Anda di halaman 1dari 4

85

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penyusunan zona pemanfaatan dan konservasi airtanah pada CAT
Lokal Kabupaten Jepara, dihasilkan beberapa kesimpulan:
1. Litologi yang ditemukan pada daerah penelitian terdiri dari empat satuan yaitu
satuan tufa, satuan breksi vulkanik, satuan lava andesit, dan satuan aluvium.
Satuan morfologi pada daerah penelitian terdiri dari enam satuan yaitu satuan
bentuklahan pegunungan terjal, satuan bentuklahan berbukit terjal, satuan
bentuklahan berbukit bergelombang, satuan bentuklahan bergelombang miring,
bergelombang landai, dan dataran. Berdasarkan hasil pemetaan hidrogeologi
didapatkan data 145 titik sumur gali, 6 titik mataair, dan 16 titik sumur bor.
Berdasarkan hasil analisis data hidrogeologi didapatkan pola aliran airtanah
bebas CAT mengikuti kemiringan topografi yaitu dari daerah pegunungan sisi
Tenggara CAT mengalir menuju sisi Barat-Utara CAT, sedangkan pada
airtanah tertekan cenderung sama mengalir dari Tenggara menuju sisi Barat-
Utara CAT. Zona imbuhan berada di sisi Tenggara CAT yang merupakan
puncak G. Muria, sedangkan zona lepasan berada pada sisi Barat CAT
memanjang sampai ke Utara.
2. Dari 50 sampel airtanah yang dianalisis terdiri dari 39 sampel sumur gali, 10
sampel air sumur bor, dan 1 mataair menunjukan bahwa 41 sampel memenuhi
standar untuk keperluan air minum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor. 492 Tahun 2010, sedangkan 9 sampel tidak memenuhi standar baku
yaitu sampel SG-160, SG-88, SG-176, SG-169, SB-08, SB-09, SB-10, SB-12,
SB-14. Hasil pengukuran DHL airtanah bebas memiliki rentang nilai DHL
antara 20,1-1.614 µS/cm dan untuk airtanah tertekan 172-488 µS/cm. Hasil
Pengukuran derajat keasaman (pH) airtanah bebas memiliki rentang nilai
4,1-9,45 dan untuk airtanah tertekan memiliki nilai pH antara 6,7-9,2 serta nilai
zat padat terlarut pada akuifer bebas 2.514 mg/L pada sampel SG-88 dan 1.085
mg/L pada SG-160.

85
86

3. Sebagian besar pemanfaatan airtanah pada lokasi penelitian dimanfaatkan untuk


keperluan domestik, pengairan, PDAM, dan untuk budidaya tambak.
Berdasarkan penurunan MAT dan DHL serta potensi airtanah CAT Lokal
Kabupaten Jepara zona pemanfaatan daerah penelitian termasuk kedalam zona
aman, zona rawan, zona kritis, dan zona rusak dan zona perlindungan airtanah
pada daerah penelitian meliputi daerah imbuhan dan zona perlindungan mataair.
4. Rekomendasi yang dapat diberikan adalah :
1. Zona Pemanfaatan Zona Aman : Penggunaan airtanah pada sistem akuifer
tertekan (kedalaman 40-120 mbmt) hanya untuk kebutuhan air bersih
PDAM Kabupaten dan digunakan beberapa pabrik di sekitar zona ini, debit
optimum yang digunaan 10,5-12,5 L/detik/sumur. Upaya yang dilakukan
untuk mencegah zona aman terdegradasi ke zona rawan di anjurkan untuk
membuat sumur imbuhan buatan.
2. Zona Pemanfaatan Zona Rawan : Penggunaan airtanah pada sistem akuifer
tertekan (kedalaman 41,7-120 mbmt) hanya untuk kebutuhan air bersih
PDAM Kabupaten dan digunakan beberapa pabrik di sekitar zona ini, debit
optimum yang digunaan 2,42-4,92 L/detik/sumur. Upaya yang dilakukan
untuk mencegah zona rawan terdegradasi ke zona kritis di anjurkan untuk
membuat sumur imbuhan buatan, dan pelarangan pembuatan sumur bor
baru.
3. Zona Pemanfaatan Zona Kritis : Penggunaan airtanah pada sistem akuifer
tertekan (kedalaman 41,7-120 mbmt) hanya untuk kebutuhan air bersih
PDAM Kabupaten dan digunakan beberapa pabrik di sekitar zona ini, debit
optimum yang digunaan <2,42 L/detik/sumur. Upaya yang dilakukan untuk
mencegah zona kritis terdegradasi ke zona rusak di anjurkan untuk membuat
sumur imbuhan buatan, dan pelarangan pembuatan sumur baru.
4. Zona Pemanfaatan Zona Rusak : Penggunaan airtanah pada sistem akuifer
tertekan sebaiknya tidak digunakan, karena sudah terdegradasi ke rusak.
Upayanya dilindungi, pelarangan pembuatan sumur bor baru, dan
pembuatan sumur imbuhan buatan, pengurangan debit pengambilan.
87

