Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENGAMATAN KONFLIK

KEBERAGAMAN SOSIAL BUDAYA YANG


ADA DI INDONESIA
Disusun Oleh:
1. Achmad Anas Habibillah (01).

2. Farrel Apta Wijaya (11).

3. I Komang Arya Sakti (18).

4. Maulana Hafitdzh Reza (22).

5. Maulana Rafi A (23).

6. Nurin Davina Calysta (31).

7. Regina Putri Faridsyah (32).

8. Regita Putri Faridsyah (33).

9. Vidya Dzurotun N (35).

JL,Hos Cokroaminoto No.35,Dusun Watu


Ulo,Mojopanggung,Kec.Giri

Kabupaten Banyuwangi,Jawa Timur 68425

Telp.(0333) 421719 E-Mail: sman1giri@gmail.com


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dihaturkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta
taufiq dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan
kegiatan "Hasil Pengamatan Konflik Suku Agama Di Indonesia.” Laporan ini berisi
hasil pengamatan dari video yang sudah kami amati, sehingga kami dapat menemukan
berbagai isi permasalahan, serta menjawab pertanyaan yang sudah diberikan terkait
konflik suku agama di Indonesia. Laporan ini mencakup latar belakang, tujuan, manfaat,
serta isi yang akan diambil untuk mencapai hasil yang diharapkan. Semua usaha ini
tidak terlepas dari dukungan, bimbingan, dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan mendukung proses penyusunan laporan ini. Semoga ide dan upaya yang kami
perjuangkan dapat memberikan nilai tambah yang signifikan bagi perkembangan yang
berkelanjutan. Kami menyadari bahwa laporan ini masih memerlukan masukan dan
saran yang membangun. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak agar laporan ini dapat terus ditingkatkan dan menjadi
landasan yang kuat untuk pelaksanaan rencana di masa depan. Akhir kata, semoga
laporan ini dapat menjadi langkah awal yang positif dan bermanfaat bagi semua pihak
yang terlibat. Dengan penuh harap, kami menyerahkan laporan ini untuk
dipertimbangkan dan dilaksanakan demi terwujudnya hasil yang maksimal dari laporan
yang telah kami susun.
Daftar isi

Cover Halaman.................................................................................................... I

Penyusun.............................................................................................................. II

Kata Pengantar ................................................................................................... III

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 6

1.1 Latar Belakang................................................................................................. 6


1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 7
1.3 Tujuan Masalah............................................................................................... 7

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 8
2.1 Konflik yang terjadi pada video tersebut......................................................... 8
2.1.1 Konflik Sampit...................................................................................... 8
2.1.2 Konflik Poso.......................................................................................... 8
2.1.3 Konflik Ambon...................................................................................... 10
2.1.4 Konflik Lampung.................................................................................. 10
2.2 Penyebab terjadinya ke 4 konflik tersebut....................................................... 11
2.2.1 Konflik Sampit...................................................................................... 11
2.2.2 Konflik Poso.......................................................................................... 12
2.2.3 Konflik Ambon...................................................................................... 12
2.2.4 Konflik Lampung.................................................................................. 13
2.3 Upaya pemerintah dalam menangani ke 4 konflik tersebut............................ 13
2.3.1 Konflik Sampit...................................................................................... 13
2.3.2 Konflik Poso.......................................................................................... 13
2.3.3 Konflik Ambon...................................................................................... 14
2.3.4 Konflik Lampung.................................................................................. 14
2.4 Dampak yang ditimbulkan dari konflik tersebut............................................. 14
2.5 Cara menyikapi dan menunjukan sikap yang tepat terhadap konflik tersebut 15
2.6 Hal-hal yang sudah kita pahami setelah menonton video tersebut.................. 15
2.7 Hal-hal yang masih belum kita pahami setelah menonton video tersebut...... 16
BAB III PENUTUP............................................................................................. 17
3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 17
3.2 Saran................................................................................................................ 17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Konflik bersenjata di beberapa wilayah Indonesia, seperti Sampit, Ambon, Poso,
dan Lampung, mencerminkan dinamika yang kompleks dan menimbulkan dampak
yang luas terhadap masyarakat setempat serta stabilitas nasional. Konflik-konflik ini
tidak hanya melibatkan pertarungan fisik antara berbagai kelompok etnis atau
agama, tetapi juga mencakup ketegangan politik, persaingan ekonomi, dan
pertentangan ideologi.

