Anda di halaman 1dari 16

| Linda Afifah Rochmah|1

INTERFERENSI CAHAYA

Judul Praktikum :
Interferensi Cahaya
Nama Praktikan : Linda Afifah Rochmah

2024
| Linda Afifah Rochmah|2
INTERFERENSI CAHAYA

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................................................................................ 2


PERNYATAAN PRAKTIKAN............................................................................................................................................ 2
PENDAHULUAN DAN TUJUAN ...................................................................................................................................... 3
LANDASAN TEORI .............................................................................................................................................................. 4
TEKNIK ANALISA DATA ............................................................................................................................................... 10
ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR ................................................................................................................................ 11
HASIL PERCOBAAN DAN HASIL ANALISA DATA .............................................................................................. 13
PEMBAHASAN ................................................................................................................................................................... 14
KESIMPULAN ..................................................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................................................... 16

PERNYATAAN PRAKTIKAN

Saya menyatakan bahwa


1. Saya benar-benar telah melaksanakan praktikum Interferensi Cahaya
2. Laporan praktikum yang saya buat adalah laporan saya sendiri bukan hasil dari
plagiasi.
Yogyakarta, 11 Februari 2024
Praktikan

Linda Afifah Rochmah


| Linda Afifah Rochmah|3
INTERFERENSI CAHAYA

PENDAHULUAN DAN TUJUAN

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali terjadi fenomena-fenomena yang


melibatkan gelombang cahaya. Misalnya, saat matahari terbit atau terbenam, dapat
disaksikan peristiwa indah yang disebut dengan interferensi cahaya.. Fenomena ini
terjadi ketika dua atau lebih gelombang cahaya saling bertemu dan saling memengaruhi
satu sama lain.

Interferensi cahaya merupakan fenomena yang terjadi ketika dua atau lebih
gelombang cahaya saling berinteraksi. Interferensi cahaya bukan hanya sekadar
fenomena alam yang menarik untuk diamati, tetapi juga memiliki aplikasi dalam berbagai
bidang, termasuk dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu cara untuk
memahami proses terjadinya interferensi cahaya adalah melalui praktikum Interferensi
Cahaya.

Konsep interferensi cahaya memainkan peran penting dalam berbagai aplikasi


teknologi, mulai dari perangkat optik hingga teknologi pemrosesan sinyal. Lebih dari itu,
pemahaman tentang interferensi cahaya juga memberikan wawasan yang mendalam
tentang sifat cahaya sebagai gelombang, selain dengan pengalaman sehari-hari dengan
menggunakan sinar matahari ataupun lampu.

Dengan menggabungkan teori interferensi cahaya dan aplikasinya dalam


menentukan tebal rambut, dari praktikum ini diharapkan dapat mengembangkan
pemahaman yang lebih baik tentang sifat cahaya dan bagaimana cara memanfaatkannya
untuk keperluan praktis. Dengan eksplorasi konsep ini, diharapkan mampu melihat
betapa relevan ilmu fisika cahaya dalam memecahkan permasalahan dunia nyata, serta
memperoleh pengalaman praktis yang memperkaya pengetahuan dalam bidang ini.
Tujuan :
1. Memahami proses terjadinya interferensi
2. Menentukan tebal rambut
| Linda Afifah Rochmah|4
INTERFERENSI CAHAYA

LANDASAN TEORI

Perambatan gelombang melalui ruang dapat digambarkan menggunakan metode


geometris yang ditemukan oleh Christian Huygens kira-kira tahun 1678, yang dikenal
sebagai prinsip Huygens atau kontruksi Huygens, yang berbunyi “Setiap titik pada bidang
gelombang primer (utama) bertindak sebagai sumber anak gelombang skunder yang
kemudian berkembang dengan laju dan frekuensi sama dengan panjang gelombang
primernya”(Tipler,2001).

Prinsip dari superposisi gelombang linier adalah ketika dua atau lebih gelombang
bergerak secara serempak menuju pada titik yang sama maka gelombang hasil didapat
dari penjumlahan masing-masing gelombang individu (Cutnell dan Johnson,1995).

