, bimbingan, didikan, serta kritik yang
membangun;
4. Bapak Drs. Ignasius IK, SH., M.Si selaku Penguji yang telah memberikan
saran, kritik, dan masukan untuk menyempurnakan hasil dari laporan ini;
5. Seluruh Widyaiswara Pelatihan atas ilmu beserta pengalaman yang dapat
menambah wawasan dan pengayaan materi peserta;
6. Istri tercinta dan keluarga yang dengan penuh kasih mendukung
dan memberikan motivasi dan semangat;
7. Seluruh peserta Pelatihan Kepemimpinan Administrator Angkatan VI atas
dukungan dan diskusinya.

Penulis menyadari bahwa penyusunan rencana aksi perubahan ini masih


jauh dari sempurna, namun semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan untuk para pembaca.

Pontianak, Agustus 20223


Penulis,

dr. Antonius Decky

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................i
BERITA ACARA......................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................iii
KATA PENGANTAR...............................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................ v
DAFTAR TABEL....................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................viii
DAFTAR DIAGRAM...............................................................................ix
DAFTAR BAGAN....................................................................................x
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................1
1.2 Tujuan....................................................................................4
1.2.1 Tujuan jangka pendek..................................................
1.2.2 Tujuan jangka Menengah.............................................
1.2.3 Tujuan jangka panjang.................................................
1.3 Manfaat..................................................................................5
1.3.1 Manfaat Bagi Satuan Kerja...........................................
1.3.2 Manfaat bagi intansi lintas sektoral...............................
1.3.3 Manfaat bagi peserta....................................................
1.3.4 Manfaat bagi pemerintah..............................................
1.4 Ruang Lingkup.......................................................................6

BAB 2 PROFIL KINERJA PELAYANAN...............................................8


2.1 Gambaran Umum Organisasi................................................8
2.2 Susunan Organisasi serta Tugas Pokok dan Fungsi.............9
2.2.1 Kepala UPT................................................................
2.2.2 Sub Bagian Tata Usaha..............................................
2.2.3 Seksi Pelayanan.........................................................
2.2.4 Seksi Penunjang.........................................................
2.2.5 Kelompok Jabatan Fungsional....................................
2.2.6 Instalasi.......................................................................
2.3 Pelayanan UPT Klinik Utama Sungai Bangkong.................12
2.4 Sumber Daya Organisasi.....................................................13

BAB 3 ANALISIS MASALAH...............................................................20


3.1 Area Permasalahan.......................................................20
3.2 Identifikasi Penyebab Masalah/Diagram Fishbone..........27
3.3 Matrik Penyelesaian Masalah dengan Metode USG.......29

v
3.4 ANALISIS SWOT.............................................................30
3.5 Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal............................34
3.6 Faktor Kunci keberhasilan dan Peta Posisi Kekuatan.....37
3.7 Strategi............................................................................39

BAB 4 STRATEGI PENYELESAIAN MASALAH................................43


4.1 Terobosan / Inovasi.........................................................43
4.2 Tahap Kegiatan...............................................................45
4.3 Sumber Daya (Peta dan Pemanfaatan)...........................53
4.3.1 Tim Kerja Efektif.....................................................
4.3.2 Identifikasi Stakeholder..........................................
4.3.3 Strategi Komunikasi................................................
4.4 Faktor Pendukung keberhasilan Pelaksanaan................60
4.5 Konversi Rupiah Dari Rancangan Aksi Perubahan.........60
4.6 Manajemen Risisko..........................................................62

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................66

vi
DAFTAR TABEL

Tebel 2.1 Data PNS...........................................................................................


Table 2.2 Data Dokter Konsulen........................................................................
Table 2.3 Data Kontrak......................................................................................
Tabel 2.4 Realisasi Penerimaan Pendapatan....................................................
Tabel 2.5 Tabel Realisasi Belanja Tahun 2021 s/d 2022....................................
Tabel 2.6 Sarana dan Prasarana.......................................................................
Tabel 3.1 Penetapan Isu Prioritas dengan Metode APKL..................................
Tabel 3.2 Prioritas penyebab Masalah dengan Metode USG............................
Tabel 3.3 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal...........................................
Tabel 3.4 Evaluasi Urgensi Faktor Internal dan Eksternal.................................
Tabel 3.5 Faktor Kunci Keberhasilan.................................................................
Tabel 3.6 Strategi Utama Kuadran SWOT.........................................................
Tabel 3.7 Formulasi Strategi SWOT..................................................................
Tabel 4.1 Tahap Kegiatan Pelaksana Inovasi....................................................
Tabel 4.2 Tahapan atau Jadwal Pelaksaan Kegiatan........................................
Tabel 4.3 Struktur Tim Kerja Efektif Aksi Perubahan.........................................
Tabel 4.4 Daftar Stakeholder.............................................................................
Tabel 4.5 Estimasi Pendapatan Melalui Inovasi SI Anak Jitu............................
Tabel 4.6 Identifikasi Risiko...............................................................................
Tabel 4.7 Strategi Manajemen Risiko................................................................

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Analisis Fishbone...........................................................................


Gambar 4.1 Influence Impact Matrix..................................................................
Gambar 4.2 Analisis Dan Pengembangan Stakeholders...................................
Gambar 4.3 Net Map.........................................................................................

viii
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 3.1 Jumlah Kunjungan Pasien di Poli Rawat Jalan.............................


Diagram 3.2 Jumlah Kunjungan Pasien di IGD.................................................
Diagram 3.3 Jumlah Kunjungan Pasien Baru di IGD.........................................
Gambar 3.4 Diagram Peta Kekuatan Organisasi..............................................

ix
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Struktur Organisasi..........................................................................

x
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


World Health Organization (WHO) menyebutkan 1 dari 8 orang di
dunia hidup dengan gangguan mental. Berdasarkan data dari WHO pada
tahun 2019 diketahui sekitar 24 juta orang atau 0,32% populasi dunia
terkena skizofrenia. Prevalensi kejadian skizofrenia di Indonesia mencapai
1,7 kejadian per 1000 penduduk atau setara dengan 6,7% kejadian.
Khususnya di Provinsi Kalimantan Barat prevalensi penderita skizofrenia
mencapai 7,9% dimana angka ini melebihi angka rata-rata penderita
skizofrenia di Indonesia. Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa
serius yang mempengaruhi pola pikir, emosi, dan perilaku seseorang.
Skizofrenia menjadi gangguan jiwa paling dominan dibanding
gangguan jiwa lainnya. Gejala skizofrenia muncul pada usia 15-25 tahun
lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan pada perempuan.
Sepertiga penderita Skizofrenia diperkirakan tinggal di negara
berkembang. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat 8 dari 10 orang
penderita skizofrenia tidak mendapatkan penanganan medis yang tepat.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Daerah (Riskesdas) tahun 2018
diketahui bahwa sebanyak 10,47 % penderita skizofrenia tidak pernah
konsul ke pelayanan kesehatan sehingga tidak mendapatkan penanganan
medis yang tepat dan 59,39 % tidak teratur mengkonsumsi obat.
Keterlambatan dalam mendapatkan penanganan medis dapat
menyebabkan penderita skizofrenia mengalami disosiasi atau kehilangan
kontak dengan realitas. Hal ini berpengaruh pada perubahan suasana hati
dan perasaan mereka. Perubahan-perubahan tersebut sering kali
menyebabkan timbulnya perilaku agresif dan kecenderungan untuk
menyakiti diri sendiri. Penderita skizofrenia berpotensi 4 hingga 7 kali lebih
besar untuk melakukan perilaku agresif seperti penyerangan,

1
pembunuhan serta tindakan kekerasan lainnya baik berupa kekerasan
fisik maupun verbal. Hasil penelitian menemukan bahwa 414 pasien
skizofrenia melakukan tindakan kekerasan dan 43% dari total kejadian
tersebut merupakan perilaku kekerasan berulang. Perilaku kekerasan
tersebut terjadi akibat tidak teraturnya pasien dalam mengkonsumsi obat-
obat antipsikotik yang diberikan oleh dokter. Hasil riset menemukan
bahwa ketidakpatuhan pasien dalam pengobatan menjadi salah satu
faktor terbesar dalam kekambuhan pasien. Ketidakpatuhan dalam
pengobatan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya 1)
pasien merasa sudah sehat, 2) tidak tahan efek samping, 3) obat tidak
tersedia di fasilitas pelayanan Kesehatan pertama, 4) tidak mampu
membeli obat.
Sejalan dengan riset tersebut hasil wawancara yang dilakukan oleh
UPT Klinik Utama Sungai Bangkong menemukan bahwa penyebab
terbesar kekambuhan pasien skizofrenia adalah mereka merasa sudah
pulih dan tidak lagi membutuhkan pengobatan. Selain itu faktor ekonomi
menjadi faktor kedua terbesar yang menyebabkan terputusnya
pengobatan. Hampir rata-rata penderita skizofrenia yang berobat di UPT
Klinik Utama Sungai Bangkong adalah masyarakat menengah kebawah
yang tidak memiliki biaya untuk pengobatan. Banyak penderita skizofrenia
yang belum memiliki jaminan Kesehatan PBI (Penerima Bantuan Iuran).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik diketahui
bahwa baru 31,23% masyarakat yang memperoleh jaminan kesehatan
PBI. Masih banyak warga tidak mampu khususnya pasien ODGJ yang
belum memperoleh jaminan kesehatan tersebut. Sulitnya mendapatkan
jaminan kesehatan PBI menjadi salah satu faktor penyebab tingginya
angka relaps ODGJ di Provinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan hasil
rekam medis di UPT Klinik Utama Sungai Bangkong diketahui bahwa 502
pasien relaps pada tahun 2022 dan harus mendapatkan perawatan.
Beberapa ODGJ yang putus obat akhirnya terlantar dan meresahkan
masyarakat bahkan menyebabkan beberapa korban jiwa.

2
Masyarakat mengalami kesulitan untuk meminta bantuan dalam proses
evakuasi ODGJ gaduh gelisah tersebut. Hal ini terjadi karena belum ada
sistem koordinasi yang jelas antara lintas sektoral sehingga mempersulit
penanganan ODGJ khususnya dalam hal evakuasi. Kurangnya kordinasi
antar lintas sektoral juga menyebabkan UPT Klinik Utama Sungai
Bangkong kesulitan dalam memulangkan ODGJ terlantar sehingga
menyebabkan hari perawatan pasien memanjang. Kesulitan lain yang
dialami dalam menangani pasien skizofrenia adalah tidak adanya
monitoring keberlanjutan pengobatan paca rawat inap.
Tidak ada monitoring keberlanjutan pengobatan pasien pasca rawat
inap yang dilakukan secara terintegrasi menyebabkan angka kekambuhan
menjadi cukup tinggi. Permasalahan-permasalahan ini muncul karena
belum terkoordinasinya pelayanan kesehatan jiwa antar lintas sektoral.
Hal ini menyebabkan ODGJ kesulitan dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan jiwa. Proses penanganan ODG menjadi lambat dan
membutuhkan proses yang lama. Menidaklanjuti permasalahan tersebut
maka diperlukan suatu inovasi perubahan. Salah satunya dengan
membentuk suatu sistem pelayanan kesehatan jiwa terpadu (Si Anak Jitu)
yang merupakan sistem koordinatif lintas sektor dengan melibatkan peran
serta masyarakat, kemitraan swasta, LSM, kelompok profesi dan
organisasi masyarakat.dalam pencegahan dan penanggulangan masalah
kesehatan jiwa.
Permbentukan Sistem pelayanan kesehatan jiwa terpadu merupakan
pemecahan masalah yang menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Adapun lintas sektoral yang tergabung dalam sistem pelayanan kesehatan
jiwa terpadu tersebut meliputi: Dinas Kesehatan Proovinsi, Dinas
Kesehatan Kota Pontianak, Dinas Sosial Kota Pontianak, Puskesmas,
Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS), Satpol PP, Babinsa,
Babinkamtibnas, kader kesehatan jiwa, Tenaga kesejahteraan sosial
kecamatan (TKSK) dan tokoh masyarakat. Inovasi ini dapat meningkatkan

3
kualitas pelayanan kesehatan jiwa dimana penanganan ODGJ menjadi
lebih cepat, mudah dan terpadu. Inovasi ini juga turut membantu dalam
merealisasikan visi dan misi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat.
Dengan adanya inovasi ini diharapkan ODGJ dapat pulih, mandiri dan
kembali produktif. Tujuan inovasi ini sesuai dengan Misi pemerintah
provinsi Kalimantan Barat point ke 3 yaitu mewujudkan masyarakat yang
sehat, cerdas, produktif dan inovatif. Melalui kerjasama lintas sektoral
maka pelaksanaan deteksi dini terkait masalah kesehatan jiwa dapat
dilakukan sedini mungkin dengan melibatkan berbagai perangkat dan
lintas sektoral yang berada di wilayah masing-masing. Inovasi ini juga
mampu memperdayakan dan melibatkan fungsi keluarga, kader,
masyarakat sekitar dalam upaya pencegahan dan penanganan masalah
kesehatan jiwa. Keberlanjutan pengebotan yang teratur dapat
menstabilkan kondisi klien sehingga klien dapat terus produktif.

1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari rencana aksi perubahan “Sistem
Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu” ini adalah untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan jiwa yang cepat, mudah dan terpadu. Tujuan dari
rencana aksi perubahan ini dibagi dalam tiga tahapan, yaitu tujuan
jangka pendek, tujuan jangka menengah, dan tujuan jangka panjang
dengan rincian sebagai berikut:

1.2.1 Tujuan jangka pendek


Tujuan Jangka pendek adalah tujuan yang akan dicapai dalam 2
(dua) bulan yaitu :
a. Terbentuknnya tim Pelayanan Kesehatan Terpadu di Wilayah
Kota Pontianak
b. Tersusunnya Tupoksi dari masing-masing lintas sektoral
c. Tersusunnya SOP alur penanganan ODGJ melalui Sistem
Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu

4
d. Tersedianya anggaran kegiatan pelaksanaan Sistem Pelayanan
Kesehatan Jiwa Terpadu
e. Meningkatnya waktu tanggap daruratan evakuasi pasien

1.2.2 Tujuan jangka Menengah


Tujuan jangka menengah adalah tujuan yang akan dicapai dalam
waktu 6 (enam) bulan yaitu :
a. Meningkatnya optimaliasi pendataan ODGJ di seluruh wilayah
Puskesmas kota Pontianak
b. Terlaksananya kegiatan sosialisasi inovasi Si Anak Jitu
diseluruh wilayah kota Pontianak
c. Meningkatnya pelayanan ODGJ melalui inovasi Si Anak Jitu
d. Meningkatnya penerimaan jaminan kesehatan PBI bagi ODGJ
e. Meningkatnya pemantauan keberlanjutan pengobatan ODGJ
pasca rawat inap
f. Penaganan ODGJ menjadi cepat, mudah dan terpadu.

1.2.3 Tujuan jangka panjang


Tujuan jangka Panjang adalah tujuan yang akan dicapai dalam 2
(dua) tahun yaitu :
a. Tersedianya layanan deteksi dini bagi masyarakat Kalimantan
Barat
b. Tersedianya layanan konseling terhadap masalah psikososial
c. Terciptanya system pelayanan kesehatan jiwa terpadu di
wilayah kabupaten Pontianak
d. Menurunnya angka kekambuhan ODGJ secara signifikan
e. Meningkatkan kemandirian dan produktifitas pasien ODGJ

1.3 Manfaat
Adapun Manfaat dari Aksi Perubahan Optimalisasi Sistem Pelayanan
Kesehatan Jiwa Terpadu ini adalah sebagai berikut :

5
1.3.1 Manfaat Bagi Satuan Kerja
a. Tersedianya data atau informasi ODGJ khususnya ODGJ
terlantar
b. Penanganan ODGJ menjadi cepat, mudah dan terpadu
c. Waktu emergency respone time menjadi lebih cepat
d. Meningkatnya angka kunjungan rawat jalan
e. Tercapainya kendali mutu dan kendali biaya

1.3.2 Manfaat bagi intansi lintas sektoral lainnya


a. Tersedianya data pasien ODGJ di wilayahnya masing-masing
b. Memudahkan koordinasi dalam penanganan ODGJ
c. Meningkatkan keterlibatan semua lintas sektoral dalam
penanganan ODGJ
d. Penanganan ODGJ dilakukan secara terpadu oleh pihak-pihak
terkait.

1.3.3 Manfaat bagi peserta


a. Meningkatkan kemampuan manajerial kepemimpinan
b. Meningkatkan kemampuan mengidentifikasi permasalahan,
mencari solusi, serta mengembangkan kreativitas dan inovasi
dalam pelaksanaan tugas dan fungsi

1.3.4 Manfaat bagi pemerintah


a. Mewujudkan kesehatan jiwa masyarakat Provinsi Kalimantan
Barat
b. Mewujudkan masyarakat Kalimantan Barat yang sehat, mandiri
dan produktif

1.4 Ruang Lingkup


Ruang lingkup pembahasan dan penyusunan Rancangan Aksi
Perubahan kinerja organisasi dalam reformasi birokrasi ini dilakukan pada
Bidang Pelayanan Kesehatan hanya dibatasi pada “Sistem Pelayanan

6
Kesehatan Jiwa Terpadu pada UPT Klinik Utama Sungai Bangkong Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat” yang terdiri dari:
1. Seseorang atau keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan
masalah gangguan jiwa
2. Mengalami masalah gangguan jiwa yang bertempat tinggal di Wilayah
Kota Pontianak.
3. Dinas kesehatan, dinas sosial, Dinas Sosial Pontianak, Puskesmas,
Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS), Satpol PP, Babinsa,
Babinkamtibnas, kader kesehatan jiwa, Tenaga kesejahteraan sosial
kecamatan (TKSK) dan tokoh masyarakat yang ditunjuk dan berada di
wilayah kota Pontianak yang tergabung dalam tim pelayanan
kesehatan jiwa terpadu.