Konflik di Sampit, yang melibatkan suku Dayak dan Madura, mengekspos


persaingan atas sumber daya alam, seperti tanah dan lapangan kerja, serta isu-isu
politik lokal yang memperkeruh situasi. Sementara itu, konflik di Ambon, Poso, dan
Lampung melibatkan ketegangan antara komunitas Muslim dan Kristen, dengan
faktor-faktor seperti ketidaksetaraan ekonomi, klaim historis, dan campur tangan
kelompok ekstremis yang memperparah konflik.

Ketegangan etnis, agama, politik, dan ekonomi di balik konflik-konflik ini


menciptakan tantangan yang serius bagi perdamaian dan kemajuan sosial di
Indonesia. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang latar belakang
konflik tersebut menjadi penting untuk mengidentifikasi akar permasalahan dan
merumuskan strategi yang efektif untuk mempromosikan rekonsiliasi dan
perdamaian berkelanjutan.

Dalam konteks ini, makalah ini akan menyelidiki lebih jauh latar belakang, faktor-
faktor pemicu, dan dampak dari konflik di Sampit, Ambon, Poso, dan Lampung.
Melalui pemahaman yang lebih baik tentang dinamika konflik ini, diharapkan kita
dapat menemukan solusi yang lebih baik untuk mengatasi konflik bersenjata dan
membangun fondasi yang kuat untuk perdamaian dan harmoni di Indonesia.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Ceritakan kembali apa yang kamu lihat dalam video tersebut dalam
4 konflik yg terjadi
1.2.2 Apa penyebab terjadinya 4 konflik tersebut
1.2.3 Apa upaya pemerintah dalam menangani ke 4 konflik tersebut
1.2.4 Bagaimana dampak yang di timbulkan dari konflik tersebut yang
berhubungan dengan berbangsa dan bernegara
1.2.5 Bagaimana kamu menyikapi konflik tersebut dan apa sikap yang
kamu tunjukan terhadap konflik yang terjadi
1.2.6 Dari video yang kalian lihat hal apa yang sudah kalian pahami
1.2.7 Dari video yang kalian lihat hal apa yang belum kalian pahami

1.3 TUJUAN MASALAH


1.3.1 Kita dapat mengetahui apa saja konflik yang ada pada video
tersebut dan kita dapat menceritakan nya kembali
1.3.2 Kita dapat mengetahui apa penyebab ke 4 konflik tersebut
1.3.3 Kita dapat mengetahui apa saja upaya pemerintah dalam
menangani ke 4 konflik tersebut
1.3.4 Kita dapat mengetahui apa saja dampak yang di timbulkan dari
konflik tersebut
1.3.5 Kita dapat mengetahui bagaimana cara menyikapi konflik tersebut
1.3.6 Kita dapat mengetahui hal apa yang sudah kita pahami
1.3.7 Kita dapat mengetahui hal apa yang belum kita pahami
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konflik yang terjadi pada video tersebut