1. Interferensi Cahaya
Interferensi dan difraksi merupakan fenomena penting yang membedakan
gelombang dari partikel. Interferensi ialah penggabungan secara superposisi dua
gelombang atau lebih yang bertemu dalam satu titik di ruang. Sedangkan difraksi adalah
pembelokan gelombang di sekitar sudut yang terjadi apabila sebagian muka gelombang
dipotong oleh halangan atau rintangan (Tipler, 1991).
Jika dua gelombang yang frekuensi dan panjang gelombangnya sama tetapi
fasenya berbeda bergabung, maka gelombang yang dihasilkan adalah gelombang yang
amplitudonya bergantung pada beda fase.Jika beda fasenya 0 atau kelipatan bilangan
bulat 360° maka gelombang-gelombang tersebut akan sefase dan akan saling
berinterferensi (interferensi konstruktif).Sedangkan amplitudonya sama dengan total
amplitudo masing-masing gelombang.Jika beda fasenya 180° atau bilangan ganjil
dikalikan 180°, maka gelombang yang diterima akan berbeda fase dan akan saling
berinterferensi (interferensi destruktif).Amplitudo yang dihasilkan merupakan selisih
amplitudo masing-masing gelombang (Tipler, 1991).
Perbedaan fase antara dua gelombang biasanya disebabkan oleh perbedaan
panjang jalur kedua gelombang.Pergeseran fase satu panjang gelombang menghasilkan
pergeseran fase 360°, yang setara dengan tidak ada pergeseran fase.Pergeseran jalur
setengah panjang gelombang menghasilkan pergeseran fase 180°.Secara umum,
Δ𝑑 Δ𝑑
δ= 2𝜋 = 360°
λ λ
| Linda Afifah Rochmah|5
INTERFERENSI CAHAYA

simpangan jalur yang sama dengan ∆d mewakili perbedaan fasa δ yang diberikan oleh
(Tipler, 1991):

Interferensi gelombang dari dua sumber tidak teramati kecuali sumbernya


koheren, atau perbedaan fase di antara gelombang konstan terhadap waktu. Karena
berkas cahaya pada umumnya adalah hasil dari jutaan atom yang memancar secara
bebas, dua sumber cahaya biasanya tidak koheren (Laud, 1988). Koherensi dalam optika
sering dicapai dengan membagi cahaya dari sumber tunggal menjadi dua berkas atau
lebih, yang kemudian dapat digabungkan untuk menghasilkan pola interferensi.
Pembagian ini dapat dicapai dengan memantulkan cahaya dari dua permukaan yang
terpisah (Tipler, 1991).

Suatu alat yang dirancang untuk menghasilkan pola interferensi dari perbedaan
panjang lintasan disebut interferometer optik. Interferometer dibedakan menjadi 2 jenis,
yaitu interferometer pembagi muka gelombang dan interferometer pembagi amplitudo.
Pada pembagi muka gelombang, muka gelombang pada berkas cahaya pertama di bagi
menjadi dua, sehingga menghasilkan dua buah berkas sinar baru yang koheren, dan
ketika jatuh di layar akan membentuk pola interferensi yang berwujud garis gelap terang
berselang-seling. Di tempat garis terang, gelombang-gelombang dari kedua celah sefase
sewaktu tiba di tempat tersebut. Sebaliknya di tempat garis gelap, gelombang-gelombang
dari kedua celah berlawanan fase sewaktu tiba di tempat tersebut (Soedojo, 1992).
Untuk pembagi amplitudo, diumpamakan sebuah gelombang cahaya jatuh pada suatu
lempeng kaca yang tipis. Sebagian dari gelombang akan diteruskan dan sebagian lainnya
akan dipantulkan. Kedua gelombang tersebut tentu saja mempunyai amplitudo yang
lebih kecil dari gelombang sebelumnya. Ini dapat dikatakan bahwa amplitudo telah
terbagi. Jika dua gelombang tersebut bisa disatukan kembali pada sebuah layar maka
akan dihasilkan pola interferensi (Hecht, 1992).

Terjadi dan tidak terjadinya interferensi dapat digambarkan seperti pada Gambar
2.1.
Syarat untuk menghasilkan pasangan sumber cahaya koheren sehingga dapat
menghasilkan pola interferensi yaitu dengan menyinari dua (atau lebih) celah sempit
dengan cahaya yang berasal dari celah tunggal (satu celah). Hal ini dilakukan oleh
| Linda Afifah Rochmah|6
INTERFERENSI CAHAYA

Thomas Young. Selanjutnya dapatkan sumber-sumber kohern maya dari sebuah sumber
cahaya dengan pemantulan saja. Hal ini dilakukan oleh Fresnel. Hal ini juga terjadi pada
pemantulan dan pembiasan (pada interferensi lapisan tipis). Kemudian menggunakan
sinar laser sebagai penghasil cahaya kohern.