7
BAB 2
PROFIL KINERJA PELAYANAN

2.1 Gambaran Umum UPT Klinik Utama Sungai Bangkong


Secara geografis UPT Klinik Utama Sungai Bangkong Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, merupakan rumah perawatan jiwa,
yang didirikan tahun 1939 dan merupakan warisan masa kolonial, terletak
di jalan Aliayang No.01, Keluarahan Sungai Bangkong, Kecamatan
Pontianak Kota, Kota Pontianak, Menempati areal seluas 10.125 m 2
dengan luas bangunan 8.182 m2, serta prasaranan lainnya, 768 m 2.
Rintisan awal atau embrio fase pertama hadirnya rumah sakit jiwa di
pontianak, bermula derngan hadirnya rumah tahanan dan penjara pada
tahun 1832. Sejak tahun 1832 hingga mendekati tahun 1937 sampai
1939, masyarakat yang mengalami masalah kejiwaan yang serius di
tempatkan di rumah tahanan dan penjara. Dari dokumen Prof. DR. dr. R.
Kusumanto Setyonegoro, SpKJ diperoleh catatan ringan tentang pimpinan
Rumah Sakit Jiwa Sungai Bangkong dari periode awal sebagai berikut:
1. dr. Rubini tahun 1939-1942
2. dr. RM Sunaryo Martowadoyo tahun 1942-1943 (di bunuh Jepang
3. dr. R. Ismael 1943-1944 ( dibunuh Jepang)
4. Tanpa Pimpinan, dikendalian Mantri Senior Sangijo Siswowarsito
Tahun 1944-1945
5. dr. Soedarso tahun 1945-1947
6. dr. Liem Djoe Siong Alias dr. Yohanes Rimbo tahun 1947- 1967
7. dr. Ani S Gunadi, Sp.KJ 1967 - 1975 .
8. dr. Handojo Susanto, Sp.KJ 1975 – 1986

8
9. dr. Fran A. Sumampouw, Sp.KJ 1986 - 1991.
10. dr. Iskandar Hasibuan, Sp.KJ 1991 - 1996.
11. dr. Muhammad Aminullah 1996 - 1998.
12. dr. Benny Ardjil, Sp.KJ 1998 – 2004
13. dr. Chairil Hamid, MPH 2004 - 2006.
14. drg. Ary Mardyana 2006 - 2009.
15. dr. Jendariah Tarigan, Sp.KJ 2009 - 2014.
16. dr. Simon Djeno, Sp.S 2014 – 2015
17. dr. Feery Safariadi 2015 - 2017.
18. dr. Batara Hendra Putra Sianipar 2017 – 2023

Pada tahun 2006 status Rumah Sakit Jiwa Pusat Pontianak


dibawah Departemen Kesehatan diambil alih oleh pemerintah Provinsi
Kalimantan Barat menjadi Unit Pelayanan Kesehatan Khusus sebagai Unit
Pelaksana Teknis dibawah Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat.
Pada Peraturan Daerah No.10 Tahun 2008 Nama Unit Pelayanan
Kesehatan Khusus berubah menjadi Rumah Sakit Khusus Provinsi
Kalimantan Barat. Dengan dilaksanakannya Otonomi Daerah Pemerintah
Provinsi Kalimantan Barat melakukan Reorganisasi Perangkat Daerah
yang diwujudkan dalam bentuk Peraturan Gubernur Kalimantan Barat
Nomor 16 Tahun 2015 tentang Tugas pokok, fungsi dan tata kerja Rumah
Sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong Provinsi Kalimantan Barat dan
berubahlah status Rumah Sakit Khusus menjadi Rumah Sakit Jiwa
Daerah Sungai Bangkong.
Pada tahun 2021 terbit Peraturan Gubernur Kalimantan Barat
Nomor 158 Tahun 2021 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi,
Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Klinik Utama
Sungai Bangkong Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. Unit
Pelaksana Teknis Klinik Utama Sungai Bangkong dipimpin oleh seorang
Kepala Unit Pelaksana Teknis yang berkedudukan dan bertanggung jawab
langsung kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat.

9
2.2 Susunan Organisasi serta Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Gubernur Kalimantan Barat Nomor 158 Tahun
2021 Tentang Kedudukan, Struktur Otganisasi, Tugas Pokok dan Fungsi
serta Tata Kerja UPT Klinik Utama Sungai Bangkong Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Barat (Berita Daerah Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2021 No 158), memiliki susunan struktur organisasi yang
sebagaimana terlampir merupakan bagian tidak terpisah dari peraturan
diatas, terdiri dari :

2.2.1 Kepala UPT Klinik Utama Sungai Bangkong Dinas Kesehatan


Provinsi Kalimantan Barat
Kepala UPT Klinik Utama Sungai Bangkong Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Barat sebagaimana dimaksud Peraturan Gubernur
ini, adalah unsur pimpinan yang mempunyai tugas memimpin, membina,
mengkoordinasikan, menyelenggarakan, mengawasi, Mengevaluasi dan
mengendalikan kegiatan UPT Klinik Utama Sungai Bangkong dalam
menyelenggarkan pelayanan dibidang Kesehatan jiwa, penyalahgunaan
NAPZA dan anak berkebutuhan khusus sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk melaksanakan tugas
tersebut, kepala UPT mempunya fungsi sebagai berikut :
a. Penyusunan dan penyelarasan program kerja serta pelaksanaan
monitoring dan evaluasi di lingkungan UPT Klinik Utama Sungai
Bangkong
b. Pelaksanaan administrasi di lingkungan UPT Klinik Utama Sungai
Bangkong
c. Pelaksanaan kegiatan teknis operasional di bidang pelayanan
Kesehatan jiwa, penyalahgunaan NAPZA dan anak berkebutuhan
khusus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Pengawasan pelaksanaan kegiatan teknis di lingkungan UPT Klinik
Utama Sungai Bangkong

10
e. Pengendalian kegiatan teknis operasional di lingkungan UPT Klinik
Utama Sungai Bangkong
f. Pelaporan kegiatan teknis operasioanal di lingkungan UPT Klinik
Utama Sungai Bangkong
g. Pelaksanaan fungsi lain di bidang pelayanan Kesehatan jiwa,
penyalahgunaan NAPZA dan anak berkebutuhan khusus sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.2.2 Sub Bagian Tata Usaha


Sub Bagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud Peraturan
Gubernur ini, mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan kebijakan
teknis dibidang penyusunan rencana kerja, monitoring dan evaluasi,
administrasi kepegawaian, umum, serta pengelolaan keuangan dan asset,
UPT Klinik Utama Sungai Bangkong Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Barat. Sub Bagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud,
dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang berada dibawah dan
bertanggungjawab kepada Kepala UPT Klinik Utama Sungai Bangkong
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat.

2.2.3 Seksi Pelayanan


Seksi Pelayanan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan teknis
operasional di bidang pelayanan medik dan pelayanan keperawatan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.2.4 Seksi Penunjang


Seksi Penunjang mempunyai tugas melaksanakan kegiatan teknis
operasional di bidang penunjang medik dan non medik sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.

2.2.5 Kelompok Jabatan Fungsional


Kelompok Jabatan Fungsional berkedudukan dibawah dan
bertanggungjawab secara langsung kepada pejabat administrator atau

11
pejabat pengawas yang memiliki keterkaitan dengan pelaksaan tugas
jabatan fungsional berdasarkan jenjangnya sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

2.2.6 Instalasi
Instalasi di bentuk dengan keputusan Kepala UPT yang
mempunyai tugas membantu Kepala Seksi dalam penyelenggaraan
pelayanan fungsional sesuai dengan fungsinya secara langsung dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien. Adapun
struktur organisasi UPT Klinik Utama Sungai Bangkong Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Barat dapat dilihat pada bagan di bawah ini :
Bagan 2.1
Struktur organisasi UPT Klinik Utama Sungai Bangkong

Dr. Antonius Decky

Sumustro, SE., MM

12
2.3 Pelayanan UPT Klinik Utama Sungai Bangkong Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat
Pelayanan di UPT Klinik Utama Sungai Bangkong adalah sebagai
berikut :
a. Pelayanan Gawat Darurat
b. Pelayanan Kesehatan Jiwa
c. Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus
d. Pelayanan HIV/AIDS
e. Pelayanan Psikologi
f. Pelayanan Surat Kesehatan Jiwa (SKJ)
g. Pelayanan Surat Keterangan Bebas Narkoba (SKBN)
h. Pelayanan Rehabilitasi Medik Anak Berkebutuhan Khusus
i. Pelayanan Gigi
j. Pelayanan Farmasi
k. Pelayanan Laboratorium Kesehatan
l. Pelayanan Gizi

2.4 Sumber Daya Organisasi


2.4.1 Sumber Daya Manusia
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana termuat di
dalam Tugas pokok Unit Pelaksana Teknis Klinik Utama Sungai Bangkong
sesuai dengan Peraturan Gubernur Kalimantan Barat Nomor 158 Tahun
2021 telah memiliki berbagai sumber daya yang dipandang dapat
mendukung keberhasilan pelaksanaan berbagai program dan kegiatan
yang telah dirancang guna mengembangkan potensi yang dimiliki oleh
sumber daya pemerintahan daerah di Provinsi Kalimantan Barat. UPT
Klinik Utama Sungai Bangkong Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat

13
memiliki 213 orang pegawai hingga tanggal 31 Mei 2022, yang terdiri dari
Pegawai Negeri Sipil ( PNS), Calon Pagawai Negeri Sipil (CPNS) & Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), Tenaga Kontrak, dan
Konsulen. Berikut ini Profil Ketenagaan di Unit Pelaksana Teknis :

Tabel 2.1
Data PNS

KUALIFIKASI JUMLAH JUMLAH STRUKTURAL / JUMLAH


NO GOL
PENDIDIKAN PERSONIL PERSONIL FUNGSIONAL PERSONIL

1 2 3 4 5 6 7
1 S3 - I - Eselon I / b -
2 S2 9 II 32 Eselon II / a -
3 S1 / D IV 53 III Eselon II / b -
4 DIPLOMA III 70 IV 11 Eselon III / a -
5 DIPLOMA II - Eselon III / b 1
6 SMA / SMK 19 Eselon IV / a 3
7 SMP - Dokter Umum 7
Dokter Spesialis
8 SD - 2
Jiwa
9 Dokter Gigi -
10 Apoteker 3
11 Fungsional
1
Arsiparis
12 Asisten Apoteker 9
13 Perawat 66
14 Perawat gigi 2
15 Pelaksana 28
Penyuluh
16 3
Kesehatan
17 Psikologis Klinis 2
18 Fisioterapis 5

14
KUALIFIKASI JUMLAH JUMLAH STRUKTURAL / JUMLAH
NO GOL
PENDIDIKAN PERSONIL PERSONIL FUNGSIONAL PERSONIL

19 Radiografer -
20 Nutrisionis 3
Administrasi
21 1
Kesehatan
22 Sanitarian 2
Pranata
23 3
Laboratorium
Pembimbing
24 1
KesehatanKerja
Pranata
25 1
Komputer
Teknisi
26 1
Elektromedik
27 Perekam Medis 3
Pengadaan
28 Barang dan Jasa 1
Muda
29 Terapis Wicara 1
30 Okupasi Terapi 1
31 Analisis Pegawai 1

JUMLAH 151 151

Tabel 2.2
Data Dokter Konsulen

N
N AMA JABATAN
O
Dokter Spesialis Keterapian Fisik
1 dr. Jonaidi Teramihahardja, Sp.KFR
dan Rehabilitasi Medik

dr. Justina Maria Eka Diana


2 Dokter Spesialis Patologi Klinik
Juswarini, Sp.PK

3 dr. Ibnu Soehartono, Sp.S Dokter Spesialis Syaraf

15
dr. Reggy Harapan Baringin Silalahi,
4 Dokter Spesialis Anak
Sp.A

5 dr. Dicky Sanjaya, Sp.KJ Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa

Tabel 2.3
Data Kontrak

JABATAN
NO LAKI - LAKI PEREMPUAN JUMLAH PERSONIL
FUNGSIONAL
1 2 3 4 5
1 Dokter Spesialis Jiwa - 1 1
2 Dokter Umum - 2 2
3 Psikologis Klinis - 1 1
7 Perawat 9 12 21
6 Asisten Apoteker - 1 1
7 Pengolah Makanan 2 3 5
8 Binatu - 1 1
9 Konselor 2 1 3
10 Petugas Keamanan - 2 2
Pengolah Data
12 1 - 1
Pelayanan
Pengadministrasi
13 2 - 2
Umum
Pengadministrasi
14 Informasi dan Rekam - 1 1
Medis
Pranata Laboratorium
15 - 1 1
Kesehatan
Tenaga Pelaksanan
16 1 - 1
Lainnya

JUMLAH 17 26 43

16
2.4.2 Sumber Daya Keuangan
Sumber daya keuangan Unit Pelsana Teknis Klinik Utama Sungai
Bangkong Dinas Kesehatan provinsi Kali antan Barat berasal dari APBD
Provinsi Kalimantan Barat, Berikut ini realisasi keuangan Unit Pelaksana
Teknis Klinik Utama Sungai Bangkong Dinas Kesehatan provinsi selama 2
( Dua ) tahun terakhir dari berbagai sumber dana:

17
Tabel 2.4
Realisasi Penerimaan Pendapatan
Tahun 2021 s.d. 2022

No Uraian Target Tahun 2021 Uraian Target Tahun 2022


( Rp ) ( Rp )
1 Rawat Inap 3.400.000.000 1.225.142.199 Pelayanan Medik 4.191.960.000 5.300.590.395
2 Rawat Jalan 1.117.000.000 2.123.973.881 Rawat Jalan 1.617.000.000 4.537.362.316
3 Psikologi 130.000.000 325.804.000 Rawat Darurat/IGD 55.000.000 20.561.958
4 Laboratorium 600.000.000 239.646.500 Rawat Inap 2.519.960.000 742.666.121
5 Elektromedik 40.800.000 309.690.000 Pelayanan Penunjang 2.649.040.000 1.270.364.342
6 Fisiotherapi 25.000.000 33.629.000 Laboratorium 600.000.000 281.801.622
7 Rehabilitasi Medik 120.000.000 6.600.000 Pelayanan Radiologi 2.000.000 360.000
8 Pelayanan PTRM&CST 120.000.000 88.737.000 Elektromedik 10.000.000 240.000
9 Pelayanan Gizi 125.000.000 483.575.329 Pelayanan Gizi 937.040.000 176.095.112
10 Pelayanan Farmasi 1.100.000.000 1.284.503.302 Pelayanan Farmasi 1.100.000.000 811.867.608
11 Pelayanan Gigi 100.000.000 15.595.000 Lain-Lain 9.000.000 240.000
12 Pelayanan Radiologi 2.000.000 60.000 Pemulasaran Jenazah 1.000.000 0
13 Pendidikan & Pelatihan 120.000.000 71.700.000 Ambulance 5.000.000 240.000
14 Pendapatan Lain 200.000 360.000 Pengolahan Limbah 3.000.000 0
UPT.Klinik Utama 150.000.000 88.916.900
Pendidikan & Pelatihan 150.000.000 88.916.900
JUMLAH 7.000.000.000 6.209.016.211 JUMLAH 7.000.000.000 6.660.111.637
UMUM 2.011.626.298 UMUM 2.518.969.976
BPJS 4.197.389.913 BPJS 4.141.141.661
JUMLAH 7.000.000.000 6.209.0162.11 JUMLAH 7.000.000.000 6.660.111.637

Laporanan; di ambil dari Bendaharan Penerimaan

18
Tabel 2.5
Tabel Realisasi Belanja
Tahun 2021 s.d. 2022

Tahun
Uraian
No
Anggaran 2021
Anggaran 2022
Rp.
Rp.

2,588,167,250.00
1 Belanja Pegawai 28,280,211,065.00 27,590,053,615.00 2,584,567,250.00

2 Belanja Barang dan Jasa 4,197,562,647.00 3,943,513,024.00 4,538,252,197.00 4,045,013,222.00

3 Belanja Modal 16,973,480,630.00 14,730,273,235.00 255,450,000.00 248,000,236.00

Sumber : di ambil dari Bendahara Keuangan

19
20
2.4.3 Sumber Daya Sarana Prasarana

Prasarana UPT Klinik Utama Sungai Bangkong Dinas Kesehatan


Provinsi Kalimantan Barat cukup lengkap dengan kondisi gedung yang
baru direnovasi pada tahun 2021. Adapun Prasarana yang dimiliki oleh
UPT Klinik Utama Sungai Bangkong adalah sebagai berikut :

Tabel 2.6
Sarana dan Prasarana UPT Klinik Utama Sungai Bangkong

Kondisi
No Prasarana Jumlah Baik Rusak Rusak Rusak
Ringan Sedang Berat
1 Gedung Wisma Sirih 1 1
Gedung Wisma
2 1
Anyelir 1
Ranap, Gizi,
3 1
Laundry, IPSRS
Gedung Kamar
4 1
Jenazah
Gedung Poli Rawat
5 1
Jalan
Plang Nama UPT
6 Klinik Utama Sungai 1
Bangkong

7 Gedung Administrasi 1

8 Mobil Operasional 2
2
9 Alat Kesehatan 1397 1397

21
BAB 3
ANALISIS MASALAH

3.1 Area Permasalahan


Identifikasi masalah merupakan bagian dari proses penelitian yang
dapat dipahami sebagai upaya mendefinisikan masalah serta membuat
definisi tersebut menjadi terukur sebagai suatu langkah awal penelitian.
Berdasarkan hasil riset kesehatan daerah (Riskesdas) Provinsi Kalimantan
Barat 2018 diketahui bahwa Kalimantan Barat menyumbang angka
kejadian skizofrenia yang cukup tinggi yaitu sebesar 7,9%. Angka
kejadian tersebut melebihi angka rata-rata penderita skizofrenia di
Indonesia yaitu 6,7%. Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang
memberi pelayanan kesehatan jiwa adalah UPT Klinik Utama Sungai
Bangkong. Adapun data jumlah kunjungan pasien jiwa di UPT Klinik
Utama Sungai Bangkong adalah sebagai berikut :
Diagram 3.1
Jumlah Kunjungan Pasien di Poli Rawat jalan
Berdasarkan Domisili Tahun 2022

JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN


BERDASARKAN DOMISILI
UPT KLINIK UTAMA SUNGAI BANGKONG
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
TAHUN 2022
35000
30000 28831
JUMLAH

25000
20000 17251
15000
10000 6429
5000 998 745 153 248 801 1050 137 181
72 74 90 68 144 390
0
k h a g a s g g k u u g u i lu in al
a na wa R ay pan tar ba an yan nda gga ada tan siba l aw Hu v la Tot
a U m w a La S an S ek n e
nti mp u ta g S a gka ngk Si us M uas Pro
Po e Kub Ke yon i n e Put p
M Ka S B Ka

DOMISILI
22
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa Kota Pontianak menyumbang
angka kejadian gangguan jiwa yang cukup tinggi bila dibandingkan
dengan daerah lainnya yaitu sebesar 17.251 pasien. Angka tersebut belum
mencakup angka pasien gangguan jiwa terlantar yang belum mendapatkan
pengobatan dan pasien relaps akibat ketidakputahan pasien dalam
mengikuti program pengobatan. Berdasarkan data Rekam Medis di IGD
UPT Klinik Utama Sungai Bangkong diketahui terdapat 608 pasien relaps
di tahun 2022. Adapun jumlah pasien relapas tersebut dapat dilihat pada
diagram 3.2 di bawah ini :

