Anda di halaman 1dari 30

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

AGRIBISNIS PEMBIBITAN TERNAK RUMINANSIA

Disusun oleh :

RAMBU DAI ATANULA, S.Pt, Gr

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMK NEGERI 1 UMBU RATU NGGAY
2021
RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Sekolah : SMK Negeri 1 Umbu Ratu Nggay


Mata Pelajaran : Agribisnis Pembibitan Ternak Ruminansia
Kelas/Semester : XI/I
Alokasi Waktu : 14 JP
Tahun Pelajaran : 2021/2022
Materi Pokok : Penanganan Kelahiran Ternak Ruminansia

A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong,
kerjasama,toleran, damai), santun, responsive, dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi
atas berbagai permasalahan dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta menempatkan diri sebagai xerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang pengetahuan
faktual, konseptual, operasional dasar dan metakognitif sesuai dengan bidang dan
lingkup simulasi dan komunikasi digital dan dasar bidang Agribisnis dan
Agroekoteknologi pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks berkenan dengan
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam konteks
pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga
masyarakat nasional, regional, dan internasional.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji secara efektif, kreatif, produktif, kritis, mandiri,
kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah serta mampu melaksanakan
tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.

B. Kompetensi Dasar
3.8. Menerapkan Penanganan Kelahiran Ternak Ruminansia
4.8. Melakukan Penanganan Kelahiran Ternak Ruminansia

C. Indikator Pencapaian Kompetensi


3.8.1 Menjelaskan Proses Penanganan Kelahiran Ternak Ruminansia
3.8.2. Menentukan Manajemen Penanganan Kelahiran Ternak Ruminansia
4.8.1. Melakukan Proses Penanganan Kelahiran Ternak Ruminansia

D. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik mampu menjelaskan proses penanganan kelahiran ternak ruminansia
melalui diskusi dengan baik
2. Peserta didik menentukan manajemen pemeliharaan anak ternak ruminansia perah
melalui diskusi dan video yang ditayangkan dengan tepat

E. Materi Pembelajaran
1. Proses Penanganan Kelahiran Ternak Ruminansia
2. Manajemen Penanganan Kelahiran Ternak Ruminansia

F. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Scientific
2. Metode : Diskusi, Tanya Jawab, Presentase, Kuis
3. Model Pembelajaran : Discovey Learning

G. Media Pembelajaran
1. Alat : spidol, papan tulis, laptop dan layar LCD
2. Media : video manajemen pemeliharaan, PPT

H. Sumber Belajar
https://datapeternakan.blogspot.com/2016/03/tahapan-kelahiran-ternak-ruminasi.html
http://mujahidunhas.blogspot.com/2012/10/proses-kelahiranpartus-ternak.html
https://kandangbambu.wordpress.com/2010/01/25/penanganan-proses-kelahiran-pada-
ternak-kambing/
Aprily, N. U. , P. Sambodho dan D. W. Harjanti. 2016. Evaluasi Kelahiran Pedet Sapi
Perah di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak
Baturraden. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro,
Semaran
I. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan 1
3 JP @ 45 menit
Tahapan Sintaks Kegiatan guru Kegiatan peserta didik Alokasi waktu
Kegiatan Awal Orientasi  Guru membuka pelajaran dengan  Peserta didik menjawab salam dan
mengucap salam dan berdoa berdoa 10 menit
 Guru mempresensi kehadiran peserta  Peserta didik mendengarkan guru
didik
 Guru mengkondisikan kelas  Peserta didik mempersiapkan diri
 Guru memeriksa persiapan peserta  Peserta didik bersiap mengikuti
didik dalam belajar pelajaran
Apersepsi  Guru menggali pengetahuan peserta  Peserta didik menyimak dan
didik melalui pertanyaan : menjawab pertanyaan dari guru
Sebelumnya kalian sudah mempelajari
tentang mengevaluasi induk bunting
ternak ruminansia. Anak-anak,
sebutkan bagaimana cara
mengevaluasi induk bunting?  Peserta didik menyimak dan
 Guru memancing peserta didik dengan menjawab pertanyaan dari guru
bertanya :
Nah, setelah kalian mempelajari
tentang mengevaluasi induk bunting,
apa lagikah yang akan kita pelajari
anak-anak?
Motivasi  Guru membagikan pengalaman dan  Peserta didik memperhatikan
bercerita tentang pentingnya melakukan penjelasan guru
penanganan terhadap kelahiran ternak
ruminansia
 Guru menginformasikan tujuan  Peserta didik menyimak penjelasan
pembelajaran hari ini dari guru
Kegiatan Inti Stimulus  Guru membagi peserta didik ke dalam Mengamati : 25 menit
kelompok yang beranggotakan 4-5  Peserta didik membentuk kelompok
orang secara heterogen sesuai dengan instruksi guru
 Guru memberikan stimulasi dengan  Peserta didik menyimak penjelasan
menunjukkan gambar-gambar proses guru
penanganan kelahiran ternak
ruminansia
 Guru meminta kepada peserta didik  Peserta didik melakukan
untuk mengamati masing-masing pengamatan dan mencatat sesuai
gambar-gambar dengan instruksi guru
Problem Statement  Peserta didik diminta untuk Menanya :
menyampaikan tanggapan dari kegiatan  Peserta didik menyampaikan
mengamati gambar-gambar penanganan tanggapan dan pertanyaan dari
kelahiran ternak. kegiatan mengamati video yang
Anak-anak, setelah mengamati gambar- ditayangkan
gambar proses penanganan kelahiran
ternak, apa tanggapan kalian?
 Guru membagikan LKPD
Hipotesis  Guru mengarahkan peserta didik Mengumpulkan Data
Generation membuat hipotesis generation  Peserta didik memberikan jawaban
yang diduga benar pada LKPD
Hipotesis Testing  Guru mengarahkan peserta didik Mengasosiasi
menyusun hipotesis testing  Perencanaan :
Peserta didik menyusun proses
penanganan kelahiran ternak
ruminansia berdasarkan literatur
 Guru mengarahkan peserta didik untuk  Pelaksanaan :
membuktikan data berdasarkan literatur Peserta didik mencari literatur yang
sesuai materi proses penanganan
kelahiran ternak ruminansia
Data Collecting :
Peserta didik mengumpulkan materi
dan data mengenai proses penanganan
kelahiran ternak ruminansia
Analysis Data :
 Peserta didik mengolah materi dan
data mengenai proses penanganan
kelahiran ternak ruminansia
 Kesimpulan :
Peserta didik membuat kesimpulan
mengenai proses penanganan kelahiran
ternak ruminansia berdasarkan hasil
yang diperoleh dan telah dibandingkan
dengan literatur
Presentasi  Guru menginstruksikan kelompok yang Mengkomunikasikan
ditunjuk untuk mempresentasikan hasil Peserta didik melakukan presentasi
diskusi proses penanganan kelahiran hasil diskusi kelompok tentang proses
ternak ruminansia penanganan kelahiran ternak
 Guru mengarahkan kelompok lain ruminansia
untuk menyimak dan menanggapi hasil  Kelompok yang lain menyimak dan
presentasi menanggapi presentasi.
1) Menyimak materi yang
disampaikan
2) Menanyakan materi yang belum
dipahami
3) Mencatat informasi penting yang
disampaikan pendidik
Penarikan  Guru mengarahkan peserta didik  Peserta didik membuat kesimpulan
Kesimpulan membuat kesimpulan dari hasil dari hasil presentasi mengenai
presentasi mengenai proses proses penanganan kelahiran ternak
penanganan kelahiran ternak ruminansia
ruminansia
Tanya Jawab  Guru memberikan kesempatan pada  Peserta didik memberikan
peserta didik untuk bertanya bagi yang pertanyaan yang belum dipahami
belum memahami materi mengenai proses penanganan
kelahiran ternak ruminansia
Evaluasi  Guru meminta peserta didik menjawab  Peserta didik menuliskan jawaban
evaluasi mengenai proses penanganan mengenai proses penanganan
kelahiran ternak ruminansia kelahiran ternak ruminansia

