Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia

Volume 7 Nomor 2 Bulan Mei 2022. Halaman 55-64


p-ISSN: 2477-5916 e-ISSN: 2477-8370

Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia is licensed under


A Creative Commons Attribution-Non Commercial 4.0 International License.

KEPUASAN SISWA ATAS PELAYANAN BIMBINGAN DAN


KONSELING DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA TENTANG
KUALITAS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
DI SMK PGRI WONOASRI KABUPATEN MADIUN

Fransisca Mudjijanti1)

1)
Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya, Indonesia
E-mail: fransiscamudjijanti@gmail.com

Abstrak. Tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa tentang kualitas layanan bimbingan dan
konseling; tingkat kepuasan siswa atas layanan bimbingan dan konseling; pengaruh persepsi siswa tentang kualitas
pelayanan bimbingan dan konseling terhadap tingkat kepuasan siswa atas layanan bimbingan dan konseling; dan
pengaruh dimensi kualitas layanan bimbingan dan konseling terhadap tingkat kepuasan siswa atas layanan bimbingan
dan konseling. Populasi penelitian seluruh siswa SMK PGRI Wonoasri Kabupaten Madiun berjumlah 600 siswa. Sampel
penelitian 25% yaitu sebanyak 150 siswa dengan teknik Cluster random sampling. Teknik pengumpulan data dengan
Skala Psikologi. Analisis data dengan Statistik Deskriptif dan Regresi Linier berganda. Hasil analisis menunjukkan
bahwa persepsi siswa tentang kualitas pelayanan Bimbingan dan Konseling tergolong dalam kategori baik (83%);
tingkat kepuasan siswa atas pelayanan Bimbingan dan Konseling tergolong dalam kategori memuaskan (82%); pengaruh
persepsi siswa tentang kualitas pelayanan Bimbingan dan Konseling terhadap kepuasan siswa atas layanan Bimbingan
dan Konseling sebesar 65.4%; pengaruh dimensi kualitas layanan BK terhadap tingkat kepuasan siswa atas pelayanan
BK (Kehandalan 12,74%; Daya Tanggap 19,71%; Kepastian 1,66%; Empati 13,76%; Bukti Fisik 17,47%.

Kata Kunci: Kualitas Pelayanan; Kepuasan Siswa; Bimbingan dan Konseling

I. PENDAHULUAN psikologis. Masalah psikologis tersebut muncul


karena siswa sedang mengalami masa-masa
UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem transisi dari masa kanak- kanak menuju masa
Pendidikan Indonesia mempertegas bahwa tujuan remaja hingga remaja akhir. Penelitian Affiatin
pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi (Azizah, 2013) menunjukkan bahwa masalah
peserta didik sesuai dengan bakat dan minatnya. yang dirasakan remaja berkaitan dengan masalah
Oleh karena itu, sekolah sebagai salah satu prestasi akademik maupun non akademik,
lembaga pendidikan harus mampu memberikan masalah fisik, masalah psikis (sedih, cemas,
fasilitas guna mengembangkan potensi yang kecewa), masalah religius dan masalah sosial
dimiliki oleh setiap siswanya. Pendidikan pada (berhubungan dengan teman, orang tua, guru dan
dasarnya bukan hanya ditujukan bagi penguasaan tetangga). Masalah yang banyak dirasakan remaja
ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai tempat bagi adalah permasalahan kurang percaya diri.
peserta didik dalam mengembangkan pribadi Manifestasi dari rasa kurang percaya diri tampak
secara utuh dan optimal dalam berbagai hambatan perilaku, antara lain
Siswa dalam mengembangkan pribadinya, sulit berkomunikasi dengan orang lain,takut gagal,
tidak jarang mengalami masalah-masalah takut mencoba hal-hal baru, tidak berani

