Anda di halaman 1dari 2

Nama : Andi Nurul Azizah

NIM : 239018485023
Prodi : PPG IPS 001
ARGUMEN KRITIS (TOPIK 1-FILOSOFI PENDIDIKAN)
Ki Hajar Dewantara merupakan salah satu pahlawan Pendidikan Indonesia. Beliau
merupakan pelorpor gerakan transformasi Pendidikan. Meskipun pernah menjadi salah
satu siswa yang belajar ala budaya Barat, tapi dalam pelaksanaan Pendidikan di Indonesia
KHD tidak menginginkan penerapan yang sama. Seperti yang dinyatakan Sugiarta, dkk. (2019:
127), Substansi Gagasan Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara Terbelenggu dalam
pusaran tirani penjajahan Belanda, telah mendorong Ki Hajar Dewantara untuk memaknai
pendidikan secara filosofi sebagai upaya memerdekakan manusia dalam aspek lahiriah
(kemiskinan dan kebodohan), dan batiniah (otonomi berpikir dan mengambil keputusan,
martabat, mentalitas demokratik). Pendidikan saat itu sangat rasisme bagi masyarakat
Indonesia di negerinya sendiri. Sistem hukuman fisik maupun psikis menjadi hal yang lumrah
diterima oleh para siswa. Hal ini karena Pendidikan di Indonesia saat Kolonial Belanda
hanya diberikan kepada rakyat yang hendaknya diberi pelajaran membaca, menulis dan
berhitung seadanya. Pembelajaran juga hanya dilakukan seperlunya saja dan untuk mendidik
anak-anak Indonesia sebagai pembantu dalam beberapa usaha yang dilakukan oleh Belanda
demi keuntungan perusahaan-perusahaan kolonial Belanda itu sendiri.
Ketika Indonesia sudah mencapai kemerdekaan, pemerintah ataupun pemimpin mulai
memiliki kesadaran untuk mengadakan berbagai perubahan yang diperlukan, begitupun
dengan berbagai golongan rakyat. Setelah upaya yang dilakukan oleh para bupati pada
tahun 1854, dengan membangun sekolah Bumi Putera yang terdiri dari 3 kelas.
Pendidikan masih dilakukan hanya untuk mendapatkaan pegawai. Kemudian pada tahun
1920 akhirnya lahirlah cita-cita baru untuk perubahan radikal dalam pelajaran dan
pembelajaran. Ki Hajar Dewantara mempelopori berdirinya sekolah-sekolah untuk pribumi
yang diberi nama Taman Siswa yaitu pada tahun 1922 di Yogyakarta. Taman Siswa ini
menjadi gerbang emas dalam dunia pendidikan di Indonesia, yang kemudian diikuti dengan
berdirinya Taman Siswa di beberapa daerah di luar pulau Jawa seperti di Sumatera dan Maluku.
Dengan begitu, maka gerakan pendidikan di Indonesia mulai berkembang dan efisien
dalam meningkatkan segala usaha kenegaraan baik dalam gerakan revolusi maupun dalam
usaha pembangunan bangsa dan negara. Salah satu nasehat yang dituangkan oleh Ki Hajar
Dewantara (1956), dalam pidatonya bahwa seorang guru harus mendidik anak-anak dengan
cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri, di samping itu kita dituntut
untuk mempelajari hidup mengenai kejiwaan kita dengan adat istiadatnya, yang dalam hal ini
bukannya kita tiru secara mentah-mentah namun kita pelajari sebagai pedoman bahwa adat
istiadat itu merupakan petunjuk-petunjuk yang berharga. Pendidikan yang sesuai kodrat
dan berpihak pada murid menjadi kunci utama dalam pengajaran Pendidikan Ki Hajar
Dewantara. Pendidikan yang sesuai dengan kodrat keadaan adalah pendidikan yang
memperhatikan keadaan dan perkembangan zaman yang sesuai dengan kehidupan siswa.
Sebagai contoh, kebutuhan pendidikan di zaman kolonial berbeda dengan kebutuhan di
Abad-21 seperti saat ini. Di Zaman Kolonial siswa hanya dituntut untuk bisa membaca,
menulis, dan berhitung. Sedangkan zaman sekarang kemajuan teknologi semakin pesat,
pelaksanaan Pendidikan berbasis digital dilaksanakan di setiap sekolah. Tetapi, meskipun
seperti itu pelaksanaan Pendidikan tetaplah harus berdasarkan budaya Indonesia, tidak serta
merta mengikuti budaya Barat.

Anda mungkin juga menyukai