Kegiatan Penutup  Guru menginstruksikan peserta didik  Peserta didik menyimak dan 10 menit
Akhir mempersiapkan materi selanjutnya menanggapi pengarahan dari guru
tentang Manajemen Pemeliharaan  Peserta didik berdoa dan menjawab
Kelahiran ternak ruminansia salam
 Guru menutup pelajaran dengan doa
dan salam

Pertemuan II
3 JP @ 45 menit
Tahapan Sintaks Kegiatan guru Kegiatan peserta didik Alokasi waktu
Kegiatan Awal Orientasi  Guru membuka pelajaran dengan  Peserta didik menjawab salam dan
mengucap salam dan berdoa berdoa 10 menit
 Guru mempresensi kehadiran peserta  Peserta didik mendengarkan guru
didik
 Guru mengkondisikan kelas  Peserta didik mempersiapkan diri
 Guru memeriksa persiapan peserta  Peserta didik bersiap mengikuti
didik dalam belajar pelajaran
Apersepsi  Guru menggali pengetahuan peserta  Peserta didik menyimak dan
didik melalui pertanyaan : menjawab pertanyaan dari guru
Pada pertemuan sebelumnya, kalian
sudah mempelajari
 Guru memancing peserta didik dengan
bertanya :
Nah berkaitan dengan materi ini, hal-hal
seperti apa yang kita lakukan agar anak
ternak ruminansia perah (pedet dan  Peserta didik menyimak dan
cempe) tidak sakit? menjawab pertanyaan dari guru
Motivasi  Guru menginformasikan tujuan  Peserta didik memperhatikan
pembelajaran hari ini penjelasan guru
 Guru membagikan pengalaman dan  Peserta didik menyimak penjelasan
bercerita tentang pentingnya langkah- dari guru
langkah pemeliharaan pada pedet dan
cempe

Kegiatan Inti Stimulus  Guru membagi peserta didik ke dalam Mengamati : 25 menit
kelompok yang beranggotakan 3-4  Peserta didik membentuk kelompok
orang secara heterogen sesuai dengan instruksi guru
 Guru memberikan stimulasi dengan  Peserta didik menyimak penjelasan
menunjukkan video manajemen guru
penanganan kelahiran ternak
ruminansia
 Guru meminta kepada peserta didik  Peserta didik melakukan
untuk mengamati video, kemudian pengamatan dan mencatat sesuai
menuliskan kegiatan-kegiatannya. dengan instruksi guru
Problem Statement  Peserta didik diminta untuk Menanya :
menyampaikan tanggapan dari kegiatan  Peserta didik menyampaikan
mengamati video tentang manajemen tanggapan dan pertanyaan dari
penanganan kelahiran ternak ruminansia kegiatan mengamati video yang
Anak-anak, setelah mengamati video ditayangkan
penanganan kelahiran ternak
ruminansia, apa tanggapan kalian?
 Guru membagikan LKPD
Hipotesis  Guru mengarahkan peserta didik Mengumpulkan Data
Generation membuat hipotesis generation  Peserta didik memberikan jawaban
yang diduga benar pada LKPD
Hipotesis Testing  Guru mengarahkan peserta didik Mengasosiasi
menyusun hipotesis testing  Perencanaan :
 Guru mengarahkan peserta didik untuk Peserta didik menyusun materi
membuktikan data berdasarkan literatur manajemen penanganan kelahiran
ternak ruminansia berdasarkan
literatur
 Pelaksanaan :
Peserta didik mencari literatur yang
sesuai materi manajemen penanganan
kelahiran ternak ruminansia
Data Collecting :
Peserta didik mengumpulkan materi
dan data mengenai manajemen
penanganan kelahiran ternak
ruminansia
Analysis Data :
 Peserta didik mengolah materi dan
data mengenai manajemen
penanganan kelahiran ternak
ruminansia berdasarkan literatur untuk
menyelesaikan tugas
 Kesimpulan :
Peserta didik membuat kesimpulan
mengenai materi manajemen
penanganan kelahiran ternak ruminansia
berdasarkan hasil yang diperoleh dan
telah dibandingkan dengan literatur
Presentasi  Guru menginstruksikan kelompok yang MENGKOMUNIKASIKAN
ditunjuk untuk mempresentasikan hasil Peserta didik melakukan presentasi
diskusi mengenai manajemen hasil diskusi kelompok tentang
penanganan kelahiran ternak manajemen penanganan kelahiran
ruminansia ternak ruminansia berdasarkan
literatur
 Guru mengarahkan kelompok lain  Kelompok yang lain menyimak dan
untuk menyimak dan menanggapi hasil menanggapi presentasi.
presentasi 4) Menyimak materi yang
disampaikan
5) Menanyakan materi yang belum
dipahami
6) Mencatat informasi penting yang
disampaikan pendidik
Penarikan  Guru mengarahkan peserta didik  Peserta didik membuat kesimpulan
Kesimpulan membuat kesimpulan dari hasil dari hasil presentasi mengenai
presentasi mengenai materi manajemen manajemen penanganan kelahiran
penanganan kelahiran ternak ternak ruminansia
ruminansia
Tanya Jawab  Guru memberikan kesempatan pada  Peserta didik memberikan
peserta didik untuk bertanya bagi yang pertanyaan yang belum dipahami
belum memahami materi mengenai manajemen penanganan
kelahiran ternak ruminansia
Evaluasi  Guru meminta peserta didik menjawab  Peserta didik menuliskan jawaban
evaluasi mengenai manajemen mengenai manajemen penanganan
penanganan kelahiran ternak kelahiran ternak ruminansia
ruminansia
Kegiatan Penutup  Guru menginstruksikan peserta didik  Peserta didik menyimak dan 10 menit
Akhir mempersiapkan kegiatan praktikum menanggapi pengarahan dari guru
pada pertemuan berikutnya  Peserta didik berdoa dan menjawab
 Guru menutup pelajaran dengan doa salam
dan salam
J. Penilaian
1. Teknik Penilaian