Gambar 2.1 (a) tidak terjadi interferensi dan (b)


terjadi interferensi

2. Percobaan cermin Fressnell


Untuk mendapatkan dua sumber cahaya koheren, A. J Fresnell dan Thomas Young
menggunakan sebuah lampu sebagai sumber cahaya. Dengan menggunakan sebuah
sumber cahaya S, Fresnell memperoleh dua sumber cahaya S1 dan S2 yang kohoren dari
hasil pemantulan dua cermin. Sinar monokromatis yang dipancarkan oleh sumber S,
dipantulkan oleh cermin I dan cermin II yang seolah-olah berfungsi sebagai sumber S1
dan S2. Sesungguhnya, S1 dan S2 merupakan bayangan oleh Cermin I dan Cermin II (Tjia,
1993).

Gambar 2.2 Percobaan cermin Fresnell

3. Percobaan dua celah oleh Young


Berbeda dengan percobaan yang dilakukan oleh Fresnell, Young menggunakan dua
penghalang, yang pertama memiliki satu lubang kecil dan yang kedua dilengkapi dengan
dua lubang kecil. Dengan cara tersebut, Young memperoleh dua sumber cahaya
(sekunder) koheren yang monokromatis dari sebuah sumber cahaya monokromatis Pada
layar tampak pola garis-garis terang dann gelap. Pola garis-garis terang dan gelap inilah
| Linda Afifah Rochmah|7
INTERFERENSI CAHAYA

bukti bahwa cahaya dapat berinterferensi. Interferensi cahaya terjadi karena adanya
beda fase cahaya dari kedua celah tersebut.

Gambar 2.3 Percobaan dua celah oleh Young

Pola interferensi yang dihasilkan oleh kedua percobaan tersebut adalah garis-
garis terang dan garis-garis gelap pada layar yang silih berganti. Garis terang terjadi jika
kedua sumber cahaya mengalami interferensi yang saling menguatkan atau interferensi
maksimum. Adapun garis gelap terjadi jika kedua sumber cahaya mengalami interferensi
yang saling melemahkan atau interferensi minimum. Jika kedua sumber cahaya memiliki
amplitudo yang sama, maka pada tempattempat terjadinya interferensi minimum, akan
terbentuk titik gelap sama sekali. Untuk mengetahui lebih rinci tentang pola yang
terbentuk dari interferensi dua celah, perhatikan penurunan-penurunan interferensi dua
celah berikut.
Tampak bahwa lensa kolimator menghasilkan berkas sejajar. Kemudian, berkas
cahaya tersebut melewati penghalang yang memiliki celah ganda sehingga 𝑆1 dan 𝑆2 dapat
dipandang sebagai dua sumber cahaya monokromatis. Setelah keluar dari𝑆1 dan 𝑆2 , kedua
cahaya digambarkan menuju sebuah titik A pada layar. Selisih jarak yang ditempuhnya
(𝑆2 A –𝑆1 A) disebut beda lintasan.
∆𝑆 = 𝑆2 A - 𝑆1 A
Pp …(2.1)

Gambar 2. 4 Percobaan Interferensi Young


Jika jarak 𝑆1 A dan 𝑆2 A sangat besar dibandingkan jarak 𝑆1 ke 𝑆2 , dengan 𝑆1 𝑆2 = d, sinar
𝑆1 A dan 𝑆2 A dapat dianggap sejajar dan selisih jaraknya ΔS =𝑆2 B. Berdasarkan segitiga
𝑆1 𝑆2 B, diperoleh:
| Linda Afifah Rochmah|8
INTERFERENSI CAHAYA

𝑆2 B = 𝑆1 𝑆2 sin 𝜃 = 𝑑 sin 𝜃 ….(2.2)


dengan d adalah jarak antara kedua celah. Selanjutnya, pada segitiga COA,
𝑃
sin 𝜃 = ….(2.3)
𝐶𝐴

Untuk sudut-sudut kecil akan didapatkan


𝑝
sin 𝜃 = tan 𝜃 = ….(2.4)
𝑙

Untuk θ kecil, berarti p/l kecil atau p<<l sehingga selisih kecepatan yang ditempuh oleh
cahaya dari sumber 𝑆2 ke 𝑆1 akan memenuhi persamaan berikut ini.
𝑑𝑝
∆𝑆 = 𝑆2 B = d sin 𝜃 = d tan 𝜃 = ….(2.5)
𝑙

Interferensi maksimum akan terjadi jika kedua gelombang yang tiba di titik A sefase. Dua
gelombang memiliki fase sama bila beda lintasannya merupakan kelipatan bilangan
cacah dari panjang gelombang.
∆𝑆 = 𝑚𝜆 ….(2.6)

Jadi, persamaan interferensi maksimum menjadi


𝑑𝑝
= 𝑚𝜆 ….(2.7)
𝑙

Dengan,
d = jarak antara celah pada layar
p = jarak titik pusat interferensi (O) ke garis terang di A
l = jarak celah ke layar
λ = panjang gelombang cahaya
m = orde interferensi (0, 1, 2, 3, ...)