55
Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia
Volume 7 Nomor 2 Bulan Mei 2022. Halaman 55-64
p-ISSN: 2477-5916 e-ISSN: 2477-8370

menyampaikan pendapat, malu. Diananda (2018) harus memiliki sikap dan perilaku positf. Selain
menyebutkan tindakan-tindakan yang sering itu hasil penelitian yang dilakukan oleh (Amalia,
nampak pada remaja antara lain merasa rendah 2016) bahwa siswa merasa cukup puas terhadap
diri, menarik diri dari lingkungan, merasa dirinya layanan konseling yang diberikan guru BK
tidak mampu dan tidak berguna, berdiam diri karena mereka menganggap pelayanan yang
(pasif), suka menentang, ingin menang sendiri diberikan sudah cukup baik, sifat yang
dan kadang-kadang agresif. Bentuk manifestasi ditunjukkan guru BK terhadap siswa baik,
emosi marah berupa sikap agresif baik bersifat penanganan masalah dari guru BK dapat
verbal (menentang, mendebat) maupun bersifat membantu siswa mengubah perilaku ke arah lebih
fisik (membanting, berkelahi). baik, lebih membuat siswa tenang dalam
menangani masalah.
Oleh karena itu, diperlukan sebuah bantuan
secara profesional untuk membantu siswa Penelitian lain yang senada juga dilakukan oleh
menyelesaikan masalah-masalah tersebut dan (Maryam, 2007) bahwa kualitas pelayanan
membantu siswa agar berkembang secara optimal. bimbingan dan konseling secara signifikan
Layanan bantuan yang diberikan bagi siswa di berpengaruh terhadap kepuasan siswa
sekolah dikenal dengan layanan bimbingan dan memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling
konseling yang bertujuan membantu siswa agar di SMP Negeri 1 Brebes. Ratnawati Radja (2013)
dapat berkembang secara optimal. Berdasarkan menunjukkan bahwa kualitas layanan
tujuan tersebut, maka layanan bantuan yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap
diberikan haruslah profesional dan berkualitas kepuasan konsumen. Hal ini berarti bahwa
agar siswa dapat merasakan setiap layanan yang semakin tinggi kualitas layanan yang diberikan,
diberikan. maka semakin tinggi pula kepuasan yang
dirasakan oleh konsumen. Kualitas layanan SMK
Agar dapat memberikan kualitas pelayanan
Kristen Salatiga berpengaruh terhadap kepuasan
yang sesuai dengan harapan dan kebutuhan siswa,
siswa karena apabila kualitas layanan yang
maka terlebih dahulu kinerja pelayanan
dirasakan melebihi harapan siswa, maka
bimbingan dan konseling harus dimaksimalkan.
kepuasan siswa pun akan semakin tinggi.
Jasa pelayanan (service quality) yang diberikan
Sebaliknya, apabila kualitas layanan yang
pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa
adalah membantu siswa agar dapat berkembang dirasakan lebih rendah dari apa yang diharapkan
siswa, maka kepuasan siswa juga akan menjadi
secara optimal. Siswa yang memperoleh
kepuasan tidak hanya menjadi dasar yang kuat rendah. Harjani (2018) terdapat pengaruh yang
bagi pelayanan bimbingan dan konseling itu positif antara kualitas pelayanan terhadap
kepuasan siswa di Lembaga Pendidikan
sendiri tetapi juga mencerminkan potensi
Primagama Gading Serpong.
perkembangan bimbingan dan konseling di masa
mendatang. Kepuasan siswa terhadap layanan Bila kualitas pelayanan bimbingan dan
bimbingan dan konseling merupakan hal yang konseling yang diterima oleh siswa sesuai dengan
penting karena siswa akan sangat terbantu untuk harapannya, maka akan membuat siswa merasa
menyelesaikan masalah-masalah yang puas. Sebaliknya bila kualitas pelayanan
dihadapinya. Kepuasan siswa akan terbentuk bimbingan dan konseling yang diterima kurang
apabila konselor memberikan pelayanan baik, tidak sesuai dengan harapannya akan
bimbingan dan konseling yang berkualitas. Hal mengakibatkan siswa merasa tidak puas atau
itu didukung dengan hasil penelitian (Sangkakala, kecewa. Hasil penelitian Sangkakala (2014) siswa
2014) yang menunjukan bahwa siswa merasa SMAN 53 Jakarta belum merasa puas dengan
puas dengan pelayanan guru BK karena merasa pelayanan BK karena menganggap guru BK
diperhatikan dan dihargai, guru BK cepat tanggap, kurang peduli, siswa belum merasakan langsung
memahami masalah siswa. Untuk itu guru BK fasilitas fisik ruang BK, beberapa guru BK saat

56
Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia
Volume 7 Nomor 2 Bulan Mei 2022. Halaman 55-64
p-ISSN: 2477-5916 e-ISSN: 2477-8370

memberi layanan klasikal menggunakan metode dipaparkan di atas, kualitas layanan bimbingan
yang membosankan Selain itu hasil penelitian dan konseling akan diteliti berdasarkan lima
(Amalia, 2016) menunjukkan bahwa siswa yang dimensi kualitas jasa SERVQUAL menurut
belum merasa puas terhadap layanan konseling (Parasuraman, dkk. 1998) yaitu kehandalan
yang diberikan guru BK karena mereka (reliability), daya tanggap (responsiveness),
menganggap cara yang diberikan dalam jaminan atau kepastian (assurance), empati
membantu menyelesaikan masalah kurang tepat (emphaty), dan bukti fisik (tangibles).
yaitu dengan ancaman, layanan konseling yang Kehandalan (reliability) merupakan
diberikan oleh guru BK tidak memberi dampak kemampuan konselor memberikan pelayanan
dalam dirinya, guru BK terlalu cepat untuk seperti yang telah dijanjikan dengan segera,
menyimpulkan siswa yang bermasalah. akurat, dan memuaskan (Sedarmayanti, 2000).
Akibatnya siswa akan meninggalkan pelayanan Dengan menepati berbagai hal yang telah
bimbingan dan konseling yang disediakan di disepakati maka siswa (konseli) merasa dirinya
sekolah dan akan beralih pada pihak lain yang mendapat perhatian dan dihargai oleh konselor.
dapat memberi kepuasan dan memenuhi Usaha yang dilakukan konselor berkaitan dengan
harapannya. Bahkan mungkin siswa akan hal tersebut yaitu konsisten terhadap kesepakatan
menjelek-jelekkan pelayanan bimbingan dan bersama, sistem dan prosedur pelayanan
konseling. bimbingan dan konseling, taat teradap azas
Fritzsimons (1992) mengatakan bahwa konseli bimbingan dan konseling, menepati jadwal
yang puas akan dapat melakukan pembelian pertemuan yang disepakati.
ulang (repeat) pada waktu yang akan datang dan Prayitno (2009) menyatakan apabila konselor
memberitahukan kepada orang lain atas kinerja dalam menyelenggarakan layanan bimbingan dan
layanan jasa yang dirasakan. Pendapat Tjiptono konseling menerapkan azas azas bimbingan dan
(2014) kualitas jasa yang unggul pada gilirannya konseling dengan baik maka proses pelayanan
akan memberikan berbagai manfaat bagi dirinya. akan mengarah kepada pencapaian tujuan yang
Selanjutnya jika dikaitkan dengan kualitas diharapkan dan sebaliknya apabila azas azas
layanan bimbingan dan konseling maka kualitas bimbingan dan konseling diabaikan atau
layanan bimbingan dan konseling dapat ditinjau dilanggar dikawatirkan kegiatan yang terlaksana
dari kepuasan konseli sebagai orang yang justru akan berlawanan dengan tujuan bimbingan
memanfaatkan atau menggunakan layanan dan konseling bahkan dapat merugikan orang-
tersebut. Jika siswa merasa terlayani dengan baik orang yang terlibat di dalam pelayanan serta
maka siswa akan merasa puas dan termotivasi profesi bimbingan dan konseling sendiri.
untuk memanfaatkan layanan bimbingan dan Jadi kualitas layanan bimbingan dan konseling
konseling. Dan pada akhirnya siswa tersebut akan
berdasarkan dimensi kehandalan mencakup
menularkan atau memberitahu pada orang lain
ketepatan dan kesesuaian sistem pelayanan BK
atas kinerja organisasi bimbingan dan konseling
yang diselenggarakan dengan masalah dan
di sekolahnya. kebutuhan siswa. Selain itu pelayanan BK dapat
Seperti halnya kualitas pelayanan yang lain, memuaskan siswa apabila penyelenggaraannya
kualitas pelayanan bimbingan dan konseling berdasarkan kesepakatan bersama antara konselor
merupakan konsep abstrak dan tidak mudah dan siswa baik yang berkaitan dengan waktu
dipahami, karena kualitas pelayanan memiliki pelaksanaan maupun tempat, taat azas bimbingan
karakteristik tidak berwujud (intangible), dan konseling serta sesuai dengan masalah dan
bervariasi (variability), tidak tahan lama kebutuhan.
(perihability), serta produksi dan konsumsi jasa
Daya tanggap (responsiveness), merupakan
terjadi bersamaan (Parasuraman, dkk. 1998). Atas kesediaan dan kecepatan serta spontanitas
dasar konsep dimensi kualitas jasa yang