Diagram 3.2
Jumlah Kunjungan Pasien di IGD UPT Klinik Utama
Sungai Bangkong pada Tahun 2022

REKAP PASIEN IGD TAHUN 2022


608

355

138

17 11 13 25 26
1 5 1 1 5 6 1 0 3
TOTAL PASIEN
Kubu Raya

Kayong Utara
Ketapang

Singkawang

Bengkayang
Sambas

Sintang

Melawi
Kota Pontianak

Mempawah

Landak

Sanggau

Sekadau

Kapuas Hulu
Putussibau

Prov lain

ASAL KOTA

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa sebanyak 355 pasien


gangguan jiwa di Kota Pontianak mengalami relaps dan membutuhkan

23
penanganan di Tahun 2022. Berdasarkan hasil telaah yang dilakukan
diketahui bahwa terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam
menangani pasien gangguan jiwa dan menyebabkan terjadinya relaps.
Adapun permasalahan tersebut adalah sebagai berikut :

2.1.1 Banyak pasien gangguan jiwa yang terlambat dalam


mendapatkan penanganan medis
Keterlambatan dalam mendapatkan penanganan medis dapat menyebabkan
penderita skizofrenia mengalami disosiasi atau kehilangan kontak dengan realitas.
Hal ini berpengaruh pada perubahan suasana hati dan perasaan mereka.
Perubahan-perubahan tersebut sering kali menyebabkan timbulnya perilaku
agresif dan kecenderungan untuk menyakiti diri sendiri. Berdasarkan data dari
Rekam Medis di UPT Klinik Utama Sungai Bangkong diketahui bahwa terdapat
106 pasien baru yang dirawat di UPT Klinik Utama Sungai Bangkong.
Keterlambatan dalam pengobatan menyebabkan kondisi pasien menjadi gaduh
gelisah dan mengancam keamanan lingkungan sekitar. Jumlah kunjungan pasien
di IGD pada tahun 2022 dapat dilihat pada Diagram 3.3 dibawah ini :

Diagram 3.3
Jumlah Kunjungan Pasien Baru di IGD Tahun 2022

Jumlah Kunjungan Pasien di IGD Tahun 2022

506

106

Jumlah Pasien Baru Lama


Jumlah Kunjungan Pasien di IGD Tahun 2022

24
2.1.2 Banyak pasien gangguan jiwa yang tidak patuh dalam
mengikuti program pengobatan
Ketidak patuhan pasien gangguan jiwa dalam mengikuti program
pengobatan dapat menyebabkan munculnya perilaku kekerasan. Ketidakpatuhan
pasien dalam pengobatan menjadi salah satu faktor terbesar dalam kekambuhan
pasien. Ketidakpatuhan dalam pengobatan tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya 1) pasien merasa sudah sehat, 2) tidak tahan efek samping, 3)
obat tidak tersedia di fasilitas pelayanan Kesehatan pertama, 4) tidak mampu
membeli obat. Sejalan dengan hasil riset tersebut hasil wawancara yang dilakukan
oleh UPT Klinik Utama Sungai Bangkong menemukan bahwa penyebab terbesar
kekambuhan pasien skizofrenia adalah pasien merasa sudah sembuh sehingga
pasien merasa tidak membutuhkan pengobatan kembali. Berdasarkan dara Rekam
Medis di IGD UPT Klinik Utama Sungai Bangkong diketahui bahwa terdapat 506
pasien relapas karena putus obat.

2.1.3 Masih terdapat pasien gangguan jiwa yang belum memiliki


jaminan Kesehatan PBI (Penerima Bantuan Iuran).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik diketahui
bahwa baru 31,23% masyarakat yang memperoleh jaminan kesehatan PBI. Masih
banyak warga tidak mampu khususnya pasien ODGJ yang belum memperoleh
jaminan kesehatan tersebut. Data Rekam Medis di IGD UPT Klinik Utama Sungai
Bangkong menemukan 98 ODGJ tidak mampu yang tidak memiliki BPJS PBI dan
harus menggunakan pembayaran umum. Hal ini menyebabkan banyak pasien
yang akhirnya memutuskan untuk tidak kontrol rawat jalan. Faktor ini menjadi
salah satu penyebab tingginya angka relaps ODGJ di Provinsi Kalimantan Barat.
Berdasarkan hasil rekam medis di UPT Klinik Utama Sungai Bangkong diketahui
bahwa 506 pasien relaps pada tahun 2022 dan harus mendapatkan perawatan.
Beberapa ODGJ yang putus obat akhirnya terlantar dan meresahkan masyarakat
bahkan menyebabkan beberapa korban jiwa.

2.1.4 Masyarakat mengalami kesulitan untuk meminta bantuan


dalam proses evakuasi ODGJ gaduh gelisah.

25
Data yang diperoleh dari IGD UPT Klinik Utama Sungai Bangkong
diketahui bahwa sebanyak 98 masyarakat yang mengeluh kesulitan untuk
meminta bantuan dalam melakukan evakuasi pasien ODGJ gaduh gelisah. Hal ini
menyebabkan banyak ODGJ akhirnya terlantar dan meresahkan warga.

2.1.5 Kesulitan dalam pemulangan ODGJ pasca rawat inap


Salah satu permasalahan yang dialami oleh UPT klinik Utama Sungai
Bangkong dalam penanganan pasien jiwa adalah kesulitan dalam pemulangan
ODGJ pasca rawat inap. Banyak ODGJ terlantar yang tidak memiliki identitas
sehingga UPT Klinik Utama Sungai Bangkong sulit memulangkan pasien ke
Alamat asal. Hal ini menyebabkan hari perawatan pasien memanjang.
Berdasarkan data LOS ruang rawat inap di UPT Klinik Utama Sungai Bangkong
memanjang yang seharusnya 5 hari rawat inap jadi menjadi 8 hari perawatan.

2.1.6 Tidak adanya monitoring keberlanjutan pengobatan paca rawat


inap
Kesulitan lain yang dialami dalam menangani pasien skizofrenia adalah
tidak adanya monitoring keberlanjutan pengobatan paca rawat inap. Tidak ada
monitoring keberlanjutan pengobatan pasien pasca rawat inap yang dilakukan
secara terintegrasi menyebabkan angka kekambuhan menjadi cukup tinggi. Tidak
ada Kerjasama antara UPT Klinik Utama Sungai Bangkong dengan puskesmas
dan beberapa lintas sektoral menyebabkan pengobatan tidak terpantau dengan
baik. Perasalahan-permasalahan ini muncul karena belum terkoordinasinya
pelayanan kesehatan jiwa antar lintas sektoral.

2.1.7 Belum adanya pelayanan kesehatan jiwa terintegrasi antar


lintas sektoral
Saat ini masing-masing fasilitas kesehatan dan lintas sektoral belum
melakukan pelayanan kesehatan jiwa secara terintegrasi. Hal ini menyebabkan
pelayanan kesehatan jiwa menjadi lambat dan membutuhkan proses yang lama.

26
Kekambuhan ODGJ relatif tinggi serta pengobatan pasien pasca rawat inap tidak
termonitoring dengan baik. Berdasarkan beberapa permasalahan diatas, dapat
dilakukan penetapan isu prioritas masalah dengan menggunakan metode APKL.
Adapun penetapan isu prioritas tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini :

Tabel 3.1
Penetapan Isu Prioritas Masalah Dengan
Metode APKL

NO MASALAH/PERSOALAN ∑ RANK.
PENILAIAN

A K L
1 Banyak pasien gangguan jiwa yang belum 5 4 4 18 I
mendapatkan penanganan medis I
I

2 Banyak pasien gangguan jiwa yang tidak patuh 5 5 4 19 I


dalam mengikuti program pengobatan I

3 Masih terdapat pasien gangguan jiwa yang 4 4 3 13 V


belum memiliki jaminan Kesehatan PBI
(Penerima Bantuan Iuran)

4 Masyarakat mengalami kesulitan untuk 5 4 4 17 I


meminta bantuan dalam proses evakuasi ODGJ V
gaduh gelisah
5 Kesulitan dalam pemulangan ODGJ pasca rawat 4 4 3 15 V
inap I
I

6 Tidak adanya monitoring keberlanjutan 4 4 4 16 V


I
pengobatan paca rawat inap

7 Belum adanya pelayanan kesehatan jiwa 5 5 5 20 I


terintegrasi antar lintas sektoral

Keterangan:
Skala penilaian APKL menggunakan rentang skor 1 – 5, dengan ketentuan:

27
a) Semakin tinggi tingkat aktual (A), semakin besar nilainya.
b) Semakin problematik akibat yang ditimbulkan (P), semakin
besar nilainya.
c) Semakin besar kekhalayakan yang ditimbulkan (K), semakin
besar nilainya.
d) Semakin besar kelayakan (feasibility) (L), semakin besar nilainya.

Dari hasil analisis dan pembobotan penilaian diatas diketahui bahwa


masalah utama dalam pelayanan Kesehatan jiwa adalah “Belum
adanya pelayanan kesehatan jiwa terintegrasi antar lintas sektoral”
dengan skor tertinggi yaitu 20. Permasalahan ini menyebabkan ODGJ
kesulitan dalam mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa. Proses
penanganan ODGJ menjadi lambat dan membutuhkan proses yang
lama. Sehingga masalah tersebut merupakan masalah utama dan prioritas
yang akan di tindaklanjuti dengan proyek perubahan dengan menitik beratkan
pada pembentukan sistem pelayanan Kesehatan jiwa terpadu dengan
melibatkan berbagai lintas sektoral yang ada di wilayah kota Pontianak.

2.2 Identifikasi Penyebab Masalah/Diagram Fishbone

Selanjutnya, setelah penentuan isu prioritas masalah maka reformer


melakukan pemetaan masalah dengan menggunakan diagram ishikawa, metode
ini digunakan untuk mengelompokkan berbagai sebab dan akibat dari
permasalahan dengan penyajian model yang terstruktur. Diagram ini biasa disebut
juga dengan Fishbone karena bentuknya yang seperti tulang ikan. Pada analisa
permasalahan yang akan di atasi digunakan analisis fishbone dengan rincian
komponen penyebab permasalahan sebagai berikut:
a) Man power, merupakan SDM yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan
suatu organisasi;
b) Money, merupakan unsur penggerak yang mendukung kegiatan;

28
c) Material, merupakan bahan / data yang diproses;
d) Machine, merupakan teknologi yang digunakan dalam
mengelola material;
e) Method, merupakan cara dalam mengatur kinerja suatu organisasi;
f) Market, terkait dengan hubungan stakeholder.
Berdasarkan dari isu prioritas masalah hasil dari identifikasi masalah kedalam 6
(enam) komponen manajemen diatas, maka diagram fishbone adalah sebagai
berikut :

29
GAMBAR 3.1. ANALISIS FISHBONE

Belum maksimalnya skrining Belum adanya koordinasi


masalah kesehatan jiwa di wilayah
Keterbatasan sarana dan
dalam pembuatan BPJS
Pontianak PBI prasarana

Belum maksimalnya pendataan ODGJ


di masing-masing Wilayah Puskesmas Belum adanya monitoring
kota Pontianak pengobatan pasien rawat inap Terabatasnya sarana dan
prasarana khususnya untuk
proses evakuasi ODGJ
Meningkatnya jumlah Meningkatnya angka relaps gaduh gelisah Belum adanya
penderita ODGJ setiap tahun ODGJ setiap tahun pelayanan
kesehatan jiwa
terintegrasi
Belum optimalnya sosialisasi
Belum terbentuknya tim antar lintas
pelayanan kesehatan jiwa
Pagu anggaran yang terbatas kerja sesuai dengan sektoral
terpadu
kompetensi

Belum adanya komiten dan


kerjasama antar lintas sektoral
penanganan ODGJ Belum terbentuknya tim
Belum disusunnya pelayanan pelayanan kesehatan jiwa
kesehatan jiwa terpadu dalam yang terpadu di wilayah
Belum optimalnya pelaksanaan Program atau rencana kerja kota Pontianak
TPKJM dan tim TGC Penanganan
ODGJ

30
2.3 Matrik Penyelesaian Masalah dengan Metode USG
Berdasarkan hasil diagram fishbone diatas, dilakukan analisis
penyebab masalah dengan menggunakan metode analisis USG
(Urgensi, Seriousness, Growth) dengan rentang penilaian 1-5.
Penetapan prioritas penyebab masalah yang diangkat
menggunakan metode analisis USG. Adapun penetapan prioritas
penyebab masalah dengan menggunakan metode USG dapat
dilihat pada dijelaskan pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.2
Prioritas Penyebab Masalah dengan menggunakan metode USG
Prioritas
No Masala h Total Peringkat
S G

1 Meningkatnya jumlah penderita


ODGJ setiap tahun 3 3 10
V
I
2 Meningkatnya angka relaps ODGJ
setiap tahun 4 4 13 IV
3 Terabatasnya sarana dan prasarana
khususnya untuk proses evakuasi 5 4 14 II
ODGJ gaduh gelisah
4 Belum optimalnya pelaksanaan
TPKJM dan tim TGC penanganan 5 4 14 III
ODGJ

5 Belum disusunnya pelayanan


kesehatan jiwa terpadu dalam 4 3 11 V
Program atau rencana kerja

6 Belum terbentuknya tim pelayanan


kesehatan jiwa terpadu di wilayah 5 5 15 I
kota Pontianak

Keterangan : Bobot 5 = Sangat kuat pengaruhnya


Bobot 4 = Kuat pengaruhnya
Bobot 3 = Sedang pengaruhnya
Bobot 2 = Kurangt pengaruhnya

31
Bobot 1 = Tidak ada pengaruhnya

Berdasarkan tabel 3.2 tersebut dapat diketahui bahwa prioritas akar penyebab
yang memiliki pengaruh paling signifikan untuk diselesaikan adalah mengenai
“belum terbentuknya tim pelayanan kesehatan jiwa terpadu di wilayah
kota Pontianak” dengan skor tertinggi yaitu 15.

2.4 ANALISIS SWOT


2.4.1 Analisis Faktor Internal dan Eksternal

Guna memperoleh faktor kunci keberhasilan yang dapat


dijadikan dalam mengambil kebijakan untuk mengatasi masalah
belum tersedianya sistem yang pelayanan kesehatan jiwa terpadu
agar sesuai dengan tujuan dan sasaran yang diinginkan, sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal suatu organisasi.
Faktor internal dalam organisasi dapat berupa kekuatan (strenghts)
atau kelemahan (weaknesses). Sedangkan faktor eksternal yang
mempengaruhi organisasi dapat berupa peluang (opportunities)
ataupun ancaman (threats). Untuk metapkan pengaruh lingkungan
tersebut, salah satu bentuk analisis yang dianggap sesuai adalah
SWOT (Strenghts, Weaknesses, Opportunities, Threats).
Dalam mengidentifikasi faktor internal dan eksternal dalam
permasalah Belum tersedianya sistem pelayanan kesehatan jiwa
terpadu. Pendekatannya berdasarkan kewenangan dan tanggung
jawab. Semua yang menjadi kewenangan dan tanggung jawab suatu
unit kerja merupakan faktor internal, sedangakan faktor – faktor yang
tidak berada dalam kewenangan dan tanggung jawab unit kerja atau
tidak dalam kendali (uncontrollable) merupakan faktor eksternal.

a. Faktor internal
1) Kekuatan (Strenghts)
a) UPT Klinik Utama Sungai Bangkong merupakan satu
satunya fasilitas pelayanan Kesehatan yang menyediakan

32
pelayanan jiwa di wilayah kota Pontianak
b) Lokasi strategis yang terletak ditengah kota
c) Memiliki sumber daya manusia (SDM) yang memadai
berupa dokter spesialis jiwa dan perawat spesialis jiwa
d) SDM yang dimiliki oleh UPT Klinik Utama Sungai
Bangkong sering diundang untuk menjadi Narasumber di
berbagai pelatihan dan seminar Kesehatan jiwa
e) Salah satu pusat Pendidikan dan penelitian di bidang
Kesehatan jiwa di Provinsi Kalimantan Barat
2) Kelemahan (Weaknesses)
a) Keterbatasan sarana dan prasarana
b) Perubahan nomenklatur Rumah Sakit Jiwa Daerah Sungai
Bangkong menjadi UPT Klinik Utama Sungai Bangkong dan
pembatasan lama rawat inap hanya 5 hari
c) Belum ada kerjasama lintas sektoral untuk penanganan
masalah Kesehatan jiwa
d) Belum adanya Tim pelayanan Kesehatan jiwa terpadu antar
lintas sektoral
e) Pagu anggaran yang terbatas
f) Belum adanya programa kerja terkait pelayanan Kesehatan
jiwa terpadu
g) Kurangnya optimalnya sosialisasi pelayanan Kesehatan jiwa
di UPT Klinik Utama Sungai Bangkong

b. Faktor Eksternal
1) Peluang (Opportunities)
a) Adanya dukungan tinggi dari Dinas Kesehatan Provinsi
dan Dinas Kesehatan Kota Pontianak terhadap
pembentukan Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat
(TP-KJM) dan TIM Gerak Cepat (TGC) penanganan ODGJ
di wilayah kota Pontianak

33
b) Terdapat program kerja penanganan kesehatan jiwa yang
tertuang pada Seksi Tata kelola Kesehatan Masyarakat,
Promosi Kesehatan dan Kesehatan Jiwa Bidang
Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Barat.
c) Fasilitas kesehatan rujukan dalam penanganan masalah
kesehatan jiwa di Provinsi Kalimantan Barat
d) Banyak Masyarakat yang mengakses pelayanan
Kesehatan jiwa di UPT Klinik Utama Sungai Bangkong
e) Adanya pertemuan antara UPT Klinik Utama Sungai
Bangkong dengan berbagai lintas sektoral di wilayah kota
Pontianak
f) Besarnya peluang untuk melakukan Kerjasama dengan
berbagai lintas sektoral yang berada di wilayah kota
Pontianak
2) Ancaman (Threaths)
a) Tingginya angka penderita gangguan jiwa setiap tahunnya
b) Tingginya angka relaps ODGJ setiap tahun
c) Stigma Masyarakat terhadap ODGJ masih tinggi
d) Kurangnya keterlibatan keluarga dan Masyarakat terhadap
penanganan ODGJ
e) Terdapat Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat dan
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Sintang.