2.1.1 Konflik Sampit
Tanggal 18 Februari 2001
Permasalahan ini semakin meluas hingga menjadi perselisihan antar-etnis. Puncaknya,
terjadi pada 18 Februari 2001. Konflik ini mengakibatkan lebih dari 500 kematian,
dengan lebih dari 1.000 warga Madura kehilangan tempat tinggal di Kalimantan.
Permasalahan ini terjadi karena adanya perbedaan nilai dan budaya antara suku Dayak
dan madura yang berstatus sebagai pendatang. Ada asumsi yang berkata bahwa orang
Dayak yang cemburu akan kedatangan suku Madura.
Kerusuhan bermula dari pembakaran salah satu rumah yang di huni orang Dayak.
Lokasi kebakaran tersebut ada di jalan padat karya dan pelakunya diduga kelompok
pendatang orang Madura. Bermula dari ini, orang Dayak merasa geram dan melakukan
aksi serangan balas dendam. Satu orang Dayak dan Madura di laporkan tewas Ketika
serangan balas dendam dan kejadian serupa juga terjadi di jalan tidar yang jaraknya
tidak jauh dari jalan padat karya. Adapun juga pada saat itu di jalan padat tidar terjadi
aksi pembakaran rumah yang banyak di huni orang Madura.
Tiga orang penghuni rumah dilaporkan tewas, ditambah satu orang yang meninggal
karena senjata tajam. Serangan dijalan Tidar juga menyasar hewan ternak yang
menyebabkan puluhan ekor hewan ternak mati. Lebih tepatnya, konflik sampit dilatar
belakangi oleh benturan budaya sebagaimana diungkapkan salah satu tokoh Masyarakat
Dayak berinisial DC.
•Tanggal 7 Juni 2001
Penyelesaian perang ini pada tanggal 7 Juni 2001.
2.1.2 Konflik Poso
Tanggal 24 Desember 1998
Pada malam natal, 24 Desember 1998, yang kebetulan bertepatan dengan Ramadan
pada saat itu, seorang pemuda asal kelurahan mayoritas Protestan di Lambogia bernama
Roy Runtu Bisalemba menikam Ahmad Ridwan, seorang Muslim. Informasi yang
tersebar di pihak Kristen menyebutkan bahwa Ridwan melarikan diri ke masjid setelah
ditikam. Sedangkan versi Muslim menggambarkan bahwa kejadian ini merupakan
sebuah serangan terhadap pemuda Muslim yang tertidur di halaman masjid. Para tokoh
pemuka agama kedua belah pihak kemudian bertemu. Keduanya sepakat bahwa sumber
masalahnya terdapat pada minuman keras. Akibatnya, Polres Poso pun mulai menyita
ribuan minuman keras yang kemudian dihancurkan. Suatu ketika, terdapat satu toko
yang dijagai oleh para pemuda Kristen. Mereka pun bertemu dengan pemuda Muslim
yang berniat menyegel toko tersebut. Pertemuan ini pun berakhir dengan bentrokan di
antara keduanya.
Tanggal 27 Desember 1998
Sekelompok orang Kristen bersenjara yang menaiki truk dari Tentena tiba, dipimpin
oleh Herman Parimo, anggota DPRD Poso. Parimo diketahui merupakan anggota dari
Gerakan Pemuda Sulawesi Tengah (GPST). Di sisi lain, sedikitnya terdapat sembilan
truk Muslim tiba dari Palu, Parigi, dan Ampana. Bentrokan pun terjadi, di mana polisi
tidak mampu menangkal mereka. Para pejabat pemerintah Kabupaten Poso banyak
mendapat serangan melalui spanduk, surat kaleng, dan grafiti.
Tanggal 15 April 2000
Seorang pemuda Muslim mengatakan bahwa dirinya diserang oleh sekelompok pemuda
Kristen. Pemuda muslim menunjukkan bukti berupa sebuah luka di lengannya. Pemuda
Kristen yang tidak terima pun membalas dan berujung pertempuran. Selama beberapa
hari peperangan terus terjadi. Rumah-rumah milik umat Kristen Poso dibakar. Kejadian
ini mengharuskan Kapolres Poso untuk mendatangkan pasukan Brimob dari Palu.
Tanggal 17 April 2000
Anggota Brimob tidak sengaja menembaki kerumuman massa yang menewaskan
Mohammad Yusni dan Yanto, serta melukai delapan pemuda Muslim lainnya.
Kemudian, anggota Brimob pulang ke Palu dan pembakaran rumah masih
berlanjut. Pangdam Wirabuana Mayor Jenderal TNI Slamet Kirbiantoro di Makassar,
akhirnya mengirim 600 tentara. Pertempuran pun mereda.
Tanggal 23 Mei 2000
Kejadian pada bulan Mei 2000 merupakan pertempuran terparah dan terbesar. Diawali