Spektrofotometri visible disebut juga spektrofotometri sinar tampak. Yang


dimaksud sinar tampak adalah sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia. Cahaya yang
dapat dilihat oleh mata manusia adalah cahaya dengan panjang gelombang 400-800 nm
dan memiliki energi sebesar 299–149 kJ/mol (Suprayitno, 1997).

Elektron pada keadaan normal atau berada pada kulit atom dengan energi
terendah disebut keadaan dasar (ground-state). Energi yang dimiliki sinar tampak
mampu membuat elektron tereksitasi dari keadaan dasar menuju kulit atom yang
memiliki energi lebih tinggi atau menuju keadaan tereksitasi (Serway, 1985).
| Linda Afifah Rochmah|9
INTERFERENSI CAHAYA

Cahaya yang diserap oleh suatu zat berbeda dengan cahaya yang ditangkap oleh mata
manusia. Cahaya yang tampak atau cahaya yang dilihat dalam kehidupan seharihari
disebut warna komplementer. Misalnya suatu zat akan berwarna orange bila menyerap
warna biru dari spektrum sinar tampak dan suatu zat akan berwarna hitam bila
menyerap semua warna yang terdapat pada spektrum sinar tampak.
| Linda Afifah Rochmah|10
INTERFERENSI CAHAYA

TEKNIK ANALISA DATA

A. Persamaan Regresi

n  XY −  X  Y
b=
n  X 2 − ( X )
2

 Y  Y 2 −  X  XY
a=
n  X 2 − ( X )
2

y = a + bx
n
b=
d
B. Perambatan Ralat

y x1 x2
= +
y x1 x2
d  b
= +
d  b
| Linda Afifah Rochmah|11
INTERFERENSI CAHAYA

ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR

A. Alat dan Bahan


No Alat dan Bahan Jumlah
1. Sehelai Rambut 1
Kertas Tebal
2. 1
(sebesar kartu)
Penyangga
3. 1
Tripod
Laser Mainan
4. 1
Anak
5. Benang kasur 5-10 meter
6. Meteran 1

B. Skema Alat

C. Prosedur Kerja
1. Mengukur pola interferensi
• Disiapkan alat dan bahan sesuai dengan tabel
• Tombol on pada laser ditekan dan ditempelkan lakban
• Kertas tebal dilubangi bagian tengahnya
• Rambut dipasang pada kertas tebal yang telah dilubangi
• Kertas tebal ditempelkan ke tripod dengan lakban
• Laser diletakkan pada bagian tengah sebuah buku
• Ketinggian dan posisi tripod diatur supaya sinar tepat mengenai rambut.
• Diamati pola interferensi yang terdapat pada layar
| Linda Afifah Rochmah|12
INTERFERENSI CAHAYA

• Hasil pengamatan dicatat di kertas HVS


• Langkah tersebut diulangi untuk variasi jarak celah dengan layar.
2. Mengukur jarak celah ke layar
• Disiapkan alat dan bahan sesuai dengan table
• Disiapkan benang sebagai media bantu pengukuran
• Benang ditarik dari layar hingga ke celah
• Benang dipotong sesuai jarak antara layar ke celah
• Benang diukur dengan penggaris yang telah disiapkan
• Hasil pengamatan dicatat di kertas HVS
• Langkah tersebut diulangi untuk variasi jarak celah dengan layar.
| Linda Afifah Rochmah|13
INTERFERENSI CAHAYA

HASIL PERCOBAAN DAN HASIL ANALISA DATA

n= 1
= 650 Nm 6.50E-07 m

Praktikum y (m) (y) L (m) (x)


1 0.033 5.95
2 0.035 6.205
3 0.04 6.51
4 0.042 6.65
5 0.044 7.4

b 0.010880318

d 5.97409E-05

0.059740901
d
0.008490043
d
Keterangan :
d : Jarak antar celah
L ; Jarak antara celah ke layar