Identifikasi faktor internal dan faktor eksternal dapat dilihat pada tabel 3.3
berikut:

34
TABEL 3.3
IDENTIFIKASI FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL
FAKTOR INTERNAL
Streng Weaknesses
ht
S Satu satunya fasilitas pelayanan W1 Keterbatasan sarana dan prasarana
1 Kesehatan yang menyediakan
pelayanan jiwa di wilayah kota
Pontianak
S Lokasi strategis W2 Perubahan
2 yang terletak nomenklatur Rumah
ditengah kota Sakit Jiwa Daerah
Sungai Bangkong
menjadi UPT Klinik
Utama Sungai
Bangkong serta
pembatasan hari
rawat selama 5 hari
SMemiliki sumber daya manusia W3 Belum ada Kerjasama
3(SDM) yang memadai berupa lintas sektoral untuk
dokter spesialis jiwa dan perawat penanganan masalah
spesialis jiwa Kesehatan jiwa

S SDM yang dimiliki W4


4 oleh UPT Klinik Belum adanya Tim pelayanan
Utama Sungai Kesehatan jiwa terpadu
Bangkong sering
diundang untuk
menjadi
Narasumber di
berbagai pelatihan
dan seminar
Kesehatan jiwa
S Salah satu pusat W5 Pagu anggaran yang terbatas
5 Pendidikan dan
penelitian di
bidang Kesehatan
jiwa di Provinsi
Kalimantan Barat
W6 Belum adanya
programa kerja terkait
pelayanan Kesehatan
jiwa terpadu
W7 Kurangnya
optimalnya sosialisasi
pelayanan Kesehatan
jiwa di UPT Klinik
Utama Sungai

35
FAKTOR INTERNAL
Streng Weaknesses
ht
Bangkong

FAKTOR EKSTERNAL
Opportunites
Threaths
OAdanya dukungan tinggi dari Dinas T1
Tingginya angka penderita
1 Kesehatan Provinsi dan Dinas gangguan jiwa setiap
Kesehatan Kota Pontianak terhadap tahunnya
pembentukan Tim Pelaksana
Kesehatan Jiwa Masyarakat (TP-KJM)
dan TIM Gerak Cepat (TGC)
penanganan ODGJ di wilayah kota
Pontianak
OTerdapat program kerja penanganan T2 Tingginya angka relaps ODGJ
2 kesehatan yang tertuang pada Seksi setiap tahun
Pencegahan dan Penanggulangan
Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan
Jiwa di Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Barat
OSalah satu rujukan dalam penanganan T3 Kurangnya keterlibatan
3 masalah kesehatan jiwa di Provinsi keluarga dan Masyarakat
Kalimantan Barat terhadap penanganan ODGJ

OSalah satu rujukan dalam T4 Terdapat Rumah Sakit Jiwa


4penanganan masalah kesehatan Provinsi Kalimantan Barat dan
jiwa di Provinsi Kalimantan Barat Rumah Sakit Jiwa di
Kabupaten Sintang
OAdanya pertemuan antara UPT Klinik T5 Stigma
5 Utama Sungai Bangkong dengan
Masyarakat
berbagai lintas sektoral di wilayah kota
Pontianak terhadap ODGJ
masih tinggi
OBesarnya peluang untuk melakukan
6 Kerjasama dengan berbagai lintas
sektoral yang berada di wilayah kota
Pontianak

2.5 Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal

36
Untuk memperolah evaluasi faktor internal dan eksternal,
maka terlebih dahulu dinilai setiap faktor yang urgen dengan
membandingkan faktor satu dengan yang lain. Selanjutnya setelah
perumusan faktor yang urgen maka barulah ditemukan keterkaitan
antar faktor yang satu dengan yang lainnya melalui analisa evaluasi
faktor internal dan eksternal. Setiap factor baik internal maupun
eksternal akan diberikan skoring dengan ketentuan penilaian 1 =
Tidak penting, 2 = Kurang penting, 3 = Penting, 4 = Sangat Penting.
Evaluasi factor internal dan eksternal dapat dilihat dalam tabel 3.4
dibawah ini

37
TABEL 3.4
EVALUASI URGENSI FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL

38
EXTERNAL FAKTOR ANALYS (EFAS)

39
Berdasarkan matrik urgensi faktor internal di atas diketahui bahwa unsur
faktor kekuatan (S) yang paling urgen adalah “ Ketersediaan SDM yang
memadai ” sedangkan faktor kelemahan (W) yang paling urgen adalah
“Belum adanya kerjasama lintas sektoral dalam penanganan ODGJ”.
Berdasarkan matrik urgensi faktor eksternal di atas diketahui bahwa unsur
faktor peluang (O) yang paling urgen adalah “Besarnya peluang untuk
melakukan Kerjasama dengan berbagai lintas sektoral yang ada di
Kota Pontianak” sedangkan faktor ancaman (T) yang paling urgen
adalah “Kurangnya keterlibatan keluarga dan Masyarakat dalam
penanganan ODGJ”.

2.6 Faktor Kunci keberhasilan dan Peta Posisi Kekuatan


Berdasarkan tabel 3.4 di atas, dapat diketahui faktor-faktor kunci
keberhasilan dari faktor internal maupun eksternal. Adapun factor-faktor
kunci keberhasilan tersebut dapat dilihat pada tabel 3.5 dibawah ini :

TABEL 3.5
FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN

FAKTOR INTERNAL

Strenght Weaknesses
Belum adanya kerjasama
Ketersediaan SDM yang memadai
lintas sektoral dalam
S W penanganan ODGJ

FAKTOR EKSTERNAL

Opportunites Threaths

O Besarnya peluang untuk T Kurangnya keterlibatan


melakukan Kerjasama dengan keluarga dan Masyarakat
berbagai lintas sektoral yang ada di dalam penanganan ODGJ
Kota Pontianak

Setelah penentuan faktor kunci keberhasilan pada tabel


evaluasi faktor internal dan ekseternal, selanjutnya dilakukan
analisis kuadran dengan melihat arah hubungan (+/-) dari keempat

40
komponen yang terdapat dalam factor internal maupun eksternal.
Arah hubungan tersebut dapat diketahui dengan menghitung selisih
antara Total skor kekuatan dikurang dengan total skor kelemahan
serta menghitung selisis antara total skor peluang dikurang total
skor ancaman. Berdasarkan hasil analisis IFAS dan EFAS pada
tabel 3.4 diketahui bahwa : S = 1,71, W = 1,50, O = 2,03 dan
T = 0,95.

a. Sumbu X = Total Kekuatan – Total Kelemahan

= 1,71 – 1,50 = 0,21

b. Sumbu Y = Total Peluang – Total Ancaman

= 2,03 – 0,95 = 1,08

Berdarkan hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa


Analisis kuadra organisasi berada pada kuadran I. Adapun peta
kuadran organisasi tersebut dapat dilihat pada diagram peta
kekuatan organisasi dibawah ini :

Diagram 3.4
Diagram Peta Kekuatan Organisasi

Oppurtunity (O= 2,03)

Kuadran 3 1,80 Kuadran 1


SO

0,21
Weakness Strenght
(W=1,50) (S=1,71)

Kuadran 4 Kuadran 2

Threath (T= 0.95

41
2.7 Strategi
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia menyatakan
bahwa “strategi adalah cara mencapai tujuan dan sasaran yang
dijabarkan ke dalam kebijakan-kebijakan dan program”. Analisis
strategis meliputi tiga hal yaitu, analisis lingkungan, perumusan
faktor-faktor kunci keberhasilan (Critical Success Factors) dan
analisis SWOT. Analisis SWOT (Strenghts, Weaknesses,
Oppurtunities, Threats) adalah suatu alat manajemen untuk
mengevaluasi internal dan eksternal organisasi sehingga dapat
memberikan informasi mengenai isu-isu penting bagi organisasi.
Analisis SWOT memberikan informasi yang berguna dalam
menyesuaikan segala sumber daya dan kemampuan yang ada
dengan lingkungan dimana unit kerja berada. Empat strategi utama
yang dapat dirumuskan dalam kuadran SWOT sebagai berikut :

Tabel 3.6
Strategi Utama Kuadran SWOT

42
 Strategi ekspansi yang dirumuskan pada kuadran I akan
menghasilkan strategi SO, yaitu merupakan perpaduan antara
kekuatan kunci, dan peluang kunci dimana tujuannya kearah
pengembangan pertumbuhan dan perluasan pada suatu bidang.
 Strategi diversifikasi yang dirumuskan pada kuadran II akan
menghasilkan strategi ST, yaitu merupakan perpaduan antara
kekuatan kunci dan ancaman kunci, dimana tujuannya kearah
diversifikasi inovasi pembaharuan dan modifikasi.
 Strategi stabilitas atau rasionalisasi yang dirumuskan pada
kuadran III akan menghasilkan strategi WO, yaitu merupakan
perpaduan antara kelemahan kunci dan peluang kunci dimana
tujuannya untuk menciptakan stabilitas atau rasionalisasi atau
untuk investasi di bidang tertentu.
 Strategi defensif atau survival yang dirumuskan pada kuadran
IV akan menghasilkan strategi WT, yaitu merupakan perpaduan
antara kelemahan kunci dan ancaman dimana tujuannya untuk
menciptakan keadaan yang defensif, efisiensi.
Pemilihan strategi adalah proses pembuatan keputusan
untuk memilih alternatif terbaik dalam upaya pencapaian tujuan dan
sasaran dengan cara yang paling baik. Strategi memperhitungkan
juga lingkungan organisasi secara keseluruhan yang akan
mempengaruhi implementasi strategi. Kesalahan penetapan
strategis akan membawa dampak tidak dapat dilaksanakannya
strategis tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 3.7
berikut ini:

43
Tabel 3.7

FORMULASI STRATEGI SWOT

KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)

FAKTOR
INTERNAL
1. Merupakan satu 1. Keterbatasan
satunya fasilitas sarana dan
pelayanan Kesehatan prasarana
yang menyediakan 2. Belum ada
pelayanan jiwa di kerjasama lintas
wilayah kota sektoral
Pontianak 3. Belum adanya
2. Lokasi strategis Tim pelayanan
FAKTOR 3. SDM memadai Kesehatan jiwa
EKSTERNAL terpadu
4. Salah satu pusat
Pendidikan dan 4. Belum adanya
penelitian di bidang programa kerja
Kesehatan jiwa di terkait pelayanan
Provinsi Kalimantan Kesehatan jiwa
Barat terpadu
5. Kurang
optimalnya
sosialisasi
PELUANG (O) STRATEGI (SO) STRATEGI (WO)

1. Adanya Memanfaatkan keunggulan Kurangnya keterlibatan


dukungan UPT Klinik Utama Sungai keluarga dan Masyarakat
tinggi dari Bangkong yang merupakan dalam penanganan ODGJ
Dinas satu satunya fasilitas dapat diatasi dengan
Kesehatan pelayanan Kesehatan jiwa di membentuk sebuah wadah
Provinsi dan koordinatif system pelayanan
Kota Pontianak untuk
Dinas Kesehatan jiwa terpadu
menjalin kerjasama dengan
Kesehatan berbagai lintas sektoral
Kota Pontianak
dalam membentuk system
2. Terdapat
pelayanan Kesehatan jiwa
program kerja
penanganan terpadu. Mengoptimalkan
kesehatan Kembali TPKJM dan
yang tertuang pembentukan Tim Gerak
pada Seksi Cepat Penanganan ODGJ di
Pencegahan Kota Pontianak.
dan
Penanggulang
an Penyakit
Tidak Menular
dan Kesehatan
Jiwa di Dinas
Kesehatan
Provinsi
Kalimantan
Barat
3. Fasilitas
kesehatan
rujukan dalam
penanganan

44
masalah
kesehatan jiwa
di Provinsi
Kalimantan
Barat
4. Adanya
pertemuan
antara UPT
Klinik Utama
Sungai
Bangkong
dengan
berbagai lintas
sektoral di
wilayah kota
Pontianak
5. Besarnya
peluang untuk
melakukan
Kerjasama
dengan
berbagai lintas
sektoral yang
berada di
wilayah kota
Pontianak
ANCAMAN (T) STRATEGI (ST) STRATEGI (WT)

1. Tingginya Memanfaatkan dukungan dinas Melakukan Kerjasama


angka Kesehatan Provinsi dan Kota dengan berbagai lintas
penderita Pontianak sebagai dasar sektoral sehingga pelayanan
gangguan jiwa pengoptimalisasian pelaksanaan Kesehatan jiwa menjadi
setiap prefentif serta tim koordinatif cepat, mudah dan terpadu.
tahunnya yang melibatkan keluarga, Hal ini dapat meningkatkan
2. Tingginya Masyarakat dan berbagai lintas nilai jual dan minat
angka relaps sektoral konsumen dalam
ODGJ setiap
menggunakan fasilitas
tahun
Kesehatan di UPT Klinik
3. Tingginya
stigma Utama Sungai Bangkong
Masyarakat
terhadap
ODGJ
4. Kurangnya
keterlibatan
keluarga dan
Masyarakat
5. Terdapat
Rumah Sakit
Jiwa Provinsi
Kalimantan
Barat dan
Rumah Sakit
Jiwa di
Kabupaten
Sintang

45
BAB 4

STRATEGI PENYELESAIAN MASALAH

4.1 TEROBOSAN/INOVASI

Penulis berencana untuk membuat suatu terobosan/inovasi


guna memperbaiki kondisi yang kurang ideal menuju kondisi yang
ideal. Terobosan/inovasi akan dilakukan adalah
mengoptimalisasikan kerjasama antar lintas sektoral dalam
memberikan pelayanan Kesehatan jiwa secara terpadu. Kegiatan ini
dapat di imolementasikan dengan membuat SISTEM PELAYANAN
KESEHATAN JIWA TERPADU (SI ANAK JITU). Dengan adanya
inovasi ini diharapkan pelayanan Kesehatan jiwa dapat lebih cepat,
mudah dan terpadu, dengan target capaian sebagai berikut :

1. Target jangka pendek, yaitu mempersiapkan pra kondisi dan


prasyarat yang diperlukan berupa
a) Pembentukan Tim Efektif serta Tupoksi dari masing-masing
lintas sektoral terkait
b) Adanya konsep rancangan pelakasanaan system pelayanan
Kesehatan jiwa terpadu
c) Tersusunnya SOP alur penanganan ODGJ secara terpadu
internal
d) Tersusunnya MOU penanganan ODGJ melalui Kerjasama
lintas sektoral.
e) Menyusun regulasi yang berhubungan dengan sistem,
prosedur dan tata kerja melalui SK Kepala UPT
f) Menyusun rencana program kegiatan.
g) Melakukan koordinasi dengan berbagai lintas sektoral yang
berada di wilayah Kota Pontianak.
h) Terbangunnya koordinasi dengan para stakeholder.

2. Target jangka menengah, yaitu


a) Penyusunan Rencana Anggaran Biaya atas aksi perubahan

46
dalam usulan anggaran.
b) Melakukan Uji Coba Sistem pelayanan Kesehatan jiwa
terpadu.
c) Launching Sistem pelayanan Kesehatan jiwa terpadu dengan
para stakeholder.
d) Sosialisasi pelaksanaan system pelayanan Kesehatan jiwa
terpadu
e) Melakukan koordinasi dengan lintas sektoral di Kabupaten
yang berada di wilayah sekitar kota Pontianak.
f) Monitoring Dan Evaluasi.
3. Target jangka panjang, yaitu

a)Meningkatkan Pendapatan UPT Klinik Utama Sungai Bangkong.


b)Tersaji layanan deteksi dini bagi masyarakat Kalimantan Barat.
c)Tersedianya layanan konseling terhadap masalah psikososial
d)Menurunnya angka kekambuhan ODGJ.
e)Meningkatkan kemandirian dan produktifitas pasien ODGJ

47
4.2 TAHAP KEGIATAN
Adapun tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan pada aksi perubahan ini disampaikan dalam tabel 4.1 di bawah ini :
Tabel 4.1
Tahap Kegiatan Pelaksanaan Inovasi

No Kegiatan Waktu Output Evidence Anggaran Resiko Mitigasi Resiko


Jangka Pendek (22 Agustus s/d 22 Oktober 2023)

1. Membentuk Tim Minggu Ke I Terbentuknya Tim - Undangan Tidak Melakukan


Efektif dan ( 22 Agustus Efektif rapat, Daftar terlaksananya koordinasi
pembuatan draft SK 2023) absen, kegiatan dengan
Si Anak Jitu notulensi diakibatkan menggunakan
- Dokumentasi jadwal yang media online
- SK Tentang padat
Tim
2. Pembuatan konsep Minggu Ke I dan Tersusunya - Dokumen Tidak selesai Membuat
rancangan ke II konsep rancangan konsep rancangan tepat waktu jadwal kerja
pelakasanaan ( 25 Agustus- 1 inovasi pelayanan pelayanan karena jadwal tim
sistem pelayanan September 2023) Kesehatan jiwa Kesehatan jiwa tim yang padat
Kesehatan jiwa terpadu terpadu
terpadu

3. Sosialisasi internal Minggu Ke III Tersosialisasika - Undangan, Tidak Sosialisasi


terkait wacana (4-8 September nnya rencana Daftar terlaksananya dilaksanakan
pembentukan 2023) aksi perubahan Absen, kegiatan akibat secara online
inovasi Si Anak Jitu Notulensi jadwal kerja atau materi
- Dokumentasi yang padat sosialisasi
- Materi dan disampaikan
secara tertulis

48
No Kegiatan Waktu Output Evidence Anggaran Resiko Mitigasi Resiko
Paparan
4. Pembuatan Draft Minggu Ke IV Adanya Draft - - Draft Tidak selesai Membuat
Penganggaran (11 - 15 Penganggaran Penganggaran tepat waktu jadwal kerja
September karena tim tim administrasi
2023) administrasi
berhalangan
5. Pembuatan Alur Minggu Ke V Tersedianya - - Alur dan Tidak Penjadwalan
dan Jadwal kerja (18-22 alur dan Jadwal Jadwal Kerja terlaksananya ulang
September kegiatan kegiatan akibat kegiatan
2023) jadwal kerja
yang
padat
6. Sosialisasi awal Minggu Ke V dan Tersosialisasika - Undangan, Tidak Sosialisasi
terkait wacana ke VI nnya rencana Daftar terlaksananya dilaksanakan
pembentukan Si (20 – 29 aksi perubahan Absen, kegiatan akibat secara online
Anak Jitu dengan September 2023) Notulensi jadwal kerja atau materi
berbagai lintas - Dokumentasi yang padat sosialisasi
sektoral - Materi dan disampaikan
Paparan secara tertulis
7. Membuat SOP Minggu Ke VI Tersusunnya - - Dokumen Tidak selesai Membuat
Tentang (2-4 Oktober 2023) SOP SOP tepat waktu jadwal kerja
Mekanisme karena tim tim administrasi
Pelayanan administrasi
berhalangan

