Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROTEKNIK HEWAN

ACARA PRAKTIKUM KE-8


PEWARNAAN

Nama : Sebastian Aditya Putra Aji


NIM : 24020117130085
Kelompok :6
Hari, Tanggal : Jumat, 13 November 2020
Asisten : Nuryanti

LABORATORIUM BSFH
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
I. TUJUAN
I.1 Setelah mengikuti praktikum dengan pokok bahasan ini diharapkan mahasiswa
mampu mewarnai preparat irisan (metode parafin) dengan pewarnaan Hematoksilin-
Eosin.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Tujuan Proses Pewarnaan

Pewarnaan adalah proses mempertajam suatu elemen sehingga unsur jaringan


menjadi kontras dan nampak lebih jelas. Proses timbulnya warna pada jaringan terikat
dengan ikatan molekul antara zat warna dan jaringan. Zat warna yang terikat pada
jaringan akan menyerap sinar dengan panjang gelombang tertentu sehingga jaringan
tampak terwarnai. Setiap bagian dari sel tumbuhan maupun hewan yang mempunyai zat
warna memiliki sifat khusus, oleh karena itu sangat perlu mengenali sifat-sifat zat warna.
Staining adalah proses pewarnaan, dimana sampel diwarnai dengan menggunakan zat
warna, tujuannya yaitu untuk mewarnai jaringan yang kontras pada komponen seluler
sehingga dapat dibedakan antara sel satu dengan yang lainnya (Nurwanti dkk, 2013).

Zat warna memiliki sifat berupa asam atau basa. Zat warna merupakan senyawa
organik kompleks yang mempunyai sifat khusus untuk mempertahankan warna dalam sel
atau jaringan, hal tersebut terjadi karena adanya Chromophore dan Auxohrome dalam
kandungan zat warna. Chromophore adalah bagian dari molekul senyawa sedangkan
Auxohrome adalah bagian dari molekul pewarna yang melekat pada jaringan dan
memperkuat pewarnaan. supaya unsur-unsur jaringan tampak jelas & dapat dibedakan
bagian-bagiannya di bawah mikroskop. Zat warna berdasarkan asalnya dapat berupa
sintetis dan alami (Suntoro, 2000)

2.2 Macam-Macam Zat Warna


Berdasarkan sifatnya, zat warna dibagi menjadi zat warna asam dan zat warna basa.
Berdasarkan sifat dari asalnya di bagi menjadi pewarna natural dan pewarna sintetik.
Pada jaringan tumbuhan biasanya menggunakan safranin- fast green. Safranin dapat
mewarnai dinding sel yang terlignifikasi dengan berwarna merah sedangkan fast green
mewarnai dinding sel yang tidak terlignifikasi dengan warna hijau. Proses pewarnaan
dimulai dengan merendam gelas objek berisi sampel dalam xilol agar pita parafin hilang
(deparafinasi), selanjutnya rehidrasi zat warna yang larut dalam air. Kemudian dehidrasi
zat warna larut alkohol dan yang terakhir yakni merendam sampel pada xilol agar gelas
objek jernih (Setiawan, 2016).

Zat warna berdasarkan kemampuannya dibagi menjadi substanstif dan adjektif.


Zat warna substantif ampu langsung mewarnai jaringan, misalnya eosin, safranin, fast
green, yanus green. Zat warna ajektif berfungsi dengan baik bila dibantu zatlain (zat
mordan) misalnya: hematoxylin. Berdasarkan pengaruh zat warna terhadap obyeknya
dibagi menjadi efektif dan difus. Perwarna efektif hanya mewarnai satu atau beberapa
bagian jaringan saja misalnya Toluidin blue untuk jaringan mesenterium yang jelas hanya
granula . Pewarna difus Mewarnai seluruh jaringan hanya daya serapnya tidak sama
misalnya eosin (Jusuf, 2009).

2.3 Prinsip Kerja Pewarnaan

Subyek histologi pada saat ini bukan hanya mengenai struktur tubuh, namun
berkaitan dengan fungsinya yang direpresentasikan dalam bentuk preparat histologi.
Preparat yang telah mengalami proses pemberian warna pada jaringan yang telah
dipotong sehingga unsur jaringan menjadi kontras dan dapat dikenali/diamati dengan
mikroskop (Gartner, Leslie, 2007). Pewarnaan jaringan yang dikembangkan didalam
visualisasi berbagai unsur sel dan jaringan harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Hal ini
agar bisa membedakan unsur asam dan basa unsur sel, pada pewarna khusus bisa
mengenali unsur serat matrik ekstrasel, dan garam logam yang mengedap pada jaringan,
membentuk endapan pada jaringan. Proses timbulnya warna terkait dengan terjadinya
ikatan antara molekul tertentu yang terdapat pada daerah dan struktur jaringan yang
tertentu.

Sinar dengan panjang gelombang tertentu yang terdapat dalam sinar yang berasal
dari cahaya matahari atau lampu mikroskop yang dipaparkan pada sajian yang telah
diwarnai akan diabsorpsi (diserap) atau diteruskan. Zat warna yang terikat pada jaringan
akan menyerap sinar dengan panjang gelombang tertentu sehingga jaringan tersebut akan
tampak berwarna. Prinsip pewarnaan adalah terjadinya afinitas antara jaringan dengan
bahan pewarna, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dimana
bahan cat dengan jaringan dapat berikatan tanpa melalui zat perantara. Secara tidak
langsung dimana bahan cat dengan jaringan tidak dapat berikatan secara langsung,
kecuali diberi bahan perantara yang biasa disebut sebagai mordan (Sugito, 2013)
III. METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Laptop atau smartphone


3.1.2 Aplikasi Microsoft teams
3.1.3 Alat tulis
3.1.4 Video materi
3.1.5 Power point materi

3.2 Cara Kerja

3.2.1 Alat dan bahan disiapkan


3.2.2 Laptop atau smartphone dibuka , kemudian pilih aplikasi Microsoft teams
sesuai chanel praktikum
3.2.3 Materi power point disimak dengan seksama
3.2.4 Materi berupa video disimak dengan seksama
3.2.5 Kemudian, hasil dicatat, digambar, dan dideskripsikan pada lembar laporan
sementara.
IV. HASIL PENGAMATAN
IV.1 Skema Pewarnaan
Alat

 Seperangkat alat untuk  Lap kain lembut,


pewarnaan (staining jar)  Gelas benda
 Mikroskop,  Gelas penutup
 Kertas hisap,

Bahan

 Preparat yang belum diwarnai  Xylol


 Larutan Hematoksilin  Aquades
 Larutan Eosin  Canada balsam
 Alkohol bertingkat

Cara Kerja
 Blok parafin yang didalamnya berisi jaringan atau organ setelah dipotong
menggunakan mikrotom, akan diperoleh pita tipis parafin dengan potongan jaringan
atau organ didalamnya
 Penempelan (Affixing)
1. Persiapkan gelas preparat, tetesi dengan meyer albumin, diratakan, tetesi dengan
aquades.
2. Letakkan 3-4 pita parafin diatas gelas preparat yang telah ditetesi meyer
albumin.
3. Letakkan gelas preparat diatas hot plate sampai pita mengembang.
4. Atur letak pita sekitar 2 cm dari ujung gelas preparat
5. Setelah mengembang, hisap sisa air sengan pipet, kering anginkan.
6. Masukkan gelas preparat dalam xylol overnight.

 Pewarnaan Hematoksilin dan Eosin


1. Pindahkan gelas preparat ke alkohol 96%, 90%, 80%, 70%, 50%, 30%, aquades.
masing masing 3-5 kali celupan.
2. Keringkan dengan kertas hisap.
3. Celupkan gelas preparat ke larutan Hematoksilin 5-10 detik
4. Bilas dengan air mengalir 10 menit untuk menghilangkan zat warna dari bagian
bagian yang tidak terwarnai
5. Lakukan dehidrasi dengan mencelupkan preparat ke dalam alkohol bertingkat
mulai dengan konsentrasi 30%, 50%, 60%, 70% masing masing 3-5 celupan,
kemudian dilap.
6. Celupkan preparat ke dalam larutan Eosin 5-10 menit, kemudian dilap.
7. Bilas dengan alkohol 70%
8. Dehidrasi dengan alkohol 70%,80%,90%,96% masing masing 3-5 celupan.
9. Keringkan dengan kertas hisap
10. Masukkan preparat dalam xylol overnight
11. Tutup dengan Canada Balsam dan gelas penutup
12. Amati dengan mikroskop

