Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KELOMPOK SOSIOLOGI DAN POLITIK

FAKTOR-FAKTOR DALAM STRUKTUR SOSIAL

DOSEN PENGAMPU: Adv. NINING YURISTA PRAWITASARI, S.H., M.H., C,Pht

DISUSUN OLEH:

HARDHIKA SORMIN : 2021103135


TIO WIBISONO : 2021103146

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MULIA PRATAMA


T.A GENAP 2021/2022
Definisi Struktur Sosial Menurut Ahli;
Ø Koentjaraningrat
Menurut Koentjaraningrat, pengertian struktur sosial adalah kerangka yang dapat menggambarkan kaitan berbagai unsur dalam
masyarakat.
Ø Soerjono Soekanto
Struktur sosial menurut Soerjono Soekanto adalah hubungan timbal balik antar posisi-posisi sosial dan peranan-peranan sosial
yang dimiliki oleh masing-masing individu atau kelompok dalam struktur tersebut.
Ø Abdulsyani
Hampir sama dengan pengertian Soerjono Soekanto, struktur sosial menurut Abdulsyani adalah tatanan sosial dalam kehidupan
masyarakat yang mengandung hubungan timbal balik antara status beserta peranannya dan batas-batas perangkat unsur sosial.
Hubungan ini menunjuk pada suatu keteraturan perilaku sehingga bisa membentuk suatu masyarakat.
Ø Talcott Parsons
Parson mendefinisikan struktur sosial sebagai aspek yang relatif lebih statis daripada aspek fungsional dalam suatu sistem
sosial.
Ø James M. Henslin
Struktur sosial merupakan pola khas suatu kelompok, seperti hubungan antarindividu, individu dengan kelompok, serta
antarkelompok.

Berdasarkan definisi para ahli, dapat disimpulkan bahwa struktur sosial berkaitan dengan hubungan antarlembaga sosial yang
membentuk kesatuan sistem sosial guna mengatur pola perilaku masyarakat.
STRUKTUR SOSIAL

(1) Keterampilan teknologis


Yakni keterampilan dalam mengembangkan teknologi modern-canggih, berdasarkan pengetahuan dalam bidang
sains. Sebuah revolusi teknologi akan mempengaruhi ekonomi yakni peningkatan produksi dan konsumsi, yang
pada akhirnya berpengaruh terhadap kebudayaan/gaya hidup dan berpengaruh pula pada kehidupan politik.
Untuk lebih jelasnya kita lihat penjelasan berikut:

• Kemajuan teknologi dan transformasi struktur sosial-ekonomi


Revolusi teknologi berkorelasi positif dengan revolusi ekonomi dan revolusi kebudayaan. Meskipun revolusi
teknologi memiliki dampak positif seperti peningkatan produksi dan konsumsi, mengatasi kemiskinan dan
menciptakan kemakmuran, ia juga memiliki efek negative seperti menimbulkan jurang kemakmuran antara
bangsa industri maju dengan bangsa terbelekang. Di Negara industri maju pun terdapat perbedaan yang
mencolok antara kelas sosial yang satu dengan kelas sosial yang lain.
• Kemajuan teknologi dan pembangunan kultural
Dampak positif kemajuan teknologi terhadap kebudayaan adalah;
1. Manusia menikmati waktu senggang lebih banyak, karena pekerjaan-pekerjaan tertentu akan ditangani oleh mesin
yang beroperasi secara otomatis.
2. Pemenuhan kebutuhan fisik dasar (sandang, pangan dan papan) tidak menguras waktu, energi, fisik dan mental.
Sehingga manusia lebih leluasa untuk mengembangkan minat dibidang Pendidikan dan kebudayaan.
3. Kemajuan teknologi menghasilkan metode-metode baru untuk memperkaya kebudayaan, seperti penemuan mesin
cetak, Kompas dan media massa modern. Hal ini memperluas pemahaman lintas budaya dan menjelajahi belahan
dunia lain.
4. Penyebarluasan ide, gagasan, pikiran, nilai-nilai dan pengalaman kultural dari bangsa-bangsa lain, sehingga
manusia dapat saling belajar untuk membangun cara hidup yang lebih baik dan lebih manusiawi.
• Teknologi dan pengaruhnya terhadap kehidupan politik
Beberapa dampak positif teknologi terhadap kehidupan politik adalah;
1. Kemajuan teknologi dan pengurangan antagonisme, kemajuan teknologi tidak dengan sendirinya mengatasi
persoalan ketidakadilan. Tapi ia dapat mengurangi antagonisme sosial karena dengan teknologi suatu masyarakat
dapat memakmurkan hidup warganya secara lebih merata.
2. Pengembangan sikap saling mengerti diantara berbagai kelompok manusia. Teknologi meningkatkan taraf kultural
manusia, karena memicu kemunculan ide-ide baru, teknologi yang lebih canggih untuk memudahkan pekerjaan
manusia. Meskipun demikian terdapat juga sisi negatif dari pengaruh teknologi terhadap pengembangan
pemahaman manusia. Mari kita lihat table berikut ini:

3. Peningkatan kekuasaan politik dipihak penguasa, terdapat dua pandangan yang berbeda. Menurut kaum
Marxis kemajuan teknologi melemahkan kekuasaan politik Negara, sedangkan menurut kaum Liberal
Kapitalis/Barat kemajuan teknologi meningkatkan kekuasaan politik negaranya terhadap warganya. Kita lihat
kelemahan dan kekuatan kekuasaan Negara dengan pengaruh teknologi berikut ini:
(1) Lembaga-lembaga sosial
Manusia dan masyarakat membutuhkan lembaga-lembaga karena tidak bisa memenuhi kebutuhannya oleh orang
perorang.

• Pengertian umum Lembaga


Lembaga adalah pola perilaku manusia yang mapan, memiliki struktur dan memiliki kerangka nilai yang relevan.
Terdapat dua unsur; (1) Unsur struktural yakni sistem hubungan yang diatur lembaga, bersifat teratur dan stabil,
(2) Unsur keyakinan yakni pandangan hidup, sistem nilai, keyakinan, cita-cita lembaga yang mapan. Contohnya
lembaga politik yang memiliki kekuasaan politik apabila mewujudkan nilai-nilai tertinggi yang dicita-citakan
masyarakat. Kekuasaan menjadi absah apabila masyarakat dengan senang hati menjalankan kebijakan lembaga
politik. Kekuasaan menjadi tidak absah apabila dilawan masyarakat dari segala arah. Keabsahan kekuasaan
didapatkan dari konsensus; kesepakatan bersama berdasarkan prosedur-prosedur yang demokratis.

Menurut Duverger (Sosiologi Politik, 1982) terdapat dua jenis lembaga; (1) Institusi yakni lembaga model
struktural, sistem hubungan antar manusia seperti ekonomi, politik, hukum dan lain-lain. (2) Organisasi yakni
lembaga model formal teknis dan material seperti perlemen, kantor, asosiasi dan lain-lain.

• Tempat individu dalam lembaga sosial


Yakni status dan peranan. Lembaga-lembaga sosial memberikan manusia status dan peranan. Status adalah
kedudukan sosial akibat hubungan-hubungan sosial tertentu. Peranan adalah tingkah laku yang diharapkan akibat
status tertentu.
• Jenis-jenis lembaga sosial dilihat dari cara pembentukannya;
(1) Terjadi secara otomatis (institution by pure fact). Proses terjadinya tidak sengaja, akibat permainan kekuatan dan
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam masyarakat seperti kelas sosial, tingkat pendapatan. (2) Dibentuk dengan
sengaja (institutions by design). Lembaga-lembaga normatif dibangun berdasarkan norma-norma tertentu,
memiliki undang-undang peraturan yang harus dipatuhi anggotanya. Orang terikat oleh kewajiban, legal, moral,
sosial tertentu yang bersifat sukarela dan dengan kesadaran.

Lembaga normatif ini dibedakan menjadi tiga jenis; (1) Berdasarkan hukum memiliki nilai acuan; kebaikan
umum, ketertiban sosial, kepentingan semua orang dan keadilan. Nilai-nilai ini muncul dalam bentuk peraturan,
keputusan yang dibuat pemerintah. (2) Berdasarkan moral memiliki nilai acuan dari yang baik dan yang buruk.
(3) Berdasarkan kebiasaan memiliki nilai acuan dari apa yang dibuat dan apa yang tidak dibuat oleh individu-
individu dengan kontrak yang disahkan oleh hukum/pemerintah.

Hukum, moral dan kebiasaan-kebiasaan sosial tidak terpisah dari eksistensi sebuah lembaga. Pada umumnya
mereka saling tumpang tindih bahkan terjadi konflik diantara mereka. Konflik antara hukum dan moral seringkali
terjadi dalam hierarki, moral berstatus lebih tinggi ketimbang hukum. Dari sudut etika, norma moral merupakan
norma yang paling penting dalam kehidupan manusia. Konflik juga terjadi antara prinsip-prinsip moral dan
kebiasaan-kebiasaan sosial.
• Ketahanan lembaga-lembaga social
Lembaga Sosial disebut juga inersia sosial. Salah satu ciri otonomi lembaga adalah dia tetap bertahan hidup
meskipun pendiri faktor-faktor yang menghasilkan mereka telah punah atau lenyap. Inilah yang disebut
Persistensi lembaga. Inersia sosial artinya sifat menentang perubahan yang terdapat pada lembaga-lembaga
sosial (pro status quo). Contohnya, masih dipertahankannya struktur kekaisaran Romawi kuno oleh gereja
Katolik, kembali pada sistem pemerintahan nagari di Sumbar. Masih eksisnya 3 partai Orde Baru dengan
berbagai reformasi struktur dan visinya. Persistensi lembaga bisa menimbulkan antagonisme politik jika tidak
diterima masyarakat dan bisa menciptakan integrasi politik jika diterima oleh masyarakat.

• Lembaga-lembaga politik adalah lembaga yang mengurusi kekuasaan seperti, organisasi, pengalihan, pelaksanaan,
legitimasi dan sebagainya. Lembaga politik berbentuk rezim politik, ada 3 klasifikasi lembaga politik:

• Lembaga-lembaga politik dan struktur tekno-ekonomik.


Sistem politik menentukan kegiatan ekonomi, karena kegiatan-kegiatan ekonomi membutuhkan keputusan-
keputusan politik. Sebaliknya kegiatan-kegiatan ekonomi dan hasil-hasilnya dapat mempengaruhi kebijakan
politik.
Kebudayaan: Kebudayaan ialah unsur-unsur yang khas dari suatu masyarakat. Kebudayaan dibagi dua; Pertama, elemen spiritual
dan psikologis seperti keyakinan, ideology, mitos. Kedua, elemen material seperti teknologi dan lembaga-lembaga sosial.
• Pengaruh keyakinan terhadap kehidupan politik
Ideologi dan mitos mencerminkan sistem nilai yang dianut dalam suatu komunitas. Ia dapat berperan sebagai pencetus
maupun pencegah ketegangan-ketegangan sosial, konflik politik ataupun memperkuat integrasi sosial. Ideologi menentukan
tipe legitimasi apakah monarki, demokrasi komunis atau yang lainnya. Tipe legitimasi disesuaikan dengan ide-ide/keyakinan
umum yang dianut rakyat. Apabila tidak sesuai dengan keinginan rakyat maka penguasa menjadi keras dan otoriter. Situasi ini
bisa membangkitkan masyarakat untuk melakukan revolusioner.

• Entitas kultural dan pengaruhnya terhadap politik


Entitas kultural adalah semua unsur yang membentuk kebudayaan seperti setiap periode sejarah, pendidikan yang membentuk
keyakinan kolektif, citra, dan sikap masyarakat termasuk juga lokasi geografis. Pada setiap periode sejarah terdapat
perbedaan perkembangan masyarakat misalnya, perubahan struktur masyarakat suku menjadi desa menjadi kota dan menjadi
kota metropolitan. Perubahan tersbut dipengaruhi kelompok sosial dan organisasi politik paling kuat. Perbedaan tradisi
menyebabkan perbedaan partai, meskipun sama-sama Golkar terdapat perbedaan kegiatan NU di Sumbar dengan NU di Jawa
Tengah. Perbedaan kultural menyebablan perbedaan tipe demokrasi. Demokrasi di AS berbeda dengan demokrasi di
Indonesia. (Raga Margan, Rafael.2001).

Anda mungkin juga menyukai