5. Zona perlindungan airtanah daerah imbuhan airtanah : Zona imbuhan ini


memiliki luas sekitar 72,99 km2. Pada zona ini, penggunaan akuifer tertekan
tidak diizinkan untuk memenuhi kebutuhan pokok perorangan. Untuk
pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari, penggunaan airtanah pada sistem
akuifer tertekan harus dilakukan kajian hidrogeologi terlebih dahulu, karena
zona ini termasuk kawasan lindung yang berupa hutan lindung dan kawasan
lindung dikelola oleh masyarakat, lingkungan harus dijaga agar kualitas air
tetap terjaga. Perlindungan kawasan di sekitar mataair yang terdapat pada
daerah CAT Lokal Kabupaten Jepara harus dilakukan terhadap budidaya
yang dapat merusak kuantitas dan kualitas air serta kondisi fisik kawasan
sekitarnya. Budidaya yang dapat merusak seperti pengeboran dan
penggalian di dekat sekitar mataair harus dicegah dan dilindungi dalam
radius 200 m dari pemunculan mataair.
5. Hasil kesesuaian antara peta zona pemanfaatan dan konservasi airtanah dengan
peta rencana tata ruang wilayah CAT Lokal Kabupaten Jepara secara umum
sesuai tetapi perlu adanya evaluasi pada daerah imbuhan. Berikut hasilnya:
a. Daerah imbuhan termasuk kedalam zona aman terdiri dari kawasan lindung
yang berupa hutan lindung dan kawasan lindung dikelola oleh masyarakat,
hutan produksi, hutan lindung, kawasan pertanian semusim, setempat
pemukiman. Imbuhan harus dijadikan kawasan lindung utama.
b. Daerah lepasan termasuk kedalam zona rawan, kritis, dan rusak terdiri dari
pedesaan, perkotaan, industri, hutan produksi terbatas, kawasan pertanian
tanaman keras, pertanian semusim, cagar alam.
5.2 Saran
Setelah dilakukan penyusunan zona konservasi dan pemanfaatan airtanah
CAT Lokal Kabupaten Jepara, berikut saran yang dapat diberikan :
1. Bagi Masyarakat: pembagian wilayah yang dapat dimanfaatkan airtanah
yaitu daerah zona aman meliputi seluruh Kec. Batealit, Kec. Kembang,
Kec. Bangsri, Kec. Keling, Kec. Donorejo, Kec. Pakisaji bagian tengah,
Kec. Mlonggo bagian tengah, Kec.Tahunan bagian Selatan dengan debit
10,5-12,5 L/detik/sumur. Daerah yang harus dilindungi meliputi Kec.
88

Pakisaji bagian Timur, Kec. Mlonggo bagian Selatan, Kec. Tahunan bagian
Utara, dan sekitar Kota Jepara bagian Barat.
2. Bagi Instansi Pemerintah :
a. Perlu adanya evaluasi rencana tata ruang wilayah CAT Kabupaten
Jepara dari kawasan perkotaan, perdesaan seperti Kec. Pakisaji bagian
Timur, Kec. Mlonggo bagian Selatan, Kec. Tahunan bagian Utara, dan
sekitar Kota Jepara bagian Barat, pemukiman setempat pada daerah
imbuhan menjadi kawasan lindung.
b. Berdasarkan hasil konservasi airtanah CAT Lokal Kabupaten Jepara
bahwa perlu adanya pengurangan pemanfaatan airtanah, pengurangan
debit pengambilan, pelarangan pembuatan sumur bor baru untuk daerah
yang termasuk kedalam zona rawan, kritis dan rusak seperti Kec.
Pakisaji bagian Timur, dan sekitar Kota Jepara bagian Barat.

Anda mungkin juga menyukai