8. Melaksanakan rapat Minggu Ke VI Terlaksananya - Laporan hasil Stakeholder Membuat


koordinasi dengan dan Ke VII koordinasi kordinasi memiliki jadwal
Stakeholder (5-13 September dengan - Dukungan kesibukan koordinasi
eksternal 2023) Stakeholder - Dokumentasi jadwal dengan
eksternal stakeholder

49
No Kegiatan Waktu Output Evidence Anggaran Resiko Mitigasi Resiko

9. Desiminasi Si Anak Mingg ke VIII Terlaksananya - Laporan hasil Tidak selesai Membuat
Jitu melalui (16-20 Oktober desiminasi SI desiminasi tepat waktu jadwal kegiatan
berbagai media 2023) Anak Jitu karena tim teknis desiminasi
sosial melalui berbagai berhalangan tahap
media sosial selanjutnya
seperti FB, IG,
Web, Tiktok

10. Evaluasi Minggu Ke IX Terlaksananya - Laporan Hasil Tidak selesai Langsung


Pelaksanaan (21-22 Oktober Evaluasi Evaluasi tepat waktu membuat hasil
Kegiatan Jangka 2023) evaluasi pada
Pendek setiap tahapan
Jangka Menengah ( 6 November s/d 28 Februari 2024)
2. Sosialisasi kegiatan Minggu Ke I s/d IV Terlaksananya Terlaksananya Tidak selesai Membuat
Si Anak Jitu ke (6 s/d 27 sosiallisasi sosialisasi tepat waktu jadwal kegiatan
berbagai fasilitas November 2023) karena tim teknis sosialisasi
kesehatan di berhalangan tahap
seluruh kota selanjutnya
Pontianak
3. Penetapan SK Minggu Ke V SK Tim - Dokumen SK Tidak selesai Komunikasi
T i m Si Anak (4 Desember 2023) tepat waktu intensif
Jitu

50
No Kegiatan Waktu Output Evidence Anggaran Resiko Mitigasi Resiko
4. Pelaksanaan Minggu Ke VI s/d Terlaksananya Kegiatan Tidak Tim
melakukan
kegiatan Si Anak XV kegiatan pelayanan terlaksananya
pemeriksaan
Jitu (11 Des 2023 pelayanan kesehatan jiwa kegiatan dalam setiap
s/d 23 Feb kesehatan jiwa pelayanan tahapan
pelaksanaan
2024) secara terpadu kesehatan jiwa
6. Monitoring dan Minggu Ke XVI Terlaksananya - Laporan evaluasi Tidak selesai Langsung
Evaluasi (23 – 29 Feb evaluasi kegiatan tepat waktu membuat hasil
pelaksanaan 2024) evaluasi pada
kegiatan Si Anak setiap tahapan
Jitu
Jangka Panjang (1 Maret 2024 s/d 1 Maret 2025)
1. Integrasi pelayanan Minggu Ke I s/d Terlaksananya - Integrasi Gagalnya Melakukan
Si Anak Jitu dengan XXIV Integrasi dengan layanan Integrasi kolaborasi
layanan yang ada di (4 s/d 28 berbagai lintas dengan
Maret 2024)
UPT Klinik Utama sektoral berbagai lintas
Sungai Bangkong sektoral
2 Sosialisasi Kegiatan Minggu Ke V - Terlaksananya Terlaksananya Tidak selesai Membuat
Si Anak Jitu dengan XXIV sosialisasi sosialisasi tepat waktu jadwal kegiatan
dinas kesehatan (4 April s/d 28 karena tim teknis sosialisasi
kabupaten dan Agustus 2024) berhalangan tahap
lintas sektoral

51
No Kegiatan Waktu Output Evidence Anggaran Resiko Mitigasi Resiko
kabupaten lainnya selanjutnya
2. Penerapan layanan Minggu Ke XXV Layanan SI Anak - Seluruh Layanan belum Kordinasi
Si Anak Jitu tingkat s/d ke XLIV (3 Jitu dapat dikehui Masyarakat dapat dapat diakses dengan lintas
kabupaten April oleh Masyarakat mengetahui oleh seluruh sektoral
s/d 30 Jan luas layanan Si Anak masyarakat Kembali dan
2025) Jitu melakukan
sosialisasi di
berbagai
medsos
3 Evaluasi Minggu XLV – LII Terlaksananya - Laporan evaluasi Tidak selesai Langsung
pelaksanaan SI (3 Februari 2025 – evaluasi kegiatan tepat waktu membuat hasil
Anak Jitu tingkat 28 Maret 2025 evaluasi pada
Kabupaten setiap tahapan

52
53
54
55
4.3 Sumber Daya (Peta dan Pemanfaatan)
Agar inovasi dapat terus berkesinambungan maka diperlukan Keterlibatan
pihak-pihak yang memiliki pengaruh dan berkepentingan, termasuk pula
penerima layanan. Hal ini diperlukan agar aksi perubahan dan inovasi ini dapat
bersinergi, terukur dan tidak terjadi kesalah pahaman yang mengakibatkan
tumpang tindih dalam pelaksanaan kegiatan. Agar capaian Aksi Perubahan yang
telah direncanakan dapat terkendali dan tercapai sesuai dengan diinginkan, maka
perlu menyusun struktur tata Kelola aksi perubahan dan mengidentifikasi
sumber daya organisasi. Struktur tata Kelola aksi perubahan dapat digambarkan
sebagai berikut :

4.3.1 Tim Kerja Efektif

Agar capaian Aksi Perubahan yang telah direncanakan dapat terkendali dan
tercapai sesuai dengan diinginkan, maka perlu menyusun struktur tata kelola aksi
perubahan dan mengidentifikasi sumber daya organisasi. Struktur tata kelola aksi
perubahan dapat digambarkan sebagai berikut :

56
4.3.2 Identifikasi Stakeholder
Selain pentingnya struktur tata Kelola dalam tim kerja
efektif, diperlukan pula dukungan dari stakeholder baik
perorangan, maupun kelompok-kelompok yang tertarik.
Stakeholder dapat berasal dari dalam maupun dari luar
organisasi, yang berpengaruh maupun terpengaruh oleh tujuan-
tujuan dan tindakan-tindakan sebuah tim. Oleh karena itu
stakeholder harus dikelola dengan baik, sehingga bisa
meminimalisir potensi negatif yang mungkin timbul dalam
menjalankan tujuan organisasi. Harus disadari bahwa hubungan
antar stakeholder tidak selamanya hubungan yang positif dan
sinergis. Sebagai bentuk hasil identifikasi stakeholder, laporan ini
menggunakan dua buah metode yaitu network map
stakeholders, serta metode yang kedua yaitu menganalisis
stakeholder menggunakan influence-impact matrix. Metode
influence-impact matrix bertujuan untuk mengidentifikasi
stakeholders dan mengelompokkannya ke dalam empat
kelompok. Adapun ke mpat kelompok tersebut adalah sebagai
berikut:

Gambar 4.1
Influence-Impact Matrix

57
Berdasarkan gambar tersebut, diketahui bahwa terdapat
empat jenis stakeholders dalam aksi perubahan. Jenis ini
dikelompokkan berdasarkan tingkat kepentingan (high
influence or low influence) dan tingkat kekuatan(high
impact or low impact). Hasil analisis identifikasi stakeholders,
dijelaskan lebih rinci pada Tabel 4.4 di bawah ini :

Tabel 4.4

Daftar Stakeholder

Pengaruh
No Stakeholder
Ke Kepen Katagori
ku tingan
ata
n
Steakholder Internal

1Kepala Bidang Tata Usaha 9 + Promo


. ters
2Kepala Seksi Pelayanan 9 + Promo
. ters
3Kepala Seksi Penunjang 9 + Promo
. ters
5Kelompok Jafung tertentu (tenaga medis, 9 + Defen
.Perawat, Apoteker, pranata laboratorium dll) ders
6Kelompok jafung umum 6 + Latens
.
Steakholder Eksternal
1 Gubernur 9 + Promo
ters
2 Walikota 9 + Promo
ters
3 Sekda 9 + Promo
ters
4 Kepala Dinas Kesehatan Provinsi 9 + Promo
Kalimantan Barat ters
5 Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak 9 + Promo
ters

58
Pengaruh
No Stakeholder
Ke Kepen Katagori
ku tingan
ata
n
6 Kepala Dinas Sosial Kota Pontianak 9 + Promo
ters
7 Kepala Puskesmas di Wilayah Kota 8 + Promo
Pontianak ters
8 Kepala Satuan Polisi Pamong Praja 8 + Promo
(Satpol PP) ters
9 Bintara Pembina Desa (Babinsa) 5 + Defen
ders
10 Bhayangkara Pembina Keamanan dan
Ketertiban Masyarakat (Babinkamtibnas)
8 Para Camat 5 + Defen
ders
9 Tim Kesejahteraan Sosial Kecamatan 5 + Defen
ders
10 Lembaga Kesejahteraan Sosial 5 + Defen
ders
1Kader Kesehatan Jiwa 5 + Defen
1 ders
1Keluarga ODGJ 5 + Defen
2 ders
1Tokoh Masyarakat 5 + Defen
3 ders
1Masyarakat Umum 5 + Latens
4

Keterangan Pengaruh:
Rendah : 1- 2
Sedang :3–5
Tinggi :6–8
Sangat Tinggi : ≥9

Berdasarkan hasil analisis Stakeholders menggunakan


analisis Influence- Impact Matrix di atas, diharapkan adanya
pergeseran stakeholders dari Latent menuju Promoters. Begitu
juga dengan Defenders, diharapkan bergeser menjadi
Promoters. Analisis pengembangan stakeholder dapat dilihat pada
gambar 4.2 dibawah ini :

59
Gambar 4.2
ANALISIS DAN PENGEMBANGAN STAKEHOLDERS

PENGARUH

High Influence,High
High Influence Low Interest
Interest (PROMOTORS
(LATENS ) Eksternal
) Internal
1.Kepala Bidang 1. Gubernur
1. Staf jafung umum Tata Usaha 2. Walikota
2. Masyarakat Sekda 3. Sekda
Umum 2.Kepala Seksi 4. Kepala Dinas
Pelayanan Kesehatan
3. Kepala Seksi Provinsi Kal-Bar
Penunjang 5. Kepala Dinas
4.Kelompok Jafung Kesehatan Kota
Fungsional Pontianak
tertentu 6. Kepala Dinas
Sosial Kota
Pontianak
7. Kepala
Puskesmas
8. Kepala Satpol PP

KEPENTINGAN
Low Influence,High
Low Influence,Low Interest
Interest (DEFENDERS)
(APATHETICS)

1. Babinsa
NIHIL 2. Babinkamtibnas
3. Para Camat
4. TKSK
5. LKS
6. Kader Keswa
7. Tokoh Masyarakat

60
4.3.3 Strategi Komunikasi

Strategi Komunikasi yang harus dilakukan adalah :

a. Stakeholder yang memiliki pengaruh dan kepentingan kuat (Promoters)


dilakukan komunikasi terus menerus (intens) melalui diskusi serta
koordinasi untuk dapat bekerja sama dan saling melengkapi serta
merumuskan strategi pelaksanaan proyek perubahan.
b. Stakeholder yang memiliki pengaruh kuat namun keterkaitannya rendah
(Latens) terus dilakukan komunikasi untuk memberikan penjelasan
mengenai pentingnya proyek perubahan, sehingga akhirnya dapat menjadi
kekuatan mencapai keberhasilan proyek perubahan.
c. Stakeholder yang memiliki pengaruh rendah tetapi memiliki keterkaitan
yang kuat (defenders) harus dilakukan komunikasi melalui koordinasi
untuk dapat berperan menyiapkan lingkungannya sehingga dapat
mendukung proyek perubahan.
d. Stakeholder yang memiliki pengaruh rendah dan keterkaitan rendah
(apathetic) harus dilakukan komunikasi untuk mendapatkan pemahaman
akan pentingnya proyek perubahan ini untuk dapat berperan sesuai ruang
lingkupnya.

Selanjutnya dari identifikasi Stakeholder sebagaimana tersebut di atas, baik


internal maupun eksternal, akan dilakukan pemetaan Stakeholder sekaligus
untuk mengetahui Stakeholder mana yang mendukung, Stakeholder yang
tidak mendukung, dan Stakeholder yang netral, yang dituangkan dalam notasi
sebagai berikut :

61
Gambar 4.3 NET MAP

MENTOR GUBERNUR
(Kepala Dinas kesehatan
Provinsi Kal-Bar
COACH SEKDA

WALIKOTA

KEPALA DINAS KESEHATAN


KESUBAG TU PROVINSI KALBAR

KEPALA DINAS KESEHATAN


PROVINSI KALBAR
KASIE PELAYANAN
KEPALA DINAS KESEHATAN
KOTA
PROJECT LEADER
KEPALA PUSKESMAS
KASIE PENUNJANG (KEPALA UPT KLINIK
UTAMA SUNGAI
BANGKONG)
KEPALA SATPOL PP

STAF JAFUNG
TERTENTU
BABINSA

BABINKAMTIBNAS
STAF JAFUNG
UMUM
TKSK LKS
KADER JIWA
DAN TOKOH
PARA CAMAT
MASYARAKAT

KETERANGAN WARNA:

a. Internal UPT Klinik Utama Sungai Bangkong


b. Eksternal UPT Klinik Utama Sungai Bangkong

KETERANGAN GARIS:
a. Garis Hierarki
b. Garis Koordinasi
4.4 Faktor Pendukung keberhasilan Pelaksanaan

62
Setelah mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan, maka selanjutnya
penting untuk mengidentifikasi faktor-faktor pendukung keberhasilan (key success
factor) dalam pelaksanaan aksi perubahan. Adapun faktor-faktor pendukung
keberhasilan pelaksanaan aksi perbaikan adalah sebagai berikut:

1. Komitmen penuh dari pimpinan dalam mendukung aksi perubahan. Hal ini
dilakukan untuk menjaga dan menyebarkan semangat perubahan kepada
personilnya.
2. Koordinasi dan komunikasi antar stakeholders yang terkait. Tujuannya
adalah untuk mengidentifikasi potensi permasalahan lebih awal, dan
strategi untuk mengatasinya, agar tujuan dapat tercapai sesuai target yang
telah ditentukan;
3. Sarana dan prasarana dapat dipersiapkan untuk memudahkan
pelaksanaan kegiatan.
4. Manajemen stakeholders berdasarkan hasil analisis menggunakan Influence-
Impact Matrix. Hal ini bertujuan untuk menentukan strategi yang cocok
diterapkan kepada masing-masing stakeholders agar tujuan aksi
perubahan dapat tercapai.
5. Konsistensi dari tim efektif dalam melaksanakan kegiatan aksi perubahan
yang telah direncanakan;

6. Adanya faktor pendukung berupa Peraturan Perundangan , Peraturan


Lembaga, Surat Edaran Bersama, Peraturan Gubernur, dan Surat Edaran
Gubernur

4.5 Konversi Rupiah Dari Rancangan Aksi Perubahan


Dalam melakukan rancangan aksi perubahan salah satu yang menjadi perhatian
adalah bagaimana aksi perubahan memberikan pengaruh terhadap konversi
rupiah. Terdapat beberapa hal dalam inovasi ini yang dapat menjadi konversi
rupiah. Adapun hal tersebut adalah sebagai berikut :

1) Terdapat tambahan anggaran pada bidang pelayanan kesehatan untuk mendukung


pelaksanaan aksi perubahan Si Anak Jitu (Sistem Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu)
sebesar Rp. 30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah) yang teridiri dari :
a) Biaya ATK, Rapat, makan minum dan SPPD Rp.10.000.000,-

63
b) Biaya operasional pelaksanaan Si Anak Jitu Rp. 20.000.000

2) Dari nilai investasi yang di gunakan untuk membangun sistem ini di pastikan memberi
nilai tambah kepada pemerintah daerah dalam peningkatan Pendapatan Daerah.
Melalui inovasi Si Anak Jitu maka pelayanan Kesehatan jiwa menjadi lebih mudah,
cepat dan terpadu. Pelayanan Kesehatan jiwa yang dilakukan secara terintegrasi dapat
mempercepat skrining masalah Kesehatan jiwa di Masyarakat. Hal ini berpotensi
meningkatkan jumlah kunjungan pasien baru ke poli rawat jalan. Selain itu monitoring
pengobatan yang dillakukan secara berjenjang meningkatkan kepatuhan pasien untuk
kontrol di poli rawat jalan dalam setiap bulannya. ODGJ gaduh gelisah dapat segera
dievakuasi dan ditangani sehingga meningkatkan jumlah pasien rawat inap di UPT
Klinik Utama Sungai Bangkong. Estimasi pendapatan akibat dampak tersebut dapat
dilihat pada table 4.5 dibawah ini :

Tabel 4.5
Estimasi Pendapatan Melalui Inovasi Si Anak Jitu

NO Keterangan Unit Jumlah Paket Total


Pasien Pelayanan BPJS

1 Pasien Baru Poli Rawat 500 Rp. Rp. 79.800.000


Jalan 133.000

2 Estimasi Rawat Inap 600 Rp. Rp.


Jumlah 3.200.000 1.920.000.000
Pasien rawat
inap

Total Rp.

64
1.999.800.000

Berdasarkan table 4.5 diatas dapat diketahui bahwa inovasi Si Anak Jitu dapat
menyumbangkan penambahan pendapatan UPT Klinik Utama Sungai Bangkong
hampir sebesar 2 Milyar Rupiah.

4.6 Manajemen Risisko

Manajemen risiko adalah proses mengidentifikasi, menganalisis,


mengevaluasi dan mengawasi risiko untuk meminimalisasi potensi kerugian
(Subriadi, et al., 2018). Manajemen risiko merupakan hal penting yang wajib
dipersiapkan dan direncanakan dengan baik di rencana aksi perbaikan. Setiap
aktivitas mengandung risiko, yang kemungkinan akan terjadi di masa
mendatang. Untuk menghindari pencapaian tujuan terhambat, maka manajemen
risiko wajib diterapkan.

Tahapan pertama dalam menerapkan manajemen risiko adalah


mengidentifikasi kategori aset yang berpotensi berisiko. Adapun kategori aset
yang masuk ke dalam ruang lingkup penulisan rencana aksi perubahan ini adalah:
Sumber daya manusia; regulasi dan Kebijakan pimpinan. Tahap kedua, yaitu
mengidentifikasi risiko. Pada tahap ini, setiap potensi penyebab dan risiko
yang mungkin terjadi pada aset dipetakan ke dalam kategori aset. Adapun
hasil identifikasi risiko dapat dilihat pada tabei 4,6 di bawah ini :

Tabel 4.6 Identifikasi Risiko

Kategori Potensi
Aset Ancaman Risiko
Aset Penyebab

Fokus terpecah
Kesibukan Tugas dan
untuk
tim tanggungjawab
mengerjakan
Tim Efektif efektifpada pekerjaan di
tugas kantor
pekerjaan kantor
sehari- hari di dan aksi
kantor. perubahan

Stakeholder
Sumber Kurang
internal Dapat
daya Stakeholder tidak sosialisasi atau menyebabkan
manusia internal memahami penyampaian kesalahpaham
secaradetal informasi yang an
tentang aksi kurang efektif.