57
Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia
Volume 7 Nomor 2 Bulan Mei 2022. Halaman 55-64
p-ISSN: 2477-5916 e-ISSN: 2477-8370

konselor dalam memberikan pelayanan konseli sebagai individu yang berpotensi,


bimbingan dan konseling kepada siswa sesuai konselor harus bersikap adil kepada semua siswa.
dengan kebutuhan dan masalah siswa. Kesediaan Semua siswa mempunyai hak dan kesempatan
konselor dalam hal ini berkaitan dengan yang sama untuk mendapatkan pelayanan
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan konseling kapanpun, dimanapun,
layanan kepada siswa seperti salah satu azas layanan bimbingan dan konseling itu diberikan,
bimbingan dan konseling yaitu azas kesukarelaan. dengan pertimbangan semata-mata didasarkan
Konselor hendaknya dapat memberikan bantuan atas sifat dan jenis masalah yang dihadapi serta
dengan ikhlas (Prayitno, 2009). ciri-ciri ke-individual-an siswa yang
bersangkutan. Konselor yang baik memiliki sikap
Kecepatan konselor dalam memberikan
dan perilaku konselor tidak hanya ketika sedang
layanan bimbingan dan konseling yang efektif
menyelenggarakan layanan bimbingan dan
sangat dibutuhkan dimulai dari identifikasi dan
konseling tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.
penentuan sumber masalah. Prayitno (2009)
mengatakan bahwa konselor harus cepat Menurut Suherman (2003) berdasarkan
memberikan perhatian terhadap apa yang terjadi keragaman konseli dan orientasi konselor, secara
dan atau mungkin akan terjadi pada peserta didik, umum seorang konselor hendaknya menunjukkan
serta mengambil tindakan secara tepat untuk sikap dan perilaku sebagai berikut:1) berusaha
mengatasi dan atau mengantisipasi apa yang menciptakan suasana dan hubungan yang lebih
terjadi dan/atau mungkin terjadi. Daya tanggap baik; 2) berusaha menjaga sikap objektif terhadap
juga berhubungan dengan spontanitas. Menurut konseli; 3) mengeksplorasi faktor penyebab
Latipun (2011) sikap spontanitas konselor masalah-masalah psikologis masa lalu maupun
merupakan aspek yang sangat penting dalam masa sekarang; 4) mempertahankan transfer
kegiatan layanan bimbingan dan konseling. pemahaman perilaku baru yang diperlukan