dengan rumor yang muncul bahwa banyak pemuda Kristen telah melarikan diri ke
sebuah kampung pelatihan di Kerei. Pasukan Kristen menamai operasi ini "kelelawar
merah" dan "kelelawar hitam".
Pagi hari tanggal 23 Mei, sekelompok pasukan kelelawar hitam membunuh seorang
polisi, Sersan Mayor Kamaruddin Ali dan dua warga sipil Muslim, Abdul Syukur dan
Baba. Kelompok ninja (kelelawar hitam) ini kemudian bersembunyi di sebuah kereja
katolik di Kelurahan Moengko. Kemudian, pasukan muslim pun mulai bernegosiasi
dengan polisi untuk menyerah dan menunggu di depan gereja. Alih-alih menyerahkan
diri, pasukan ninja malah kabur ke perbukitan belakang gereja sehingga menyulut
kemarahan pasukan muslim. Mereka membakar gereja pada pukul 10.00 WIB.
Tanggal 28 Mei 2000
Serangan semakin meluas terhadap warga Islam. Para wanita dan anak-anak ditangkap.
Bahkan beberapa di antaranya mengalami pelecehan seksual. Sekitar 70 orang berlari ke
pesantren terdekat, Pesantren Walisongo, di mana banyak warga Muslim dibunuh
dengan senjata api dan parang. Orang-orang yang kabur pun berhasil ditangkap yang
kemudian dieksekusi dan mayatnya dilempar ke Sungai Poso. Sekitar 39 jenazah
ditemukan di tiga kuburan massal dengan total kematian sekitar 191 orang.
Tanggal 20 Desember 2001
Konflik Poso ini diakhiri dengan penandatangan Deklarasi Malino, 20 Desember 2001.
Deklarasi Malino adalah perjanjian damai antara pihak Kristen dan Islam. Sebelum
penandatanganan, dirinci bahwa terdapat 577 korban tewas, 384 terluka, 7.932 rumah
hancur, dan 510 fasilitas umum terbakar. Setelah Deklarasi Malino, terbentuk dua
komisi, yaitu Komisi Keamanan dan Penegakan Hukum dan Komisi Sosial Ekonomi.
2.1.3 Konflik Ambon
Tanggal 11 September 2001
Konflik Ambon adalah serangkaian kerusuhan yang diawali oleh bentrokan antarwarga
di Kota Ambon, Maluku, pada 11 September 2001 yang dimana terdapat seorang
tukang ojek bernama Darkin Saimen. Pria ini mengalami kecelakaan tunggal dari arah
sebuah stasiun televis, daerah Gunung Nona, menuju pos Benteng. Kala itu Darkin
tidak dapat mengendalikan setir motornya, sehingga ia menabrak sebuah pohon. Ia
kemudian menabrak rumah seorang warga bernama Okto. Sebelum sampai di rumah
sakit, nyawa Darkin sayangnya tidak tertolong. Hal inilah yang kemudian memicu
munculnya dugaan bahwa Darkin sebenarnya telah dibunuh.
Tanggal 12 September 2001
Setelah kematian Darkin, terjadilah pertikaian puncak antara dua kelompok pada
tanggal 12 September 2001. Mereka saling melempar batu dan merusak beberapa
fasilitas.
2.1.4 Konflik Lampung
Kerusuhan Lampung 2012 adalah serangkaian kerusuhan yang terjadi diLampung
Selatan tanggal 27 Oktober hingga 29 Oktober 2012. Kerusuhan ini bermula dari
program transmigrasi yang diadakan pemerintah, ketika warga asal Bali masuk ke
Lampung dan ditempatkan di Lampung Selatan.
Tanggal 27 Oktober 2012
Sebanyak lebih dari 500 orang warga Desa Agom menyerang pemukiman warga suku
Bali di Desa Balinuraga. Akibat penyerangan tersebut, satu kios obat-obatan dan
kelontong milik Made Sunarya terbakar.
Tanggal 28 Oktober 2012
Pada pukul 01.00 WIB. Massa dari warga Lampung berjumlah lebih dari 200 orang
merusak dan membakar rumah milik Saudara Wayan Diase. Kemudian, pukul 09.30
WIB, terjadi bentrok antara massa suku Lampung dengan masa suku Bali di Desa
Sidorejo. Akibatnya, tiga orang meninggal dunia. Mereka adalah Yahya, Marhadan,
dan Alwi. Sedangkan empat warga lainnya mengalami luka-luka karena senjata tajam
dan senapan angin, yaitu Ramli, Syamsudin, Ipul, dan Mukmin.
Tanggal 29 Oktober 2012
Pukul 14.00 WIB, massa Desa Agom berhasil memasuki Desa Balinuraga dengan
menyusup melalui kebun dan sawah. Setelah itu, massa suku Lampung segera
melakukan penyerangan. Mereka membakar sejumlah rumah warga Desa Agom.