Grafik Percobaan Interferensi Cahaya (gambar grafiknya berdasar hasil


praktikum praktikan)

5.95 6.205 6.51 6.65 7.04


0.05
y = 0.0012x1.8476
0.04

0.03

0.02

0.01

0
5.8 6 6.2 6.4 6.6 6.8 7 7.2
| Linda Afifah Rochmah|14
INTERFERENSI CAHAYA

PEMBAHASAN

Interferensi cahaya merupakan fenomena yang terjadi ketika dua atau lebih
gelombang cahaya saling tumpang tindih, menciptakan pola interferensi yang dapat
diamati. Praktikum interferensi cahaya bertujuan untuk memahami proses terjadinya
interferensi dan menentukan tebal rambut. Tujuan ini seringkali mencakup penerapan
teori gelombang cahaya, khususnya pada pola interferensi yang dihasilkan oleh celah
ganda atau banyak celah.

Dalam praktikum ini, panjang gelombang laser yang digunakan adalah 650 nm
dengan ralat sekitar ± 10 nm. Panjang gelombang ini penting karena akan mempengaruhi
pola interferensi yang terbentuk. Selain itu, terdapat data hasil pengukuran panjang
gelombang dari terang ke terang pada praktikum pertama hingga ke-5, yaitu 0.033 m,
0.035 m, 0.04 m, 0.042 m, dan 0.044 m. Jarak antara celah sehelai rambut sampai dengan
layar tampilan bayangan cahaya laser (L) juga diukur sebanyak 5.95 m, 6.205 m, 6.51 m,
6.65 m, dan 7.04 m. Dari data tersebut, dapat diketahui nilai b (jarak antara celah) adalah
0.010880318 menggunakan perhitungan dengan excel. Dan dihasilakan pula nilai d= 5.97E-05 m
yang diubah ke mm sehingga d= 0.059740901mm. dengan begitu didapat hasil ketepatan
sejumlah d = (0.06 ± 0.01)mm

Kesimpulan dari praktikum interferensi cahaya ini adalah bahwa melalui


pengukuran panjang gelombang laser dan pola interferensi yang dihasilkan, kita dapat
menentukan tebal rambut pada materi yang digunakan. Penggunaan rumus interferensi
dan analisis data eksperimental membantu memahami dan menentukan tebal rambut
yang digunakan dalam fenomena interferensi cahaya. Praktikum ini juga memberikan
pemahaman yang lebih dalam tentang sifat gelombang cahaya dan aplikasinya dalam
penelitian dan pengukuran.
| Linda Afifah Rochmah|15
INTERFERENSI CAHAYA

KESIMPULAN

Dari praktikum Interferensi cahaya ini dapat disimpulkan bahwa:


1. Interferensi cahaya merupakan fenomena yang terjadi ketika dua atau lebih
gelombang cahaya saling tumpang tindih, menciptakan pola interferensi yang dapat
diamati.
2. Memahami proses terjadinya interferensi melalui gelombang cahaya
monokromatik (satu warna) yang melewati dua celah sempit atau sering dikenal sebagai
interferensi celah ganda. Cahaya monokromatik tersebut kemudian melewati dua celah
sempit yang sejajar. Setiap celah akan berperan sebagai sumber gelombang yang dapat
merambat ke seluruh ruang. Hasil interferensi adalah pola terang (puncak interferensi
konstruktif) dan gelap (lembah interferensi destruktif) yang terbentuk pada layar yang
ditempatkan di belakang celah ganda. Pola ini disebut juga sebagai pola interferensi.
3. tebal rambut dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berukut:

delta d = delta lamda + delta b


d lamda b

Dimana hasil dari perhitungan melalui rumus tersebut didapatkan hasil sebesar d = (0.06
± 0.01)mm
| Linda Afifah Rochmah|16
INTERFERENSI CAHAYA

DAFTAR PUSTAKA

Falah Masroatul.2018.Analisis Pola Interferensi Pada Interferometer Michelson


untuk Menentukan Panjang Gelombang Sumber Cahaya.Semarang : Fakultas MIPA
Universitas Diponegoro

Masturi,Nashir.2014.Penentuan Panjang Gelombang Sinar Menggunaka Interferensi


Celah Ganda Sederhana.Semarang : Universitas Negeri Semarang

Sugito Heri,dkk.2005. Pengukuran Panjang Gelombang Sumber Cahaya Berdasarkan


Pola Interferensi Celah Banyak.Semarang : Fakultas MIPA Universitas Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai