Anda di halaman 1dari 45

Skill Lab Penelusuran

Referensi dan Berpikir Kritis


drg. Selviana Rizky Pramitha & drg. Erika Norfitriah

Fakultas Kedokteran Gigi ULM Tahun Ajaran 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya, Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Critical Thinking dan Penelusuran Referensi ini
dapat terselesaikan. Penulisan buku ini diharapkan mendukung peningkatan kemampuan belajar
mahasiswa untuk pemecahan masalah secara efektif, di masyarakat secara umum dan di bidang
kedokteran gigi secara khusus, melalui penelusuran referensi yang relevan dan analisis referensi
secara kritis.
Kemampuan berpikir kritis merupakan elemen penting dalam pendidikan kedokteran gigi
yang menunjukkan keterhubungan dengan penatalaksanaan pasien. Mahasiswa secara mandiri
akan bertanggung jawab dalam penentuan diagnosis dan penatalaksanaan pasien. Pengambilan
keputusan baik dalam konteks pembelajaran praklinik maupun praktik klinis merupakan hasil dari
kualitas berpikir individu, oleh karena itu penting bagi institusi pendidikan dokter gigi untuk
menanamkan kesadaran pada mahasiswa terkait koreksi terhadap diri sendiri (self-correction) dan
monitoring rasionalitas berpikir serta refleksivitas mahasiswa terhadap suatu isu.
Penyusunan Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Critical Thinking dan Penelusuruan Referensi
ini tentunya masih jauh dari sempurna, baik dalam konteks maupun konten. Kritik dan saran dari
pengguna sangat diharapkan untuk perbaikan ke depan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi
dalam penyelesaian buku pentunjuk skill lab ini, semoga Tuhan Yang Maha Esa membalaskan
kebaikan semua pihak. Kami berharap buku petunjuk skill lab ini dapat bermanfaat bagi
peningkatan kemampuan belajar mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung
Mangkurat sehingga dapat turut serta dalam menciptakan pelayanan kesehatan gigi mulut yang
komprehensif dan inklusif.

Banjarmasin, 12 Agustus 2021

Tim Penyusun

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 1


DAFTAR ISI ................................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ........................................................................................................................... 3
B. Tujuan Instruksional................................................................................................................... 4
BAB II BERPIKIR KRITIS ............................................................................................................ 5
A. Pengertian Berpikir Kritis .......................................................................................................... 5
B. Komponen Berpikir Kritis.......................................................................................................... 6
C. Model Berpikir Kritis ................................................................................................................. 8
D. Langkah-Langkah Berpikir Kritis ............................................................................................ 18
E. Strategi Berpikir Kritis ............................................................................................................. 19
F. Hambatan .................................................................................................................................. 20
BAB III PENELUSURAN REFERENSI ..................................................................................... 23
A. Definisi ..................................................................................................................................... 23
B. Macam-Macam Referensi… .................................................................................................... 27
C. Strategi Penelusuran Referensi…..............................................................................................31
D. Seleksi Referensi Ilmiah .......................................................................................................... 31
E. Kontrol Kualitas Pemilihan Referensi ...................................................................................... 32
BAB IV LEMBAR KERJA .......................................................................................................... 39
BAB V PENUTUP ....................................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 41
LAMPIRAN .................................................................................................................................. 44

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan kedokteran gigi dikembangkan berdasarkan asas akademik-profesional, dimana
pengetahuan menjadi salah satu unsur kompetensi profesi (Konsil Kedokteran Indonesia, 2015).
Pengetahuan didapat dalam bentuk pemahaman teoritis maupun praktikal terkait lingkup
kedokteran gigi untuk pengambilan keputusan klinis (Oxford Languages, 2020; Ghoneim et. al.,
2020). Proses pengambilan keputusan seringkali lebih bersifat kompleks yang meliputi
pengumpulan dan evaluasi informasi klinis hingga didapat rumusan berbagai alternatif perawatan
penyakit (Ghoneim et. al., 2020). Oleh karena itu, kemampuan untuk berpikir dan
mengembangkan pengetahuan tersebut secara efektiflah yang menjadi komponen penting
tercapainya pelayanan kesehatan yang baik (Lunney, 2009).
Kemampuan berpikir dan mengembangkan informasi telah ada dalam diri setiap individu dan
dikenal dengan istilah gaya berpikir (Zhang, 2003). Konsep ini merujuk pada kecenderungan
penggunaan suatu gaya berpikir yang dimiliki untuk mengelola informasi yang akan mengarahkan
tindakan individu dalam aktivitas sehari-hari (Zhang, 2002). Sternberg (1988, 1997) membagi
gaya berpikir menjadi tiga kategori yaitu Tipe 1 (memicu kreativitas dan memerlukan
kompleksitas kognitif yang lebih tinggi), Tipe 2 (penyesuaian terhadap norma dan memerlukan
kompleksitas kognitif yang lebih rendah) dan Tipe 3 (meliputi karakteristik tipe 1 dan 2 sesuai
dengan tuntutan tugas yang dikerjakan). Gaya berpikir tersebut akan berbeda pada tiap individu
sehingga diperlukan disposisi berpikir kritis untuk meningkatkan kemampuan pengambilan
keputusan dan strategi pemecahan masalah (Rostami et. al., 2018).
Berpikir kritis cenderung merupakan suatu cara berpikir manual dibandingkan otomatik
(Kallet, 2014). Hal ini berarti adanya suatu langkah-langkah praktikal tentang bagaimana individu
berpikir mengenai suatu permasalahan. National Council for Excellence in Critical Thinking
mendefinisikan berpikir kritis sebagai suatu proses intelektual disiplin dari konseptualisasi,
aplikasi, analisis, sintesis, dan/atau evaluasi yang aktif dan terampil mengenai suatu informasi
yang dikumpulkan, atau didapat dari, observasi, pengalaman, refleksi, reasoning, atau komunikasi,
sebagai acuan dari keyakinan dan aksi (Richards, 2015). Dalam proses tersebut, langkah
pengumpulan informasi yang relevan terkait suatu permasalahan akan memungkinkan individu

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 3
dalam mempertanyakan kebenaran dan nantinya memperkuat analisis yang dibuat serta menelaah
suatu permasalahan pada perspektif yang lebih luas (Richards, 2015; Changwong et. al., 2018).
Ketrampilan penelusuran informasi dalam proses berpikir kritis sangat diperlukan untuk
merefleksikan, menganalisis, mengkritisi, reasoning, dan mengevaluasi sesuatu (Changwong et.
al., 2018). Ketrampilan ini meliputi pengumpulan semua informasi yang ada terkait suatu masalah
yang mencakup pengumpulan data primer dan data sekunder untuk nantinya dikompilasi menjadi
suatu data yang komprehensif (Richards, 2015). Ketrampilan ini dapat mendukung aspek literasi
informasi yang menjadi bagian dari Kedokteran Gigi Berbasis Bukti (Evidence-Based Dentistry)
dimana individu diharapkan mampu memanfaatkan informasi yang ada dengan berbagai cara
(Lloyd et. al., 2010). Pemanfaatan informasi tersebut diharapkan dapat mendukung proses
pembelajaran maupun mempraktikan informasi untuk dan meningkatkan kesehatan pasien (Lloyd
et. al., 2010; Behar-Horenstein, 2018; Ghoneim et. al., 2020). Berdasarkan latar belakang di atas,
Skill Lab Blok 1 Critical Thinking dan Penelusuran Referensi diberikan pada mahasiswa tahun
pertama FKG ULM untuk mendukung mahasiswa memenuhi rasa keingintahuannya selama
pendidikan di jenjang sarjana dan merumuskan penatalaksanaan pasien yang efektif berbasis bukti
saat pendidikan di jenjang profesi.

B. Tujuan Instruksional
Secara umum, mahasiswa diharapkan mampu menerapkan pemikiran logis, kritis,
sistematis, dan inovatif dalam konteks pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan
teknologi yang yang sesuai dengan bidang keahliannya.
Secara khusus, mahasiwa diharapkan:
1) Mampu menjelaskan konsep pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif, dan
2) Mampu menjelaskan konsep penelusuran referensi untuk pengembangan atau implementasi
ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan bidang keahliannya.

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 4
BAB II
BERPIKIR KRITIS

A. Pengertian Berpikir Kritis


Istilah critical thinking atau berpikir kritis secara epistemologi/teori terdiri dari dua kata
yaitu critical dan thinking, dimana critical berasal dari bahasa yunani kriticos yang berarti
pandangan yang disadari dan kriterion yang berarti standar (Cahyono & Indah, 2012; Karakoc,
2016). Sementara itu, thinking didefinisikan sebagai suatu aksi dari pikiran seseorang yang
menghasilkan keterhubungan ide dengan tujuan untuk dapat menghasilkan suatu kesimpulan
(Merriam-Webster, 2020). Kedua kata tersebut merujuk pada pengembangan sudut pandang yang
didapat melalui proses terstandarisasi. Berbagai definisi kemudian disusun guna meningkatkan
kesadaran individu tentang pentingnya pengembangan berpikir kritis sebagai suatu ketrampilan
dan disposisi (Lai, 2011; Cahyono & Indah, 2012; Oxford Languages, 2020).
Berpikir kritis sebagai suatu ketrampilan merupakan satu set kemampuan berpikir tingkat
tinggi (higher order thinking) yang memerlukan pertimbangan, interpretasi, analisis dan sintesis
yang diaplikasikan secara dinamis tergantung konteks permasalahan (Nieto & Saiz, 2011; Enciso
et. al., 2017). Sebagai contoh, berhitung bukan merupakan ketrampilan berpikir tingkat tinggi
karena meliputi aplikasi rutin dari peraturan yang telah ada dan kecil kemungkinan
mempertimbangkan konteks atau variabel lain yang dapat mempengaruhi hasil. Lain halnya
dengan memilih di antara dua sumber informasi untuk mengetahui informasi mana yang lebih
meyakinkan, karena perlu mempertimbangkan variabel yang mempengaruhi kredibilitas dan
variabel ini bersifat multidimensional tergantung konteks yang dihadapi (Nieto & Saiz, 2011).
Seorang individu yang memiliki ketrampilan berpikir kritis akan mampu berpikir untuk dirinya
sendiri, mempertanyakan premis/hipotesis, menganalisis dan mensistesis suatu kejadian, untuk
dapat mengembangkan suatu hipotesis baru dan mengujinya kepada fakta yang ada (Karakoc,
2016).
Sebagai suatu disposisi, berpikir kritis didefinisikan sebagai motivasi internal seseorang
yang secara konsisten untuk berperilaku kritis terhadap, atau untuk merespon secara kritis,
seseorang, peristiwa, keadaan sebagai kebiasaan yang masih memiliki potensi untuk dipengaruhi
(Broadbear et. al., 2005; Sendag et. al., 2015; Enciso et. al., 2017). Ada berbagai respon emosional
yang ditunjukkan seseorang ketika dihadapkan pada pertanyaan sulit dimana beberapa diantaranya

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 5
akan antusias terhadap kesempatan mengeksplorasi suatu topik baru sedangkan yang lain akan
ragu-ragu terhadap tantangan tersebut. Beberapa orang secara sadar mengakui kurangnya
pengetahuan akan suatu topik dan mengajukan pertanyaan agar dapat memahami dengan lebih
baik. Mereka mungkin berusaha lebih keras untuk mendapatkan klarifikasi dari suatu topik
sementara beberapa orang mempertimbangkan bagaimana cara mendapatkan nilai yang baik
dengan usaha yang minimal (Broadbear et. al., 2005). Oleh karena itu, kemampuan berpikir kritis
tidak hanya didefinisikan sebagai suatu ketrampilan tetapi juga keinginan yang mendasari perilaku
seseorang dalam mengatasi suatu masalah (Broadbear et. al., 2005; Nieto & Saiz, 2011).