2.2 Penyebab terjadinya ke 4 konflik tersebut


2.2.1 Konflik Sampit
Konflik Sampit merupakan kerusuhan antarsuku yang melibatkan orang Dayak sebagai
penduduk asli dan suku Madura sebagai pendatang. Konflik Sampit diawali dari
pembakaran salah satu rumah milik orang Dayak di Jalan Padat Karya pada Minggu
(18/2/2001) dini hari. Muncul dugaan bahwa pembakaran rumah tersebut dilakukan
oleh orang Madura.Orang Dayak kemudian melakukan aksi balas dendam yang
menyebabkan 1 orang Dayak dan 1 orang Madura tewas.
Kerusuhan selanjutnya pecah ke Jalan Tidar yang berjarak sekitar 500 meter dari Jalan
Padat Karya. Lokasi tersebut dihuni lebih banyak orang Madura dan terjadi pula aksi
pembakaran rumah. Akibatnya 3 penghuni rumah menjadi korban tewas sementara 1
orang meninggal karena terkena senjata tajam. Warga di Jalan Tidar yang mengetahui
adanya kerusuhan kemudian berhamburan dan ada yang bersembunyi di semak belukar.
Meletusnya konflik sampit dijelaskan Abdul Rachman Patji dalam "Tragedi Sampit
2001 dan Imbasnya ke Palangka Raya (Dari Konflik ke (Re) konstruksi)" yang ditulis
pada 2003 silam. Dalam publikasinya, ia menggarisbawahi bahwa konflik tersebut tidak
disebabkan oleh kecemburuan orang Dayak terhadap orang Mandura yang dinilai lebih
sukses di bidang ekonomi.Konflik Sampit, menurut Abdul menukil pernyataan tokoh
masyarakat Dayak berinisial DC, disebabkan oleh benturan budaya. Ia menuliskan, pada
saat itu orang Madura tidak mau memahami budaya masyarakat Dayak sebagai
penduduk asli Kalimantan Tengah.
Menurut catatannya, Kotawaringin yang menjadi daerah konflik pada saat itu
merupakan wilayah dengan konsentrasi warga keturunan Madura terbanyak di
Kalimantan Tengah.