No Aspek Penilaian Teknik penilaian Bentuk Instrumen


1. Pengetahuan Tes tertulis Soal essay
Perfomance assesment Diskusi
2. Keterampilan Praktikum dan Laporan Rubrik penilaian

2. Bentuk Penilaian
a. Penilaian Kompetensi Pengetahuan (Kognitif)
Penilaian pengetahuan dilakukan adanya postest di akhir pembelajaran.
Penilaian postest dinilai berdasarkan intrument berupa soal pilihan ganda
untuk mengetahui wawasan anak dan kemampuan menerima pembelajaran
dalam proses pembelajaran. Post-test yang dilakukan dengan test tertulis
memiliki mutu sebagai berikut :

No Nilai mutu Angka mutu


Keterangan :
1 A 81-100
2 B 66-88 A = Sangat baik
3 C 56-65 B = Baik
4 D 46-55 C = Cukup
5 E <45 D = Tidak baik
E = Sangat tidak baik

b. Penilaian Kompetensi Keterampilan (Psikomotor)


Penilaian keterampilan dilakukan melalui penilaian praktik dari hasil
pengamatan kerja pemeliharaan anak ternak ruminansia (cempe dan pedet).
Penilaian ini dilakukan dengan melihat beberapa aspek yaitu dimulai dari
persiapan alat dan bahan, kesesuaian pelaksanaan dengan cara kerja,kontribusi
dalam teman kelompok, sampai pada aspek laporan praktikum.

c. Rubrik Penilaian (terlampir)

Praimahala, 19 Juli 2021


Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran,

Umbu Kareju, S.Pt Rambu Dai Atanula, S.Pt, Gr


Nip. 19720506 200904 1 001 Nip.
LAMPIRAN MATERI PEMBELAJARAN
PENANGANAN KELAHIRAN TERNAK RUMINANSIA
A. Proses Penanganan Kelahiran Ternak Ruminansia
Kelahiran adalah proses fisiologik dimana Uterus yang bunting/membesar
mengeluarkan anak dan plasenta melalui saluran Kelahiran. Proses kelahiran anak ditunjang
oleh perejanan kuat dari urat daging uterus, perut dan diafragma. Sebelum kelahiran terjadi
maka ada beberapa tanda-tanda melahirkan.
Tanda-tanda ternak akan melahirkan:
- Gelisah
- keluar lendir
- Bila puting dipencet akan keluar colestrum
- Suka menyendiri
Pada semua jenis ternak dikenal ada dua macam letak Fetus dalam kandungan yaitu
letak Muka (Anterior) dan letak sungsang (Posterior). Letak muka adalah anak dalam
kandungan menghadap ke vulva induknya, sehingga kalau seseorang menolong kelahiran
ternak maka ia akan berhadapan dengan bagian muka dari anak ternak tersebut. Sedangkan
kedua kaki depan dan kepala anak masuk kedalam ruang pelvis dengan bagian punggung
menghadap kearah punggung induknya. Letak sungsang adalah letak anak di dalam
kandungan dimana kedua kaki belakang dan ekor masuk kedalam ruang pelvis dengan
punggung anak menghadap kearah punggung induk.

Tanda-tanda Mendekati Kelahiran


1.Pelvis
Tanda-tanda mendekati kelahiran dapat dilihat selama bulan terakhir
kebuntingan seperti rotasi posisi kebuntingan, pertumbuhan kelenjar mammae,
perluasan pelvis, vulva akn jadi lunak dan membengkak, ada mucus serta mencari
tempat sembunyi (sapi) dan membuat sarang pada babi.

2.Vagina dan Vulva


Setelah kandungan berusia kurang lebih 5 bulan, induk kambing biasanya
menunjukan tanda-tanda melahirkan cempenya. Tanda-tanda umum adalah sebagai
berikut:
- Ternak gelisah, sering menggaruk-garukan kaki depan ke lantai kandang/tanah
sambil mengembik-embik.
- Vagina berlendir dan memerah disertai dengan mencekungnya pinggul atas.
- sering memperhatikan bagian belakangnya sambil mengembik.
- Proses kelahiran biasanya dilakukan dalam posisi induk terbaring.
- Vulva Basah dan Berdilatasi, serta keluar cairan allantois dari vagina.
Kebuntingan pada sapi terjadi selama 275-285 hari dengan rata-rata 280 hari. Induk yang
akan melahirkan menunjukkan tandatanda seperti:
- vulva membengkak dan warna kemerahan,
- pinggul terasa lebih lentur,
- puting mulai membengkak dan sedikit meneteskan air susu, dan
- vulva akan mengeluarkan lendir saat mendekati kelahiran.