B. Komponen Berpikir Kritis


Berpikir kritis memiliki peran fundamental dalam berbagai bidang dan domain
pengetahuan, serta pada semua aspek kehidupan dimana manusia berkembang, seperti pekerjaan,
pendidikan, keluarga, dan masyarakat (Enciso et. al., 2017). Dalam bidang kedokteran gigi
berbasis bukti (Evidence-Based Dentistry), berpikir kritis menjadi ketrampilan yang digunakan
untuk mengevaluasi semua informasi yang didapat dari penelitian, kerangka teoritis referensi,
pengalaman, tujuan akhir pasien, dan informasi evaluasi pasien untuk membuat keputusan klinis
(Bortone, 2007). Ketrampilan ini bersifat kompleks karena bukan merupakan gaya berpikir yang
dilakukan secara otomatis akan tetapi cenderung berupa tindakan yang dilakukan secara sadar,
sehingga teori tindakan manusia menjabarkan bahwa terdapat tiga komponen yang mendukung
seseorang berpikir secara kritis, yaitu diposisi, pengetahuan, dan ketrampilan (Broadbear et. al.,
2005; Formichelli, 2009; Lai, 2011; Nieto & Saiz, 2011; Kallet, 2014; Sendag et. al., 2015).
Disposisi berpikir kritis. Disposisi berpikir kritis mewakili dimensi afektif dari berpikir
dan membentuk rutinitas cara berpikir seseorang sebagai respon terhadap peristiwa, konteks,
keadaan yang terjadi dalam hidup. Sejumlah disposisi berpikir kritis telah digunakan untuk
penelitian yang tertuang dalam California Critical Thinking Disposition Inventories (CCTDI),
antara lain (Broadbear et. al., 2005; Lai, 2011):
a. Truth-seeking, keberanian untuk mendapatkan informasi terbaik meskipun pengetahuan
tersebut tidak mendukung pemikiran, keyakinan atau ketertarikan personal.
b. Open-mindedness, toleransi terhadap berbagai sudut pandang, memonitor diri akan
kemungkinan terjadinya bias.

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 6
c. Inquisitiveness, ingin tahu dan tertarik untuk mendapatkan pengetahuan dan mempelajari
penjelasan meskipun aplikasi pengetahuan tersebut tidak terhubung secara jelas.
d. Analyticity, menginginkan aplikasi alasan dan bukti, serta peringatan akan adanya
permasalahan yang perlu diantisipasi.
e. Systematicity, menghargai keteraturan, fokus dan ketelitian untuk pendekatan
permasalahan dari berbagai level kompleksitas.
f. Critical Thinking Self-Confidence, mempercayai kemampuan berpikir kritis seseorang dan
menilai orang lain sebagai pemikir yang baik.
g. Cognitive Maturity, kecermatan dalam membuat, menunda, atau merevisi pertimbangan,
kesadaran terhadap adanya berbagai solusi yang dapat diterima, serta perlunya menetapkan
kesimpulan walaupun dengan ketiadaan pengetahuan yang menyeluruh.
Pengetahuan dasar. Kualitas berpikir kritis tidak selalu sama meskipun seseorang
memiliki disposisi dan ketrampilan untuk berpikir kritis (Enciso et. al., 2017). Hal ini
dikarenakan pengetahuan terkait bidang spesifik sangat diperlukan sebagai landasan untuk
mengidentifikasi dan mengevaluasi suatu permasalahan di bidang tertentu. Pemahaman
mengenai metode prinsipal dan kompetensi pada praktik yang mengikuti norma keahlian
menjadi inti dari pertimbangan yang masuk akal untuk pemecahan masalah di bidang tersebut
(Lai, 2011). Sebagai contoh, seorang dokter gigi dapat menganalisis penyebab dan
mengevaluasi bagaimana permasalahan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan tubuh,
akan tetapi mungkin memiliki keterbatasan dalam menentukan solusi untuk manajemen limbah
medis yang dapat mempengaruhi perubahan iklim (Enciso et. al., 2017; Duane et. al., 2019).
Ketrampilan berpikir kritis. Ketrampilan adalah istilah yang merujuk pada tingkat
performa dalam lingkup akurasi dan kecepatan dalam melakukan suatu tugas tertentu
(Winterton et al, 2006). Ketrampilan berpikir kritis meliputi beberapa fungsi mental untuk
mendapatkan, mempertahankan dan menggunakan pengetahun dengan memanfaatkan
persepsi, pembelajaran, memori dan berpikir (Khilstrom, 2008). Ennis (2000) dalam Amalia
& Pujiastuti (2016) menyebutkan bahwa pemikir kritis idealnya mempunyai 12 kemampuan
berpikir kritis yang dikelompokkan menjadi 5 aspek kemampuan berpikir kritis, antara lain:
1) Klarifikasi Dasar/Elementary clarification, meliputi:
a. Fokus pada pertanyaan (dapat mengidentifikasi pertanyaan/masalah, dapat
mengidentifikasi jawaban yang mungkin, dan apa yang dipikirkan tidak keluar dari

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 7
masalah itu). Menganalisis pendapat (dapat mengidentifikasi kesimpulan dari
masalah itu, dapat mengidentifikasi alasan, dapat menangani hal-hal yang tidak
relevan dengan masalah itu).
b. Berusaha mengklarifikasi suatu penjelasan melalui tanya jawab.
2) Dasar pengambilan keputusan/Basis for Decision yang meliputi:
a. Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak.
b. Mengamati dan mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi.
3) Penarikan Kesimpulan/Inference yang meliputi:
a. Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi.
b. Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi.
c. Membuat dan menentukan pertimbangan nilai.
4) Klarifikasi Lanjut/ Advanced Clarification yang meliputi:
a. Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi tersebut.
b. Mengidentifikasi asumsi.
5) Perkiraan dan Integrasi/Supposition and Integration yang meliputi:
a. Mempertimbangkan alasan atau asumsi-asumsi yang diragukan tanpa
menyertakannya dalam anggapan pemikiran kita.
b. Menggabungkan kemampuan dan karakter yang lain dalam penentuan keputusan.

C. Model Berpikir Kritis


Model berpikir kritis adalah struktur konseptual yang terdiri dari ide, informasi, dan prinsip
yang membantu individu mengembangkan kemampuan berpikir kritis (Cambridge Dictionary,
2020). Suatu model berpikir dapat menghasilkan suatu kerangka kerja yang bisa diaplikasikan
pada berbagai subjek sehingga proses berpikir dapat terstruktur dengan baik (Beyer, 1988).
Meskipun model berpikir kritis yang dikembangkan belum menunjukkan hasil yang konsisten,
sejumlah model menunjukkan konsep yang tumpang tindih untuk dapat diaplikasikan dalam
pendidikan (Fahim & Eslamdoost, 2014). Oleh karena itu, dua model berpikir kritis yang
dilampirkan pada subtopik ini terdiri model yang meliputi proses berkelanjutan dari kemampuan
yang diperlukan untuk berpikir kritis dan model yang melibatkan ketiga komponen berpikir kritis
yang dijabarkan pada subtopik sebelumnya (Raltston & Bays, 2013; Adams, 2015).

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 8
1. Bloom’s Taxonomy
Taksonomi Bloom adalah model pengembangan interdisiplin untuk mengembangkan
kemampuan bernalar tingkat tinggi pada pelajar yang meliputi enam ketrampilan kognitif
kompleks yaitu mengingat (remembering), memahami (understanding), mengaplikasikan
(applying), menganalisis (analyzing), mengevaluasi (evaluating), dan membuat (creating)
(Krathworl, 2002; Adams, 2015; Zapalska et al., 2018).

Gambar 1. Piramida Taksonomi Bloom

Remember. Mengenali dan mengingat kembali pengetahuan yang sudah diingat.


Mengingat adalah ketika ingatan digunakan untuk mendapatkan definisi, fakta, atau susunan,
atau untuk menyampaikan kembali informasi yang telah dipelajari.
Understand. Membuat arti dari berbagai macam fungsi yang tertulis atau dari grafik atau
aktivitas seperti menginterpretasi, memberikan contoh, mengklasifikasikan, merangkum,
membuat inferensi, membandingkan atau menjelaskan.
Apply. Melakukan atau menggunakan suatu prosedur untuk eksekusi atau implementasi.
Pengaplikasian berhubungan atau merujuk pada suatu situasi dimana bahan yang telah
dipelajari digunakan melalui produk seperti model, presentasi, wawancara atau simulasi.

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 9
Gambar 2. Aplikasi Level Taksonomi Bloom pada Pendidikan Tinggi

Analyze. Memecah bahan atau konsep menjadi beberapa bagian, menentukan bagaimana
tiap bagian berhubungan dengan satu sama lain, atau bagaimana suatu bagian berhubungan
dengan keseluruhan stuktur dan tujuan. Aksi mental meliputi membedakan,
mengorganisasikan, dan menandai serta dapat membandingkan antara komponen dan bagian.
Ketika seseorang menganlisis, dia dapat mengilustrasikan fungsi mental ini dengan membuat
lembar penjabaran, survei, diagram, atau representasi grafik.
Evaluate. Membuat pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar melalui pengecekan dan
kritisi. Kritik, rekomendasi, dan laporan adalah beberapa produk yang dapat dibuat untuk
mendemonstrasikan proses evaluasi. Pada taksonomi yang baru, evaluasi adalah tingkat
sebelum pembuatan (creating) karena merupakan bagian perilaku syarat sebelum seseorang
membuat sesuatu.
Create. Meletakkan seluruh elemen untuk membentuk kesatuan yang koheren atau
fungsional; mengorganisasikan ulang elemen menjadi pola baru melalui pemicuan,
perencanaan, atau produksi. Membuat memerlukan pengguna untuk membuat seluruh bagian
bersama dengan cara baru, atau sintesis bagian menjadi sesuatu yang baru dan berbeda
membentuk produk atau bentuk baru. Proses ini merupakan fungsi mental yang paling sulit
dari taksonomi baru.
Athanassiou et. al. (2003) menyampaikan bahwa taksonomi Bloom memiliki nilai yang
dapat membantu pelajar meningkatkan kontrol pembelajaran mereka dan memahami perilaku-
perilaku yang mendasari berpikir kritis. Taksonomi tersebut dapat digunakan sebagai alat
perancang yang mendukung metakognisi dimana pelajar dipicu untuk belajar dari diri sendiri.
Adams (2015) menyampaikan bahwa terdapat tiga level kognisi pada taksonomi Bloom
yang berperan dalam proses berpikir kritis, yaitu: Analisis, Sintesis dan Evaluasi atau pada
Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 10
taksonomi yang telah direvisi menjadi Analisis, Evaluasi dan Kreasi. Akan tetapi, untuk dapat
melakukan evaluasi seseorang harus memiliki pengetahuan/ingatan dan
komprehensi/pemahaman. Sebagai contoh, jika seseorang hendak melakukan critical
appraisal dari literatur medis (evaluasi), seseorang harus memiliki pengetahuan dan
komprehensi tentang berbagai desain penelitian, mengaplikasikan pengetahuan tersebut pada
penelitian spesifik yang telah dipublikasi untuk mengenali desain penelitian yang digunakan,
dan menganalisisnya untuk mengidentifikasi berbagai komponen validitas seperti blinding
dan randomisasi.

2. Paul-Elder
Kerangka kerja berpikir kritis Paul-Elder adalah struktur formal yang dapat diaplikasikan
pada berbagai bidang ilmu karena bersifat netral. Kerangka kerja Paul-Elder menggambarkan
proses berpikir kritis dengan mengaplikasikan Standar Intelektual Universal untuk evaluasi
Elemen Berpikir dengan tujuan mengembangkan Karakter Intelektual Esensial pada individu
(Raltston & Bays, 2013).

Gambar 3. Kerangka Kerja Berpikir Kritis Paul-Elder


Standar Intelektual Universal adalah kriteria untuk menilai kualitas berpikir yang
digunakan sebagai panduan berpikir dengan lebih baik (Ralston & Bays, 2013). Seseorang

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 11
yang berpikir kritis secara rutin membuat pertanyaan yang meliputi standar intelektual
universal saat berpikir. Tujuan dari pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk menjadi
lebih spontan dalam berpikir, mengarahkan seseorang untuk membuat alasan yang lebih baik.
Standar berpikir tersebut terdiri dari beberapa aspek yang dapat diaplikasikan pada berbagai
kondisi kehidupan, antara lain:

a. Clarity/Kejelasan adalah gerbang standar dari berpikir kritis. Jika suatu pernyataan
tidak jelas, kita tidak dapat menentukan apakah pernyataan tersebut akurat atau relevan.
Untuk dapat mengidentifikasi pertanyaan tersebut secara adekuat, kita memerlukan
pemahaman mengenai apa yang dianggap masalah oleh penanya. Sebagai contoh, "Apa
yang bisa dilakukan untuk sistem pendidikan di Indonesia?" menjadi "Apa yang bisa
dilakukan tenaga pendidik untuk memastikan pelajar memiliki ketrampilan dan
kemampuan yang membantu mereka sukses pada pekerjaan dan pada pengambilan
keputusan sehari-hari?". Contoh pertanyaan yang berfokus pada kejelasan adalah:
1) Apakah anda dapat menjelaskan maksud poin tersebut?
2) Apakah anda dapat menyampaikannya dengan cara lain?
3) Apakah anda dapat memberikan ilustrasi
4) Apakah anda dapat memberikan contoh
5) Ijinkan saya menyampaikannya dengan kalimat saya dari apa yang sudah anda
sampaikan. Mohon utarakan jika informasi yang saya terima sudah benar dengan
maksud anda.
b. Accuracy/Ketepatan berarti mempresentasikan sesuatu sebagaimana sebenarnya.
Komunitas tidak jarang memberikan informasi yang tidak tepat dengan menggunakan
istilah "lebih dari", "kurang dari", atau memberikan pernyataan "air murni 100%"
sementara pada kenyataannya terdiri dari klorit dan timbal. Hal ini menunjukkan
ketidakakuratan. Oleh karena itu, pemikir yang baik akan memperhatikan suatu
pernyataan dengan teliti dan jika ada alasan dapat menyampaikan skeptisme yang sehat
untuk mendapatkan informasi yang tepat. Hal ini tidak hanya berlaku pada informasi
yang didapat tetapi juga sudut pandang yang ada pada diri sendiri. Contoh pertanyaan
yang berfokus pada ketepatan antara lain:
1) Apakah hal tersebut memang benar?
2) Bagaimana kita mengecek kebenaran informasi tersebut?
3) Bagaimana kita mengetahui bahwa hal tersebut memang benar?
c. Precision/Presisi berarti memberikan detail bagi seseorang memahami apa yang
dimaksud oleh pemberi informasi. Tingkat spesifisitas atau presisi disesuaikan dengan
apa yang diperlukan dalam suatu situasi. Sebagai contoh, seorang teman memiliki
masalah keuangan dan bertanya "Apa yang harus dilakukan pada situasi ini?". Pada
kasus ini, tanpa keterangan spesifik permasalahan yang dimaksud apa kita tidak dapat
menentukan pemecahan atas variabel-variabel yang mungkin terlibat sehingga
diperlukan informasi yang lebih detail. Contoh pertanyaan yang berfokus pada presisi
antara lain:

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 12
1) Apakah anda bisa memberi informasi yang lebih rinci?
2) Apakah anda bisa lebih spesifik?
d. Relevance/Relevansi berarti suatu pernyataan memiliki keterhubungan secara langsung
dan mempengaruhi permasalahan yang terjadi. Sesuatu dianggap relevan jika dapat
diaplikasikan pada permasalahan yang hendak dipecahkan. Dengan menganalisis apa
yang relevan akan membantu seseorang berpikir secara efektif. Contoh pertanyaan
yang berfokus pada relevansi antara lain:
1) Bagaimana ide ini berhubungan dengan pertanyaan tersebut?
2) Bagaimana pernyataan yang diajukan dapat mempengaruhi permasalahan yang
ada?
3) Bagaimana ide ini berhubungan dengan ide yang lain?
4) Bagaimana pertanyaan ini berhubungan dengan permasalahan yang kita hadapi?
e. Depth/Kedalaman meliputi cara berpikir mendalam mengenai suatu permasalahan,
mengidentifikasi kompleksitas dan mengantisipasinya dengan cara-cara yang
intelektual. Ketika kita berpikir secara mendalam akan ada pertanyaan yang sulit untuk
disampikan, namun akan lebih baik jika disampaikan berdasarkan masing-masing
kompleksitas aspek yang ada. Contoh pertanyaan yang berfokus pada kedalaman antara
lain:
1) Bagaimana jawaban yang diberikan mewakili kompleksitas pertanyaan?
2) Bagaimana anda mengantisipasi permasalahan yang muncul pada pertanyaan?
3) Bagaimana mengatasi faktor-faktor paling signifikan pada permasalahan tersebut?
f. Breadth/Keluasan meliputi cara berpikir yang mempertimbangkan seluruh sudut
pandang. Kecenderungan individu berpikir sempit diakibatkan karena keterbatasan
pendidikan, lingkungan sosial, keegoisan alami, pembodohan diri, dan kesombongan
intelektual. Ketika seseorang mau berempati pada sudut pandang orang lain dan
memahami sudut pandang tersebut, maka bisa dikatakan seseorang sudah berpikir
secara luas mengenai permasalahan yang ada. Contoh pertanyaan yang berfokus pada
keluasan antara lain:
1) Apakah kita perlu mempertimbangkan sudut pandang yang lain?
2) Apakah ada cara lain menginterpretasikan pertanyaan ini?
3) Bagaimana jika permasalahan ini dilihat dari sisi konservatif?
4) Bagaimana jika permasalahan ini dilihat dari sudut pandang .... ?
g. Logicalness/Kelogisan berarti kombinasi suatu pemikiran yang tertata dan mendukung
aspek satu dan yang lain dimana pemikiran tersebut masuk akal. Sebagai contoh, jika
hasil pemeriksaan darah seseorang menunjukkan gula darah yang tinggi kemudian
dokter menyarankan agar berhati-hati dalam mengonsumsi makanan akan tetapi ia
menyimpulkan bahwa makanan tidak menyebabkan gula darahnya naik. Hal ini
menunjukkan kesimpulan yang tidak logis. Contoh pertanyaan yang berfokus pada
kelogisan antara lain:
1) Apakah semua ini dapat diterima secara logis?

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 13
2) Apakah pernyataan ini masuk akal?
3) Apakah pernyataan ini berdasarkan dari apa yang anda sampaikan?
4) Apakah pernyataan ini juga didasari dengan bukti?
5) Mulanya anda mengatakan A kemudian merujuk pada B. Saya tidak dapat melihat
bagaimana kedua hal tersebut itu benar.
h. Significance/Signifikansi berarti berfokus pada informasi yang paling penting (yang
relevan terhadap suatu permasalahan) pada saat seseorang berpikir dan
mempertimbangkan ide atau konsep yang paling penting terhadap masalah tersebut.
Contoh pertanyaan yang berfokus pada signifikansi antara lain:
1) Apa informasi yang paling penting dari permasalahan yang dihadapi?
2) Bagaimana fakta tersebut penting dalam konteks permasalahan yang dihadapi?
3) Pertanyaan mana yang paling signifikan?
4) Ide atau konsep mana yang paling signifikan?
i. Fairness/Kesetaraan menuntut seseorang untuk menyadari distorsi dalam cara berpikir
seseorang untuk mencapai keuntungan pribadi. Ketika berpikir untuk mendapatkan
suatu kesimpulan, kita ingin memeriksa apakah asumsi yang kita gunakan berdasarkan
oleh fakta karena pada dasarnya tidak ada prasangka atau stereotipe yang dapat
dijustifikasi jika mempertimbangkan sifat alaminya (sebagai contoh generalisasi).
Contoh pertanyaan yang berfokus pada kesetaraan antara lain:
1) Apakah sudut pandang saya dijustifikasi oleh bukti?
2) Apakah saya sudah mempertimbangkan signifikansi bukti apda situasi yang terjadi?
3) Apakah asumsi tersebut terjustifikasi?
4) Apakah tujuan saya adil dibandingkan implikasi dari perilaku saya?
5) Apakah keuntungan saya mempengaruhi perilaku saya terhadap suatu
permasalahan?
6) Apakah saya menggunakan konsepnya secara adil atau justru untuk memanipulasi
seseorang demi keuntungan pribadi?

Elemen Berpikir membantu seseorang menganalisis adanya kekurangan dalam pola


berpikir dengan mempertimbangkan kepekaannya terhadap Standar Intelektual Universal.
Terdapat 8 (delapan) elemen berpikir, meliputi:

a. Purpose of the Thinking (Goal or End View). Ketika berpikir, seseorang bertujuan untuk
mendapatkan suatu hasil entah itu memuaskan keinginan atau memenuhi keperluan.
Sebagai pemikir, seseorang harus terbiasa menyatakan tujuan yang ingin dicapai dengan
jelas. Apabila gagal dalam menentukan tujuan, maka akan sangat sulit memenuhinya.

b. Question at Issue/Problem to be Solved. Ketika hendak memikirkan sesuatu, akan ada


minimal satu pertanyaan yang harus dijawab dari permasalahan yang harus dipecahkan.
Sangat penting untuk memiliki ketrampilan membuat pertanyaan yang jelas dan relevan.

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 14
c. Information. Berpikir memerlukan sejumlah pengalaman, data, bukti, atau informasi
mentah yang menjadi dasar berpikir seseorang terhadap suatu permasalahan. Oleh
karena itu, pemikir kritis harus menilai informasi yang digunakannya untuk
mendapatkan suatu kesimpulan baik menilai apakah informasi tersebut relevan atau
mendistorsi maksud dari informasi tersbeut untuk keuntungan diri sendiri.

d. Implications and Consequences. Implikasi muncul dari hasil pemikiran seseorang


dimana akan menghasilkan konsekuensi dari keputusan yang telah dibuat. Sebagai
pemikir kritis, seseorang akan ingin memahami implikasi yang mungkin muncul dan
konsekuensi logis yang dapat terjadi akibat aksi yang telah diputuskan. Pemikir tersebut
tentunya ingin mengantisipasi permasalahan yang muncul sebelum terjadi.

e. Concepts. Semua proses berpikir memerlukan konsep yang meliputi teori, prinsip, dan
aturan pada tiap pemikiran individu. Individu akan mempertimbangkan bagaimana
menggunakan konsep tersebut, apa saja konsep yang penting, dan bagaimana konsep
tersebut berhubungan dengan konsep yang lain.

f. Points of View. Ketika berpikir, kita harus berpikir pada beberapa sudut pandang atau
referensi. Adanya kekurangan pada sudut pandang tersebut dapat menjadi sumber
masalah ketika berpikir. Seorang pemikir kritis akan membuat suatu sudut pandang yang
adil untuk orang lain bahkan jika sudut pandangnya berbeda. Pemikir tersebut
cenderung ingin sudut pandangnya luas, fleksibel, terjustifikasi, disampaikan dengan
jelas dan secara konsisten mengaplikasikan sudut pandang tersebut. Mereka juga akan
mempertimbangkan alternatif sudut pandang ketika memikirkan suatu permasalahan.

h. Inferences. Pikiran kita mempersepsikan suatu situasi atau sejumlah fakta dan akan
menghasilkan suatu kesimpulan berdasarkan fakta tersebut, yang kita sebut sebagai
inferensi. Inferensi dapat bersifat logis atau tidak tergantung bagaimana seseorang
mempersepsikan suatu hal. Pemikir kritis akan berusaha membuat kesimpulan yang
masuk akal dengan mengidentifikasi inferensi yang dibuat, apa kunci dari inferensi
tersebut, berdasarkan apa inferensi dibuat, apa hubungan inferensi dengan permasalahan
yang ingin dipecahkan, apakah logis/signifikan/berdasar.

Karakteristik Intelektual Esensial adalah karakteristik yang dikembangkan dengan


mengaplikasikan Standar Intelektual Universal ke Elemen Berpikir. Karakteristik Intelektual
Esensial adalah kecenderungan atau komitmen terhadap sifat-sifat bukan terhadap
ketrampilan atau kemampuan (Paul & Elder, 2002; Ralston & Bays, 2013). Terdapat 8
(delapan) elemen karakter intelektual, antara lain:

a. Intellectual humility didefinisikan sebagai kesadaran terhadap batasan pengetahuan


seseorang, meliputi kepekaan terhadap keadaan dimana ego seseorang dapat berfungsi
sebagai pengecoh. Karakter ini membantu individu untuk menyadari bias, prasangka,

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 15
keterbatasan sudut pandang dan seberapa jauh ketidakacuhan seseorang. Intellectual
humility bergantung pada kesadaran bahwa seseorang tidak sebaiknya mengklaim
mengetahui sesuatu lebih dari apa yang sebenarnya diketahuinya. Hal ini bukan berarti
merujuk pada tidak memiliki pemikiran atau menjadi pengikut. Yang dimaksud adalah
ketika seseorang berpura-pura tahu dikombinasi dengan fondasi logis akan tetapi
keliru.
b. Intellectual courage didefinisikan sebagai kesadaran untuk menghadapi dan
menyampaikan ide, keyakinan, atau sudut pandang yang memberikan emosi negatif
dan tidak didengarkan secara serius oleh individu. Karakter ini dihubungkan dengan
rekognisi ide-ide yang dianggap berbahaya atau tidak masuk akal atau terkadang
terjustifikasi secara rasional (secara keseluruhan atau bagian). Kesimpulan atau
keyakinan pada seseorang terkadang dapat salah atau menyesatkan. Untuk menentukan
apakah seseorang masuk akal, seseorang harus menerima apa yang telah dipelajari
secara aktif dan kritis. Intellectual courage berperan disini karena ada beberapa
kenyataan yang dianggap berbahaya dan absurd, dan distorsi atau kesalahan (falsity)
pada beberapa ide yang diyakini oleh kelompok sosial dimana individu berada.
Seseorang perlu keberanian untuk menjadi pemikir yang netral pada kondisi tersebut.
Akibat dari ketidaksesuaian dapat bersifat buruk.
c. Intellectual empathy adalah kesadaran akan perlunya secara imajinatif memposisikan
seseorang pada sudut pandang orang lain untuk memahami mereka secara tulus.
Memiliki intellectual empathy berarti membangun sudut pandang dan cara berikir
orang lain dan untuk menalar premis-premis, asumsi, dan ide selain ide kita sendiri.
Karakter ini juga berhubungan dengan keinginan untuk mengingat kejadian dimana
seseorang salah di masa lalu terlepas dari keyakinan yang kuat bahwa ia benar, dan
membayangkan jika hal yang serupa terjadi kembali.
d. Intellectual integrity didefinisikan sebagai kesadaran akan perlunya bersikap jujur
terhadap cara berpikir individu dan untuk menjaga pribadi memenuhi standar yang
sama dengan apa yang diharapkan dari orang lain. Hal ini berarti seseorang harus
berkomitmen memenuhi berbagai standar bukti - untuk mempraktikkan apa yang telah
disampaikan kepada orang lain. Hal ini juga berarti secara jujur mengakui diskrepansi

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 16
dan inkonsitensi pada pemikiran maupun aksinya, dan mampu mengidentifikasi
ketidakkonsistenan pada pola berpikirnya.
e. Intellectual preserverance didefinisikan sebagai kecenderungan seseorang
mempelajari kompleksitas intelektual terlepas dari rasa frustrasinya pada tugas terkait.
Beberapa permasalahan intelektual bersifat kompleks dan tidak dapat dengan mudah
diselesaikan. Seseorang harus memiliki kegigihan untuk tidak menyerah atau frustrasi
ketika menghadapi kompleksitas intelektual. Seseorang yang gigih secara intelektual
menunjukkan kecenderungan pada prinsip-prinsip rasional dibandingkan oposisi tidak
rasional yang disampaikan orang lain, dan memiliki sudut pandang realistis ketika
berhadapan dengan kebingungan dan pertanyaan yang tidak pasti pada waktu tertentu
untuk mencapai pemahaman.
f. Confidence in Reason adalah berdasarkan keyakinan bahwa seseorang memiliki
kertertarikan yang lebih tinggi dan bahwa seseorang akan menjadi lebih baik ketika
diberi kebebasan bernalar. Bernalar membantu seseorang untuk mendapatkan
kesimpulan dengan mengembangkan rasionalitasnya sendiri. Berdasarkan hal itu,
mereka dapat membentuk sudut pandangnya, membuat kesimpulan yang masuk akal,
dan mengembangkan proses berpikir yang jelas, akurat, relevan dan logis. Individu
dapat meyakinkan orang lain dengan alasan yang baik dan bukti yang sahih, dan
menjadi pribadi yang masuk akal meskipun adanya hambatan pada naluri dan
kehidupan sosial manusia. Ketika seseorang percaya diri dalam bernalar, seseorang
akan bergerak berdasarkan alasan yang masuk akal. Memiliki confidence in reason
berarti menggunakan cara pikir yang baik sebagai kriteria dasar untuk
mempertimbangkan apakah sesuatu dapat diterima atau ditolak.
g. Intellectual Autonomy adalah motivasi internal berdasarkan berpikir yang ideal;
memiliki rasa memiliki yang rasional terhadap keyakinan, nilai dan cara berpikir; tidak
tergantung pada orang lain untuk mengarahkan dan mengontrol cara berpikir
seseorang. Orang yang memiliki otonomi adalah orang yang bertanggung jawab
terhadap kehidupannya sendiri.
h. Fair-mindedness adalah kesadaran bahwa semua sudut pandang patut diperlakukan
setara, tanpa merujuk pada perasaan seseorang, ketertarikan seseorang, atau perasaan
atau ketertarikan teman, perusahaan, komunitas, atau bangsa. Komponen ini merujuk

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 17
pada kecenderungan standar intelektual (seperti akurasi dan logika yang benar), tidak
terpengaruh untuk keuntungan pribadi atau keuntungan orang lain.

D. Langkah-langkah Berpikir Kritis


Langkah-langkah berpikir kritis adalah struktur generik dari proses berpikir kritis dan dapat
berbeda antar individu. Langkah berpikir kritis menjabarkan panduan dalam pelaksanaan berpikir
kritis sedangkan kerangka kerja hanya menyediakan struktur yang diperlukan agar proses berpikir
kritis dapat tercapai (Richards, 2015).
a. Rekognisi
Langkah pertama meliputi identifikasi permasalahan. Ketika dihadapkan pada suatu
situasi, suatu permasalahan seringkali tidak seperti yang terlihat dan mungkin melibatkan
penyebab yang lebih mendalam. Oleh karena itu, individulah yang harus memahami dan
menentukan permasalahan sesungguhnya dengan memanfaatkan berbagai alat seperti
penglihatan, pendengaran dan lainnya.
b. Analisis
Setelah permasalahan diketahui, individu kemudian menganalisis permasalahan hingga
memungkinkannya memahami dan memilah permasalahan tersebut. Melalui pemilahan
individu dapat mengidentifikasi berbagai dinamika yang ada pada permasalahan tersebut.
Jika setelah mengenali permasalahan dan langsung mengaplikasikan secara umum, maka
solusi yang diberikan tidak efektif karena tidak meliputi seluruh permasalahan yang ada.
c. Penelusuran Informasi
Langkah selanjutkan menuntut individu untuk mengumpulkan informasi yang
berhubungan dengan permasalahan tersebut. Informasi dapat berupa data primer maupun
sekunder yang akan membuat sekelompok data yang komprehensif. Hindari
mengumpulkan data yang tidak berhubungan dengan permasalahan. Pada saat yang
bersamaan, individu juga perlu mengumpulkan data lateral (antara komunitas yang terlibat
dalam permasalahan) yang memungkinkan seseorang mempertanyakan kebenaran dan
menguatkan analisis.

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 18
d. Analisis logis
Setelah informasi terkumpul, individu berusaha mengaplikasikan infromasi tersebut pada
permasalahan yang ada. Semua data yang didapat perlu diinterpretasikan secara
menyeluruh untuk memungkinkan solusi yang spesifik terhadap suatu situasi.
e. Argumen
Argumen adalah suatu rangkaian pernyataan yang dapat dijadikan sebagai soulis. Pemikir
kritis akan menyusun suatu argument yang terjustifikasi dan menghindari pernyataan yang
bersifat asumsi.
f. Pengambilan Keputusan
Setelah analisis yang teliti dan aplikasi praktis dari solusi yang didapat, langkah selanjutnya
adalah membuat keputusan. Seseorang harus dapat memperkirakan konsekuensi yang
muncul dari pilihan yang telah dibuat dan mengetahui seberapa efektif solusi yang dipilih.
Kesimpulan tersebut harus dianalisis melalui sudut pandang yang logis. Sebesar apapun
risiko yang telah kita pilih, sangatlah penting untuk memilih solusi yang memberikan hasil
pasti.
g. Dedikasi
Mengaplikasikan semua solusi yang telah dirancang dan tidak berhenti hingga hasil yang
didapat terlihat dan memuaskan. Jika berhenti setengah jalan, maka kesempatan untuk
memecahkan masalah pun hilang.
h. Pertanyaan
Membuat pertanyaan tentang keefektivan implementasi yang telah dibuat. Individu
menanyakan kepada diri sendiri apakah solusi tersebut adalah yang terbaik dan apakah ia
puas dengan keputusan yang telah dibuat.

E. Strategi Berpikir Kritis


Beyer (1988) menyatakan sejumlah strategi yang digunakan untuk mendukung individu
berpikir secara kritis seperti membedakan antara fakta terverifikasi dan klaim, membedakan
informasi, klaim atau alasan yang relevan dengan yang irelevan, menentukan akurasi faktual dari
suatu pernyataan, menentukan kredibilitas sumber, mengidentifikasi klaim atau argumen yang
ambigu, mengidentifikasi asumsi yang tidak disampaikan, mendeteksi bias, mengidentifikasi

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 19
kekeliruan logika, mengenali inkonsistensi logika pada garis berpikir, dan menentukan kekuatan
suatu argumen atau klaim.

F. Hambatan
Sebagian besar individu tidak suka terbukti salah dan membuat barrier untuk menjaga sudut
pandangnya agar tidak ditantang. Boss (2012) mengklaim sejumlah hambatan yang dapat
menghambat proses berpikir kritis, di antaranya:
a. Resistensi
Resistensi didefinisikan sebagai mekanisme defensif yang tidak dewasa yang bersifat kaku,
impulsif, maladaptif, dan non-analitik yang dapat menjadi hambatan untuk proses berpikir
kritis. Mekanisme defensif wajar digunakan ketika seseorang merasa kewalahan, akan
tetapi akan menjadi masalah jika menjadi kebiasaan dalam merespon suatu permasalahan.
Resistensi akan menghambat pengembangan diri, bekerja secara kolaboratif dan
perencanaan yang matang untuk menghadapi suatu masalah (Boss, 2012).
1) Avoidance/Menghindar. Individu cenderung menghindari orang maupun situasi tertentu
ketika memiliki opini yang kuat terhadap suatu hal. Hal ini disebabkan
ketidakyakinannya atas kemampuan dalam mempertahankan pendapat sehingga mereka
cenderung bersama dengan orang-orang yang akan mendukung opininya saja.
2) Anger/Rasa Marah. Kita tidak dapat menghindari orang-orang yang tidak setuju dengan
kita. Beberapa orang akan merespon dengan amarah daripada mempertahankan
opininya dengan berpikir secara kritis. Orang-orang dengan kekuatan fisik maupun
sosial cenderung merespon dengan amarah atau diam ketika ada yang tidak sependapat
dengannya.
3) Denial/Penolakan. Penolakan adalah ketidakinginan seseorang menerima suatu keadaan
yang berbeda dari apa yang diinginkannya dengan kenyataan yang terjadi atau
ekspektasi lainnya. Hal ini dikarenakan adanya konflik pada motif bawah sadar individu
yang ingin menjaga rasa nyamannya dan motif idealistik yang merujuk pada kebenaran
pada sudut pandang orang lain (Ritchie, 2014).
4) Ignorance/Ketidakacuhan. Ignorance adalah ketika seseorang menolak untuk
mempelajari suatu permasalahan, dimana informasinya dapat ditelusur, agar tidak

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 20
membahas tentang permasalahan tersebut. Ignorance seringkali digunakan sebagai
alasan atau inaksi.
5) Conformity/Kepatuhan. Ketakutan tidak diterima oleh komunitas karena memiliki
pendapat yang berbeda membuat sejumlah orang menerima suatu pendapat, walaupun
tidak setuju terhadap pendapat tersebut. Sejumlah orang cenderung memilih sudut
pandang yang ambigu dan populer yang melibatkan semua orang.
6) Struggling. Beberapa orang kesulitan karena terlalu banyak memikirkan detail dari suatu
masalah sehingga mengalamai paralisis analisi dimana tidak ada yang dicapai.
Seseorang yang suka menunda seringkali mengahadapi jenis resitansi berikut. Meskipun
struggling termasuk bagian proses analisis dalam berpikir kritis, jika hal tersebut
menyebabkan ketidakberlanjutan maka disebut sebagai resistensi.
7) Distraction/Distraksi. Beberapa orang tidak menyukai keheningan dan menggunakan
televisi, musik yang keras, pesta, kerja, sebagai cara untuk mencegah pikiran berpikir
secara kritis mengenai masalah-masalah sulit dalam kehidupan. Distraksi mencegah
seseorang mendapatkan pemahaman yang dalam oleh karena itu filsuf lebih menyukai
keheningan dan kontemplasi untuk mencapai kebijaksanaan dan pemahaman.
b. Pikiran yang Sempit (Narrow-mindedness)
Seperti resistensi, pikiran yang sempit dan keyakinan yang kaku dapat menjadi hambatan dalam
berpikir kritis. Hal ini termasuk absolutism, egosentrisme, dan etnosentrisme.
1) Absolutisme. Keyakinan bahwa apa yang dipercayai oleh seseorang adalah pusat dari
segalanya. Pada tahap awal perkembangan kognitif mahasiswa, mahasiswa cenderung
mengharapkan jawaban benar dan salah dari orang-orang yang berwenang. Oleh karena
itu, ketika dihadapkan pada kebijakan yang tidak masuk akal oleh pihak yang berwenang
maka mahasiswa yang tidak memiliki kemampuan berpikir kritis akan menerima kebijakan
tersebut begitu saja.
2) Egosentrisme. Keyakinan bahwa apa yang diri sendiri percayai tentang semua hal adalah
benar. Orang-orang yang egosentris cendering mengabaikan sudut pandang orang lain.
Penelitian pada pelajar yang secara kognitif mengembangkan ketrampilan berpikir kritis
tidak akan bersifat egosentris.
3) Ethnosentrisme. Keyakinan yang tidak kritis dan tidak berdasar karena superioritas suatu
kelompok atau budaya. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan mengenai negara dan

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 21
budaya asing. Individu yang etnosentris cenderung membuat keputusan tentang suatu
kelompok, budaya, dan negara berdasarkan stereotipe atau opini daripada informasi yang
faktual.
4) Antroposentrisme. Keyakinan bahwa manusia adalah makhluk yang paling signifikan di
alam semesta dapat membutakan kemampuan makhluk hidup yang lain. Keyakinan bahwa
kecerdasan buatan tidak lebih baik dari manusia juga berasal dari keyakinan ini
c. Rasionalisasi dan Doublethink
Rasionalisasi adalah memiliki kecenderungan terhadap suatu opini dan mengaplikasikan
justifikasi dan rasionalisasi agar opini tersebut dapat diterima dengan dasar preferensi pribadi,
sementara itu doublethink merujuk pada individu yang menganggap benar dua opini yang saling
bertentangan.
d. Disonansi Kognitif dan Sosial
Disonansi kognitif dan sosial adalah keadaan dimana individu terpapar pada ide maupun perilaku
sosial baru yang bertentangan dengan sudut pandangnya. Bukti menunjukkan bahwa perilaku
individu dapat berubah baik ketika makan bersama atau mendiskusikan suatu masalah. Memiliki
role model yang ahli dalam berpikir kritis akan memperkuat motivasi seseorang untuk berpikir
lebih jelas dibandingkan terpaku pada resistensi.
e. Stres
Stress yang berlebih pada otak akan menurunkan kemampuan individu untuk berpikir secara kritis.
Peneliti melaporkan bahwa ketika berhadapan dengan bencana, sebagian besar orang akan
mengalami ketidakmampuan untuk memberikan respon. Kondisi tersebut dapat dilatih dengan
memamparkan diri dalam berbagai scenario yang penuh tekanan.

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 22
BAB III
PENELUSURAN REFERENSI

A. Definisi
Referensi adalah sumber informasi yang digunakan untuk mendukung suatu argumen
dengan merujuk pada tulisan autoritatif dan/atau penelitian (Oxford Languages, 2020; Taylor,
2002). Sumber tersebut meliputi penggunaan internet yang mengalami peningkatan pada beberapa
tahun terakhir, akan tetapi efisiensi penelusuran jawaban tidak meningkat. Ketika keperluan
informasi bagi pelajar maupun profesi kesehatan semakin meningkat sehingga hambatan seperti
kurangnya ketrampilan penelusuran informasi harus diantisipasi (Greenhalgh, 2014).

Penelusuran referensi didefinisikan oleh Greenhalgh (2014) menjadi tiga berdasarkan tujuan,
antara lain:
a. Browsing/Menelusur yaitu melakukan pencarian pada teks, website, maupun koleksi data
untuk mendapatkan gambaran mengenai konten yang dicari guna memenuhi rasa ingin tahu
atau tetap mengikuti perkembangan informasi (Oxford Languages, 2020; Greenhalgh,
2014)
b. Looking for answer/mencari jawaban yaitu penelusuran dengan pendekatan yang terfokus
untuk dapat diaplikasikan pada keputusan maupun pasien. Ketika mendapatkan informasi
yang dapat dipercaya, penelusur dapat berhenti melakukan pencarian untuk menjawab
topik terkait karena telah didukung sumber informasi dengan sintesis baru untuk
mendukung perawatan berbasis bukti (Greenhalgh, 2014).
c. Surveying/Penelitian yaitu penelusuran sejumlah basis data secara sistematis untuk
menyiapkan pengkajian literatur yang rinci, luas dan teliti untuk penulisan tugas atau
artikel publikasi. Tujuan dari penelitian sendiri adalah untuk mengidentifikasi
permasalahan dan celah pada pegetahuan yang memerlukan penelitian lebih lanjut. Oleh
karena itu, jenis penelusuran ini memerlukan pengetahuan yang kuat mengenai sumber
informasi dan ketrampilan penelusuran bersifat fundamental.

B. Macam-macam Referensi
Sejumlah besar informasi saat ini terangkum dalam berbagai jenis sumber informasi untuk
menyebarluaskan pengetahuan. Untuk memenuhi tantangan diseminasi informasi yang akurat dan

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 23
relevan, berbagai jenis sumber informasi telah dikembangkan menjadi berbagai format. Ganaie
dan Khazer (2015) membagi sumber informasi berdasarkan keaslian informasi, bentuk fisik,
format publikasi.
Sumber informasi berdasarkan keaslian informasi terbagi menjadi sumber primer, sekunder
dan tersier. Sumber primer adalah bahan orisinil yang belum digubah melalui interpretasi,
kondensasi atau evaluasi dari pihak kedua seperti artikel jurnal, monograf, laporan, paten, tesis,
diari, surat fotograf dan puisi. Sumber sekunder adalah informasi dari sumber primer yang telah
dimodifikasi, dipilih dan disusun kembali utnuk tujuan atau audiens tertentu meliputi biografi,
sejarah, monograf, artikel kajian, buku, dan indeks maupun bibliografi yang melibatkan sumber
primer. Sumber tersier terdiri dari informasi yang merupakan koleksi dari sumber pertama dan
kedua. Dua kali digubah dari sumber aslinya meliputi ensiklopedia, buku fakta dan almanak,
panduan dan buku pegangan.
Berdasarkan bentuk fisik, sumber informasi terbagi menjadi dokumen dan non-dokumen.
Sumber informasi dokumen terdiri dari hasil berpikir yang direkam dalam bentuk kertas atau
material lain yang sesuai untuk disentuh secara fisik, dapat disalurkan ke berbagai tempat dan
disimpan dalam kurun waktu tertentu. Jenis sumber ini meliputi manuskrip, tulisan dan material
cetak seperti buku cetak, periodikal (jurnal, majalah, proceeding dan sejenisnya), microform,
fotograf, rekaman gramofon, rekaman kaset, dan lain-lain. Sumber non-dokumenter antara lain
informasi yang berasal secara langsung pada saat proses komunikasi seperti pengembangan
pemerintahan, pusat rujukan, konsultan, diskusi dengan kolega, peserta seminar dan konferensi,
dan lain-lain.
Sumber informasi dibedakan menjadi cetak dan elektronik berdasarkan format publikasi.
Sumber cetak adalah sumber informasi yang dihasilkan melalui berbagai sarana seperti mesin
ketik, komputer dan lainnya. Hasil sumber cetak dapat berupa buku teks, buku referensi,
periodikal, diari, dan lainnya. Sumber elektronik atau media digital umumnya tersedia dalam
bentuk CD maupun di internet yang terdiri dari dokumen referensi (kamus, ensiklopedia,buku
pegangan, atlas dan lainnya), data, publikasi penelitian dan lainnya.

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 24
Gambar 4. Algorita Sumber Akademik dan Non-Akademik
Untuk penulisan akademik, Allen (2017) menekankan pada perbedaan kualitas dari sumber
informasi dalam bentuk literature yang terbagi menjadi sumber akademik dan sumber non-
akademik. Sumber akademik terdiri dari jurnal, buku maupun ensiklopedia, sementara sumber
non-akademik dapat berupa majalah dan koran.Terdapat sejumlah perbedaan antara kedua sumber
tersebut, antara lain:
a. Sumber akademik memiliki sasaran berupa peneliti sementara suber non akademik
ditujukan untuk masyarakat luas.
b. Sumber akademik mengumpulkan dan mensitasi informasi dari jurnal akademik yang
telah dikaji sejawat untuk menghasilkan laporan data yang etikal dan rinci, sedangkan
sumber non-akademik dibuat dengan mengabaikan validitas hasilnya.
c. Sumber non-akademik dapat disajikan dengan statistik untuk menarik perhatian
pembaca, namun data yang valid dapat diakses dari sumber statistic primer seperti Biro
Sensus.
Berdasarkan level of evidence (derajat kepercayaan informasi berdasarkan desain
penelitian), sumber informasi digambarkan dalam bentuk piramid dimana jenis penelitian dengan
derajat kepercayaan paling tinggi terletak di puncak piramid (Greenhalgh, 2014). Sumber
penelitian berdasarkan desain penelitian terdiri dari:

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 25
Gambar 5. Level of Evidence berdasarkan Desain Penelitian

a. Kajian sistematik (Systematic Review) dan meta-analysis


Kajian sistematik adalah penilaian keseluruhan penelitian eksperimental tunggal yang
kualitas desain dan temuannya dianalisa secara sistematis untuk menyediakan jawaban
dari pertanyaan penelitian tertentu.
b. Randomised Controlled Trials
Desain penelitian ini terdiri dari minimal dua kriteria yaitu satu kelompok kontrol dan
pengacakan peserta coba.
c. Pseudo RCT
Penelitian ini memiliki kelompok kontrol tetapi alokasi partisipan tidak acak secara
ketat.
d. Non-randomised controlled trials dan dua penelitian observasional (kohort dan case-
control)
Non-randomised controlled trial adalah jenis penelitian dimana peserta penelitian tidak
dialokasikan secara acak sehingga partisipan dapat memilih jenis intervensi apa yang
hendak diterimanya. Penelitian kohort adalah penelitian apda sekelompok orang yang
dipaparkan intervensi tertentu pada jangka waktu tertentu dan hasil penelitiannya
dibandingkan dengan kelompok yang tidak dipaparkan intervensi. Desain case-control
adalah dimana orang dengan kondisi tertentu diidentifikasi dan riwayat paparan

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 26
intervensi dibandingkan dengan kelompok yang tidak memiliki riwayat kondisi
tersebut.
e. Comparative Studies without controlled trials
Desain penelitian yang membandingkan sekelompok orang yang diberikan intervensi
dibandingkan dengan hasil intervensi sebelumnya atau kelompok lain yang menerima
intervensi lain pada penelitian lain.
f. Case series without comparison group
Desain penelitian ini hanya terdiri dari kelompok tunggal untuk mengamati kondisi
sebelum dan sesudah diberi intervensi.
g. Pendapat ahli, teori berdasarkan fisiologi, penelitian dasar dan penelitian pada hewan
coba

C. Strategi Penelusuran Referensi


Langkah dasar untuk mendapatkan bukti yang mendukung keputusan klinis secara umum
dapat dilihat pada skema di bawah ini. Berikut langkah-langkah yang dapat dijadikan panduan
untuk melakukan penelusuran referensi (Straus et al, 2019).

Gambar 6. Strategi Penelusuran Secara Umum

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 27
1. Menentukan Permasalahan
Permasalahan (problem) seringkali adalah topik yang perlu ditelusur dengan berfokus pada
informasi yang belum diketahui. Setelah permasalahan dipersempit, maka penelusuran dan
analisa literature yang ada dapat dilakukan untuk mendapatkan jawaban.
2. Merumuskan Pertanyaan yang Dapat Dijawab
Merumuskan pertanyaan yang terfokus merupakan tahap penting untuk mendapatkan
jawaban dari permasalahan yanga ada. Pertanyaan ini dapat bersifat umum dari pasien
berdasarkan masalah klinis yang didapat meliputi efek terapi atau keuntungan terapi pada
kelompok pasien. Untuk merumuskan pertanyaan, individu dapat mengaplikasikan kriteria
tertentu seperti menggunakan pendekatan PICO-T.
a. Pasien (P) - Populasi yang hendak dievaluasi
b. Intervensi (I) - Intervensi yang diberikan pada populasi
c. Comparison (C) - Perbandingan intervensi/kondisi lain pada kelompok yang ingin
diamati
d. Outcome (O) - Efek dari intervensi
e. Time (T) - Lamanya pengukuran untuk mengamati hasil
Beberapa pertanyaan dapat dirumuskan untuk menjawab pertanyaan penelitian,
keingintahuan pasien atau relevansi terhadap pengetahuan tenaga profesional. Pertanyaan
yang baik bertujuan untuk mendukung praktek kesehatan yang lebih baik.
3. Menentukan Sumber Penelusuran
Penelusuran lokal seperti pada perpustakaan nasional untuk buku, jurnal dan lainnya adalah
praktik yang umum digunakan. Dengan adanya perkembangan teknologi, Internet menjadi
gerbang literatur medis yang luas. Penelusuran kajian literatur akan meliputi mesin
penelusuran seperti Google, Google Scholar dan lainnya atau menggunakan basis data
elektronik untuk mendapatkan literatur yang sesuai dengan topik yang dicari.

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 28
Gambar 7. Penelusuran Berdasarkan Metode Penelusuran Web

4. Mengaplikasikan Strategi Penelusuran


Jenis penelusuran dapat dideskripsikan dalam berbagai bentuk berdasarkan subjek yang
ingin dicari. Kesempatan untuk mendapatkan informasi yang relevan dari penelusuran
akan meningkat dengan pemilihan strategi penelusuran yang tepat (Grewal et al, 2016).
a. Penelusuran frase
Metode ini hanya memunculkan laman dengan kata yang tertulis pada frase yang diketik
dengan susunan yang eksak tanpa kata diantaranya

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 29
b. Boolean operators
AND, OR, NOT adalah tiga jenis Boolean operators. Mengombinasikan dua kata
menggunakan AND akan memunculkan artikel yang mengandung dua kata tersebut.
Penggunaan OR akan memperluas penelusuran dan memunculkan artikel yang
mengandung salah satu dari kata yang ditelusur. Sementara itu, penggunaan kata NOT akan
memunculkan hasil penelusuran dimana artikel mengandung kata pertama tapi tidak kata
kedua untuk mempersempit penelusuran.

Gambar 8. Penggunaan Boolean Operator


c. Filter
Filter dapat digunakan untuk mempermudah penelusuran, seperti melibatkan jenis artikel,
availabilitas naskah, bahasa, usia, jenis kelamin dan kategori jurnal.
Secara keseluruhan, rekomendasi penelusuran literatur menurut Cornwell dijabarkan
sebagai berikut:
a. Identifikasi kata kunci dari topik yang akan ditelusur
b. Telusur beberapa database untuk mendapatkan artikel yang terkait topik
c. Gunakan thesaurus untuk mengidentifikasi istilah dari artikel yang ditelusur
d. Temukan artikel yang serupa dengan topik yang ditelusur kemudian amati istilah
yang digunakan pada naskah tersebut untuk kemudian ditelusur kembali
e. Gunakan database yang menyediakan naskah lengkap sehingga menghemat waktu
penelusuran
f. Jika baru pertama kali menelusur, sintesis literatur melalui ringkasan naskah
g. Mulailah dengan melakukan penelusuran pada jurnal terbaru dan kemudian telusur
ke belakang. Telaah referensi pada akhir naskah yang ditelusur

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 30
h. Rujuk buku dengan topik tunggal dari satu penulis atau beberapa penulis dengan bab
yang ditulis oleh beberapa penulis
i. Telusur naskah konferensi terbaru, hubungi penulis untuk mengetahui penelitian
terkait area of interest

D. Seleksi Referensi Ilmiah


Allen (2017) menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara literature akademik dan non-
akademik yang menentukan kualitas suatu referensi. Peneliti cenderung memilih literature
akademik karena lebih kredibel dibandingkan literature non-akademik. Selain itu, pelajar juga
cenderung mensitasi jurnal karena melibatkan hasil yang lebih baru dan bukti yang lebih solid
dibandingkan buku. Buku juga dapat dipilih sebagai referensi karena mengandung informasi dasar
dari topik yang dikaji.
Seleksi referensi ilmiah dapat meliputi dua tahap, yaitu (i) menelaah judul dan abstrak naskah
hasil penelusuran untuk mengeliminasi naskah yang tidak relevan dan (ii) menilai naskah lengkap
dari suatu artikel. Berdasarkan rumusan pertanyaan dan jumlah artikel yang diseleksi, judul dan
abstrak dapat diseleksi secara terpisah atau bersamaan. Jika seleksi berdasarkan judul hanya
mengekslusi sedikit artikel maka pemilihan naskah lebih efektif dilakukan dalam satu langkah.
Pada kondisi dimana naskah tidak dapat dievaluasi, maka naskah lengkah harus diunduh (Pullin et
al, 2018; Higgins et al, 2018).
Salah satu langkah untuk mempraktikan Kedokteran Gigi Berbasis Bukti adalah dengan
menemukan bukti yang terbaik. Greenhalgh (2014) dan Szajewskan (2018) menggunakan level of
evidence sebagai panduan untuk menentukan jenis referensi yang dapat dipercaya dimana kajian
sistematik merupakan jenis penelitian yang menawarkan derajat kekuatan bukti yang tinggi.
Semakin rendah level of evidence suatu penelitian, semakin rendah kompleksitas hasil dan temuan
dari penelitian yang dilakukan; semakin rendah pula derajat kepercayaan terhadap hasil intervensi
kesehatan yang didapat.

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 31
Gambar 8. Seleksi Naskah berdasarkan Pemenuhan Kriteria

Penelitian dasar dan hewan coba terletak pada dasar piramida karena sejumlah penelitian
menunjukkan ketidakmampuan penelitian tersebut memprediksi hasil intervensi pada manusia.
Hasil pada sel isolat menunjukkan hasil yang berbeda ketika diaplikasikan pada tubuh manusia.
Jika terdapat ketiadaan bukti pada level yang lebih tinggi, maka pemilihan bukti didasarkan pada
level yang lebih rendah (Szajewska, 2018).

E. Kontrol Kualitas Pemilihan Referensi


Hierarchy of Evidence dapat digunakan untuk menentukan penelitian mana yang memberikan
bukti yang valid. Evans (2002) menentukan control evaluasi dari bukti berdasarkan tiga aspek,
antara lain:
1. Effectiveness
Effectiveness adalah pertimbangan yang paling umum untuk menentukan hasil dari suatu
intervensi sehingga permasalahan yang dikaji antara lain:
• Apakah intervensi berhasil?
• Apakah ada keuntungan dan bahaya?
• Siapa yang akan diuntungkan dari intervensi yang ada?

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 32
2. Appropriateness
Appropriateness merujuk pada efek dari intervensi pada pengguna. Aspek ini lebih
mempertimbangkan aspek psikososial dibandingkan fisiologis dari suatu intervensi dengan
mempertanyakan:
• Bagaimana pengalaman pengguna saat menerima intervensi?
• Permasalahan kesehatan apa yang penting bagi pengguna?
• Apakah pengguna diuntungkan dari hasil yang didapat dari intervensi?
3. Feasibility
Feasibility merujuk pada lingkup yang lebih luas dimana intervensi disituasikan dan melibatkan
apakah intervensi dapat dan sebaiknya diimplementasikan. Hal ini berfokus pada proses perubahan
pada organisasi yang lebih luas dan lebih kompleks. Pertanyaan yang mungkin muncul untuk
mengevaluasi suatu penelitian adalah:
• Sumber apa yang diperlukan agar intervensi ini dapat diimplementasikan secara baik?
• Apakah intervensi akan diterima dan digunakan oleh tenaga kesehatan?
• Bagaimana cara mengimplementasikannya?
• Implikasi ekonomi apa yang muncul dari intervensi yang digunakan?

Gambar 9. Hierarchy of Evidence untuk evaluasi intervensi Kesehatan

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 33
Tujuan utama dari hierarki adalah untuk menyediakan indikasi validitas dan kepercayaan dari
berbagai penelitian. Hal ini membantu pemilihan bukti yang digunakan sebagai acuan praktik
klinis. Tiap level hierarki menunjukkan kriteria yang berbeda:
a. Excellent yaitu dasar ilmiah yang paling kuat untuk praktik klinis karena memiliki risiko
keselahan yang paling kecil. Jenis penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan
panduan dan rekomendasi klinis
b. Good yaitu dasar ilmiah dengan risiko kesalahan yang rendah. Jenis penelitian ini dilakukan
dalam bentuk penelitian tunggal sehingga memerlukan replikasi.
c. Fair yaitu dasar ilmiah dengan derajat risiko kesalahan yang bervariasi dan tidak
menunjukkan dasar bukti yang kuat untuk praktik klinis. Akan tetapi penelitian ini menjadi
kajian awal dari suatu intervensi. Walaupun memiliki risiko kesalahan yang lebih tinggi dari
level sebelumnya, penelitian ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi potensi dari suatu
intervensi.
d. Poor yaitu jenis penelitian yang memiliki risiko kesalahan atau bias yang serius. Sebagai
tambahan, jenis penelitian ini dapat membantu prioritas penelitian karena memiliki risiko
kesalahan yang lebih besar.

Higgins et al (2019) menjabarkan pendekatan GRADE untuk menentukan kualitas dari suatu
desain penelitian dimana terdapat lima alasan yang digunakan untuk menurunkan nilai kualitas
penelitian dan tiga alasan untuk meningkatkan skor kualitas penelitian.

Gambar 10. Ringkasan Kontrol Kualitas dengan Pendekatan GRADE

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 34
1. Keterbatasan Penelitian (Risk of Bias)
Keterbatasan pada desain penelitian akan mempengaruhi hasil perawatan. Sejumlah instrumen
digunakan untuk mengevaluasi risiko bias pada randomized trials dan penelitian observasional.

Tabel 1. Keterbatasan Penelitian pada Randomised Controlled Trials


Risk of Bias Penjelasan
Lack of allocation concealment Ketika pengalokasian sample, pasien sadar
pada grup (atau periode pada crossover trial)
apa mereka dialokasikan (permasalahan major
pada pseudo atau quasi randomized trial
dimana alokasi subjek berdasarkan hari,
tanggal lahir, nomor chart, dll)
Lack of blinding Pasien atau pengasuh yang mencatat hasil
intervensi menyadari pada kelompok apa
pasien yang dicatat dialokasikan (perawatan
apa yang sedang diterima pasien)
Perhitungan pasien dan jumlah kejadian yang Kehilangan follow-up dan gagal menjaga
tidak lengkap prinsip intention-to-treat pada penelitian yang
lebih superior; atau percobaan non-inferior,
kehilangan follow-up, dan gagal melakukan
analisis mempertimbangkan subjek yang
bertahan pada perawatan, dan untuk seluruh
pasien yang memerlukan hasil data.

Signifikansi angka kehilangan follow-up


bervariasi dan tergantung pada hubungan
antara kehilangan follow-up dan jumlah
kejadian. Semakin tinggi proporsi kehilangan
follow-up yang berhubungan dengan derajat
kejadian kelompok intervensi dan kontrol, dan

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 35
perbedaan antara kelompok intervensi dan
kontrol, semakin besar kecenderungan bias.
Pelaporan hasil selektif Ketiadaan pelaporan atau ketidaklengkapan
pelaporan dari beberapa hasil dan lainnya
pada basis hasil.
Keterbatasan lainnya • Menghentikan percobaan secara dini
untuk mendapatkan hasil positif. Batas
perkiraan substansial untuk percobaan
adalah kurang dari 500 kejadian dan
overestimates yang besar meliputi
kejadian kurang dari 200. Bukti empiris
menyatakan bahwa penghentian
percobaan berdasarkan aturan tersebut
tidak menurunkan bias.
• Menggunakan pengukuran hasil yang
tidak valid (seperti hasil yang dilaporkan
oleh pasien)
• Efek bawaan dari percobaan crossover
• Perekrutan bias pada cluster-randomized
trials.

Tabel 2. Keterbatasan pada Penelitian Observasional


Risk of Bias Penjelasan
Kegagalan mengembangkan atau • Under- atau over-matching pada
mengaplikasikan kriteria inklusi penelitian case-control
• Seleksi penelitian cohort yang terpapar
dan tidak terpapar dari populasi yang
berbeda

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 36
Kesalahan pengukuran • Pengukuran yang berbeda pada
kelompok terpapar (contoh recall bias
pada penelitian case-control)
• Penelusuran yang berbeda untuk hasil
kelompok terpapar dan tidak pada
penelitian cohort
Kegagalan untuk mengontrol confounding • Kegagalan melakukan pengukuran secara
akurat pada faktor prognosis
• Kegagalan mencocokkan faktor
prognostik atau penyesuaian analisis
statistik
Follow-up tidak lengkap atau tidak adekuat Terutama pada penelitian cohort prospektif,
kedua kelompok harus menjalani rentang
waktu yang sama.

2. Inconsistency of Results
Perbedaan efek perawatan tergantung pada heterogenitas dan variabilitas hasil. Inkonsistensi
merujuk pada hasil heterogenitas yang tidak dapat dijelaskan. Kriteria untuk menentukan adanya
inkonsistensi antara lain:
1. Varian yang luas dari point estimates pada penelitian (arah efek tidak mempengaruhi
inkonsistensi)
2. Minimal atau tidak ada overlap confidence interval (CI), yang menunjukkan variasi lebih
dari yang diperkirakan
3. Kriteria statistik meliputi tes heterogenitas yang menguji null hypothesis bahwa semua
peneitian memiliki magnitude of effect yang sama, nilai p yang rendah (p<0.05), yang
menunjukkan null hypothesis ditolak.

3. Indirectness of Evidence
Bukti langsung terdiri dari penelitian yang secara langsung membandingkan intervensi yang
dikaji, pada populasi yang dituju, dan mengukur hasil penting pada pasien. Ketidaklangsungan
dapat berupa ketidaklangsungan populasi, ketidaklangsungan intervensi, perbedaan hasil yang

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 37
diukur, perbedaan perbandingan. Ketidaklangsungan populasi dapat berupa sample penelitian
berbeda dengan populasi pada pertanyaan penelitian. Ketidaklangsungan intervensi dapat berupa
menggunakan efektivitas intervensi lain untuk mengidentifikasi efektivitas tertentu.
Ketidaklangsungan hasil dapat berupa pemeriksaan kadar gula darah dibandingkan gejala diabetik
atau komplikasi. Ketidaklangsungan perbandingan berupa ketiadaan perbandingan intervensi A
dengan B sementara terdapat hasil perbandingan A dengan C dan B dengan C sehingga A secara
tidak langsung dapat dibandingkan dengan B.