65
Kategori Potensi
Aset Ancaman Risiko
Aset Penyebab

perubahan.
Aksi
Waktu perubahan
Waktu Waktu pelaksanaan aksi tidak tercapai
pengerjaa pengerjaan perubahan relatif dalam waktu
n yangsingkat singkat. yang sudah
. ditentukan.

Regulasi/ Regulasi Regulasi


atau Prosesnya Penyusuna lama
Dokumen dokumen lama n tidak dikeluarkan.
pendukung lancar.
lainnya

Pekerjaan tidak Kegagalan aksi


Kebijakan Semua dapat Konflik kepentingan perubahan
pimpinan Stakeh dilaksanakan
olders dengan obyektif

Agenda rapat Kesibukan Adanya missing-


Kondisi saat terbatas (frekuensi pekerjaan link jika tidak
pelaksanaan Agenda dan jumlah dihadiri oleh
kegiatan rapat partisipan) stakeholders

Setelah mengidentifikasi risiko yang berpotensi muncul, tahapan selanjutnya adalah


mengidentifikasi strategi yang dapat dilakukan. Pada umumnya, terdapat empat jenis
strategi yang dapat diterapkan, yaitu: avoid, transfer, mitigasi, atau accept. Adapun strategi
manajemen risiko pada peruabahan ini dapat dilihat pada table 4.7 dibawah ini :

Tabel 4. 7 Strategi Manajemen Risiko

Risiko Strategi
Mitigasi, pimpinan harus memiliki
komitmen yangkonsisten terkait aksi
Fokus terpecah untuk mengerjakan perubahan.
tugas kantor dan aksi perubahan Pimpinan akanmeningkatkan komunikasi
yang intensif untuk salingbantu dalam
menyelesaikan tugas dan tanggungjawab
anggota tim.
Avoid, dengan cara melakukan sosialisasi di
Dapat menyebabkan
awal. Selain itu, membuat manual
kesalahpahaman.
dan beberapa petunjuk lain.

66
Risiko Strategi
Aksi perubahan tidak tercapai dalam Mitigasi, hal ini dapat diatasi dengan
waktu yang sudah ditentukan. cara membangunkomitmen kepada seluruh
stakeholders internal yang berperan

Mitigasi, melakukan koordinasi yang cukup


Regulasi atau izin tidakdapat intens agar permasalahan ini dapat
dikeluarkan. diidentifikasi di awal, dan penyelesaian dapat
dilakukan lebih awal.

Aksi perubahan tidak Mitigasi, melaksanakan prinsip-prinsip


terlaksana secaramenyeluruh manajemenperubahan dalam mengelola
resistensi.
Avoid, perlu ditekankan bahwa dalam
menyelenggarakan pelayanan publik tidak
boleh mementingkan kepentingan tertentu dan
Kegagalan aksiperubahan harus bersifat obyektif. Pemimpin perlu
melakukankomunikasi intensif untuk
mencegah

risiko ini terjadi.


Mitigasi, Apabila agenda rapat dapat
dilaksanakan secara tatap muka pastikan sudah
mengikuti protokol kesehatan dan membatasi
Adanya missing-link jika tidak dihadiri partisipan
oleh stakeholders
Transfer dan mitigasi, jika tidak dapat
dilaksanakan secara tatap muka maka
selanjutnya dilakukan online meeting dan

merekam agenda rapat.


Agenda rapat tidak berjalan lancar Accept, apabila pelaksanaan rapat terganggu
oleh kondisi di luar kendali maka
peserta rapat perludiberikan akses ke
rekaman rapat.

BAB V

DESKRIPSI PROSES KEPEMIMPINAN

Pada bab ini akan disampaikan beberapa upaya pembangunan kepemimpinan yang

67
telah dilakukan oleh penulis melalui aksi perubahan kinerja organisasi. Adapun
Upaya Pembangunan kepemimpinan tersebut meliputi :
A. Membangun integritas dan akuntabilitas kinerja organisasi
1. Integritas kinerja organisasi
Menurut Mubin (2018) Integritas adalah kemampuan senantiasa untuk
memegang teguh pada nilai-nilai, kebijakan organisasi serta kode etik profesi
walaupun dalam keadaan yang sulit. Fungsinya integritas adalah sebagai
Cognitive Function of Integrity yang meliputi kecerdasan moral dan self insight.
Hal ini Berarti, integritas berfungsi untuk memalihara moral atau akhlak
seseorang yang kemudian mendorong dia untuk memiliki pengetahuan yang
luas. Integritas dibutuhkan oleh siapa saja, tidak hanya pemimpin namun juga
yang dipimpinnya. Menurut Suhascaryo (2019) upaya pemimpin untuk
menciptakan integritas kinerja dalam sebuah organisasi dapat dilakukan dengan
beberapa cara berikut :
1) Menerapkan etika kepemimpinan seperti : menjadi contoh yang baik,
membuat keputusan yang bijak, mempu menilai staf serta melakukan
komunikasi yang efektif dengan para staf
2) Manajemen dan pengawasan efektif dapat dilakukan dengan cara mengenal
staf, memeriksa kinerja staf secara berkala
3) Menjadi role model yang baik bagi staf

2. Akuntabilitas Kinerja Organisasi


Menurut Mubin (2018) Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan
pertanggung jawaban atau untuk menjawab serta menerangkan kinerja dan
tindakan penyelenggara organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau
kewajiban untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban. Akuntabilitas
dikaitkan dengan partisipasi. Ini berarti akuntabilitas hanya dapat terjadi jika ada
partisipasi dari stakeholders atau dukungan dari berbagai lintas sectoral dalam
penanganan pasien gangguan jiwa. Seorang pemimpin yang baik harus
membangun integritas dalam melaksanakan tugas-tugasnya agar orang-orang
yang dipimpin mendapatkan jaminan bahwa pemimpin mereka dapat dipercaya.
Oleh sebab itu sudah seharusnya pemimpin mengaplikasikan prinsip integritas
dalam kegiatan sehari-harinya agar menjadi contoh bagi para stafnya. Adapun
beberapa Upaya yang telah dilakukan dalam membangun integritas kinerja

68
organisasi melalui rancangan aksi perubahan kinerja organisasi ini adalah
sebagai berikut:
1. Menerapkan etika kepemimpinan untuk meningkatkan integritas dalam tim
efektif seperti disiplin dan tepat waktu saat menghadiri rapat. Rapat perdana
pembentukan tim efektif dilakukan pada tanggal 22 Agustus 2023 pukul 09:00
wib. Dengan menghadiri dan memimpin rapat tepat waktu menunjukkan
bahwa penulis memiliki komitmen yang kuat untuk membuat sebuah
pembaharuan. Selain itu datang tepat waktu saat rapat menunjukkan bahwa
penulis berdedikasi tinggi terhadap project perubahan Si Anak Jitu yang
sedang di garap. Tujuan utamanya adalah membuat sebuah sistem
pelayanan Kesehatan jiwa yang mudah diakses oleh masyarakat, pelayanan
cepat dan terintegrasi dengan semua lintas sektoral.
Kedisipilinan dan tepat waktu juga dilakukan pada rapat-rapat
selanjutnya yaitu pada tanggal 25 Agustus 2023 yang agendanya membahas
tentang pembuatan konsep rancangan pelaksanaan Si Anak Jitu. Rapat
ketiga dilakukan tanggal 8 September 2023 dengan agenda sosialisasi
internal tentang wacana pembentukan Si Anak Jitu, hingga pertemuan lintas
sectoral yang dilakukan pada tanggal 13 Oktober 2023. Datang tepat waktu
pada semua rapat yang telah diagendakan dalam aksi perubahan SI Anak
Jitu ini menjadi contoh bagi seluruh anggota tim efektif lainnya. Hal ini
memberikan dampak positif dimana agenda yang telah disusun dapat
berjalan sesuai rencana serta meningkatkan koordinasi yang efektif antar
anggota tim.
2. Menerapkan prinsip manajemen dengan menetapkan anggota tim efektif
sesuai dengan kompetensinya masing-masing.
Pembentukan tim efektif dalam inovasi perubahan SI Anak Jitu
mempertimbangkan kompetensi yang dimiliki oleh masing-masing staf. Hal ini
dilakukan agar seluruh anggota tim efektif menempati posisi yang sesuai
dengan keahliannya masing-masing. Contohnya penanggung jawab Instalasi
Gawat Darurat (IGD) dilibatkan kedalam tim efektif Si Anak Jitu karena IGD
merupakan lini pertama penanganan pasien ODGJ gaduh gelisah sehingga
dalam pembuatan SOP akan sesuai dengan prosedur dan realita dilapangan.
SOP Penanganan ODGJ melalui Kerjasama lintas sektoral disahkan pada
tanggal 24 Agustus 2023 dengan nomor 000.8.3.3 /096/ UKUSB-DINKES.

69
Selain itu dengan memilih anggota tim sesuai dengan kompetensinya
menyebabkan tim mampu bekerja dengan optimal sehingga memperlancar
pelaksanaan Inovasi ini mulai dari pembentukan tim efektif hingga pertemuan
lintas sectoral yang dilakukan pada tanggan 13 Oktober 2023. pemilihan
anggota tim efektif ini tertuang dalam SK Kepala UPT Klinik Utama Sungai
Bangkong Nomor 54 Tahun 2023 tentang Pembentukan Tim Efektif Inovasi
Sistem Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu (SI Anak Jitu).
3. Memberikan motivasi dan Pengawasan efektif
Upaya lain yang dilakukan untuk meningkatkan intergritas kinerja adalah
dengan memberikan motivasi dan pengawasan aktif. Motivasi dan
pengawasan aktif tidak hanya dilakukan secara langsung namun juga secara
online melalui Whatssapp (WA). Tugas yang sudah diberikan kepada masing-
masing anggota tim secara berkala dievaluasi. Masing-masing staf
melaporkan progress dan kendala yang dialami dalam menyelesaikan tugas
tersebut seperti pembuatan konsep rancangan pelaksanaan Si Anak Jitu,
Sosialisasi internal, pembuatan SOP, pembuatan draft penganggaran serta
kesiapan untuk melakukan rapat dengan stakeholder internal maupun
eksternal. Pemberian motivasi dan pengawasan aktif terbukti efekti
meningkatkan kinerja pegawai dalam melaksanakan tugasnya sehingga
semua rencana dapat terselesaikan sesuai deadline yang sudah disusun
termasuk dalam penyelesaian Laporan Aksi Perubahan Kinerja Organisasi.
Adapun hasil kerja sesuai rencana jangka pendek yang telah dilakukan tim
adalah sebagai berikut :
NO Kegiatan Tanggal Tanggal
Deadline Terlaksana
1. Pembuatan konsep 25 Agustus 25 Agustus
rancangan pelaksanaan Si 2023 2023
Anak Jitu
2. Sosialisasi dengan 25 Agustus 22 Agustus
Stakeholder internal 2023 2023
3. Sosialiasi dengan 30 Agustus 28 Agustus
Stakeholder eksternal 2023 2023
(Kepala Dinas dan
Sekretarus Dinas Kehatan

70
Provinsi Kalimantan Barat)
4. Pembuatan SOP 31 Agustus 24 Agustus
2023 2023
5. Pembuatan alur pelayanan 5 September 1 September
2023 2023
6. Pembuatan draft 15 September 11 September
penganggaran 2023 2023
7. Pembuatan Benner Si Anak 10 Oktober 10 Oktober
Jitu 2023 2023
7 Rapat dengan stakeholder 13 Oktober 13 Oktober
eksternal dan FGD lintas 2023 2023
sektoral
8 Desiminasi Publikasi melalui 20 Oktober 16 Oktober
media sosial 2023 2023

4. Melibatkan berbagai lintas sektoral dalam penanganan ODGJ.


Agar akuntabilitas kinerja dapat terlaksana maka berbagai lintas sectoral
seperti Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, Dinas Kesehatan Kota
Pontianak, Dinas Sosial Kota, Puskesmas, Babinsa, Bhabinkamtibnas serta
TKSK turut dilibatkan dalam inovasi Si Anak Jitu. Rapat yang membahas
tentang peran dari masing-masing sektor dalam penanganan ODGJ dilakukan
melalui Focus Group Discussion (FGD) yang dilaksanakan pada tanggal 13
Oktober 2023. Dalam FGD tersebut seluruh lintas sectoral berkomitmen untuk
mendukung terbentuknya sistem pelayanan kesehatan jiwa terpadu. Bentuk
komitmen tersebut tertuang dalam nota kesepakatan yang ditanda tangani
oleh seluruh lintas sectoral. Nota kesepakatan tersebut berisikan peran dan
fungsi masing-masing lintas sectoral dalam penanganan ODGJ, diantaranya :
1) Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat akan berperan dalam
mensosialisasikan tentang perlunya layanan atau fasilitas ODGJ dengan
masalah fisik. Selain itu Dinas Kesehatan Provinsi akan mengundang
perwakilan dari Rumah Sakit Umum (RSU) dalam pertemuan Tim
Pelaksana Kesehatan Jiwa (TPKJM) tingkat Provinsi terkait penanganan
ODGJ khususnya ODGJ yang memiliki masalah fisik
2) Dinas Kesehatan Kota Pontianak akan berperan dalam mensosialisasikan
tentang perlunya layanan atau fasilitas ODGJ dengan masalah fisik.

71
Selain itu Dinas Kesehatan Provinsi akan mengundang perwakilan dari
Rumah Sakit Umum (RSU) dalam pertemuan Tim Pelaksana Kesehatan
Jiwa (TPKJM) tingkat Kota terkait penanganan ODGJ khususnya ODGJ
yang memiliki masalah fisik
3) Puskesmas di wilayah Kota Pontianak akan bekerjasama dalam TPKJM
untuk melakukan penanganan awal, rujukan dan pengobatan lanjutan
terhadap ODGJ
4) Bhayangkara Pembina Kemanan dan Ketertipan Masyarakat
(Bhabinkamtibnas) membantu dalam proses pengamanan dan evakuasi
ODGJ gaduh gelisah di wilayah kerjanya
5) Bintara Pembina Desa (Babinsa) turut membantu dalam proses
pengamanan dan evakuasi ODGJ gaduh gelisah di wilayah kerjanya
6) Tenaga Kerja Sosial Kecamatan membantu penanganan ODGJ
7) Setiap anggota TPKJM akan di buat grup medsos/wa saran dari Koramil
Pontianak Utara
8) Dinkes Prov Kalbar akan memperkuat komitmen RS Umum untuk
menyediakan/tidak menolak layanan khusus ODGJ.

B. Membangun Komunikasi Organisasi


Menurut Mubin (2018) Komunikasi yang baik adalah komunikasi
yang menghasilkan kesamaan pendapat di antara para pelakunya. Sebuah
proses komunikasi dapat berhasil jika dilakukan dengan efektif. Proses
komunikasi dikatakan sebagai komunikasi efektif jika orang yang bertugas
sebagai penyampai pesan (komunikator) dapat menyampaikan pesan-pesan
yang dimaksud kepada audiens atau penerima pesan (komunikan) dengan baik.
Untuk meningkatkan komunikasi antar tim efektif maka dilakukan beberapa
Upaya diantaranya :
1. Melakukan Rapat pembentukan tim efektif.
Rapat pertama merupakan titik penentu keberhasilan inovasi ini. Pada rapat
perdana tanggal 22 Agustus 2023 penulis melakukan persentasi
menggunakan Power point (PPT), dimana dalam rapat tersebut penulis
menjelaskan rancangan inovasi Si Anak Jitu serta tujuannya pelaksanaannya.
Komunikasi dua arah yang dibantu dengan audio visual terbukti mampu
meningkatkan pemahaman anggota tim efektif terntang inovasi pembaharuan

72
yang akan digarap. Rapat selanjutnya dilaksanakan sesuai agenda yang telah
di susun, namun jika ada rapat yang tidak dapat dilakukan karena kesibukan
anggota undangan lainnya maka rapat tersebut akan di reschedule di waktu
yang tepat.
2. Memberikan kesempatan kepada anggota tim untuk memberikan masukan
dan saran yang berkaitan dengan inovasi SI Anak Jitu. Dalam setiap rapat
penulis memberikan kesempatan pada seluruh anggota tim dan sectoral
untuk memberikan masukan terkait inovasi Si Anak Jitu. Usulan dan
masukkan tersebut akan fi feedbach langsung yang syang pastinya
membangun dan menjadikan inovasi Si Anak Jitu menjadi lebih sempurna.
3. Pembuatan Whatsapp group lintas sectoral dilakukan pada tanggal 13
Oktober 2023. Dengan adanya WAG dapat memudahkan semua anggota
lintas sectoral untuk mengetahui adanya laporan ODGJ gaduh gelisah dan
memberikan penanganan secara cepat dan tepat. Dengan adanya WAG
menjadikan koordinasi antar lintas sectoral menjadi lebih mudah.