Inisiasi Kelahiran
Inisiasi Kelahiran Fetus:
Fetus bertanggung jawab terhadap inisiasi partus pada hewan domestik (Jackson,
2004). Hal tersebut dimungkinkan akibat dari peningkatan ukuran fetus yang cepat,
meningkatnya masalah pertukaran antara zat sisa dengan nutrisi melalui plasenta,
perkembangan gerak aktif anggota gerak dan paru-paru fetus (Hunter, 1995) atau dapat
disebabkan oleh stres fetus akibat plasenta tidak mampu lagi menyuplai kebutuhan dan
tuntutan fetus.
Progesteron yang dihasilkan corpora lutea di ovarium konsentrasinya tinggi selama
kebuntingan. Fungsinya mencegah kontraksi myometrium uterus dan mencegah pengeluaran
fetus. Akan tetapi, dua minggu sebelum kelahiran, estrogen dan relaxin berangsur-angsur
meningkat, sedangkan progesteron menurun. Relaxin meningkat dalam darah sekitar 10-14
hari pada akhir masa gestasi. Ini diduga menyebabkan dilatasi cervix, distensi pelvis,
pertumbuhan mamae, dan menghambat kontraksi uterus.
Mekanisme induksi kelahiran dimulai dengan pelepasan hormon ACTH yang berasal
dari otak fetus setelah mencapai tahap perkembangan. Hormon ini menyebabkan reaksi
cascade sehingga terjadi pelepasan cortisol dari kelenjar adrenal fetus, yang menginduksi
pelepasan estron dan estradiol dari plasenta, yang kemudian menstimulasi uterus untuk
melepaskan prostaglandin yang menyebabkan regresi corpus luteum dan menghentikan
produksi progesteron. Kira-kira 1-2 hari sebelum kelahiran konsentrasi progesteron mulai
turun dalam sirkulasi. Pelepasan relaxin terjadi dalam 2-3 gelombang antara 44-26 jam
sebelum kelahiran dan puncaknya pada 14-22 jam dan kemudian turun sebelum keluarnya
genjik pertama. Baik estrogen dan relaxin menyebabkan perubahan cervix yang membuat
saluran kelahiran membuka. Kurang dari 10 jam, estrogen dalam darah meningkat dengan
cepat, dan kurang dari 9 jam otot uterus mulai kontraksi (Knox, 2008). Pada waktu yang
sama, prostaglandin dibawa ke pituitari anterior dan menyebabakan pelepasan oksitosin ke
dalam pembuluh darah. Oksitosin meningkat 9-4 jam sebelum kelahiran genjik pertama dan
puncaknya selama genjik dikeluarkan. Prostaglandin dalam darah juga meningkat selama
pengeluaran fetus. Pada kelahiran alami, oksitosin meningkat di atas level baseline (garis
dasar) yang hanya berjalan ketika nilai progesteron dalam darah turun di bawah 10 ng/ml.
a. Mekanisme Intra Uteri
- Faktor hormonal :
Fetus meregangkan serviks terjadi rangsangan ke otak, hipotalamus, Hipofisa anterior
mengeluarkan oxytosin :
Oxytosin merangsang uterus untuk memulai kontraksi . Progesteron, menjaga kebuntingan.
Menurun pada akhir kebuntingan, Estrogen meningkat, oksitosin tampil. Terjadi
kontraksi urat daging uterus
Estrogen, terbentuk sejak plasenta terbentuk. Semakin tinggi berat plasenta semakin
tinggi kadar estrogen. Bersama-sama dengan oksitosin merangsang uterus
berkontraksi.
- Peranan kortisol dalam kelahiran
Pemberian Dexamethasone (Dexadreson, 15 ml) dalam waktu pendek segera
sebelum atau menjelang kelahiran akan merangsang peningkatan
konsentrasi Cortisol Fetus dan merangsang proses kelahiran. Umumnya kelahiran
akan terjadi dalam waktu 72 Jam. Selanjutnya apabila induksi dilakukan lebih dari 7 –
10 hari sebelum waktu kelahiran, maka respons yang ditimbulkan lebih bervariasi dan
kejadian kegagalan induksi akan lebih sering terjadi. Kondisi tersebut dapat
diantisipasi dengan pemberian preparat corticosteroid yaitu Dexafort , 10 ml dalam
dosis medium, kemudian dilanjutkan satu (1) minggu kemudian pemberian periode
pendek preparat Dexadreson; 10-15 ml. Induk Sapi akan melahirkan dalam waktu
pemberian preparat Corticosteroid.

b. Mekanisme Kontrol Ekstra uteri


Terjadi Relaksasi dan dilatasi servik, fetus mengambil postur kelahiran,
kontraksi uterus terjadi dan Chorionallantois memasuki vagina. Tahap kedua :
Kontraksi uterus berlanjut, Fetus masuk kedalam saluran peranakan, Kontraksi
abdominal terjadi, Amnion memasuki vagina dan Fetus dikeluarkan. Tahap ketiga
Hilangnya sirkulasi plasenta, Pemisahan plasenta terjadi, Kontraksi uterus dan
abdominal berlanjut dan Plasenta dikeluarkan. Pada spesies politokus, tahap pertama
kelahiran diikuti oleh rangkaian kelahiran fetus tahap kedua. Hal ini kemudian bisa
diikuti oleh tahap ketiga setelah setiap tahap kedua atau keluarnya plasenta setelah
kelahiran dari satu kelompok atau semua anak.

c. Kontraksi Uterus
- Progesetron
Pada Sapi, Progesteron berfungsi memelihara kebuntingan. Hal ini disebabkan
pada saat kebuntingan Korpus luteum selalu ada. Kondisi ini dimungkinkan dengan
konsentrasi atau level Progesteron darah pada hari ke 150 kebuntingan dan selama
beberapa saat sebelum kelahiran tinggi, dimana Korpus luteum merupakan sumber
dari Progesteron. Selain itu pada periode tersebut, Plasenta juga
memproduksi Progesteron untuk memelihara kebuntingan tersebut. Dilain pihak,
proses kelahiran dipacu oleh adanya peningkatan produksi cortisol pada foetal, dan ini
akan merangsang produksi Estrogen dan Prostaglandin (PGF2α). Selanjutnya
Prostaglandin akan menyebabkan regresinya Korpus luteum (Corpus Luteum) dan
konsentrasi atau level Progesteron dalam darah akan menurun secara drastis. Dari
prinsip kerja hormon tersebut di atas, maka dilakukan penelitian untuk induksi
kelahiran dengan menggunakan ke dua hormon tersebut yaitu penggunaan
Prostaglandin, Corticosteroid atau kombinasi ke dua hormon tersebut.
- Relaksin
Kadar estrogen, progesteron, dan relaksin terlihat tinggi sehingga dapat
diketahui bahwa mekanisme yang menginisiasi kelahiran adalah pelepasan cortisol oleh
fetus. Kenaikan cortisol menyebabkan produksi dan pelepasan yang lebih besar dari
estrogen oleh plasenta yang menginisiasi pelepasan PGF2α dari uterus, PGF2α yang
menyebabkan regresi CL dan turunnya progesteron. Plasenta merupakan sumber utama
Progesteron pada domba selama 2/5 akhir kebuntingan. Tampaknya kenaikan cortisol
fetus menyebabkan perubahan dalam enzim plasenta yang menghasilkan konversi
Progesteron menjadi Estrogen. Estrogen plasenta menyebabkan pelepasan PGF2α dari
uterus domba tetapi penurunan progesteronterlihat sebelum kenaikan PGF2α. Oxytocin
terlepas ketika gerakan fetus merangang syaraf sensoris cervix dan vagina. Konsenjtrasi
Oxytocin yang tertinggi terlihat selama pengeluaran fetus. Lonjakan kecil terlihat
selama pengeluaran plasenta Pelepasan PGF2α yang lebih besar disebabkan oleh
oxytocin. Suatu peningkatan cortisol induk menjelang kelahiran mungkin disebabkan
oleh stres parturisi dan tidak terlibat dalam regulasi parturisi. Lonjakan prolactin terkait
dengan sintesis susu dan bukan dengan part.
Peristiwa fisiologis dalam kelahiran berupa dilatasi cervix dan kontraksi uterus.
Dilatasi cervix disebabkan oleh relaxin ketika bekerja sama dengan kadar estrogen yang
meningkat. Kontraksi uterus awal mungkin disebabkan oleh PGF2α ketika terlepas dari
endometrium dengan meningkatnya kadar estrogen. Hormon peptida relaxin diproduksi
oleh plasenta atau oleh maternal korpus luteum pada kebuntingan awal. Relaxin juga
berperan pada relaksasi maternal cervix menjelang kelahiran dan mempengaruhi
efisiensi kontraksi myometrium.
- Prostaglandins
Injeksi dengan dosis standar ProstaglandinF2 selama minggu kelahiran atau
dalam minggu dimana waktu proses kelahiran telah diduga, maka kelahiran dapat
diinduksi dan umumnya kelahiran terjadi dalam waktu 48 Jam setelah
injeksi Prostaglandins. Selain itu pemberian kombinasi corticosteroid dan
prostaglandin akan lebih baik karena akan memberikan efek pada tingkat dewasa
kelamin (maturasi) fetus yang dilahirkan. Induksi kelahiran ternyata memberikan efek
negatif yaitu meningkatkan kejadian terhambatnya pelepasan plasenta.
Penggunaan Prostaglandin beberapa jam setelah kelahiran dilaporkan dapat
menyebabkan terhindarnya penghambatan pelepasan membran foetal. Yang penting
untuk diketahui bahwa pelaksanaan waktu perkawinan yang tepat akan mencegah
kekahiran prematur yang erat kaitannya dengan penurunan daya tahan fotus setelah
kelahiran. Catatan perkawinan (breeding record) adalah sangat penting diperhatikan,
dimana hal ini sangat erat hubungannya dengan faktor kebersihan lingkungan saat
induk melahirkan.