4. Imprecision
Hasil penelitian tidak tepat jika melibatkan sedikit pasien dan sedikit kejadian sehingga
Confidence Interval (CI) pada estimate effect mejadi luas. Kondisi seperti ini menunjukkan
kualitas buti yang lebih rendah akrena menghasilkan ketidak pastian hasil.

5. Publication Bias
Publication bias adalah under-estimation atau over-estimation sistematis dari efek benefisial dan
berbahaya akibat selective publication suatu penelitian. Publication bias terjadi jika keseluruhan
penelitian tidak dilaporkan. Sebagai contoh, penelitian observasional cenderung mengalami bias
terutama jika berasal dari register pasien atau rekam medik. Penelaah akan sulit mengidentifikasi
apakah data penelitian mewakili seluruh data atau hanya sebagian (untuk menunjukkan hasil yang
menarik) dari penelitian yang dilakukan.

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 38
BAB IV
LEMBAR KERJA

Skenario
Seorang perempuan usia 20 tahun mengeluhkan ketidakmampuannya dalam menyelesaikan tugas
kuliah yang diberikan meskipun telah menghabiskan banyak waktu untuk menyusun tugas
tersebut. Terkadang dia juga merasa lebih lambat daripada teman-temannya dalam memahami
materi perkuliahan. Hasil pemeriksaan intelektualitasnya menunjukkan nilai rata-rata. Perempuan
tersebut kemudian bertanya-tanya apakah mungkin tingkat intelektual tersebut mempengaruhi
pencapaian akademik seseorang.

1. Tentukan permasalahan pada scenario di atas.


2. Buatlah satu pertanyaan yang berhubungan dengan kasus di atas.
3. Tentukan satu sumber penelusuran untuk mendapatkan informasi terkait kasus di atas.
4. Rancanglah strategi penelusuran dan lakukan penelusuran terkait permasalahan di atas.
(lampirkan screenshot penelusuran dengan frase, Boolean Operator dan Filter)
5. Pilihlah tiga referensi ilmiah pertama yang muncul pada hasil penelusuran.
6. Evaluasi kualitas artikel berdasarkan:
a. Mengidentifikasi kriteria untuk analisis ide dan pengambilan keputusan pada
pemilihan naskah
b. Keahlian dan afiliasi penulis
c. Validitas sumber informasi berdasarkan level of evidence
d. Mengidentifikasi sumber referensi yang relevan dengan permasalahan
e. Membedakan informasi yang relevan dan irelevan
f. Mengeliminasi informasi yang tidak benar atau tidak relevan

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 39
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Profesi dokter gigi menuntut literasi informasi untuk peningkatan kualitas perawatan yang
diberikan pada pasien melalui ketrampilan berpikir kritis dan penelusuran referensi. Individu
diharapkan memiliki ketiga komponen berpikir kritis (disposisi, pengetahuan spesifik terkait
bidang ilmu, dan ketrampilan berpikir kritis). Dengan memiliki ketrampilan berpikir kritis,
individu diharapkan mampu mengembangkan karakter intelektual yang dijabarkan pada kerangka
kerja Paul-Elder.
Ketrampilan penelusuran referensi merupakan bagian dari proses berpikir kritis untuk
menganalisa suatu permasalahan secara luas dan mendalam. Langkah-langkah penelusuran
referensi terdiri dari penentuan masalah, perumusan pertanyaan, penentuan sumber penelusuran,
pengaplikasian strategi penelusuran, seleksi referensi ilmiah dan kontrol kualitas referensi yang
ditelusur.

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 40
DAFTAR PUSTAKA

Adam NE. Bloom's taxonomy of cognitive learning objectives. J Med Libr Assoc, 2015; 103(3):
152-153.
Allen M. The SAGE Encyclopedia of Communication Research Methods. Volume 1. Sage, USA,
2017. p. 870.
Amalia NF, Pujiastuti E. Kemampuan Berpikir dan Rasa Ingin Tahu Melalui Model PBL. Seminar
Nasional Matematika X Universitas Negeri Semarang, 2016; 523-531.
Athanassiou N, McNett JM, Harvey C. Critical Thinking in the Management Classroom: Bloom's
Taxonomy as A Learning Tool. Journal of Management Education, 2003; 27(5): 533-555.
Beyer BK. Developing a Scope and Sequence for Thinking Skills Instruction. Educational
Leadership, 1988;
Boss J. THiNK: Critical Thinking for Everyday Life, Second Edition. McGraw-Hill, USA, 2012.
p. 21-27.
Broadbear JT, Jin G, Bierma TJ. Critical Thinking Dispositions among Undergraduate Students
during Their Introductory Health Education Course. The Health Educator, 2005; 37(1):8-15.
Cahyono BY, Indah RN. Second Language Research and Pedagogy: Towards the Development of
English Language Teaching in Indonesia. State University of Malang Press, Indonesia, 2012.
Changwong K, Sukkamart A, Sisan B. Critical thinking skill development: Analysis of a new
learning management model for Thai high schools. Journal of International Studies, 11(2),
37-48.
Duane B, Ramasubbu D, Harford S, et al. Environmental sustainability and waste within the dental
practice. British Dental Journal, 2019; 226: 661-618.
Enciso OLU, Enciso DSU, Daza MPV. Critical Thinking and its Importance in Education: Some
Reflections. Rastros Rastros, 2017: 78-88.
Evans D. Hierarchy of evidence: a framework for ranking evidence evaluating healthcare
intervensions. JCN, 2002;
Fahim M, Eslamdoost S. Critical Thinking: Frameworks and Models for Teaching. English
Language Teaching, 2014; 7(7): 141-151.
Formichelli MA. Aristotle's Theory of Prohairesis and Its Significane for Accounts of Human
Action and Practical Reasoning. Boston College, USA, 2009.

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 41
Ganaie SA, Khazer M. Diversity of Information Sources in the Digital Age: An Overview. Journal
of Advancements in Library Sciences, 2015; 53-61.
Greenhagh T. How to read a paper: The Basic of Evidence-Based Medicine. Fifth Edition. Wiley
Blackwell, UK, 2014.
Grewal A, Kataria H, Dhawan I. Literature search for research palnning and identification of
research problem. Indian J Anaesth, 2016; 60(9): 635-639.
Higgins JPT, Thomas J, Chandler J, et al. Cochrane Handbook for Systematic Reviews of
Interventions. Cochrane Collaboration, UK, 2019.
Karakoc M. The Significance of Critical Thinking Ability in terms of Education. International
Journal of Humanities and Social Science, 2016; 6(7): 81-84.
Khilstrom JF. Encyclopedia of Consciousness. Elsevier, USA, 2018. p 411-421.
Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Gigi. Konsil Kedokteran Indonesia,
Jakarta, Indonesia, 2015. Hal: 1.
Krathwohl DR. A Revision of Bloom's Taxonomy: An Overview. Theory in Practice, 2002; 41(4):
212-218.
Lai ER. Critical Thinking: A Literature Review. Pearson's Research Group, 2011; p. 1-49.
Learner-Centered Initiatives. Checklist for Critical Thinking. Learner-Centered Initiatives, 2016.
McNair P, Lewis G. Levels of Evidence in Medicine. IJSPT, 2012; 7(5): 474-481.
Nieto AM & Saiz Carlos. Skills and dispositions of critical thinking: are they sufficient? anales de
psicologia, 2011; 1(enero): 202-209.
Pullin AS, Frampton GK, Livoreil B, Petrokofsky G. Guidelines and Standards for Evidence
Sythesis in Environmental Management. Version 5. Collaboration for Environmental
Evidence, 2018.
Ralston PA, Bays CL. Enhancing Critical Thinking Across The Undergraduate Experience: An
Exemplar From Engineering. American Journal of Engineering Education, 2013; 4(2): 119-
126.
Richards T. Problem Solving: Best Strategies to Decision Making, Critical Thinking and Positive
Thinking. CreateSpace Independent Publishing Platform, 2015. p. 79.
Ritchie, T. D. (2014). Denial. In T. R. Levine (Ed.), Encyclopedia of lying and deception.
Thousand Oaks, CA: Sage Publications.

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 42
Rostami SS, Sohrabnejad A, Mirzaei A. Evaluation of thinking style among medical and dental
students of Ilam University of Medical Sciences in academic year of 2016-2017. J Bas Res
Med Sci, 2018; 5(3): 17(22).
Schunemann H, Brozek J, Gordon G, et al. Grade Handbook: Introduction to GRADE Handbook.
Updated 2013.
Sendag S, Erol O, Sezgin S, Dulkadir N. Preservice Teacher's Critical Thinking Dispositions and
Web 2.0 Competencies. Contemporary Educational Technology, 2015; 6(3): 172-187.
Strauss SE, Glasziou P, Richardson WS, et al. Evidence-Based Medicine: How to Practice and
Teach EBM. Elsevier, UK, 2019.
Szajewska H. Evidence-Based Medicine and Clinical Research: Both are Needed, Neither is
Perfect. Ann Nutr Metab, 2018; 72(suppl 3): 13-23.
Winterton J, Le Deist FD, Stringfellow E. Typology of knowledge, skills and competences:
clarification of the concept and prototype. Cadefop Reference series, 2006; 64.
Zapalska AM, Nowduri S, Imbriale P, et al. A Framework for Critical Thinking Skills
Development Across Business Curriculum Using the 21st Century Bloom's Taxonomy.
Interdiscip Educ Psychol, 2018; 1-14.
Zhang LF. Contributions of Thinking Styles to Critical Thinking Dispositions. The Journal of
Psychology, 2003; 137(6): 517-544.
Zhang LF. Thinking Styles and Modes of Thinking: Implications for Education and Research. The
Journal of Psychology, 2002; 136(3): 245-261.
Zivkovic S. A Model of Critical Thinking as an Important Attribute for Success in the 21st
Century. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 2016; 232: 102-108.

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 43
LAMPIRAN

Checklist Referensi Ilmiah (Straus et al, 2019; Learner-Centered Initiative, 2016)


No Checklist Skor Keterangan
0 1 2
1 Menentukan permasalahan
2 Menentukan keywords

3 Menentukan Sumber Penelusuran


4 Mengaplikasikan Strategi Penelusuran (Screening
pencarian)
5 Seleksi Referensi Ilmiah
6 Menilai kepenulisan dan kredibilitas konten
website
7 Menilai validitas atau reabilitas dan kredibilitas
sumber informasi
8 Mengidentifikasi kriteria dalam analisis dan
pengambilan naskah
9
Menyadur bagian isi yang dianggap relevan dengan
masalah
10 Membedakan informasi yang relevan dan irelevan
Total
Total Skor

Buku Petunjuk Skill Lab Blok 1 Berpikir Kritis dan Penelusuran Referensi Page 44

Anda mungkin juga menyukai