Diperkirakan sebanyak 75.000 orang Madura tinggal di wilayah tersebut. Bahkan, orang
Madura juga memiliki 4 wakil di DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur. Banyaknya
jumlah orang Madura membuat kelompok ini merasa berpengaruh dan menguasai
Sampit. Orang Madura menganggap Sampit merupakan Sampang II, wilayah lain dari
Sampang yang berada di Pulau Madura.
2.2.2 Konflik Poso
Peristiwa ini awalnya bermula dari bentrokan kecil antarkelompok pemuda sebelum
berkembang menjadi kerusuhan bernuansa agama. Beberapa faktor berkontribusi
terhadap pecahnya kekerasan, termasuk persaingan ekonomi antara penduduk asli Poso
yang mayoritas beragama Kristen dengan para pendatang seperti pedagang-pedagang
Bugis dan transmigran dari Jawa yang memeluk Islam, ketidakstabilan politik dan
ekonomi menyusul jatuhnya Orde Baru, persaingan antarpejabat pemerintah daerah
mengenai posisi birokrasi, dan pembagian kekuasaan tingkat kabupaten antara pihak
Kristen dan Islam yang tidak seimbang. Situasi dan kondisi yang tidak stabil,
dikombinasikan dengan penegakan hukum yang lemah, menciptakan lingkungan yang
menjanjikan untuk terjadinya kekerasan.Kerusuhan ini umumnya terbagi menjadi
beberapa tahap. Tahap pertama berlangsung pada bulan Desember 1998, kemudian
berlanjut ke tahap kedua yang terjadi pada bulan April 2000, dan yang terbesar terjadi
pada bulan Mei hingga Juni 2000. Tahap pertama dan kedua berawal dari serangkaian
bentrokan antara kelompok pemuda Islam dan Kristen. Tahap ketiga yang terjadi pada
bulan Mei 2000, secara luas dianggap sebagai periode kekerasan terburuk dalam hal
kerusakan dan jumlah korban. Tahap tersebut merupakan ajang balas dendam oleh
pihak Kristen setelah dua tahap sebelumnya yang sebagian besar didominasi oleh
serangan dari pihak Muslim, dan berlangsung sampai bulan Juli 2000. Tahap ketiga ini
memuncak dalam sebuah peristiwa pembantaian di sebuah pesantren yang terjadi di
Desa Sintuwulemba yang mayoritas penduduknya Islam. Dalam tahap ketiga ini,
ratusan orang jatuh menjadi korban, umumnya dari pihak Muslim.[1]
Pada tanggal 20 Desember 2001, Deklarasi Malino ditandatangani antara kedua belah
pihak yang bertikai di Malino, Sulawesi Selatan, dan diinisiasi oleh Jusuf Kalla. Meski
dampaknya tidak begitu terlihat, kesepakatan tersebut sedikitnya mampu mengurangi
kekerasan frontal secara bertahap, dan angka kriminal mulai menurun dalam kurun
waktu beberapa tahun sesudah kerusuhan.
2.2.3 Konflik Ambon
Konflik ini bermula pada era Reformasi awal 1999 hingga penandatanganan Piagam
Malino II tanggal 13 Februari 2002.Penyebab utama konflik ini adalah ketidakstabilan
politik dan ekonomi secara umum di Indonesia setelah Soeharto tumbang dan rupiah
mengalami devaluasi selama dan seusai krisis ekonomi di Asia Tenggara. Rencana
pemekaran provinsi Maluku menjadi Maluku dan Maluku Utara semakin
memperuncing permasalahan politik daerah yang sudah ada. Karena permasalahan
politik tersebut menyangkut agama, perseteruan terjadi antara umat Kristen dan Islam
pada Januari 1999. Perseteruan ini dengan cepat berubah menjadi pertempuran dan
tindak kekerasan terhadap warga sipil oleh kedua belah pihak. Dua pihak utama yang
terlibat konflik ini adalah kelompok milisi agama dari kedua pihak, termasuk kelompok
Islamis bernama Laskar Jihad, dan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.
2.2.4 Konflik Lampung
Kerusuhan yang terjadi di Lampung Selatan tanggal 27 Oktober hingga 29 Oktober
2012. Kerusuhan ini bermula dari program transmigrasi yang diadakan pemerintah,
ketika warga asal Bali masuk ke Lampung dan ditempatkan di Lampung Selatan. Di
Lampung Selatan, mereka kemudian mendirikan perkampungan Balinuraga, Baliagung,
dan Balinapal.
Konflik kemudian mencuat setelah dua gadis dari penduduk Desa Agom, Lampung
Selatan, terjatuh dari motor yang kemudian dibantu oleh warga Desa Balinuraga. Ketika
membantu, terjadi kesalahpahaman di antara keduanya. Warga Desa Balinuraga
dianggap membantu korban sembari melakukan pelecehan. Akibatnya, terjadi bentrokan
antara warga Desa Agom dengan Desa Balinuraga. Kejadian ini merusak ratusan rumah
dan puluhan kendaraan bermotor.

2.3 Upaya pemerintah dalam menangani ke 4 konflik tersebut


2.3.1 Konflik Sampit
Salah satu upaya pemerintah dalam mengatasi konflik Poso adalah dengan
mengeluarkan Instruksi Presiden No. 14 Tahun 2005 yang terdiri dari:

