Anda di halaman 1dari 5

SENYUM MUNGIL UNTUK GAZA

Jejak mungilnya terdiam bisu


Digenggam tanah mesiu
Tanah merah berbisik
Di manakah tawanya bermilik?
Sepasang kerlip mata
Mengerjap hening
Pada buncah lidah merah
Sebelum luruh, ibunya bilang: “itu kembang api”’
Dia tersenyum di pucuk bibir
Bernyanyi hening
Memudarkan pelangi
Berjuta puisi ku kirim
Namun amuk tak jua luruh
Tuhanku, sepuluh jari bertemu
Menghatur seru membumi
Semoga pelukku bermukim, Nona!
Sayup suara berbisik
Di mana pula senyumnya bermilik
Tubuhnya pasi
Kuyup dengan tetes suci
Bibir mungilnya bernyanyi
Menyerukan berita basi
Kematian diri sendiri
Syahid mengecup jiwanya
Lembayung mendekap tubuhnya
Jemarinya menggenggam - senyum mungil untuk Gaza tercinta.
PANGLIMA TAMAN BUNGA
1
Derap langkahmu dulu seirama
Lantang suaramu dulu terdengar membahana
Hormat taklukmu pada yang kuasa
Jaga! Pejuang pertahanan negeri
Dulu kau dengan bangga akan baju kebanggaanmu
Yang selalu kau sanjung, yang selalu kau junjung
Tapi kini, menunggu hari tuamu
Menunggu sesuatu yang kadang kala tak dipercaya
Hanya ragu!
Dulu kau pahlawan bangsa
Pahlawan Negara yang takkan kalah dengan asa
Tapi saatnya, hari-hari tuamu menanti
Hasil jerih payahmu tertua kini
Dulu kau pejuang bangsa
Kini kau panglima taman bunga.

MILENIALKU RUSAK

2
Para kaumku
Para generasiku
Perjuangannya tak kau hormati
Akan jadi apa dirimu nanti?
Bila semasa dini kau hanya membuang energI
Wahai temanku
Adik dan kakakku
Ingatlah ikrarnya akan Indonesia
Ingatlah perjuangannya terhadap bangsa
Tapi yang kau lakukan kini
Tak lebih dari melepas harga diri
Menciptakan huru-hara
Menjadi pemenang dalam koar-koar suara

BAYANG SEMU

Seseorang asing

3
Memandangku dari balik cermin
Sedang apa kau?
Membujuk benci?
Membuai cinta?
Mengencani petaka?
Di pojok situ sang maut mengulur tangan: “Mari berdansa”
Tidak, tidak!
Tahukah kau?
Cinta itu ada sebelum denyut berdetak
Tapi, jangan sebut namanya
Aku tak mau dengar
Aku tak mau tahu
Hitam, putih, atau mungkin biru
Tak peduli!
Bawa saja saratus ribu kunang-kunang
Langit pagi kelabu hari ini.

LIMBUNG

Sepotong hati
Dikurung tulang berkarat

4
Dibalut daging bertumpuk
Dibungkus kulit tak nyata
Berjalan terhuyung
Menangis berdeguk
Menertawakan garis hidupnya
Saat semua jalan telah ditempuh
Jatuh, bangkit, terduduk, lumpuh.
Saat semua detak telah kurengkuh
Namun semuanya kembali pada diri
Pulang yang manakah yang akan menjemput?

Anda mungkin juga menyukai