C. Pengelolaan Budaya Kerja


Budaya kerja adalah kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang oleh pegawai
dalam suatu organisasi, pelanggaraan terhadap kebiasaan ini memang tidak ada
sangsi tegas, namun dari pelaku organisasi secara moral telah menyepakati
bahwa kebiasaan tersebut merupakan kebiasaan yang harus ditaati dalam
rangka pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai tujuan (Nawawi, 2003). Tujuan
fundamental dari Budaya Kerja adalah untuk membangun sumber daya manusia
seutuhnya agar setiap orang sadar bahwa mereka berada dalam suatu
hubungan sifat peran sebagai pelanggan, pemasok, dan komunikasi dengan
orang lain secara efektif dan efisien serta menggembirakan. Oleh karenanya,
Budaya Kerja berupaya mengubah budaya komunikasi tradisional menjadi
perilaku manajemen modern, sehingga tertanam kepercayaan dan semangat
kerja sama yang tinggi serta disiplin. Hal ini tentunya akan mengakibatkan
produktivitas kerja semakin meningkat. Menurut Subianto (2000) Suatu
organisasi yang memiliki Budaya Kerja yang kuat akan dapat memperoleh hasil
yang lebih baik, hal ini dikarenakan para pekerja atau pegawainya telah
mengetahui dan memahami akan “Pekerjaan apa yang harus dilakukan dan
bagaimana cara menyelesaikan pekerjaan tersebut” (what to do and how to do

73
it). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan budaya kerja itu adalah:
1. Meningkatkan kualitas hasil kerja
2. Meningkatkan kualitas pelayanan
3. Menciptakan budaya kualitas
4. Meningkatkan profesionalitas
5. Mengurangi kelemahan birokrasi

Menurut Tika (2006) seorang pemipin seharusnya memiliki ciri-ciri yang


menggambarkan aspek – aspek dalam budaya kerja seperti:
1. Disiplin, perilaku yang senantiasa berpijak pada peraturan dan norma yang
berlaku didalam maupun di luar organisasi. Disiplin meliputi ketaatan terhadap
peraturan perundang – undangan, prosedur, waktu kerja, berinteraksi dengan
mitra, dan sebagainya.
2. Keterbukaan, Kesiapan untuk memberi dan menerima informasi yang benar
dari dan kepada semua mitra kerja untuk kepentingan organisasi.
3. Saling menghargai, Perilaku yang menunjukan penghargaan terhadap
individu, tugas dan tanggung jawab orang lain sesama mitra kerja.
4. Kerja sama, Kesediaan untuk memberi dan menerika kontribusi dari dan atau
kepada mitra kerja dalam mencapai sasaran dan target organisasi.
Dalam implementasi inovasi ini, Upaya yang telah dilakukan untuk menerapkan
aspek dalam budaya kerja diantaranya :
1. Meningkatkan komunikasi antar seluruh jajaran lintas sectoral melalui WAG
yang telah dibuat. Dengan adanya WAG lintas sectoral maka kolaborasi antar
lintas sectoral dalam melakukan penanganan gangguan jiwa menjadi lebih
mudah. Setiap sektor dapat langsung bekerja sesuai dengan tugas dan
fungsinya masing-masing jika mendapatkan laporan adanya ODGJ gaduh
gelisah yang meresahkan warga
2. Saling menghargai dan memberikan apresiasi kepada seluruh tim lintas
sectoral. Inovasi ini tidak akan dapat berjalan jika tidak ada dukungan dan
komitmen bersama dari anggota tim lintas sectoral. Sehingga peran serta dari
semua OPD dan relawan seperti TKSK sangat diparesiasi. Komitmen dan
dukungan dari semua tim sangat berpengaruh terhadap kelancaran
pelaksanaan inovasi Si Anak Jitu ini.
3. Mengembangkan kolaborasi yang baik dengan lintas sectoral melalui WAG.

74
Kolaborasi yang baik antar lintas sectoral dalam memberikan penanganan
pada ODGJ tidak terlepas dari adanya komitmen serta dukungan yang tinggi
dari seluruh tim lintas sectoral. Hal ini terbukti dengan respon cepat lintas
sectoral dalam menanggapi laporan adanya ODGJ gaduh gelisah. Dinas
sosial, Babinsa, bhabinkamtibnas serta TKSK dengan sigap membantu
evakuasi ODGJ. Puskesmas dengan cepat memberikan penanganan awal
dan UPT Klinik Utama Sungai Bangkong telah menyiapkan untuk penanganan
pasien di IGD.

D. Pengelolaan Tim
Menurut Choliq (2020) tim adalah sekumpulan orang yang memiliki keterampilan
yang saling melengkapi dan memiliki komitmen untuk mencapai suatu tujuan
bersama dengan suatu proses kerja bersama dimana mereka saling bertanggung
jawab satu sama lain. Jika dikaitkan dengan kata efektif, maka tim efektif dapat
diartikan sebagai tim yang berhasil mencapai tujuannya (teams that are able to
achieve their purpose). Dalam sebuah tim efektif, seluruh komponen tim bekerja
dengan sungguh-sungguh sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing
yang ditujukan semata-mata untuk meraih tujuan tim, yang merupakan tujuan
bersama. Rasa memiliki/taking ownership terhadap tujuan tim harus tertanam
pada setiap anggota sehingga lahirlah apa yang disebut sebagai tanggung jawab
dan kerelaan untuk berkorban dalam mencapai tujuan bersama tersebut.
Pentingya keberadaan tim efektif adalah mempercepat tercapainya tujuan,
menambah kreativitas dalam penyelesaian masalah dan meningkatnya kualitas
penyelesaian masalah. Keberhasilan inovasi SI Anak Jitu dalam memberikan
penanganan pada pasien tidak lepas dari peran serta semua lintas sectoral.
Semua orang berperan sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing dan
hal ini tertuang dalam nota kesepatan penanganan ODGJ yang telah ditanda
tangani oleh seluruh lintas sectoral yang terlibat. Dalam pengelolaan tim kerja,
terdapat beberapa upaya yang dilakukan :
1. Pembentukan tim efektif yang tertuang dalam SK Kepala UPT Klinik Utama
Sungai Bangkong Nomor 79 Tahun 2023 tentang Pembentukan Tim Efektif
Inovasi Sistem Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu (SI Anak Jitu)
2. Pembuatan jadwal dan deadline penyelesaian tugas inovasi Si Anak Jitu
3. Menyediakan fasilitas yang dibutuhkan anggota tim agar penyelesaian tugas

75
dapat diselesaikan tepat waktu
4. Melakukan pengawasan efektif baik secara langsung maupun secara online
(WA)
5. Pembentukan WAG lintas sectoral penanganan ODGJ di wilayah kota
Pontianak
6. Meningkatkan komunikasi dan apresiasi pada seluruh anggota lintas sektoral

E. Membangun jejaring dan kolaborasi


Jejaring kerja (kemitraan) atau sering disebut partnership, secara etimologis
berasal dari akar kata partner. Partner dapat diartikan pasangan, jodoh, sekutu
atau kompanyon. Sedangkan partnership diterjemahkan persekutuan atau
perkongsian (LAN, 2014). Dengan demikian, kemitraan dapat dimaknai sebagai
suatu bentuk persekutuan antara dua pihak atau lebih yang membentuk satu
ikatan kerjasama di suatu bidang usaha tertentu atau tujuan tertentu sehingga
dapat memperoleh hasil yang lebih baik. Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai
oleh suatu organisasi dalam membangun Jejaring Kerja (kemitraan) yaitu
sebagai berikut (LAN, 2014):
1. Meningkatkan partisipasi masyarakat
Salah satu tujuan membangun Jejaring Kerja (kemitraan) adalah membangun
kesadaran masyarakat terhadap eksistensi organiasi tersebut, menumbuhkan
minat dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan
oranisasi. Masyarakat disini memiliki arti luas tidak hanya pelanggan tetapi
termasuk juga pengguna, dinas atau departemen terkait, organisasi
kemasyarakatan, organisasi profesi, lembaga pendidikan, dunia usaha dan
industri, tokoh masyarakat dan stake holder lainnya. Melalui aksi perubahan
SI Anak Jitu ini diharapkan seluruh pihak dan Masyarakat dapat memahami
bahwa masalah kesehatan jiwa adalah masalah bersama dan membutuhkan
perhatian dari semua pihak. Atas dasar tersebutlah inovasi ini dibuat,
sehingga semua pihan seperti Dinas kesehatan, dinas sosial, puskesmas,
Babinsa, bhabinkamtibnas,TKSK dan Masyarakat umum dapat memiliki
kesadaran tentang pentingnya masalah kesehatan jiwa serta membantu
dalam penanganan ODGJ.
2. Peningkatan mutu dan relevansi

76
Dinamika perubahan/perkembangan masyarakat sangat tinggi. Lembaga
kursus jika ingin tetap eksis harus mampu bersaing dengan kompetitor lain.
Untuk itu, organisasi dituntut untuk terus melakukan inovasi, peningkatan
mutu dan relevansi program yang dibuatnya sesuai kebutuhan konsumen.
Untuk itu, membangun Jejaring kerja (kemitraan) diperlukan guna merancang
program yang inovatif, meningkatkan mutu layanan dan relevansi program
dengan kebutuhan konsumen. Inovasi Si Anak jitu dibuat dengan melihat
beberapa permasalahan, salah satunya adalah belum terkoordinasinya
penanganan ODGJ antar lintas sektoral yang menyebabkan penanganan
ODGJ menjadi lambat, tidak adanya pemantauan pengobatan pasca
hospitalisasi sehingga menyebabkan tingginya angka kekambuhan pasien
gangguan jiwa. Hal ini lah yang menyebabkan dibentuknya inovasi SI Anak
Jitu. Untuk mensukseskan aksi perubahan tersebut maka dilakukan analisis
terlebih dahulu tentang lintas sektoral mana yang dapat tergabung dalam
inovasi tersebut. Untuk membangun Jejaring Kerja (kemitraan) dapat
dilakukan, jika pihak-pihak yang bermitra memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1. Ada dua pihak atau lebih organisasi/lembaga
2. Memiliki kesamaan visi dalam mencapai tujuan
3. Ada kesepakatan/kesepahaman
4. Saling percaya dan membutuhkan
5. Komitmen bersama untuk mencapai tujuan yang lebih besar
Hasil analisis lain dilakukan dengan mempertimbangkan tugas pokok dan
fungsi instansi lain yang memiliki peranan dalam penanganan ODGJ mulai
dari evakuasi, penanganan awal, hospitalisasi hingga pasca perawatan.
Berdasarkan hasil analisis stakeholder eksternal maka ditentukan stake
holder eksternal meliputi Dinas kesehatan, Dinas Sosial, Puskesmas,
Babinsa, Bhabinkamtibnas serta TKSK.

Jejaring kerja dan kolaborasi yang dibangun dalam aksi perubahan ini adalah
dengan melibatkan pemangku kepentingan baik dari internal maupun pihak
eksternal.
1. Pembangunan jejaring dan kolaborasi dengan stakeholder internal.

77
Langkah awal yang dilakukan untuk membangun jejaring dan kolaborasi
yaitu dengan melakukan sosialisasi awal dengan jajaran manajemen serta
staf terkait yang akan tergabung dalam tim efektif. para jajaran
manajemen dan staf akan mendukung rencana aksi sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi dari masing-masing organisasi. Hal ini dilakukan melalui
rapat tim efektif.
2. Pembangunan jejaring dan kolaborasi dengan stakeholder eksternal,
dalam hal ini adalah Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. Agar
inovasi ini dapat terus berkelanjutan maka diperlukan dukungan kuat dari
Dinas Kesehatan Provinsi. Oleh sebab itu dilakukan pertemuan dan
pemberian dukungan dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Barat yang dilanjutkan dengan rapat internal bersama staf Dinas
Kesehatan yang menaungi masalah kesehatan jiwa Masyarakat.
3. Pemanfaatan media sosial untuk menyampaikan rencana pengembangan
inovasi Si Anak Jitu kepada dinas kesehatan kota, dinas sosial,
puskesmas dan TKSK dengan tujuan untuk memperoleh dukungan dari
instansi tersebut.
4. Melakukan rapat dan sosialiasi dengan pihak lintas sectoral terkait
penanganan ODGJ

F. Desiminasi dan Publikasi Aksi Perubahan


Proses dan hasil implementasi aksi perubahan juga di deseminasikan dan
dipublikasikan ke berbagai pihak terkait sesuai kebutuhan dan tahapan. Upaya
mengkomunikasikan dan mendapatkan dukungan dari aksi perubahan melalui
sosialisasi, diseminasi dan publikasi berbasis media dan/atau media sosial yang
tepat dan modern serta mendapatkan dukungan stakeholder dideskripsikan sebagai
berikut:

1. Sosialisasi tentang inovasi Si Anak Jitu pada stakeholder internal


Kegiatan Sosialisasi inovasi Si Anak Jitu pada stakeholder internal dilaksanakan
pada hari Selasa tanggal 22 Agustus 2023 pukul 09.00 WIB bertempat di Aula lantai
3 UPT Klinik Utama Sungai Bangkong. Stakeholder tersebut meliputi Jajaran
manajemen Klinik Utama Sungai Bangkong yang terdiri dari kepala sub bagian tata
usaha, kepala seksi pelayanan serta kepala seksi penunjang serta para staf terkait

78
seperti kepala ruang IGD, Kepala ruang UPIP Pria dan Wanita. Stakeholder internal
tersebut merupakan calon anggota tim efektif Si Anak Jitu. Sosialisasi dilakukan
secara tatap muka dengan materi yang disampaikan menggunakan Powerpoint
(PPT). Hasil dari sosialisasi ini adalah Stakeholder internal dan staf terkait
mendukung aksi perubahan inovasi Si Anak Jitu dan terbentuk tim efektif inovasi Si
Anak Jitu. Dokumentasi pelaksanaan kegiatan tersebut dapat dilihat pada gambar
5.1 dan 5.2 dibawah ini :

Gambar 5.1
Dokumentasi kegiatan Sosialisasi inovasi Si Anak Jitu pada
stakeholder internal

Gambar 5.2
Dokumentasi kegiatan Sosialisasi inovasi Si Anak Jitu pada

79
stakeholder internal

2. Sosialisasi tentang inovasi Si Anak Jitu pada stakeholder Eksternal


Sosialisasi tentang inovasi Si Anak Jitu pada stakeholder eksternal dilakaksanakan
pada Hari Senin Tanggal 28 Agustus 2023 pukul 13.00 Wib bertempat di Ruang
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. Pertemuan tersebut dilakukan
dalam rangka mensosialisasikan aksi perubahan Si Anak Jitu kepada Kepala Dinas
Kesehatan dan Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. Sosialisasi
dilakukan secara tatap muka dan hasil dari sosialisasi tersebut adalah Kepala Dinas
Kesehatan dan Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat mendukung aksi
perubahan inovasi Si Anak Jitu. Dokumentasi pelaksanaan kegiatan tersebut dapat dilihat
pada gambar 5.3 dibawah ini :

Gambar 5.3
Sosialisasi tentang inovasi Si Anak Jitu pada stakeholder Eksternal

80
3. Pertemuan dan Focus Group Discussion (FGD) lintas sectoral Penanganan
Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).
Pada hari Jumat tanggal 13 Oktober 2023 dilakukan pertemuan dan Focus
Group Discussion (FGD) lintas sectoral di Aula Lantai 3 UPT Klinik Utama Sungai
Bangkong. Adapun lintas sectoral yang mengikuti kegiatan tersebut adalah Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, Dinas Kesehatan Kota Pontianak, Dinas
Sosial Pontianak, Babinsa dan babinkamtibnas serta TKSK. Hasil pertemuan
berupa penandatanganan nota kesepakatan semua lintas sectoral terkait dalam
melakukan penanganan ODGJ sesuai dengan tupoksi masing masing.
Dokumentasi kegiatan tersebut dapat dilihat pada gambar 5.4 dan 5.5 dibawah
ini:

Gambar 5.4
Dokumentasi Kegiatan Pertemuan dan Focus Group Discussion (FGD) lintas
sectoral Penanganan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).

81
Gambar 5.5
Penandatanganan Nota Kesepakatan Penanganan
Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).

82
4. Publikasi Inovasi Si Anak Jitu melalui media sosial
Pada hari Senin Tanggal 16 Oktober 2023 dilakukan lounching inovasi Si
Anak Jitu melalui Instagram, Facebook dan web. Dokumentasi bukti publikasi
inovasi SI Anak Jitu melalui media sosial dapat dilihat pada gambar 5.6
dibawah ini :

Gambar 5.6
Publikasi Inovasi Si Anak Jitu melalui media sosial

83
BAB VI
BAB VI
DESKRIPSI HASIL KEPEMIMPINAN

BAB VI
DESKRIPSI HASIL KEPEMIMPINAN

A. Capaian Dalam Perbaikan Kinerja Organisasi

Pelaksanaan aksi perubahan kinerja organisasi mengacu pada dokumen


rancangan aksi perubahan yang secara ringkas dituangkan dalam tahapan atau
milestone jangka pendek yakni 2 (dua) bulan, jangka menengah 6 (enam) bulan
dan jangka panjang 24 (dua puluh empat) bulan. Indikator dan target kinerja telah
ditetapkan secara spesifik dan terukur. Kerja kolaboratif antara project leader, tim
efektif, dukungan mentor, bimbingan coach, mobilisasi sumber daya serta
komunikasi efektif dengan seluruh stakeholder menjadi opsi yang efektif dalam
mewujudkan target kinerja pada setiap tahapan. Adapun capaian kegiatan dalam

84
jangka pendek diuraikan sebagaimana tabel berikut ini:

Tabel 6.1.
Capaian Tahapan Jangka Pendek dalam Implementasi Aksi Perubahan
No Kegiatan Waktu Output Realisasi Eviden

1. Melakukan sosialisasikan Minggu ke-  Adanya Hari Selasa  Undangan Rapat


rancangan inovasi Si 1 Agustus Undangan Rapat tanggal 22-08-  Daftar Hadir
Anak Jitu kepada 2023  Adanya Daftar 2023 bertempat  Notulen Hasil
Stakeholder internal di Aula Lantai 3 Rapat
Hadir  Dokumentasi
sekaligus pembentukan  Notulen Hasil UPT Klinik Utama  SK Tim efektif Si
Tim Efektif Rapat Sungai Bangkong Anak Jitu
 Dokumen Foto
 SK Kepala UPT
Klinik Utama
Sungai Bangkong
No 79 Tahun
2023 tentang
pembentukan
Tim Efektif
Sistem
Pelayanan
Kesehatan Jiwa
Terpadu
2 Melaporkan dan Minggu ke-  Mentor Hari Senin Dokumentasi
sosialisasi kepada Kepala 1 Agustus menyetujui dan tanggal 28-08-
Dinas Kesehatan provinsi 2023 memberikan 2023 bertempat
Kalimantan Barat terkait dukungan penuh. di Ruangan
Rancangan Aksi  Adanya Kepala Dinas
Perubahan yaitu Si Anak Dokumen Foto Kesehatan
Jitu “Sistem Pelayanan Provinsi
Kesehatan Jiwa Terpadu” Kalimantan Barat

3. Pembuatan SOP Minggu ke-2 SOP Hari Kamis tanggal SOP


penanganan ODGJ Agustus Penanganan 24-08-2023 Penanganan
melalui lintas sektoral 2023 ODGJ melalui bertempat di Aula ODGJ melalui
lintas sektoral lantai 3 Klinik lintas sektoral
nomor Utama Sungai
000.8.3.3/05/ Bangkong
UKUSB-DINKES
4. Pembuatan Alur Minggu ke-2 Tersusunnya alur Hari Jumat tanggal Alur Penanganan
Penanganan ODGJ September penanganan 01-09-2023 ODGJ melalui
melalui lintas sectoral 2023 ODGJ bertempat di Aula lintas sektoral
lantai 3 Klinik
Utama Sungai
Bangkong
5. Rapat tim efektif tentang Minggu ke-3  Notulen Hari Rabu tanggal  Notulen
September  Hasil Rapat 06-09-2023  Hasil Rapat
pembagian tugas dan
2023  Tersusunnya bertempat di Aula  Dokumentasi
tanggung jawab dalam kesepakatan lantai 3 Klinik  kesepakatan
antar lontas
rancangan sosialisasi dan antar lontas Utama Sungai sectoral dalam
sectoral dalam Bangkong penanganan
FGD dengan stakeholder penanganan ODGJ
eksternal ODGJ