 Melaksanakan percepatan penanganan masalah Poso melalui langkah-langkah


komprehensif, terpadu dan terkoordinasi
 Menindak secara tegas setiap kasus kriminal dan teror serta mengungkap
jaringannya
 Upaya penanganan dilakukan tetap memperhatikan Deklarasi Malino pada
tanggal 20 Desember 2001. Deklarasi Malino adalah sebuah perjanjian damai
yang dilaksanakan pemerintah Indonesia di Malino, Sulawesi Selatan. Perjanjian
ini mempertamukan pihak yang bertikai yaitu pihak Kristen dan pihak Islam
yang terjadi sepanjang tahun 2000 sampai tahun 2001.
2.3.2 Konflik Poso
Dalam penyelesaian perang Sampit, pemerintah sendiri menerapkan cara untuk
mengevakuasi warga, terus meningkatkan keamanan, mengadakan rehabilitasi mental,
dan menangkap para provokator yang menjadi sumber penyebab konflik.

2.3.3 Konflik Ambon


pemerintah mengirimkan pasukan militer untuk menstabilkan situasi di Maluku.
Pemerintah juga membentuk Komisi untuk Rekonsiliasi Maluku dan melakukan upaya-
upaya lainnya untuk membangun perdamaian di wilayah tersebut. salah satu contoh
upaya yaitu dengan dilakukan nya dialog dan negosiasi antara pemerintah, tokoh agama,
tokoh masyarakat, dan perwakilan kelompok Muslim dan Kristen.

2.3.4 Konflik Lampung


Pemerintah Daerah, Kepolisian Polda Lampung serta Tokoh Masyarakat/Tokoh
Adat/Tokoh Agama bersama-sama melalui upaya rekonsiliasi, rehabilitasi dan
rekonstruksi, kemudian selanjutnya dilakukannya penyuluhan maupun sosialisasi
tentang perlunya masyarakat yang sadar hukum.

2.4 Dampak yang ditimbulkan dari konflik tersebut


Konflik yang berhubungan dengan berbangsa dan bernegara dapat memiliki dampak
yang sangat merugikan bagi sebuah negara. Dampaknya dapat meliputi:

 Pemecah belah sosial: Konflik berbangsa dan bernegara sering kali


memperdalam pemisahan antara kelompok etnis atau agama, yang dapat
memecah belah masyarakat dan menyebabkan ketegangan antar kelompok.
 Kerugian ekonomi: Konflik bersenjata atau ketegangan politik yang
berhubungan dengan identitas nasional dapat mengganggu stabilitas ekonomi
suatu negara. Investasi asing dapat menurun, pariwisata terganggu, dan
infrastruktur bisa rusak.
 Gangguan politik: Konflik berbangsa dan bernegara sering kali menciptakan
ketidakstabilan politik, bahkan bisa berujung pada pemberontakan atau
pergolakan politik yang mengganggu pemerintahan yang ada.
 Pelanggaran hak asasi manusia: Konflik semacam itu sering kali menyebabkan
pelanggaran hak asasi manusia, termasuk pembantaian, pengusiran paksa,
penyiksaan, dan pemerkosaan.
 Keterhambatan perkembangan: Konflik berkepanjangan dapat menghambat
perkembangan suatu negara dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan,
kesehatan, dan infrastruktur, karena sumber daya dialihkan untuk kepentingan
militer atau penanganan konflik.
 Migrasi paksa: Konflik dapat menyebabkan jutaan orang menjadi pengungsi
atau migran paksa, yang menciptakan beban besar bagi negara-negara tetangga
atau masyarakat internasional secara keseluruhan.
Penting bagi negara untuk menyelesaikan konflik berbangsa dan bernegara dengan cara
yang damai dan adil untuk menghindari dampak-dampak negatif ini.

2.5 Cara menyikapi dan menunjukan sikap yang tepat terhadap konflik tersebut
Saya percaya bahwa konflik merupakan bagian alami dari kehidupan manusia, namun
bagaimana kita menanggapi dan menyelesaikannya dapat membuat perbedaan yang
signifikan. Sikap yang saya tunjukkan terhadap konflik adalah:

