KROMATOGRAFI KERTAS
Anggota Kelompok:
Nama Asisten:
Pernyataan Keaslian
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa laporan praktikum yang dibuat
oleh kelompok I merupakan hasil karya dari kelompok I. Jika terdapat bagian yang
merupakan hasil meniru karya orang lain atau manipulasi data, maka kelompok kami
(kelompok I) akan menerima sanksi yang semestinya.
Yang menyatakan
Nurul Qomariah
I. TUJUAN
Mempelajari pemisahan pigmen warna daun melalui kromatografi kertas serta
menghitung RF-nya.
II. PRINSIP
Pemisahan senyawa berdasarkan distribusi senyawa antara dua fasa yaitu fasa
diam dan fasa gerak.
III. LANDASAN TEORI
Jenis campuran terbagi menjadi dua yaitu campuran heterogen dan
campuran homogen. Campuran heterogen dapat dipisahkan secara langsung, karena
komponen campurannya masih terlihat dan terpisah, sedangkan campuran homogen
dipisahkan dengan cara khusus sebab komponen dari campurannya di seluruh bagian
larutan adalah sama (sulit dibedakan) (Tania et al., 2018).
Kromatografi adalah salah satu pemisahan yang didasarkan prinsip umum
“like dissolves like”. Berbagai tipe kromatografi antara lain yaitu kromatografi
adsorpsi, kromatografi partisi cairan dan kromatografi pertukaran ion. Salah satu
teknik pemisahan kromatografi partisi adalah kromatografi kertas. Kromatografi
kertas ini memiliki keuntungan karena mudah dan murah dalam pengerjaannya.
Metode kromatografi kertas pada hakekatnya bersifat mikroanalitis dan biasanya
tidak dapat digunakan dengan contoh yang dari 100 μg (Rubiyanto, 2016).
Kromatografi kertas merupakan metode analitik yang digunakan untuk
memisahkan bahan kimia berwarna, terutama pigmen. Ini juga dapat digunakan
untuk memisahkan warna primer atau sekunder dalam tinta. Metode ini telah banyak
digantikan dengan kromatografi lapisan tipis, tetapi masih tetap merupakan alat
pembelajaran yang baik. Kromatografi kertas dua arah, atau dikenal juga sebagai
kromatografi dua dimensi, melibatkan penggunaan dua pelarut dan memutar posisi
90° pada saat penggantian pelarut. Metode ini berguna untuk pemisahan campuran
senyawa yang kompleks dengan kepolaran yang hampir mirip. Contohnya adalah
pemisahan asam amino. Jika menggunakan kertas saring, harus kertas saring dengan
mutu terbaik. Fasa gerak adalah larutan pengembang yang dapat bergerak naik
pada fasa diam sambil membawa sampel bersamanya (Fardani, 2023).
Beberapa jenis kertas bisa digunakan bahkan diperdagangkan sesuai dengan
tujuan penggunaanya untuk kromatografi. Umumnya fase diam yang digunakan
memiliki laju alir medium. Namun untuk tujuan tertentu, misalnya untuk pemisahan
asam amino, fase diam yang digunakan memiliki laju alir cepat. Fase gerak tunggal
atau campuran digunakan pada kromatografi kertas. Kromatografi dapat dilakukan
secara menaik dan menurun. Secara menaik yaitu fase gerak merambat naik pada
kertas yang ditarik melalui gaya kapiler, sedangkan secara menurun yaitu fase gerak
mengalir akibat adanya gaya gravitasi. Kromatografi juga dapat dilakukan secara dua
arah. Pemisahan dalam kromatografi ini disebut partisi. Terdapat teknik dalam
kromatografi kertas, yaitu proses pengeluaran asam mineral dari kertas, biasanya
disebut desalting. Desalting merupakan teknik dimana cairan dibiarkan bergerak
menuruni kertas akibat gravitasi (Hardjono Sastrohamidjojo, 1991).