6. Pembuatan Benner Inovasi Minggi ke 7 Adanya desain Hari Senin 4 Benner kegiatan

85
No Kegiatan Waktu Output Realisasi Eviden

Si Anak Jitu September benner untuk September 2023 FGD lintas


2023 kegiatan rapat sektoral
dan FGD
lintas sektoral
7. Melakukan rapat Minggu ke-8  Notulen Hari Jumat tanggal  Notulen
Bersama stakeholder September  Hasil Rapat 13 Oktober 2023  Hasil Rapat
eksternal serta 2023 di Aula lantai 3  Dokumentasi
Klinik Utama  Tersusu
melakukan FGD terkait
penanganan ODGJ Sungai Bangkong
8. Membentuk group WA 13 Oktober Terbentuknya 13 Oktober 2023 Group WA
lintas sectoral penaganan 2023 group WA penanganan
ODGJ penanganan ODGJ lintas
ODGJ lintas sektoral
sektoral
9. Melakukan publikasi Minggu ke-8 Tersosialisasinya Hari Senin tanggal Publikasi Si Anak
inovasi Si Anak Jitu di September inovasi Si Anak 16 Oktober 2023 Jitu melalui media
berbagai media social 2023 Jitu di berbagai social
UPT Klinik Utama Sungai media social
Bangkong UPT Klinik
Utama Sungai
Bangkong

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat tujuh kegiatan yang terlaksana
pada tahap jangka pendek, yaitu :
1. Melakukan sosialisasi rancangan inovasi Si Anak Jitu kepada Stakeholder
internal sekaligus pembentukan Tim Efektif Si Anak Jitu.
Kegiatan Sosialisasi inovasi Si Anak Jitu pada stakeholder internal dilaksanakan
pada hari Selasa tanggal 22 Agustus 2023 pukul 09.00 WIB bertempat di Aula
lantai 3 UPT Klinik Utama Sungai Bangkong. Stakeholder tersebut meliputi
Jajaran manajemen Klinik Utama Sungai Bangkong yang terdiri dari kepala sub
bagian tata usaha, kepala seksi pelayanan serta kepala seksi penunjang serta
para staf terkait seperti kepala ruang IGD, Kepala ruang UPIP Pria dan Wanita.
Pertemuan tersebut juga membahas tentang pembentukan Tim efektif Inovasi Si
Anak jitu. Berdasarkan hasil pertemuan tersebut ditetapkan Tim Efektif Inovasi Si
Anak Jitu yang ditetapkan pada tanggal 22 Agustus 2022 Nomor 54 Tahun 2023.
Dokumentasi kegiatan sosialisasi rancangan inovasi pada stakeholder internal
dapat dilihat pada gambar 6.1 dan Lampiran SK dapat dilihat pada lampiran 6.1
dibawah ini :

86
Gambar 6.1
Dokumentasi kegiatan Sosialisasi inovasi Si Anak Jitu pada
Stakeholder Internal

87
Lampiran 6.1
SK Tim Efektif Inovasi Si Anak Jitu

88
89
90
2. Melaporkan dan melakukan sosialisasi kepada Kepala Dinas Kesehatan provinsi
Kalimantan Barat terkait Rancangan Aksi Perubahan yaitu Si Anak Jitu “Sistem
Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu. Kegiatan tersebut dilakaksanakan pada
Hari Senin Tanggal 28 Agustus 2023 pukul 13.00 Wib bertempat di Ruang
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. Pertemuan tersebut
dilakukan dalam rangka mensosialisasikan aksi perubahan Si Anak Jitu kepada
Kepala Dinas Kesehatan dan Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Barat. dokumentasi kegiatan sosialisasi pada stakeholder eksternal dapat dilihat
pada gambar 6.2 dibawah ini :

Gambar 6.2
Sosialisasi tentang inovasi Si Anak Jitu pada stakeholder Eksternal

91
3. Pembuatan SOP penanganan ODGJ melalui lintas sektoral
Pembuatan SOP penanganan ODGJ dirancang oleh tim efektif yang diketuai
oleh kepala ruang IGD. SOP penanganan ODGJ melalui lintas sectoral selesai
dibuat dan di sahkan pada tanggal 24 Agustus 2023 dengan nomor 000.8.3.3
/096/ UKUSB-DINKES. Berikuk lampiran SOP penanganan ODGJ melalui
kerjasama lintas sektoral (lampiran 6.2) :

Lampiran 6.2
SOP Penanganan ODGJ Melalui Lintas Sektoral

92
93
94
4. Pembuatan Alur pelayanan Penanganan ODGJ melalui Kerjasama lintas
sectoral. Pembuatan alur pelayanan Penanganan ODGJ melalui Kerjasama
lintas sectoral dibuat untuk memperjelas bagaimana proses dan alur
penanganan ODGJ yang melibatkan berbagai lintas sectoral terkait. Adapun
alur pelayanan tersebut dapat dilihat pada bagan 6.1 dibawah ini :

Bagan 6.1
Alur pelayanan Penanganan ODGJ melalui Kerjasama lintas sectoral

95
5. Rapat lanjutan dengan tim efektif tentang pembagian tugas dan tanggung
jawab dalam rancangan sosialisasi dan FGD dengan stakeholder eksternal.
Rapat lanjutan dilakukan pada tanggal 6 dan 11 September 2023 di Aula
lantai 3 UPT Klinik Utama Sungai Bangkong. Rapat dihadiri oleh tim efektif Si
Anak Jitu, bagian renja, penunjang dan Tata Usaha. Dokumentasi kegiatan
rapat lanjutan tersebut dapat dilihat pada gambar 6.3 dibawah ini :

Gambar 6.3
Rapat lanjutan dengan tim efektif tentang pembagian tugas dan tanggung
jawab dalam rancangan sosialisasi dan FGD dengan stakeholder eksternal

96
6. Pembuatan Benner inovasi Si Anak jitu
Desain benner dibuat tanggal 1-3 September 2023. Benner di cetak pada
tanggal 4 September 2023. Adapun benner inovasi Si Anak Jitu dapat dilihat
pada lampiran 6.3 dibawah ini :

Lampiran 6.3
Benner inovasi Si Anak jitu

97
7. Melakukan Rapat Bersama stakeholder eksternal dan melaksanakan FGD
Penanganan ODGJ Lintas sectoral.
Rapat dan FGD Bersama lintas sectoral dilaksanakan pada tanggal 13
Oktober 2023 di UPT Klinik Utama Sungai Bangkong. Rapat tersebut dihadari
oleh Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, Dinas Kesehatan Kota,
Dinas Sosial Kota, Puskesmas, Babinsa, Bhabinkamtibnas dan TKSK. Dalam
kegiatan tersebut maka disepakati komitmen Bersama dalam penanganan
ODGJ di wilayah kota Pontianak. Bukti pelaksanaan kegiatan rapat dan FGD
lintas sectoral serta penandatanganan komitmen penanganan ODGJ dapat
dilihat pada gambar 6.4 dan dibawah ini :

Gambar 6.4
Dokumentasi pelaksanaan Rapat dan FGD lintas sectoral penanganan ODGJ

98
Gambar 6.5
Dokumentasi penandatanganan komitmen penanganan ODGJ

8. Membentuk group WA lintas sectoral penaganan ODGJ yang terdiri dari


Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, Dinas Kesehatan Kota, Dinas
Sosial Kota, Puskesmas, Babinsa, Bhabinkamtibnas dan TKSK. Bukti
pembuatan grup lintas sectoral penanganan ODGJ dapat dilihat pada gambar
6.6 dibawah ini :

99
Gambar 6.6
Dokumantasi pembentukan grup lintas sectoral penanganan ODGJ

10
9. Melakukan publikasi Inovasi Si Anak Jitu melalui media social
Lounching inovasi dan publikasi Si Anak jitu dilakukan diberbagai media
social yang dimiliki oleh UPT Klinik Utama Sungai Bangkong. Publikasi
tersebut dapat lihat pada gambar 6.7 dibawah ini :

Gambar 6.6
Publikasi Inovasi Si Anak Jitu

10
B. Manfaata Bagi Perubahan
Inovasi ini memberikan manfaat kepada satuan kerja, lintas sectoral, serta
bagi pemerintah. Adapun manfaat dari inovasi Si Anak Jitu ini adalah
sebagai berikut :

1. Manfaat Bagi Satuan Kerja


a. Penanganan ODGJ menjadi cepat, mudah dan terpadu
b. Waktu emergency respone time menjadi lebih cepat
c. Meningkatnya angka kunjungan rawat jalan
d. Tercapainya kendali mutu dan kendali biaya

2. Manfaat bagi intansi lintas sektoral lainnya


a. Tersedianya data pasien ODGJ di wilayahnya masing-masing
b. Memudahkan koordinasi dalam penanganan ODGJ
c. Meningkatkan keterlibatan semua lintas sektoral dalam penanganan
ODGJ

10
d. Penanganan ODGJ dilakukan secara terpadu oleh pihak-pihak
terkait.

3. Manfaat bagi peserta


a. Meningkatkan kemampuan manajerial kepemimpinan
b. Meningkatkan kemampuan mengidentifikasi permasalahan, mencari
solusi, serta mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi

4. Manfaat bagi pemerintah


a. Mewujudkan kesehatan jiwa masyarakat Provinsi Kalimantan Barat
b. Mewujudkan masyarakat Kalimantan Barat yang sehat, mandiri dan
produktif

10
BAB VII
KEBERLANJUTAN AKSI PERUBAHAN

Agar inovasi Si Anak Jitu ini terlus berkelanjutan, maka diperlukan perlu
dilakukan rencana lanjutan baik berupa rencana jangkan menengah maupun
rencana jangka Panjang. Adapun rencana tindak lanjut kegiatan jangka
menengah dan jangka Panjang tersebut dapat dilihat pada table 7.1 dibawah ini :

Tabel 7.1
Rencana Kegiatan Jangka Menengah
No Tindak Lanjut Jangka Menengah Waktu
1 2 3
1. Sosialisasi kegiatan Si Anak Jitu ke berbagai fasilitas Telah terlaskana
pada kegiatan
pelayanan kesehatan
rapat dan FGD
lintas sectoral
tanggal 13
Oktober 2023

2. Penetapan SK T i m Si Anak Jitu Telah terlaksana


tanggal 22
Agustus 2023

2. Pelaksanaan kegiatan Si Anak Jitu 11 Desember


2023-23 Februari
2024

3. Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan kegiatan Si Anak Jitu. (23 – 29 Feb 2024

No Tindak Lanjut Jangka Panjang Waktu


1 2 3
1. Integrasi pelayanan Si Anak Jitu dengan layanan yang ada di 4 Maret s/d 28
Maret 2024)
UPT Klinik Utama Sungai Bangkong.
2. Sosialisasi Kegiatan Si Anak Jitu dengan dinas kesehatan 4 April s/d 28
Agustus 2024
kabupaten dan lintas sectoral yang ada di kabupaten
Pontianak
3. Penerapan layanan Si Anak Jitu tingkat kabupaten 3 April

10
s/d 30 Jan
2025

BAB VIII
PENUTUP

Inovasi Si Anak Jitu diciptakan guna menjawab permasalah dalam


penanganan ODGJ yang selama ini masih belum mendapatkan titik temu.
Dengan adanya inovasi Si Anak Jitu penanganan ODGJ gaduh gelisah
menjadi lebih mudah dan cepat, termonitoringnya pengobatan pasien pasca
rawat inap, pasien ODGJ tidak mampu dapat dengan mudah mendapatkan
jaminan pembiayaan PBI serta penanganan ODGJ lebih terintegrasi. Adapun
kesimpulan dan saran dari pelaksanaan inovasi Si Anak Jitu adalah sebagai
berikut :
A. Kesimpulan
1. Tujuan jangka pendek aksi perubahan ini yaitu terciptanya sistem
pelayanan Kesehatan jiwa terpadu, dimana tujuan tersebut telah
tercapai dibuktikan dengan terbentuknya WAG lintas sectoral dan
penandatanganan kesepakatan Bersama dalam penangaanan ODGJ
2. Seluruh rencana jangka pendek dalam aksi perubahan dapat
terlaksana dengan baik berkat Kerjasama tim yang baik, komunikasi
yang efektif serta komitmen kuat dari berbagai lintas sectoral dalam
menangani ODGJ
3. Dengan terbentuknya Kerjasama lintas sectoral dalam penanganan
ODGJ menjadikan penanganan ODGJ gaduh gelisah menjadi lebih
mudah dan cepat, termonitoringnya pengobatan pasien pasca rawat
inap, pasien ODGJ tidak mampu dapat dengan mudah mendapatkan
jaminan pembiayaan PBI serta penanganan ODGJ lebih terintegrasi

B. Saran
1. Agar inovasi ini dapat terus berlanjut maka diperlukan sosialisasi
inovasi Si Anak Jitu melalui berbagai media social yang lebih luas

10
2. Diperlukan monitoring dan evaluasi secara berkala guna mengevaluasi
masalah dan hambatan yang dihadapi TIM saat melaksanakan inovasi
Si Anak Jitu
3. Diperlukan dukungan kuat dari jajaran manajemen tertinggi masing-
masing lintas sectoral sehingga dibuat sebuah kebijakan yang
memberikan dampak positif bagi keberlanjutan inovasi SI Anak Jitu
4. Diperlukan pengembangan Kerjasama lintas sectoral ke beberapa
kabupaten kota sehingga seluruh masyarakat baik yang berada di luar
kota Pontianak dapat merasakan manfaat dari inovasi Si Anak Jitu
.

10
DAFTAR PUSTAKA

Bian, Y., Lin, C., Yang, F., Han, X., Zhang, J., Ma, B., Zhu, Y., & Wang, Z. (2019). The Optimal
Length of Hospitalization for Functional Recovery of Schizophrenia Patients, a Real-World
Study in Chinese People. Psychiatric Quarterly, 90(3), 661–670.
https://doi.org/10.1007/s11126-019-09658-9

Buchanan, A., Sint, K., Swanson, J., & Rosenheck, R. (2019). Correlates of future violence in
people being treated for schizophrenia. American Journal of Psychiatry, 176(9), 694–701.
https://doi.org/10.1176/appi.ajp.2019.18080909

Camus, D., Dan Glauser, E. S., Gholamrezaee, M., Gasser, J., & Moulin, V. (2021). Factors
associated with repetitive violent behavior of psychiatric inpatients. Psychiatry Research,
296, 113643. https://doi.org/10.1016/J.PSYCHRES.2020.113643

Caqueo-Urízar, A., Fond, G., Urzúa, A., Boyer, L., & Williams, D. R. (2016). Violent behavior and
aggression in schizophrenia: Prevalence and risk factors. A multicentric study from three
Latin-America countries. Schizophrenia Research, 178(1–3), 23–28.
https://doi.org/10.1016/j.schres.2016.09.005

Cho, W. K., Shin, W. S., An, I., Bang, M., Cho, D. Y., & Lee, S. H. (2019). Biological aspects of
aggression and violence in Schizophrenia. Clinical Psychopharmacology and
Neuroscience, 17(4), 475–486. https://doi.org/10.9758/cpn.2019.17.4.475

Dwi Hartanti, M., Saleh, I., & Theodorus, T. (2022). Aspek Farmakogenomik Pada Polimorfisme
Gen C957T Pasien Skizofrenia Dengan Terapi Aripiprazole. Jurnal Kedokteran Dan
Kesehatan, 18(1), 94–103. https://doi.org/10.24853/JKK.18.1.94-103

Golenkov, A., Large, M., Nielssen, O., & Tsymbalova, A. (2022). Forty-year study of rates of
homicide by people with schizophrenia and other homicides in the Chuvash Republic of the
Russian Federation. BJPsych Open, 8(1), 1–6. https://doi.org/10.1192/bjo.2021.1048

LAN, 2014. Bahan Ajar Jejaring Kerja. Jakarta: Modul Diklat LAN.

Liliana, L. (2016). A new model of Ishikawa diagram for quality assessment. IOP
Conference Series: Materials Science and Engineering, 161(1).
https://doi.org/10.1088/1757- 899X/161/1/012099
Choliq. (2020). Membangun Tim Kerja Efektif Dalam Aksi Peningkatan Pelayanan Publik.
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13399/Membangun-Tim-Kerja-Efektif-Dalam-Aksi-
Peningkatan-Pelayanan-Publik.html#:~:text=Tim efektif sangat diperlukan karena,menjalankan
tugas dan mencapai tujuannya.
Mubin, N. (2018). Integritas dan Akuntabilitas dalam Pengelolaan Keuangan Sekolah atau Madrasah.
Attaqwa: Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, 14(2 SE-Articles), 80–92.

10
https://doi.org/10.5281/zenodo.3366740
Suhascaryo, E. (2019). Lima Hal Penting Bagi Pemimpin untuk Membangun Integritas di Tempat
Kerja. https://www.ekosuhas.com/membangun-integritas-tempat-kerja/
Pompili, M., Amador, X. F., Girardi, P., Harkavy-Friedman, J., Harrow, M., Kaplan, K.,
Krausz, M., Lester, D., Meltzer, H. Y., Modestin, J., Montross, L. P., Bo Mortensen,
P., Munk-Jørgensen, P., Nielsen, J., Nordentoft, M., Saarinen, P. I., Zisook, S.,
Wilson, S. T., & Tatarelli, R. (2017). Suicide risk in schizophrenia: Learning from the
past to change the future. Annals of General Psychiatry, 6, 1–22.
https://doi.org/10.1186/1744-859X-6-1
Riskesdas. (2019). Laporan Riskesdas 2018 (Kalbar). In Jakarta. Lembaga Penerbit Badan
Litbang Kesehatan.
https://drive.google.com/drive/folders/1XYHFQuKucZIwmCADX5ff1aDhfJgqzI-l

Subriadi, A. P., Najwa N. F., Cahyabuana B. D., and Lukitosari, V. (2018). The consistency of using
failure mode effect analysis (FMEA) on risk assessment of information technology. 2018 Int.
Semin. Res. Inf. Technol. Intell. Syst. ISRITI 2018, pp. 61–66 doi:
10.1109/ISRITI.2018.8864467

WHO. (2022). Schizophrenia. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/schizophrenia

10

Anda mungkin juga menyukai