 Kepedulian dan Empati : Saya berusaha untuk memahami perspektif semua


pihak yang terlibat dalam konflik, serta merasakan dan memahami perasaan dan
kebutuhan mereka.
 Pendekatan Damai dan Kolaboratif : Saya mendukung pendekatan damai dan
kolaboratif dalam menyelesaikan konflik, melalui dialog, mediasi, dan negosiasi,
tanpa menggunakan kekerasan atau pemaksaan.
 Keadilan dan Kesetaraan : Saya mengedepankan prinsip keadilan dan kesetaraan
dalam menangani konflik, memastikan bahwa solusi yang dicapai memenuhi
kebutuhan dan kepentingan semua pihak secara adil.
 Penghargaan Terhadap Keanekaragaman : Saya menghargai dan
memperjuangkan keanekaragaman dalam masyarakat, termasuk perbedaan
pendapat, keyakinan, dan budaya, sebagai sumber kekayaan dan kekuatan,
bukan sebagai penyebab konflik.
 Komitmen Terhadap Perdamaian : Saya berkomitmen untuk menjaga
perdamaian dan stabilitas dalam masyarakat, dengan berkontribusi aktif dalam
membangun hubungan yang harmonis dan saling mendukung antarindividu dan
kelompok.
Dengan mengadopsi sikap ini, saya yakin bahwa konflik dapat diselesaikan secara lebih
efektif dan damai, sehingga menciptakan lingkungan yang lebih aman, stabil, dan
harmonis bagi semua pihak yang terlibat.

2.6 Hal-hal yang sudah kita pahami setelah menonton video tersebut
Berdasarkan pengetahuan saya, konflik di Indonesia dapat berkaitan dengan berbagai
isu, termasuk konflik antar-etnis, agama, politik, sumber daya alam, dan ekonomi.
Sejarah Indonesia yang kompleks dan keberagaman budaya serta agama dapat menjadi
faktor pendorong terjadinya konflik. Konflik tersebut sering kali memengaruhi stabilitas
politik, keamanan, dan perkembangan sosial-ekonomi di Indonesia. Upaya untuk
menyelesaikan konflik sering melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah,
masyarakat sipil, dan lembaga internasional, serta membutuhkan pendekatan yang
holistik dan berkelanjutan.

2.7 Hal-hal yang masih belum kita pahami setelah menonton video tersebut

 Mengapa konflik di Sampit, Poso, Ambon, dan Lampung mampu berlangsung


dalam waktu yang cukup lama dan sulit untuk diselesaikan?
 Bagaimana campur tangan kelompok ekstremis atau provokator mempengaruhi
eskalasi konflik di Sampit, Poso, Ambon, dan Lampung?
 Bagaimana konflik di Sampit, Poso, Ambon, dan Lampung mempengaruhi
dinamika sosial, ekonomi, dan politik di wilayah tersebut?
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konflik di Sampit, Poso, Ambon, dan Lampung adalah gambaran nyata dari
kompleksitas dinamika sosial, politik, dan ekonomi yang melibatkan Indonesia. Dalam
konflik-konflik ini, kita dapat melihat bagaimana faktor-faktor seperti ketegangan etnis,
agama, politik, dan ekonomi saling berinteraksi dan menciptakan kondisi yang rentan
terhadap kekerasan dan konflik bersenjata.

Untuk mengatasi konflik-konflik tersebut, diperlukan pendekatan yang komprehensif


yang melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat sipil, dan lembaga
internasional. Langkah-langkah konkret seperti promosi dialog antar-etnis dan antar-
agama, reformasi kebijakan politik dan ekonomi yang inklusif, serta investasi dalam
pendidikan dan pembangunan masyarakat dapat membantu membangun fondasi yang
lebih kuat untuk perdamaian dan rekonsiliasi di Indonesia.

Dalam konteks ini, perlu diingat bahwa penyelesaian konflik adalah proses yang
kompleks dan membutuhkan kesabaran, kerjasama, dan komitmen yang kuat dari semua
pihak terlibat. Hanya dengan upaya bersama, kita dapat mewujudkan visi sebuah
Indonesia yang damai, adil, dan sejahtera bagi semua warganya.

3.2 Saran
Tulisan makalah ini dibuat dengan mengumpulkan beberapa sumber di internet. Karya
ini masih jauh dari kata sempurna dan juga tidak luput dari kesalahan, oleh karena itu
kami para penyusun berharap adanya kritik dan saran dari para pembaca.

Anda mungkin juga menyukai