Kromatografi kertas mempunyai sistem kromatografi yang sangat
sederhana. Hal itu karena hanya diperlukan sepotong kertas, tinta warna, dan pelarut
dalam suatu bejana saja. Sebenarnya, kertas pada kromatografi hanya sebagai
penyokong. Penyokong fase diam melibatkan instrumentasi yang rumit. Prinsip kerja
kromatografi kertas yaitu senyawa yang terlarut dalam fase gerak akan melewati fase
diam yang terletak pada suatu padatan pendukung. Gerakan senyawa tersebut terjadi
karena adanya gaya kapilaritas dari padatan pendukungnya. Gerakan dalam suatu
senyawa tergantung kelarutannya pada fase diam (Gritter, R, J, Bobbitt, J, M,
Schwarting, S, 1991).
Satu keuntungan utama dari kromatografi kertas ialah kemudahan dan
kesederhanaannya pada pelaksanaan pemisahan, yaitu hanya pada lembaran kertas
saring yang berlaku sebagai medium pemisahan dan juga sebagai penyangga (Putra
Agina Widyaswara Suwaryo1, 2017).
Metode Kromatografi kertas digunakan karena merupakan salah satu
metode pemisahan yang cepat dan mudah serta menggunakan peralatan yang mudah
dan cukup sederhana dibandingkan metode lainnya. Selain itu, hasil yang diperoleh
dari metode ini akan terlihat jelas dengan adanya pergerakan pada kertas terlebih lagi
apabila sampel dan standar baku pembanding diletakkan berdampingan pada kertas
yang sama sehingga pergerakan elusi pada keduanya dapat diamati dengan mudah
(Asrina & Tombang, 2018).
Peralatan yang digunakan pada kromatografi kertas antara lain:
a. Kertas kromatografi merupakan kertas saring yang memiliki ketebalan
dengan ukuran tertentu.
b. Bejana kromatografi, bejana kromotografi terbuat dari kaca, tertutup
rapat, kedap uap, memiliki lubang yang dimaksudkan untuk memasukkan cairan
pelarut atau fase gerak atau mengurangi tekanan dalam bejana. Bejana dapat
berbentuk silender atau kotak.
c. Bak pelarut, bak pelarut terbuat dari kaca dengan ukuran sedikit lebih
pendek daripada ukuran bejana dan lebih panjang daripada ukuran kertas yang
digunakan. Bak pelarut dapat diisi dengan sejumlah volume fase gerak. Posisi bak
pelarut di bawah apabila merupakan kromatografi kertas menaik (Leba, 2017).
Perhitungan nilai Rf didasarkan atas rumus :
Jarak titik pusat bercak dari titik awal
Rf =
Jarak bercak
Dengan mengukur nilai jarak yang ditempuh oleh eluen dan jarak noda yang
dihasilkan, nilai Rf komponen sampel dan standar dapat ditentukan. Nilai Rf bersifat
karakteristik dari spesi-spesi khusus dalam macam pemisahan apapun yang
diketahui, dan kadang-kadang digunakan untuk identifikasi kualitatif dari spesi yang
tak diketahui (Oktaviantari et al., 2019).
Katuk (Sauropus androgynus) merupakan tanaman obat-obatan tradisional
yang mempunyai zat gizi tinggi, sebagai antibakteri, dan mengandung beta karoten
sebagai zat aktif warna karkas. Senyawa fitokimia yang terkandung di dalamnya
adalah saponin, flavonoid, dan tanin, isoflavonoid yang menyerupai estrogen
ternyata mampu memperlambat berkurangnya massa tulang (osteomalasia),
sedangkan soponin terbakti berkhasiat sebagai antikanker, antimikroba,dan
meningkatkan sistem imun dalam tubuh (Rahayu dan Limantara, 2005).