Selama kegiatan layanan bimbingan dan konseli dalam kehidupan sehari-hari; 5) menjadi
konseling berlangsung, konselor tidak hanya model atau contoh dalam bersikap sehat dan
dapat membuat rencana tetapi perlu kesiapan normal; 6) menyadari kesalahan yang pernah
untuk berinteraksi dan secara spontan merespon dibuat; 7) dapat dipercaya dan mampu menjaga
apa yang diperolehnya sepanjang kegiatan rahasia; 8) memiliki orientasi diri yang selalu
layanan bimbingan dan konseling. berkembang; 9) ikhlas dalam menjalani
profesinya. Latipun (Latipun, 2011) konselor
Jadi kualitas layanan bimbingan dan konseling
dalam dimensi daya tanggap yaitu konselor dalam maupun konseli harus membangun hubungan
memberikan layanan bimbingan dan konseling yang jujur dan terbuka. Dalam hal ini tidak ada
“topeng” untuk menutupi kelemahan atau bukan
pada siswa harus siap sedia atau memiliki
yang sejatinya.Kejujuran menjadi prasyarat
kesediaan yang ditandai dengan kesukarelaan,
keberhasilan layanan bimbingan dan konseling.
selain itu cepat dalam arti pelayanan bimbingan
dan konseling yang diselenggarakan konselor Empati (emphaty) (Rangkuti, 2003) merupakan
dengan cepat diberikan kepada siswa yang rasa peduli memberikan perhatian secara
membutuhkan. Dalam pelayanan bimbingan dan individual, memahami kebutuhan individu serta
konseling juga memerlukan spontanitas konselor kemudahan untuk dihubungi. Semakin seseorang
yang tinggi untuk mengamati perubahan yang mengetahui emosi sendiri, semakin terampil ia
dialami siswa baik ketika kegiatan layanan membaca emosi orang lain. Dengan demikian
bimbingan dan konseling berlangsung maupun empati dapat dipahami sebagai kemampuan
setelah kegiatan. mengindera perasaan dan perspektif orang lain.
Goleman (1997) menyatakan terdapat 3 (tiga)
Dalam kriteria kepastian (Assurance) konselor
karakteristik kemampuan seseorang dalam
harus memiliki sikap dan perilaku yang positif
berempati, yaitu: 1) mampu menerima sudut
untuk dapat menghargai dan memperhatikan

58
Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia
Volume 7 Nomor 2 Bulan Mei 2022. Halaman 55-64
p-ISSN: 2477-5916 e-ISSN: 2477-8370

pandang orang lain; 2) memiliki kepekaan bimbingan dan konseling kembali jika siswa
terhadap perasaan orang lain; 3) mampu membutuhkan dan akan memberitahukan
mendengarkan orang lain. Senada dengan kebaikan-kebaikan pelayanan bimbingan dan
pendapat Patterson (Latipun, 2011) bahwa ada 3 konseling yang mereka rasakan kepada siswa-
aspek empati yaitu: 1) keharusan bahwa konselor siswa yang lain. Berbagai bentuk pelayanan
mendengarkan klien dan mengkomunikasikan bimbingan dan konseling baik individual maupun
persepsinya kepada klien; 2) ada pengertian atau kelompok hendaknya mengacu pada konsep
pemahaman konselor tentang dunia klien; 3) layanan yang berkualitas. Kepuasan siswa setelah
mengkomunikasikan pemahamannya kepada mendapat pelayanan bimbingan dan konseling
klien. dapat dijadikan barometer kualitas pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah.
Bukti fisik (tangible) merupakan salah satu
dimensi kualitas pelayanan bimbingan dan Selain itu menurut Rangkuti (2003) salah satu
konseling yang mudah dilihat oleh siswa. Hal itu faktor yang menentukan kepuasan pelanggan
senada dengan pendapat (Rangkuti, 2003) adalah persepsi pelanggan mengenai kualitas jasa
mengatakan bahwa sarana dan prasarana yang atau pelayanan yang telah diberikan. Kualitas jasa
dibutuhkan dalam layanan bimbingan dan tersebut terdiri dari kelima dimensi kualitas yaitu
konseling adalah terdiri dari: 1) sarana; 2) kehandalan, daya tanggap, kepastian, empati, dan
prasarana; 3) penampilan seorang konselor. bukti langsung. Agar siswa merasa puas terhadap
Sarana dan prasarana yang diperlukan pelayanan bimbingan dan konseling yang
disesuaikan dengan kondisi sekolah yang diterima, maka penyedia jasa pelayanan
bersangkutan. Fasilitas dan pembiayaan bimbingan dan konseling harus mengerti apa
merupakan aspek yang sangat penting yang harus yang menjadi harapan siswa.sehingga tidak
diperhatikan dalam suatu program bimbingan dan terjadi perbedaan (gap) antara kinerja yang
konseling. Aspek pembiayaan memerlukan diberikan dengan harapan siswa, yang pada
perhatian yang lebih serius karena dalam akhirnya siswa akan merasa puas dan
kenyataannya aspek tersebut merupakan salah mempersepsikan baik atas kualitas pelayanan
satu faktor penghambat proses pelaksanaan bimbingan dan konseling yang diterimanya.
bimbingan dan konseling (Nurihsan, 2006). Kepuasan siswa dalam memperoleh pelayanan
Kualitas pelayanan bimbingan dan konseling BK yang berkualitas cukup penting dalam
akan mendorong terwujudnya kepuasan siswa menunjang perkembangan BK di sekolah. Oleh
setelah mereka memanfaatkannya berdasarkan karena itu guru BK di sekolah seyogyanya dapat
konsep manajemen bahwa “Pelanggan yang puas memberikan pelayanan yang baik kepada siswa.
akan melakukan pembelian ulang pada waktu Tetapi realitas yang terjadi di sekolah-sekolah
yang akan datang dan memberitahukan kepada bahwa sebagian besar siswa masih enggan datang
orang lain atas kinerja produk atau jasa yang telah ke ruang BK. Selain karena merasa malu atau
dirasakan” (Fritzsimons, 1992). takut mereka juga merasa kurang mendapatkan
manfaat dengan mengikuti pelayanan BK. Masih
Atas dasar analogi di atas dalam pelayanan
adanya pandangan siswa bahwa BK adalah
bimbingan dan konseling jika siswa memperoleh
pelayanan khusus bagi para siswa yang
kepuasan atas pemenuhan harapannya, siswa
bermasalah. Kondisi tersebut juga dijumpai di
akan datang lagi meminta pelayanan bimbingan
SMK PGRI Wonoasri Kabupaten Madiun. SMK
dan konseling ketika dia membutuhkannya, selain
PGRI Wonoasri Kabupaten Madiun mempunyai
itu siswa juga akan memberitahukan rasa puasnya
jam kegiatan BK di dalam kelas atau masuk
kepada siswa yang lain. Berdasarkan pendapat di
dalam jam pelajaran sekolah, selain itu juga
atas, jelas bahwa siswa yang memperoleh
menyelenggarakan layanan bimbingan dan
kepuasan dari pelayanan bimbingan dan
konseling di luar jam pelajaran terutama untuk
konseling akan memanfaatkan pelayanan

