Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Teknik Universitas Jayabaya |1

PERANCANGAN STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) UNTUK


MENINGKATKAN RECOVERY SISTEM REVERSE OSMOSIS
KAPASITAS 2X100 m3/h PADA PRODUKSI WATER TREATMENT
PLANT DI PT X
Syahiddina Eddy Putra1, A. Syamsu Anwar Asir2, Aji Digdoyo3
Program Studi Teknik Mesin,Fakultas Teknik Industri,Universitas Jayabaya
Jalan Pulomas Selatan Kav. No.23 4, RT.4/RW.9, Kayu Putih, Kec. Pulo Gadung, Kota Jakarta Timur,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13210

ABSTRAK
Reverse Osmosis merupakan salah satu proses dalam pengolahan air yang memiliki kualitas yang
sangat baik dari produk yang dihasilkan nya. Proses Reverse Osmosis memiliki beberapa
parameter dan point yang harus di perhatikan yaitu laju aliran air umpan, tekanan air umpan,
tekanan air reject , laju alir dan kualitas RO Permeate , dan laju alir pada RO Reject. Beberapa
parameter dan point yang harus di perhatikan pada sistem operasional Reverse Osmosis
merupakan standar yang harus diperhatikan untuk menghasilkan produk dengan 75 % air
permeate Reverse Osmosis dan 25 % air reject Reverse Osmosis. Salah satu masalah yang
dihadapi adalah konsumsi air umpan pada operasional Reverse Osmosis yang tinggi. Upaya yang
dilakukan untuk memberikan peluang dalam pengurangan konsumsi bahan baku air umpan pada
Reverse Osmosis yaitu dengan perancangan Standard Operating Procedure (SOP) Improvement
yang dilakukan adalah mengatur Recovery Reverse Osmosis permeate ditingkatkan 80 %, yang
diharapkan dapat mereduksi konsumsi bahan baku pada operasional sistem Reverse Osmosis
dengan mengoptimalkan parameter operasi. Berdasarkan rencana tersebut dapat dihasilkan
peningkatan recovery RO dan mereduksi bahan baku produksi RO, maka perlu dilakukan
analisis dengan metode perancangan SOP dengan mengatur Recovery sistem RO tersebut. Dari
hasil perancangan ulang SOP didapat penurunan penggunaan bahan baku sebesar 6974 m 3
dengan melakukan setting flow rate RO permeate 80 % dan RO reject 20 %.
Kata Kunci --- Water treatment plant, Reverse Osmosis, Standard Operating Procedure,
Recovery
daerah. Sifat air mudah melarutkan zat lain,
PENDAHULUAN sehingga air mudah sekali tercemari oleh zat
zat yang dilewati nya, sehingga air

A ir merupakan komponen yang


memegang peranan penting bagi
kelangsungan hidup semua mahkluk hidup.
permukaan tidak dapat digunakan oleh
industri ataupun di konsumsi oleh manusia
secara langsung karena air yang bebas
Dua per tiga bagian bumi ini terdiri dari air, terdapat di lingkungan harus di pastikan
yang terdiri dari air tawar dan air asin (laut). terlebih dahulu kontaminasi dan kualitas
Ketersediaan air tawar tidak sama di tiap
Jurnal Teknik Universitas Jayabaya |2

nya. Air dapat dipastikan layak untuk kinerja pada Reverse Osmosis yang akan
dikonsumsi berpengaruh pada penghematan penggunaan
jika air melewati proses yang dinamakan bahan baku produksi Reverse Osmosis.
Water Treatment Plant (WTP) .
WTP atau sistem pengolahan air METODE PENELITIAN
merupakan salah satu sistem yang Gambar 1 menjelaskan bagaimana alur
terintegrasi dan berfungsi untuk melakukan pengerjaan dari penelitian ini, yang dimulai
pengolahan air dari kualitas baku yang dari studi pustaka, setelah analisa terdapat
terkontaminasi menjadi kualitas air permasalahan yang harus dipecahkan
diinginkan sesuai standar mutu dan dengan menggunakan SOP, merancang SOP
kebutuhannya. Secara umum WTP terdiri yang benar lalu dianalisa kembali sehingga
atas 4 proses, pertama proses sand filter diketahui SOP yang baru akan menghasilkan
yaitu mengalirkan air baku melalui media keuntungan terhadap proses di WTP PT.X
pasir, lalu masuk proses karbon filtrasi yaitu
mengalirkan air hasil saringan pasir menuju
karbon filter, proses ketiga dan terakhir
ultrafiltrasi dan Reverse Osmosis yang
berfungsi untuk mereduksi mineral-mineral
yang terlarut yang terbawa dari air hasil
saringan pasir serta karbon filter .
Proses Reverse Osmosis pada pada
PT. X yang menggunakan bahan baku air
WTP mengalami peningkatan yang cukup
tinggi dari pemakaian sebesar 32.361 m3
menjadi 36.294 m3. Peningkatan ini sangat
mempengaruhi cost yang dikeluarka oleh
PT. X dan jika tidak segera di audit
permasalahannya akan menimbulkan
kerugian. Untuk mengurangi bahan baku air
namun dapat meningkatkan produksi dapat
dilakukan dengan cara improvement SOP
dari proses Water treatment plant PT. X.
Pada data Standard Operating Procedure
Existing (SOP Existing) yang sudah ada,
recovery pada alat Reverse Osmosis sebesar
70%, tetapi recovery Reverse Osmosis data
yang real di lapangan sebesar 73-75%. Oleh
karena itu, dalam pelaksanaan tugas akhir
ini akan dilakukan perancangan SOP
terhadap sistem Reverse Osmosis untuk
dapat menghasilkan peluang peningkatan
Jurnal Teknik Universitas Jayabaya |3

Tabel.1 Perbaikan Proses WTP

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian


Prosedur penelitian yang digunakan adalah
dengan mengukur beberapa alat yang terdapat di
WTP diantaranya running hour, energi motor
(RO Feed pump) pressure membran, differential
pressure, RO feed flowrate, RO Permeate
flowrate, RO reject flowrate, energy motor (RO
high pressure pump). Pengukuran diambil pada
bulan September – Desember. Setelah dilakukan
analisa, memang perlu adanya perbaikan SOP
pada proses produksi di PT.X Tabel 1
menunjukkan tahapan proses yang akan dilalui.
Jurnal Teknik Universitas Jayabaya |4

Tabel 2 merupakan hasil


improvement berdasarkan perubahan
settingan frekuensi dan Flow rate dimana
variasi Recovery dimulai dari persentase
75% hingga 78% dengan kenaikan rata rata
4,5% setiap improvementnya. Variasi 75-
78% didasarkan dengan standar operasi dari
pada reverse osmosis. Setelah improvement
dilihat pada Gambar 2 hasil perbandingan
sebelum dan sesudah improvement.

Gambar 2. Perbandingan Intensitas Recovery

Gambar 2 merupakan diagram


HASIL DAN PEMBAHASAN
perbandingan akibat perubahan recovery
Setelah melakukan perbaikan atau menjadi 75 % hingga 78 %. Diagram berwarna
perancangan ulang terhadap SOP pada hijau merupakan baseline sedangkan warna
proses produksi WTP di PT. X didapatkan kuning merupakan hasil improvement terlihat
hasil perubahan yang dapat dilihat pada adanya kenaikan setelah improvement dengan
Tabel.2 dibawah ini. mengubah tekanan setting an flow rate pada
Tabel.2 Hasil Sebelum dan Sesudah Feed RO dan Reject RO
Perancangan SOP
Jurnal Teknik Universitas Jayabaya |5

KESIMPULAN
P e rb an d i n g an h u b u n g an re -
co v e ry ro s i s te m d e n g an Laj u Unit Reverse Osmosis dipengaruhi beberapa
al i r b ah an b ak u p ro d u k s i w tp parameter, salah satu parameter yang
Recovery
mempengaruhi kinerja Reverse Osmosis
Linear (Recovery) adalah hasil dari flow rate permeate dan
75% 74%
Concentrate yang berhubungan dengan
74% 74%
74% 73%73% 74%73%
73% 73% recovery sistem. Hasil dari pengaturan flow
73% 73% 73%
73% 72%72%72% 73% 72% 72% rate permeate dan Concentrate yang
72% 72%
72%
72% 72%
72% 71% menghasilkan peningkatan recovery sistem
recovery (%)

71%
71%
70%
Reverse Osmosis yang sebelumnya pada 70-
70%
70% 72% didapatkan hasil laju alir bahan baku
69% pada Reverse Osmosis sistem rata rata 1181
68%
m3, sedangkan dengan mengubah recovery
67%
sistem Reverse Osmosis menjadi 75-80%
1 59
1 83
5 7

1 49
1 88
1 66
1 47
1 39
1 17
1 46
1 66
1 29
1 23
6
1

didapatkan hasil laju alir bahan baku pada


2
2

3
1
1
4
3
5
1
1
2
1
2
1

Laju Alir bahan baku (m3/h) Reverse Osmosis sistem rata rata 1044 m3.
Peningkatan kinerja pada Water treatment
Gambar 3. Hubungan Recovery RO Sistem plant dilakukan dengan memperbaiki SOP
yang ada dengan cara mengatur flow rate
Gambar 3 menunjukan bahwa hubungan
Bahan Baku, Permeate ,dan Concentrate
antara recovery sistem di reverse osmosis
pada alat Reverse Osmosis.
terhadap laju alir bahan baku. Grafik tersebut
menjelaskan bahwa semakin besar recovery
reverse osmosis sistem maka laju alir pada DAFTAR PUSTAKA
bahan baku reverse osmosis akan semakin Abubakar, A. (2012). Pedoman
rendah. Hal ini disebabkan, untuk mengurangi Penyususnan Standar Oprasional
konsumsi laju alir bahan baku reverse osmosis Prosedur Administrasi Pemerintah.
membutuhkan recovery system reverse osmosis Jakarta: Mentri Pendayagunan Aparatur
yang lebih agar laju alir bahan baku reverse Negara dan Reformasi Birokrasi
osmosis dapat masuk kedalam system reverse Republik Indonesia.
osmosis secara efisien. Recovery reverse Tambunan, R. M. (2013). Pedoman
osmosis system yang lebih tinggi akan Penyusunan Standard Operating
membantu menghasilkan RO permeate yang
Procedures (SOP). Jakarta: Maistas
tinggi sehingga aliran RO concentrate yang
Publishing.
terbuang lebih sedikit. Recovery pada reverse
Anonim: Peraturan Menteri Kesehatan
osmosis untuk dapat mengefisiensikan laju alur
Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang
bahan baku diharuskan mendapati RO Permeate
syarat-syarat dan pengawasan kualitas
75 % dan keluaran RO Concentrate 25 % maka
air minum
pada setinggan tersebut pada reverse osmosis di
Bergman, R.A. 2005. Membrane Processes.
targetkan dapat mengurangi laju alir bahan baku
mengacu pada nilai standar operasi reverse In : Water treatment plant Design, 4Th
osmosis yang telah ditentukan oleh PT. X. edition. New York, McGraw-Hill.
Jurnal Teknik Universitas Jayabaya |6

Said, Nusa Idaman. (2009). Uji kinerja


pengolahan air siap minum dengan
proses biofiltrasi , Ultrafiltrasi da n
Reverse Osmosis (RO) dengan air baku
air sungai. Jakarta :Pusat Teknologi
lingkungan BPPT Teknologi
Widiasa,I.N., Wenten, I.G., (2008),
Pengaruh Perlakuan pH Umpan dan
Recovery Factor Terhadap Fluks dan
Karakteristik Permeat Reverseosmosis
Air Tawar.
Widayat, Wahyu , (2007), Aplikasi Teknolgi
Pengolahan Air asin Desa tarupa
kecamatan taka bonerate Kabupaten
selayar. Jakarta : Pusat Teknologi
lingkungan BPPT Teknologi

Anda mungkin juga menyukai