Anda di halaman 1dari 4

Hal 192

Menjadi seorang pemimpin yang beretika diharuskan memliki sifat-sifat berikut:


• Menjadi panutan yang baik dengan bersikap etis dan jujur.
• Katakan yang sebenarnya selalu.
• Jangan menyembunyikan atau memanipulasi informasi.
• Bersedialah untuk mengakui kegagalan Anda.
• Bagikan nilai-nilai pribadi Anda dengan mengomunikasikannya secara teratur kepada karyawan.
• Tekankan nilai-nilai bersama yang penting dari organisasi atau tim.
• Gunakan sistem penghargaan untuk meminta pertanggungjawaban setiap orang terhadap nilai-nilai
tersebut.

PROTECTION OF EMPLOYEES WHO RAISE ETHICAL ISSUES


PERLINDUNGAN KARYAWAN YANG MENINGKATKAN MASALAH ETIKA

Apa yang akan kamu lakukan jika melihat sesuatu yang illegal, tidak bermoral, atau tidak
etis? Maukah kita maju untuk melaporkan hal tersebut? Banyak dari kita tidak mau dikarenakan akan
beresiko bagi kerir kita kedepannya. Disini manajer berusaha untuk meyakinkan karyawan bahwa
mengemukakan masalah tidak menjadi risiko untuk karir mereka. Orang-orang ini sering disebut
Whistle-Blower.
Alasan-alasan Whistle-Blower (Pelapor) tidak ingin melaporkan sebuah masalah

- Ketakutan risiko hancurnya sebuah karir


- Ketakutan tidak bisa bekerja dengan individu tersebut (Pelaku)
- Ketakutan bahwa laporannya tidak dianggak serius, tidak cukup bukti, dilaporkan
kembali
- Ketakutan akan muncul ancaman dan pembalasan

Jadi bagaimana karyawan bisa melapor tanpa adanya perasaan takut?salah satu caranya
dengan membuat “toll-free ethics hotlines”, karyawn dapat menelepon secara ananim (tidak diketahiu
identitas) untuk melaporkan pelanggaran yang kemudian akan diseldiki. Cara yang lain adalah
menerapkan “proses yang adil secara prosedural”, memastikan proses pengambilan keputusan itu adil
dan karyawan diperlakukan dengan hormat terkait kekhawatiran mereka.
Whistle-Blower

- Individu yang meyampaikan masalah atau masalah etika kepada orang lain
Hal 193
Social Entrepreneurship (Kewirausahaan Sosial)

Masalah Sosial di dunia banyak sedangkan solusi yang dapat tidak digunakan tidak sebanding
dengan banyaknya masalah. Tetapi banyak orang dan organisasi mencoba bebrbuat sesuatu.
Wirausahawan sosial ingin membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik dan memliki semangat
yang mendorong untuk mewujudkannya.
Misalnya, John Schoch, CEO Profile Productd yang merupana perodusen dan disrtibutor
produk untuk pengelolaan tanah dan air. Dia membantu dengan cara menginvestasikan bebrapa
sumber daya perusahaan untuk membantu mengatasi krisis global mengenai kekurangan air bersih.
John juga mendirikan anak perusahaan nonprofit Profile Products yang menginvestasikan jutaan dolar
ke dalam penelitian dan pengembangan produk yang disebut ProCleanse, yang merupakan perangkat
penyaringan air.
Wirausahawan sosial menggunakan kreativitas dan kecerdikan untuk memecahkan masalah.
Misalnya, PATH (Program for Appropriate Technology in Health) yang berbasis di Seattle adalah
program internasional organisasi nirlaba yang menggunakan teknologi berbiaya rendah untuk
menyediakan perawatan kesehatan yang dibutuhkan bagi negara-negara berkembang yang miskin.
Dengan berkolaborasi dengan kelompok publik dan bisnis nirlaba, PATH telah mengembangkan
solusi sederhana yang menyelamatkan jiwa seperti alat bersalin bersih, alat uji lab seukuran kartu
kredit, dan alat tes sekali pakai. PATH telah melakukan pendekatan inovatif untuk memecahkan
masalah medis berbasis blobal.
Apa yang kita bisa pelajari dari para wirausahawan diatas? Membantu mengatasi krisis
berskala global?. Intinya para wirausahawn tersebut hanya ingin membuat dunia menjadi tempat yang
lebih baik.

Businesses Promoting Positive Social Change


(Bisnis yang Mempromosikan Perubahan Sosial yang Positif)
Sejak 1946, Target telah menyumbangkan 5 persen dari pendapatan tahunannya untuk mendukung
kebutuhan masyarakat, jumlah yang mencapai lebih dari $3 juta per minggu. “Selama 2 dekade
terakhir semakimn banyak perusahaan terlibat dalam kegiatan yang mempromosikan perubahan sosial
yang positif”.
Dalam bisnis ada 2 cara yang digunakan: - CORPORATE PHILANTHROPY
- EMPLOYEE VOLUNTEERING EFFORTS
a. CORPORATE PHILANTHROPY (FILANTROPI PERUSAHAAN)

Apa itu Corporate Philanthropy? Corporate Philanthropy adalah sebuah aktifitas sebuah
perusahaan memberikan sumbangan langsung dalam bentuk derma untuk kalangan masyarakat
tertentu. Sumbangan tersebut biasanya berbentuk pemberian uang secara tunai, bingkisan/paket
bantuan atau pelayanan secara cuma-cuma.
Misalnya, yayasan Google yang disebut DotOrg oleh karyawannya mendukung lima bidang:

- mengembangkan sistem untuk membantu memprediksi dan mencegah pandemi penyakit


- memberdayakan masyarakat miskin dengan informasi tentang pelayanan publik
- menciptakan lapangan kerja dengan berinvestasi pada usaha kecil dan menengah di negara
berkembang
- mempercepat komersialisasi mobil plug-in
- membuat energi terbarukan lebih murah daripada batu bara.

Setiap tahun, DotOrg mendonasikan $100 juta dalam bentuk hibah, 80.000 jam untuk
kegiatan amal, dan $1 miliar dalam bentuk produk.

b. EMPLOYEE VOLUNTEERING EFFORTS (UPAYA RELAWAN KARYAWAN)


Relawan karyawan adalah cara lain yang populer bagi bisnis untuk terlibat dalam mempromosikan
perubahan sosial. volunterisme adalah suatu kegiatan yang bersifat tidak wajib dan tidak mendapatkan
imbalan yang dilaksanakan secara terorganisir demi kepentingan orang lain ataupun masyarakat.
Misalnya, Setiap karyawan VMWare diberikan lima hari libur dari pekerjaan setiap tahun untuk
menjadi sukarelawan di komunitasnya. Komite untuk Mendorong Perusahaan Filantropi mengatakan
bahwa lebih dari 90 persen anggotanya memiliki program sukarelawan dan hampir setengahnya
mendorong kesukarelaan dengan memberikan waktu luang atau dengan membuat acara sukarela.
Banyak bisnis telah menemukan bahwa upaya semacam itu tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat,
tetapi juga meningkatkan upaya dan motivasi kerja karyawan.

Anda mungkin juga menyukai