d. Proses Pengeluaran Fetus


- Fase-fase kelahiran Fase pertama
Pada umumnya fase ini merupakan fase relaksasi dan dilatasi servik,
chorionallantois memasuki vagina dan merupakan awal kontraksi yang berkelanjutan
dari uterus. Kontraksi uterus merupakan awal dari periode relaksasi, sedangkan suplai
darah fetus akan terhenti. Otot pelvis akan mengendor dan perineum akan memanjang.
Kontraksi uterus ini belum menyebabkan uterus menjadi tegang, walaupun pergerakan
fetus kadang melewati hingga dinding abdomen. Selain beberapa kali kucing akan
kembali mencari tempat yang nyaman dan tingkah laku manja yang mulai terlihat, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan pada fase ini yaitu, kucing akan mencakar-cakar,
yang menunjukkan bahwa kucing tersebut berusaha membuat tempat tidur untuk
menjaga anak-anaknya, dan kadang nafasnya akan terlihat terengah-engah pada akhir
fase pertama. Pengeluaran cairan dari vagina kadang terlihat dan dijilati. Pada kucing
yang baru pertama kali melahirkan, fase pertama akan terjadi berkepanjangan, bahkan
hingga 36 jam walaupun tanpa keadaan abnormal (Purwo,2009). Fase kedua dan ketiga
Setelah relaksasi pada fase pertama, kontraksi uterus akan menjadi lebih kuat dan lebih
teratur dan mengatur gerakan fetus yang terdapat di dalamnya dan menyesuaikan
terhadap gerakan membukanya pelvis. Ketika pertama kali fetus melalui pelvis,
permukaan terluar dari membran fetus terbentuk kantung cairan pada vulva yang
mengeluarkan cairan dan biasanya akan dijilati oleh kucing. Sedangkan permukaan
terdalam melewati pelvis dan menahan cairan tersebut sebagai cairan lanjutan yang
membantu keluarnya fetus (Purwo,2009). Tekanan cairan berperan penting dalam
proses kelahiran, diantaranya membantu pelebaran servik yang telah relaksasi dan
membantu keluarnya fetus di vagina. Ketika cairan terus membasahi vulva, kantung
cairan berada pada vulva yang merupakan permulaan fetus melewati pelvis pada posisi
yang telah memutar. Selama pembentukan fetus berada pada posisi berbaring
membelakangi membran, dan saat kelahiran, kucing sudah dalam posisi yang
seharusnya. Dalam proses ini, fetus juga berperan dalam memutar tubuhnya. Jika fetus
mati sebelum menempati pelvis, kemungkinan fetus tidak akan berputar. Pada kasus
normal, seluruh bagian kepala fetus akan memasuki pelvis dan tekanannya
menyebabkan menegangnya otot abdomen. Proses menegangnya otot abdomen ini
membantu terdorongnya fetus ke ruang pelvis. Pada keadaan normal, awal dari fase
kedua bisa terjadi dari 5 hingga 30 menit. Ketika kepala mulai keluar dari vulva,
beberapa tegangan kecil akan terjadi saat tubuh melewati pelvis dan vulva. Fase ketiga
segera terjadi setelah fase kedua, ini juga merupakan awal dari involusi uterus, dimana
bagian dari uterus akan kembali berkontraksi dan memendek. Secara normal, korpus
uterus dilewati segera setelah masing-masing anak kucing yang keluar. Kadang-kadang
anak kedua akan segera keluar dari kornu uterus yang lain, dimana lapisan korpus akan
tertahan sebentar dan dua anak berikutnya akan keluar bersamaan. Setelah semua anak
keluar, induk akan membersihkan mulut dan hidung anaknya, kemudian memotong
umbilicus dan memakan plasenta. Stadium kedua dan ketiga berulang hingga semua
anak keluar. Selang waktu keluarnya kucing bermacam-macam, dari 10 menit hingga
satu jam. Proses kelahiran memakan waktu yang berbeda-beda, kucing berbulu pendek
biasanya memakan waktu yang lebih singkat daripada kucing berbulu panjang,
terutama kucing persia. Kucing biasanya mempunyai rata-rata jumlah anak 4 ekor
dalam sekali kelahiran.

e. Dystocia/distokia
- Penyebab genetik
* Hal ini dapat terjadi akibat faktor yang terdapat pada induk yang memiliki
kecenderungan mengalami distokia.
* Adanya gen-gen resesif pada induk dan jantan yang dapt menghasilkan foetus yang
tidak sempurna.(AKK,1995).
- Penyebab Tatalaksana dan pakan
Bagi sapi dara yang sedang tumbuh tetapi kurang mendapatkan makanan yang
cukup sehingga kekurangan zat makanan dapat menghambat pertumbuhan tubuh dan
pevis. Ukuran tubuh sapi yang kecil ini dapat mengakibatkan distokia. Sapi-sapi
yang dikawinkan terlalu awal atau terlalu muda dapat menimbulkan distokia, Sapi-
sapi terkurung terus-menerus dalam kandang (AKK,1995.
- Sebab lain
 Sapi-sapi yang alat reproduksinya seperti dinding uterus kena infeksi yang
parah, sehingga kesanggupan berkontraksi hilang,
 Posisi fetus yang tidak benar di dlam uterus, karena kaki terlipat, atau leher
dan kepala terlipat kesamping (AKK,1995).
- Upaya Mengatasi Distokia
Merupakan suatu kondisi stadium pertama kelahiran (dilatasi cervik) dan
kedua (pengeluaran fetus) lebih lama dan menjadi sulit dan tidak mungkin lagi bagi
induk untuk mengeluarkan fetus. Sebab –sebab distokia diantaranya herediter, gizi,
tatalaksana, infeksi, traumatik dan berbagai sebab lain. Penanganan yang dapat
dilakukan diantaranya:
 Mutasi, mengembalikan presentasi, posisi dan postur fetus agar normal dengan
cara di dorong (ekspulsi), diputar (rotasi) dan ditarik (retraksi).
 Penarikan paksa, apabila uterus lemah dan janin tidak ikut menstimulir
perejanan.
 Pemotongan janin (Fetotomi), apabila presentasi, posisi dan postur janin yang
abnormal tidak bisa diatasi dengan mutasi/ penarikan paksa dan keselamatan
induk yang diutamakan.
 Operasi Secar (Sectio Caesaria), merupakan alternatif terakhir apabila semua
cara tidak berhasil. Operasi ini dilakukan dengan pembedahan perut
(laparotomy) dengan alat dan kondisi yang steril. (Lestari,2006).