IV.2 Gambar Pewarnaan Preparat

No Gambar Referensi Preparat Keterangan


1. Ginjal Ikan Betok (Anabas Testudineus)
1. Glomerulus
2. Tubulus
3. Kapsula bowman
4. Pembuluh darah
5. Hematopoietik

(Suntoro, 2000)
2. Insang Ikan Betok (Anabas Testudineus)
1. Lamela sekunder
2. Lamela primer
3. Kartilago
4. Sel epitel
5. Jarak lamella
(Suntoro, 2000)
6. Arteri
7. Jaringan adipose
8. Tulang
9. Gill raker
3. Ginjal tikus (Rattus tanezumi)
1. Tubulus
Kontortus
Proksimal
2. Tubulus
Kontortus Distal
3. Glomerulus
4. Kapsula bowman
(Wonodirekso, 2013)
4. Hepar tikus (Rattus tanezumi)
1. Hepatosit
2. Inti hepatosit
3. Vena sentralis
4. Sinusoid

(Wonodirekso, 2013)
V. PEMBAHASAN
Praktikum Mikroteknik Hewan Acara 8 berjudul Pewarnaan dilaksanakan pada
hari Jumat, 13 November 2020 secara daring atau online melalui aplikasi Microsoft
Team. Tujuan praktikum adalah mampu mewarnai preparat irisan (metode parafin)
dengan pewarnaan Hematoksilin-Eosin. Alat dan bahan yang digunakan antara lain aptop
atau smartphone, aplikasi Microsoft teams, alat tulis, video materi, power point materi,
dan lembar laporan sementara. Cara kerja yang dilakukan antara lain alat dan bahan
disiapkan, laptop atau smartphone dibuka , kemudian pilih aplikasi Microsoft teams
sesuai chanel praktikum, materi power point disimak dengan seksama, materi berupa
video disimak dengan seksama, kemudian hasil dicatat, digambar, dan dideskripsikan
pada lembar laporan sementara.

5.1 Pengertian dan Fungsi Proses Pewarnaan

Pewarnaan merupakan suatu teknik dalam pembuatan preparat histologis yang


berfungsi untuk mempertajam sekaligus membedakan suatu elemen pada sel sehingga
lebih mudah diamati struktur nya dengan menggunakan mikroskop. Hal ini sesuai dengan
pernyataan dari Nurwanti dkk (2013) yang mengatakan bahwa pewarnaan merupakan
proses mempertajam suatu elemen sehingga unsur jaringan menjadi kontras dan nampak
lebih jelas. Proses timbulnya warna pada jaringan terikat dengan ikatan molekul antara
zat warna dan jaringan. Zat warna yang terikat pada jaringan akan menyerap sinar dengan
panjang gelombang tertentu sehingga jaringan tampak terwarnai.

Proses pewarnaan dimana sampel diwarnai dengan menggunakan zat warna,


dengan tujuan untuk mewarnai jaringan yang kontras pada komponen seluler sehingga
dapat dibedakan antara sel satu dengan yang lainnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan
dari Anil (2008) yang mengatakan bahwa tujuan dari proses pewarnaan yaitu
memberikan warna yang kontras pada komponen seluler sehingga dapat dibedakan antar
satu sel dengan sel lainnya. Contoh nucleus memiliki afinitas tinggi terhadap pewarna
asam hematoksilin sedangkan sitoplasma memiliki afinitas tinggi terhadap pewarna basa
eosin.

5.2 Macam-Macam Zat Warna

Zat warna yang digunakan dalam proses mikroteknik ada banyak sekali, hal ini
terkait dengan fungsi zat warna pada objek tertentu dan kecocokan dari objek dalam
menangkap zat warna. Beragam zat warna ini yang ada dalam pembuatan preparat ini
tujuannya hanya satu yakni supaya preparat sel mauoun jaringan dapat terlihat
strukturnya dengan jelas Berdasarkan sifatnya, zat warna dibagi menjadi zat warna asam
dan zat warna basa, sedangkan berdasarkan sifat asalnya di bagi menjadi pewarna natural
dan pewarna sintetik. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Setiawan (2016) yang
mengatakan bahwa berdasarkan sifat asalnya dibagi menjadi zat warna alamiah yang
berasal dari tumbuhan dan hewan seperti Hematoxylin dari H. campechienum L., Carmin
dari Caceuscacti (insecta pada cactus), dan zat warna sintetis yang dibuat di pabrik seperti
crystal violet, anilin blue, malachit green, safranin. Berdasarkan sifatnya diagi menjadi
zat warna asam yang berafinitas terhadap sel basa seperti asam fuchsin, eosin. Kemudian
Zat warna basa dimana pewarna berafinitas terhadap sel yang bersifat asam seperti, basic
fushsin , hematoxylin.