IV. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1. Kertas Whatman : 2 Lembar
2. Lumpang dan alu : 1 Unit
3. Beaker glass 250 ml : 3 Unit
4. Pensil : 1 Unit
5. Penggaris : 1 Unit
6. Gunting : 1 Unit
7. Benang : Secukupnya
8. Corong : 1 Unit
9. Selotip : Secukupnya
10. Erlenmeyer 100 ml : 1 Unit
B. Bahan
5 ,2 cm
RF jingga = = 0,8
6 ,5 cm
5 ,5 cm
RF hijau tua = = 0,84
6 ,5 cm
5 ,8 cm
RF hijau muda = = 0,89
6 ,5 cm
6 , 4 cm
RF kuning = = 0,9
6 , 5 cm
VIII. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini dilakukan untuk mempelajari pemisahan pigmen warna
daun, Untuk mendapatkan larutan klorofil dibuatlah ekstrak klorofil dengan pelarut
campuran (aseton dan ethanol 9:1). Hal ini dilakukan karena klorofil tidak larut dalam
air, namun dapat larut dalam pelarut minyak. Pada percobaan ini digunakan kertas
saring whattman sebagai fase diam. Kertas tersebut dipotong hingga berbentuk persegi
panjang dengan ukuran 5x11,5 cm. Pada masing-masing kertas whattman yang sudah
dipotong diberi batas bawah dan batas atas sepanjang 2 cm menggunakan pensil.
Tujuan pemberian batas bawah adalah agar anatara totolan warna dan pelarut
memiliki jarak sehingga totolan tidal langsung berinteraksi dengan pelarut, sedangkan
jarak atas digunakan sebagai batas penyerapan eluen. Jarak digambar menggunakan
pensil karena pensil tidak berinteraksi dengan pelarut, tidak seperti pena dan spidol.
Selanjutnya dilakukan penjenuhan untuk menjadikan eluen di dalam Erlenmeyer.
Fungsinya sebagai fasa gerak dalam kromatografi berjalan dengan baik.
Jika eluen tidak terbentuk maka distribusi daripada fasa diam tidak akan dapat
berjalan sehingga kromatografi gagal dan hasil yang diperoleh tidak teliti. Kemudian
sampel dengan larutan klorofil diteteskan pada kertas saring, kemudian berdasarkan
tetes sampel yang melebar pada kertas dapat diidentifikasi bahwa ada empat jenis warna
yang didapat dari sampel daun katuk yang digunakan, yaitu warna hijau tua, hijau muda,
kuning, dan orange. Berdasarkan hasil tersebut ditemukan bahwa keempat warna
tersebut ialah klorofil a, klorofil b, xantofil, dan karotenoid. Zat tersebut diidentifikasi
berdasarkan warnanya.
Klorofil a dan klorofil b merupakan pigmen utama fotosintetis, yang berperan
menyerap cahaya violet, biru, merah dan memantulkan cahaya hijau, dan xantofil atau
pigmen kuning pada daun ini berperan untuk membantu dalam proses fotosintesis.
Pigmen tersebut membantu menerima cahaya matahari. Karotenoid memegang dua
fungsi utama pada tumbuhan dan alga. Fungsi pokok pertama adalah menyerap energi
cahaya untuk digunakan dalam fotosintesis. Fungsi kedua adalah melindungi klorofil
dari kerusakan akibat cahaya. Beta-karotena memegang peranan penting di pusat reaksi
fotosintesis. Jarak tempuh masing-masing zat warna pada kertas kromatografi itu
berbeda-beda. Hal ini bergantung pada berat molekulnya. Setelah diketahui zat
warnanya, maka nilai RF di hitung dengan rumus :
Jarak yang ditempuh analit
Rf =
Jarak yang ditempuheluen
Harga Rf didefinisikan sebagai perbandingan antara jarak senyawa dari titik
awal dan jarak pelarut dari tepi awal nilai Rf pada setiap daun yang diuji berbeda- beda.
X. JAWABAN PERTANYAAN
1. Pada percobaan yang dilakukan pigmen apa saja yang ditemukan dan bagaimana
mengidentifikasi pigmen tersebut?
Jawab : Pigmen yang ditemukan adalah klorofil a yang berwarna hijau tua,
klorofil b yang berwarna hijau muda, xantofil yang berwarna kuning dan karoten yang
berwarna jingga. Pigmen ini dapat diidentifikasi dengan melihat warna yang muncul.
2. Mengapa pigmen dalam daun dapat terpisah pada kromatografi kertas?
Jawab : Pigmen dalam daun dapat terpisah pada kromatografi kertas karena
perbedaan dalam afinitas mereka terhadap fase diam (kertas) dan fase gerak (pelarut).