f. Manipulasi Kelahiran.
Menyingkirkan selaput foetus secara manual dan memberikan obat seperti
antibiotika dan preparat hormon. Walaupun selaput foetus sudah dapat dilepaskan
dalam waktu 12 sampai 24 jam sesudah partus, tetapi terbaik dilakukan sesudah 24
jam sesudah partus, tetapi terbaik dilakukan sesudah 24 jam sampai 48 jam
postpartus. Pelepasan secundinae sebaiknya jangan dilakukan sebelum 72 jam
sesudah partus, kecuali apabila terjadi anorexia, peningkatan suhu tubuh atau gejala
septikemia yang lain. Pada saat itu umumnya uterus sudah berkontraksi sehingga
apeks dapat terjangkau. Cervix biasanya masih membuka dan tangan dapat
dimasukkan ke uterus tanpa menimbulkan trauma. Kapan pun waktunya,
penyingkiran plasenta harus dilakukan secara halus dan cepat dalam waktu 5 sampai
20 menit dengan cara higienik dan frekuensi pemasukkan dan pengeluaran tangan
sesedikit mungkin. Anastesi epidural sangat membantu mencegah pengejanan dan
defekasi. Apabila kedapatan bahwa cervix sudah menutup dan pelepasan plasenta
sulit dilakukan, sebaiknya dibiarkan saja, jangan dipaksakan, dan hanya dapat
diberikan preparat antibiotika dan hormon .
Pelepasan plasenta foetalis dilakukan dengan menempatkan tangan diantara
endometrium dan chorion di ruang interkotiledoner dan kotiledon foetal serta
karunkelnya dipegang secara individual, ditekan, dan dengan ibu jari dan jari telunjuk
kedua struktur itu dipisahkan secara hati-hati dengan gerakan menggulung, mengupas,
mendorong dan menekan. Gerakan ini dibantu dengan tarikan oleh tangan yang lain
terhadap selaput foetus yang terdekat. Kotiledon dekat dengan cervix dilepaskan
terlebih dahulu dari karunkel dan dengan tangan lain dari luar plasenta ditegangkan
sewaktu pelepasan serta pengupasan kotiledon diteruskan ke bagian tengah cornue
uteri mendekati cervix dan membantu pelepasan kotiledon di daerah tersebut. Semua
selaput foetus harus dikeluarkan secara keseluruhan tanpa meninggalkan sisa di dalam
uterus karena dapat berfungsi sebagai tempat infeksi.
Preparat-preparat hormon telah dipakai secara meluas pada pengobatan
retensio secundinae. Penyuntikan oxytocin segera sesudah partus akan mencegah
terjadinya retensio. Manfaat pemberian hormon ini sesudah 24 sampai 48 jam
postpartum masih menjadi tanda tanya. Estrogen mempengaruhi uterus dengan
meningkatan tonus dan aktivitas muskulernya, serta relaksasi cervix. Di samping itu
uterus di bawah pengaruh estrogen dapat lebih mengatasi infeksi.
Pemberian preparat antibiotika berspektrum luas seperti Oxytetracyclin
(Terramycin), Chlortetracyclyn (Aureomycin) atau Tetracyclin kini terbukti lebih
efektif bila diberikan secara lokal intrauterin dibandingkan dengan penicillin,
streptomycin atau preparat-preparat sulfa. Preparat antibiotika berspketrum luas
dalam berbagai nama kini dapat diperoleh di pasaran. Antibiotika tersebut diberikan
dalam jumlah satu sampai 3 gram di dalam larutan 100 sampai 300 ml air suling atau
NaCl fisiologik. Dapat pula diberikan dalam bentuk bolus.

B. Manajemen Penanganan Kelahiran Ternak Ruminansia


1. Tahap - Tahap Kelahiran, dibagi menjadi dua tahap yaitu:
o Tahap permulaan atau persiapan
o Tahap pengeluaran fetus dan plasenta atau disebut tahap perejanan (labor)
yang dibagi 3 yaitu:
 Tahap persiapan perejanan
 Tahap Perejanan kuat untuk mengeluarkan fetus
 Tahap perejanan untuk mengeluarkan plasenta
Pada kelahiran normal pada umumnya tahap permulaan berlangsung lebih
lama dari pada tahap perejanan.

2. Tahap Permulaan atau Persiapan


Banyak teori yang menerangkan bagaimana kelahiran seekor anak/fetus
dimulai:
o Adanya faktor mekanik berupa pembesaran fetus dalam kandungan yaitu adanya
desakan keluar yang berasal dari pertambahan besarnya fetus terhadap dinding
Uterus, karena semakin tua umur kandungan maka semakin besar pula volume
fetus didalam kandungan. Hal ini berhubungan dengan kenyataan bahwa
kebuntingan kembar pada species Monotocous pada umumnya mengalami
proses kelahiran lebih awal. Tetapi pada species polytocous tidak terjadi
perlambatan atau perawalan kelahiran, datangnya kelahiran tetap seperti biasa.
o Faktor hormonal yaitu Progesteron, Estrogen dan Oxytocin, oxytocin dihasilkan
oleh hipofisa posterior induk hewan dan dinyatakan sebagai hormon yang
memegang peranan yang sangat penting dalam merangsang uterus untuk
berkontraksi. Hampir semua jenis hewan mamalia progesteron merupakan
hormon yang menjaga dan merawat kandungan yaitu dengan mencegah
terjadinya kontraksi urat daging uterus sehingga uterus menjadi tenang. Hal ini
terjadi saat dimulainya CL. Jika progesteron dihilangkan dari peredaran darah
misalkan dengan jalan membuang CL maka proses kebuntingan akan terganggu
dan terjadilah abortus. Pada waktu plasenta telah terbentuk maka terbentuk pula
sumber-sumber Progesteron dan Estrogen.Pertambahan estrogen dalam darah
mempunyai korelasi yang erat dengan pertambahan berat plasenta yaitu semakin
berat plasenta dalam uterus maka semakin tinggi kadar estrogen dalam darah,
sejak kebuntingan belum terjadi maka estrogen telah mengambil peranan dalam
merangsang Uterus untuk berkontraksi yang diperlukan untuk membawa semen
yang dideposisikan dalam serviks ke tempat fertilasi. Setelah kebuntingan
terjadi maka estrogen merangsang Uterus untuk berkontraksi baik sendiri
maupun bersama-sama dengan oxytocin.
o Faktor Intern Fetus