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum antara lain Staining jar,
mikroskop, kertas hisap, lap kain, gelas benda, gelas penutup. Preparat, larutan
hematoksilin, larutan eosin, alkohol bertingkat, xylol, aquades, Canada balsam. Staining
jar digunakan untuk meletakkan sediaan preparat pada proses pewarnaan. Mikroskop
digunakan untuk mengamati struktur sel secara mikroskopis pada preparat yang telah
diwarnai. Kertas hisap digunakan untuk untum memisahkan antara cairan dengan partikel
suspense. Lap kain digunakan untuk membersihkan peralatan selama praktikum dari
kotoran maupun dari zat warna. Gelas benda dan gelas penutup digunakan untuk
meletakkan preparat yang akan diamati kemudian dilakukan pengamatan pada
mikroskop. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Junqueira (2007) bahwa staining jar
merupakan alat yang digunakan untuk pewarnaan dan pengecatan objek glas, alat ini
dapat menampung rak 24 slide glass. Mikroskop berfungsi untuk mengamati objek yang
ukurannya sangat kecil hingga mata manusia tidak akan mampu untuk melihatnya. Kertas
hisap atau kertas saring untuk memisahkan antara cairan dengan partikel suspensi. Atau
bisa juga untuk memisahkan antara zat padat dengan zat terlarut dengan tujuan untuk
mengeringkan zat padat tersebut. Gelas benda berfungsi menjadi tempat objek
atau preparat yang akan diamati sehingga objek akan lebih jelas ketika diamati.
Sedangkan gelas penutup, berfungsi guna menjadi tempat penutup objek
atau preparat yang akan diamati sehingga ketika dilakukan pengamatan objek tidak
terkontaminasi dengan media luar

Adapun fungsi bahan dalam praktikum antara lain larutan hematoksilin sebagai
pewarna basa, larutan eosin sebagai pewarna asam, alkohol bertingkat sebagai
pendehidrasi sel jaringan sedangkan penggunaan secara bertingkat supaya tidak terjadi
kerusakan pada sel. Xylol digunakan sebagin agent clearing dan dealkoholisasi pada
preparat sel. Aquades digunakan sebagai bahan pelarut dan pembersih (clearing) pada
preparat jaringan. Canada balsam sebagai perekat pada preparat agar tidak mudah lepas.
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Khristian (2017) bahwa hematoksilin merupakan
zat warna pada preparat histologis yang bekerja sebagai pewarna basa. Zat ini mewarnai
unsur basofilik pada jaringan. Eosin merupakan zat warna yang bersifat asam serta
memulas komponen asidofilik pada jaringan. Alkohol digunakan sebagai fiksasi dan
larutan pendehidrasi daripada kandungan air dalam jaringan, tujuan dilakukan
pengenceran alkohol secara bertingkat supaya tidak terjadi kerusakan sel jaringan yang
akan diamati. Xylol berfungi sebagai agent clearing atau penjernihan serta
dealkoholisasi yang bertujuan untuk menarik keluar alkohol yang berada dalam jaringan
untuk digantikan oleh xylol. Hal tersebut dilakukan karena xylol yang mampu berikatan
dengan parafin sedangkan alkohol tidak. Aquades digunakan sebagai bahan pelarut dan
pembersih (clearing) pada preparat jaringan. Canada balsam sebagai perekat pada
preparat agar tidak mudah lepas.
Cara kerja yang dilakukan yaitu blok parafin yang didalamnya berisi jaringan atau
organ setelah dipotong menggunakan mikrotom, akan diperoleh pita tipis parafin dengan
potongan jaringan atau organ didalamnya. Kemudian dilanjutkan dengan penempelan
(Affixing). Persiapkan gelas preparat, tetesi dengan meyer albumin, diratakan, tetesi
dengan aquades. Letakkan 3-4 pita parafin diatas gelas preparat yang telah ditetesi meyer
albumin. Masukkan gelas preparat dalam xylol overnight. Kemudian dilanjutkan dengan
Pewarnaan Hematoksilin dan Eosin.