Ketika sampel daun ditempatkan di titik awal pada kertas kromatografi dan dibiarkan
terkena pelarut, pigmen-pigmen dalam daun akan bergerak melalui kertas karena
adanya perbedaan dalam afinitas mereka terhadap fase gerak.
Pigmen-pigmen yang memiliki afinitas yang lebih besar terhadap fase gerak
akan bergerak lebih cepat dan lebih jauh dari titik awal, sedangkan pigmen-pigmen
dengan afinitas yang lebih besar terhadap fase diam akan bergerak lebih lambat dan
tidak akan mencapai titik yang jauh. Oleh karena itu, perbedaan dalam afinitas pigmen
terhadap fase diam dan fase gerak menyebabkan mereka terpisah dan membentuk pola
yang khas pada kertas kromatografi.
3. Bagaimana mekanisme pemisahan dengan metode kromatografi kertas?
Jawab :
1) Teteskan sampel pada kertas kromatografi tepatnya diatas garis yang telah di
buat menggunakan pensil.
2) Biarkan pelarut meresap melalui kertas, ini menyebabkan pergerakan pelarut
ke atas melalui kapiler kertas.
3) Komponen yang ada didalam sampel akan bergerak di sepanjang kertas
sejalan dengan pelarut.
4) Komponen yang memiliki afinitas yang lebih besar terhadap fase diam akan
lebih lambat bergerak melalui kertas, sedangkan komponen yang mudah
terlarut akan bergerak lebih cepat. Hal ini dapat menyebabkan pemisahan
komponen
5) Komponen yang terpisah selanjutnya dideteksi dengan cara memberikan sinar
UV.
XI. DAFTAR PUSTAKA
Asrina, R., & Tombang, G. (2018). Identifikasi Rhodamin B Pada Arum Manis Yang
Dijual Di SD Inpres PAI 2 Makassar Secara Kromatografi Kertas (Paper
Chromatography) | Jurnal Farmasi Sandi Karsa. Jurnal Farmasi Sandi Karsa
(Jfs), IV(6), 4–10.
https://jurnal.farmasisandikarsa.ac.id/ojs/index.php/JFS/article/view/6
Fardani, R. A. (2023). Analisis Kandungan Pewarna Sintetis Pada Jajanan Pasar Di
Kota Mataram Dengan Kromatografi Kertas ( Analysis of Synthetic Dyes Content
for Snacks Markets in Mataram City Using Paper Chromatography ). Jurnal Sains
Natural, 1(1), 24–32.
Gritter, R, J, Bobbitt, J, M, Schwarting, S, E. (1991). Pengantar Kromatografi Edisi
Kedua. Penerbit ITB. Bandung.
Hardjono Sastrohamidjojo, D. (1991). Kromatografi. Penerbit Liberty, UGM,
Yogyakarta.
Leba, M. A. U. (2017). Buku Ajar Ekstraksi dan Real Kromatografi. Yogyakarta: CV
Budi Utama.
Oktaviantari, D. E., Feladita, N., & Agustin, R. (2019). Identifikasi Hidrokuinon
Dalam Sabun Pemutih Pembersih Wajah Pada Tiga Klinik Kecantikan Di Bandar
LAampung Dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis Dan Spektrofotometri UV-
Vis. Jurnal Analis Farmasi, 4(2), 91–97.
Putra Agina Widyaswara Suwaryo1, P. Y. (2017). Profil Kromatografi Ekstrak Etanol
Kelopak Bunga Mambros Hijau. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, 13(3),
107–113.
Rahayu, Puji dan Leenawaty Limantara. 2005. Studi Lapangan Kandungan Khlorofil
IN Vivo Beberapa Spesies Tumbuhan Hijau di Salatiga dan Sekitarnya. Seminar
Nasional MIPA.
Rubiyanto, D. (2016). Teknik Dasar Kromatografi. Yogyakarta: Deepublish.
Tania, L., Rosalina, V., & Efkar, T. (2018). Pengembangan Animasi Berbasis Simulasi
Molekul pada Metode Destilasi. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Kimia,
7(2), 1–2.
XII. LAMPIRAN
XIII. DOKUMENTASI
Persiapan sampel
Penjenuhan
Proses
Penotolan eluen
kromatografi
sampel
Hasil