3. Tahap Pengeluaran Fetus dan Plasenta atau Perejanan


- Tahap Persiapan Perejanan

Pada tahap ini kelahiran ditandai oleh Intesitas kontraksi dari Muskuler
Uterus, karena kontraksi dimulai dari ujung uterus maka isi kandungan terdesak
kearah serviks yang dapat mengakibatkan cairan Allantois dan Amnion beserta
membrannya masuk kedalam Lumen Serviks. Serviks yang telah merileks akan
mengakibatkan kontraksi semakin sering dan semakin kuat. Kontraksi terjadi
setiap 3 menit sekali dan lamanya sampai 20 - 40 detik. Pada sapi tahap
persiapan ini berlangsung antara setengah jam sampai 24 jam. Akhir dari
tahapan ini adalah serviks dan vagina terbuka luas, dan hal ini membuat saluran
yang tidak jelas batasannya. Dari luar akan terlihat pembengkakan membran
allantois yang kemudian akan pecah dan mengeluarkan cairan.Sementara
kantong amnion yang berisi fetus telah masuk kedalam pelvis dan menyembul
sedikit dari celah vulva.Jika kontraksi terus berjalan maka kepala dan kedua
kaki depan akan menuju pelvis dan terjadilah rangsangan kepusat dan sumsum
tulang punggung yang diteruskan ke urat daging perut dan diafragma. Dan
apabila terjadi kontraksi maka tahap persiapan selesai dan proses kelahiran
masuk ke tahap pengeluaran fetus.

- Tahap Pengeluaran Fetus


Pada tahap ini berlangsung sangat singkat. Jika kontraksi berlangsung
terus maka kantong Amnion masuk kedalam ruang pelvis beserta fetus yang ada
didalamnya. Jika kantong amonion masuk kedalam ruang pelvis beserta fetus
yang ada didalamnya. Jika kantong Amnion masuk kedalam ruang pelvis maka
kantong Allantois terdesak keluar dan pecah, kantong Amnion menyembul
keluar. Kantong Amnion umumnya berwarna abu-abu dan mengkilat, lebih
tebal dan lebih kuat dari kantong Allantois. Oleh sebab itu tidak mudah pecah.
Besarnya kantong Amnion yang keluar dari mulut vulva pada ternak ruminansia
(sapi) mencapai sebesar tinju sampai sebesar kelapa yang bergantung beberapa
lama sampai perejanan kuat terjadi. Jika fetus masuk ke dalam ruang pelvis
maka fetus merupakan benda yang menyebabkan kerenggangan pada ruang
pelvis maupun jalan kelahiran. Yang dimasuk dengan jalan kelahiran adalah
serviks, vagina, vulva yang telah bersatu tidak jelas lagi batasannya, rangsangan
yang diterima ruang pelvis dan jalan kelahiran ini diteruskan ke otak dan
timbullah perejanan yang lebih kuat yang menimbulkan gertakan dari otak ke
urat daging uterus, urat daging diafragma dan urat daging perut. Dengan
perejanan yang terus-menerus dan kuat maka fetus yang ada di jalan keluar akan
terdorong kuat untuk keluar. Mula-mula kantong amnion pecah dan cairannya
mempermudah fetus untuk meluncur dalam jalan kelahiran yang sangat sempit.
Dengan perejanan yang kuat dan lama (80 - 100 detik) maka kepala fetus yang
merupakan bagian terbesar dan tersulit untuk melalui jalan kelahiran sedikit
demi sedikit bergerak terus menuju vagina dan vulva. Jika kepala telah melalui
jalan kelahiran lewat vagina maka seluruh badan fetus dengan mudah keluar.
Cairan amnion sangat berguna dalam melicinkan jalan kelahiran yang sangat
sempit, sampai fetus telah lahir seringkali sisa-sisa cairan amnion masih ada dan
mengalir keluar yang menggantung di ujung bagian kantong amnion, kantong
allantois dan tali pusar. Induk pada umumnya jika telah merasakan adanya
perejanan akan berbaring dan hal ini sangat baik sekali bagi fetus yang akan
dilahirkan karena tidak perlu jatuh dari suatu ketinggian, walaupun terkadang
ada induk yang partus berdiri. Biasanya induk setelah melahirkan akan menjilati
anaknya membersihkan dari sisa-sisa cairan amnion. Bagi kita manusia jika
melihat fetus baru lahir kita harus memberikan pertolongan pertama dengan
membersihkan mukanya dari cairan plasenta dan jangan lupa membersihkan
lubang hidungnya agar bisa bernafas dengan teratur. Jika kita melihat tali
pusarnya tidak perlu untuk kita memotongnya karena akan putus sendiri, setelah
putus maka Arteri, vena dan urachus tertarik kedalam ruang abdomen dan
pendarahan terhenti.
c. Tahapan Pengeluaran Plasenta
Beberapa saat sebelum fetus lahir yaitu dalam tahap permulaan maka
jaringan-jaringan plasenta fetus akan mengalami Degenerasi yang berjalan terus
sambil uterus berkontraksi selama tahap permulaan. Setelah fetus lahir dan tali
pusar terputus maka volume darah dalam jaringan-jaringan turun dengan cepat
sehingga menjadi menyusut dan mengkerut. Setelah fetus lahir Uterus masih
terus berkontraksi untuk melepaskan plasentanya dari endometrium, disamping
itu volume uterus berangsur-angsur menjadi kecil. Hormon yang ikut berperan
dalam mengeluarkan plasenta ini adalah Estrogen dan Oxytocin. Oxytocin
selain membantu turunnya susu dari Alveoli ke dalam saluran susu juga
membantu pengeluaran plasenta dari uterus. Waktu yang diperlukan
mengeluarkan plasenta dari berbagai jenis ternak tersebut berbeda-beda. Tetapi
satu hal yang pasti jika ternak sering dilakukan exercise akan mudah untuk
mengeluarkan plasentanya.
Ingat perlu kita perhatikan jika plasentanya sudah keluar harus cepat diambil
karena ternak bisa kembali memakannya kembali, dan hal ini tentunya tidak
bagus untuk kesehatan ternak tersebut. Ternak yang sering memakan kembali
plasentanya adalah sapi, kerbau, kambing, domba, babi, anjing, kucing.

LEMBAR KEGIATAN SISWA

Kelompok:
Anggota:
B
A

1. Amatilah video yang ditayangkan yang berkaitan dengan penanganan kelahiran


ternak ruminansia, kemudian buatlah sebuah pertanyaan sebagai rumusan masalah!

2. Tuliskan jawaban sementara dari rumusan masalah yang kalian buat sebagai hipotesis
untuk memecahkan masalah! Jika kalian menulis lebih dari satu rumusan masalah
pilihlah salah satu yang berkaitan dengan penanganan kelahiran ternak.
3. Berikan argumentasimu berupa alasan dan bukti mengapa kalian perlu melakukan
pengamatan terhadap video penanganan kelahiran ternak ruminansia!