Menurut Ariyadi (2017) tahapan dalam melakukan pewarnaan Hematoksilin dan


eosin antara lain deparafinasi, suatu proses menghilangkan parafin dengan larutan xylol.
Menghilangkan xylol dengan alkohol melalui proses rehidrasi, yaitu dengan
menggunakan larutan alkohol bertingkat dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah,
lalu dilakukan pewarnaan dengan Hematoxyline selama 3-5 menit. Kemudian dilakukan
deferensiasi, yaitu pengurangan warna pada inti dan penghilangan warna pada sitoplasma
dengan menggunakan larutan HCl 0,5% 1-2celup. Selanjutnya dilakukan proses Blueing
dengan menggunakan larutan Lithium Carbonat 0,5%. Pewarnaan dengan Eosin untuk
mewarnai sitoplasma selama 1-3 menit. Dilakukan dehidrasi dengan alkohol bertingkat
dengan konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi masing-masing 2 menit. Tahap clearing
dengan menggunakan larutan xylol selama 2 mint. Kemudian memasuki tahapan
mounting dengan meneteskan larutan entelan 1-2 tetes pada preparat jaringan yang
berfungsi mengawetkan jaringan. Kemudian tutup preparat dengan cover glass.
VI. KESIMPULAN

Pewarnaan dengan hematoksilin dan eosin untuk mewarnai preparat irisan dengan
metode paraffin dilakukan dengan beberapa tahap antara lain preparat dimasukkan aquades.
masing masing 3-5 kali celupan. Kemudian dicelupkan ke dalam larutan Hematoksilin 5-10
detiik. Bilas dengan air mengalir 10 menit, lalu dehidrasi dengan mencelupkan preparat ke
dalam alkohol bertingkat masing-masing tiga celupan.Celupkan preparat ke dalam larutan
Eosin 5-10 menit, lalu bilas alkohol. Dehidrasi dengan alkohol bertingkat. Masukkan
preparat dalam xylol overnight. Tutup dengan Canada Balsam dan gelas penutup.
DAFTAR PUSTAKA

Anil S, & Rajendran R. Routine Histotechniques, Staining and Notes on


Immunohistochemistry. 2008. In: Rajendran and Sivapadasundaram (Eds). Shafers
Oral Pathology (Publisher: Elsevier India P Ltd).

Ariyadi, T. 2017. Kualtas Sediaan Jaringan Kulit Metode Micriwave dan Conventional
Histoprocessing Pewarnaan Hematoksilin-Eosin. Jurnal Labora Medika, 1(1), 07-11.

Gartner, Leslie P. and James L.Hiatt. 2007. Ed 3. This Edition of Color Textbook of Histology.
lsiever Inc, Singapura.

Junqueira, L,C. & Carneiro, J., 2007. Histologi Dasar. Edisi 10. EGC. Jakarta

Jusuf, A.A. 2009. Histoteknik Dasar. UI Press. Jakarta.

Khristian E & Inderiati D., 2017. Sitohistoteknologi. Jakarta : Pusat pendidikan sumber daya
manusia kesehatan.

Nurwanti, M., Budiono, J.D., & Pratiwi P., Rinie.2013. Pemanfaatan Filtrat Daun Muda Jati
sebagai Bahan Pewarna Alternatif dalam Pembuatan Preparat Jaringan Tumbuhan.
Jurnal, BioEdu Vol. 2/No. 1/Januari 2013, http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bi oedu.
Surabaya: S-1 Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Surabaya

Setiawan, B. 2016. Optimalisasi Metode Automatic Slide Stainer untuk Pewarnaan Jaringan
Menggunakan Haematoksilin-Eosin. Laporan Akhir Penelitian Pembinaan Bagi
Tenaga Fungsional Non Dosen : Hal 1-2.

Suntoro, H. 2000. Metode Pewarnaan. Jakarta : Bhratara Karya Aksara.


Wonodirekso, Sugito.2013. Penuntun Praktikum Histologi. Jakarta : Dian Rakyat.

HALAMAN PENGESAHAN

Semarang, 27 November 2020

Mengetahui,

Asisten Praktikan

Nuryanti Sebastian Aditya

24020117120012 24020117130085

Anda mungkin juga menyukai