59
Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia
Volume 7 Nomor 2 Bulan Mei 2022. Halaman 55-64
p-ISSN: 2477-5916 e-ISSN: 2477-8370

memberikan layanan konseling individu dan dikembangkan mengikuti model Skala Likert
kelompok dengan meminta ijin pada guru mata dengan 5 alternatif jawaban seperti pada tabel I di
pelajaran jika menggunakan jam pelajaran untuk bawah ini.
mengadakan layanan bimbingan dan konseling.
Oleh karena itu konselor harus merencanakan TABEL I
program yang dapat diselenggarakan dengan PENSKORAN SKALA PSIKOLOGI

waktu yang fleksibel. Kriteria


Skor Persepsi Siswa tentang Tingkat Kepuasan Siswa
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Kualitas layanan BK atas Layanan BK
dan memperoleh gambaran mengenai 1) persepsi 5 SB (Sangat Baik) SM (Sangat Memuaskan)
siswa tentang kualitas pelayanan bimbingan dan 4 B (Baik) M (Memuaskan)
3 CB (Cukup Baik) CM (Cukup Memuaskan)
konseling di SMK PGRI Wonoasri kabupaten 2 KB (Kurang Baik) KM (Kurang Memuaskan)
Madiun; 2) tingkat kepuasan siswa atas layanan 1 TB (Tidak Baik ) TM (Tidak Memuaskan)
bimbingan dan konseling di SMK PGRI
Skala psikologi digunakan untuk mendapatkan
Wonoasri kabupaten Madiun; (3) pengaruh
data persepsi siswa tentang kualitas pelayanan
kualitas pelayanan bimbingan dan konseling
Bimbingan dan Konseling di SMK PGRI
terhadap tingkat kepuasan siswa atas layanan
Wonoasri Kabupaten Madiun dan tingkat
bimbingan dan konseling di SMK PGRI
kepuasan siswa atas pelayanan bimbingan dan
Wonoasri kabupaten Madiun; 4) pengaruh
konseling di SMK PGRI Wonoasri Kabupaten
dimensi kualitas pelayanan bimbingan dan
Madiun berdasarkan pendapat (Parasuraman, dkk.
konseling yang meliputi kehandalan, daya
1998).
tanggap, kepastian, empati, bukti fisik terhadap
tingkat kepuasan siswa atas pelayanan bimbingan Pengujian terhadap instrumen penelitian
dan konseling di SMK PGRI Wonoasri kabupaten dengan uji validitas menggunakan korelasi
Madiun Product Moment (Arikunto, 2016) dan uji
reliabilitas dengan menggunakan formula Alfa
II. METODE Cronbach (Nurgiyantoro, 2005).
Pendekatan penelitian ini adalah penelitian Data yang telah terkumpul dianalisis dengan
deskriptif, jenis expost facto. Kerlinger (Emzir, teknik analisis regresi linear berganda dan
2016) penelitian expost facto adalah penyelidikan statistik deskriptif (Sugiyono, 2013). Kategorisasi
empiris yang sistematis di mana ilmuwan tidak statistik deskriptif variabel persepsi siswa tentang
mengendalikan variabel bebas secara langsung kualitas layanan BK seperti pada tabel II dan
karena eksistensi dari variabel tersebut telah kategorisasi statistik deskriptif variabel kepuasan
terjadi, atau karena variabel tersebut pada siswa atas pelayanan BK seperti pada tabel di
dasarnya tidak dapat dimanipulasi. bawah ini:
Penelitian expost facto dibagi menjadi dua jenis, TABEL II
KATEGORISASI KUALITAS LAYANAN BK
yaitu penelitian korelasional dan penelitian kausal
komparatif (Sukardi, 2013). Sesuai dengan tujuan Interval Mean Kategori
penelitian ini maka penelitian ini termasuk jenis 1.00 – 1.80 Tidak Baik
1.81 – 2.60 Kurang Baik
penelitian korelasional. 2.61 – 3.40 Cukup Baik
3.41 – 4.20 Baik
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa 4.21 – 5.00 Sangat Baik
SMK PGRI Wonoasri Kabupaten Madiun tahun
pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 600 siswa.
Sampel penelitian ini ditentukan sebesar 25%
atau 150 siswa dengan teknik cluster random
sampling. Instrumen pengumpulan data
menggunakan skala psikologi yang

60
Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia
Volume 7 Nomor 2 Bulan Mei 2022. Halaman 55-64
p-ISSN: 2477-5916 e-ISSN: 2477-8370

TABEL III daya tanggap, kepastian, empati, dan bukti fisik.