4. Tulislah kesimpulan hasil penyelidikan yang telah kalian lakukan!

5. Presentasikan hasilnya di depan kelas!


MEDIA PEMBELAJARAN
VIDEO
INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF

a. Kisi-kisi soal
Dimensi Proses Kognitif Jumlah
Indikator Butir Soal
C1 C2 C3 C4 C5 C6 Soal
1. Menjelaskan Proses 1. Apakah tanda-tanda yang
Penanganan Kelahiran sering muncul jika ternak V
Ternak ruminansia akan melahirkan?

2. Menentukan Tentukan bagaimanakah


Manajemen proses pengeluaran fetus
Penanganan Kelahiran pada ternak ruminansia ! V
Ternak ruminansia

f. Rubrik penilaian

No Jawaban Kriteria Penilaian Skor


1. Tanda-tanda yang sering muncul jika ternak akan melahirkan : Menguraikan tepat 25
- Gelisah dan lengkap
- keluar lendir Menguraikan langkah- 15
- Bila puting dipencet akan keluar colestrum langkah pemeliharaan
- Suka menyendiri ternak cempe dengan
tepat dan tidak
lengkap
Menguraikan langkah- 5
langkah pemeliharaan
ternak cempe dengan
tidak tepat dan tidak
lengkap
2. Pada tahap ini berlangsung sangat singkat. Jika kontraksi Menentukan 35
berlangsung terus maka kantong Amnion masuk kedalam ruang penanganan anak sapi
pelvis beserta fetus yang ada didalamnya. Jika kantong amonion sesuai data yang
masuk kedalam ruang pelvis beserta fetus yang ada didalamnya. disajikan dengan
Jika kantong Amnion masuk kedalam ruang pelvis maka kantong benar dan tepat
Allantois terdesak keluar dan pecah, kantong Amnion menyembul Menentukan 25
keluar. Kantong Amnion umumnya berwarna abu-abu dan penanganan anak sapi
mengkilat, lebih tebal dan lebih kuat dari kantong Allantois. Oleh sesuai data yang
sebab itu tidak mudah pecah. Besarnya kantong Amnion yang disajikan dengan
keluar dari mulut vulva pada ternak ruminansia (sapi) mencapai benar tapi tidak tepat
sebesar tinju sampai sebesar kelapa yang bergantung beberapa Menentukan 15
lama sampai perejanan kuat terjadi. Jika fetus masuk ke dalam penanganan anak sapi
ruang pelvis maka fetus merupakan benda yang menyebabkan sesuai data yang
kerenggangan pada ruang pelvis maupun jalan kelahiran. Dengan disajikan dengan tidak
perejanan yang terus-menerus dan kuat maka fetus yang ada di benar tapi tidak tepat
jalan keluar akan terdorong kuat untuk keluar. Mula-mula kantong
amnion pecah dan cairannya mempermudah fetus untuk meluncur
dalam jalan kelahiran yang sangat sempit. Dengan perejanan yang
kuat dan lama (80 - 100 detik) maka kepala fetus yang merupakan
bagian terbesar dan tersulit untuk melalui jalan kelahiran sedikit
demi sedikit bergerak terus menuju vagina dan vulva. Jika kepala
telah melalui jalan kelahiran lewat vagina maka seluruh badan
fetus dengan mudah keluar.
Skor maksimal

Contoh soal :
1) Induk yang akan melahirkan menunjukkan tanda-tanda seperti dibawah ini, kecuali :
a. vulva membengkak dan warna kemerahan,
b. pinggul terasa lebih lentur
c. pinggul terasa lebih kaku
d. puting mulai membengkak dan sedikit meneteskan air susu, dan
e. vulva akan mengeluarkan lendir saat mendekati kelahiran.
2) Dibawah ini merupakan hormon-hormon yang membantu proses kebuntingan pada
ternak yaitu hormon esterogen, progesteron, oksitosin. Tentukan hormon yang
merangsang uterus untuk memulai kontraksi benar dari data dibawah ini :
a. Oxytosin
b. FSH
c. LH
d. Progesteron
e. Esterogen

1 Tahap persiapan 4 Tahap ejakulasi 7 Tahap Perejanan kuat untuk


perejanan mengeluarkan fetus

2 Tahap permulaan 5 Tahap diam 3 Tahap perejanan lambat


3 Tahap awal 6 Tahap perejanan 9 Tahap persiapan perejanan dan
untuk mengeluarkan permulaan
plasenta

3) Kotak diatas merupakan tahap-tahap dalam dalam Tahap pengeluaran fetus dan
plasenta atau disebut tahap perejanan (labor) yang benar adalah .....
a. 1, 4, 7
b. 1, 5, 7
c. 1, 6, 7
d. 2, 5, 3
e. 3, 6, 9
INSTRUMEN PENILAIAN AFEKTIF

a. Rubrik Penilaian Afektif

Aspek yang
Indikator Deskriptor
dinilai
2.1.1 Teliti dalam Teliti 1. Melakukan pekerjaan dengan detail
melakukan 2. Melakukan pekerjaan sesuai instruksi yang
pengamatan diberikan
3. Mencatat hasil pekerjaan
4. Memeriksa kembali hasil pekerjaan
2.1.2 Bekerjasama Kerjasama 1. Membantu teman dalam proses penyelesaian
dalam kegiatan masalah
diskusi kelompok 2. Menerima saran dan pendapat teman dalam
kelompok
3. Menaati pembagian tugas dalam kelompok
4. Saling bertukar pendapat dalam diskusi
kelompok

Ketentuan Penilaian =
Skor 1 = satu aspek dalam deskriptor tampak
2 = dua aspek dalam deskriptor tampak
3 = tiga aspek dalam deskriptor tampak
4 = empat aspek dalam deskriptor tampak

b. Lembar Penilaian Afektif


Aspek yang dinilai Jumlah
No. Nama Siswa Teliti Kerjasama skor
1 2 3 4 1 2 3 4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Nilai = ( Jumlah Skor / 8 ) x 100 = 100


INSTRUMEN PENILAIAN PSIKOMOTORIK

a. Rubrik Penilaian Psikotomtorik

No Aspek yang dinilai Skor Perolehan skor Nilai


A. Persiapan 3 2 1
1. Hadir tepat waktu, berseragam
lengkap dan rapi
2. Alat yang dipersiapkan lengkap
dan rapih
3. Persiapan alat tulis
B. Proses kerja
1. Membaca penuntun praktikum
2. Bekerjasama dalam kelompok
3. Mencatat hasil kegitan
praktikum
C. Keterampilan melakukan penanganan
kelahiran ternak ruminansia

Ketentuan Penilaian :
Skor 3 : satu aspek dalam deskriptor yang tampak
Skor 2 : satu aspek dalam deskriptor yang tidak tampak
Skor 1 : satu aspek dalam deskriptor yang sangat tidak tampak

b. Lembar Penilaian Psikomotorik

Keterampilan yang dinilai


JumlahSkor
No Nama siswa Mengamati Mengkomunikasikan
1 2 3 1 2 3
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah Skor
Nilai = ( ) x 100 = 100
6

Anda mungkin juga menyukai