KATEGORISASI KEPUASAN SISWA ATAS LAYANAN BK
Persepi siswa tentang dimensi kehandalan
Interval Mean Kategori menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yang
1.00 – 1.80 Tidak Memuaskan
1.81 – 2.60 Kurang Memuaskan
menjadi subjek penelitian ini memandang
2.61 – 3.40 Cukup Memuaskan pelayanan BK telah sesuai dengan standar yang
3.41 – 4.20 Memuaskan seharusnya, konsisten dengan kesepakatan
4.21 – 5.00 Sangat Memuaskan
bersama, dan taat terhadap azas yang berlaku
Uji asumsi klasik adalah pengujian asumsi dalam pelayanan BK.
statistik yang harus dilakukan pada analisis Persepi siswa tentang dimensi daya tanggap
regresi linear berganda. Uji asumsi klasik menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
dilakukan untuk menguji asumsi yang ada dalam memandang konselor dalam memberikan
pemodelan regresi linear berganda sehingga data pelayanan BK bersedia meluangkan waktu, ikhlas
dapat dianalisis lebih lanjut tanpa menghasilkan dalam membantu siswa, cepat mengambil
data yang bias. Analisis regresi dapat dilanjutkan tindakan terhadap masalah atau kebutuhan siswa.
apabila memenuhi asumsi klasik yaitu Persepi siswa tentang dimensi kepastian
berdistribusi normal, tidak mengandung menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
multikolinearitas dan heteroskedastisitas (Ghozali, memandang bahwa konselor dalam memberikan
2016). Uji normalitas data menggunakan One pelayanan BK menghargai konseli, terbuka,
Sample Kolmogorov Smirnov Test, uji sopan dalam bertutur kata, ramah, bersedia
multikolinearitas dengan melihat nilai tolerance mendengarkan keluhan, mampu menyimpan
dan variance inflating factor (VIF), dan uji rahasia dan mampu mengendalikan emosi.
heteroskedastisitas dengan uji Glejser.
Persepi siswa tentang dimensi empati
menunjukkan bahwa sebagian siswa memandang
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
konselor mampu menerima siswa tanpa
Kualitas Layanan BK. memandang latar belakangnya, tulus, jujur, sabar,
Pengukuran persepsi siswa tentang kualitas hangat, sehingga siswa menjadi cepat hangat.
layanan Bimbingan dan Konseling di SMK PGRI Persepi siswa tentang dimensi bukti fisik
Wonoasri Kabupaten Madiun menggunakan menunjukkan bahwa sebagian siswa memandang
teknik statistik deskriptif dengan kategorisasi pelayanan BK telah menyediakan sarana
sesuai tabel II dapat digambarkan seperti pada prasarana yang dibutuhkan seperti ruang
tabel IV dan gambar 1 di bawah ini. bimbingan/konseling, papan bimbingan, kotak
masalah, paket bimbingan, informasi dunia kerja
dan perguruan tinggi.
TABEL IV
PERSEPSI SISWA TENTANG KUALITAS LAYANAN BK

Kategori Frekuensi Persentase Tingkat Kepuasan Siswa atas Pelayanan BK.


Tidak Baik 0 0
Kurang Baik 2 1%
Pengukuran tingkat kepuasan siswa atas
Cukup Baik 22 15% layanan Bimbingan dan Konseling di SMK PGRI
Baik 124 83% Wonoasri Kabupaten Madiun menggunakan
Sangat Baik 2 1%
Jumlah 150 100% teknik statistik deskriptif dengan kategorisasi
sesuai tabel III dapat digambarkan seperti pada
Tabel IV menunjukkan bahwa sebagian besar tabel V dan gambar 2 di bawah ini.
siswa atau 83% siswa memiliki persepsi tentang
kualitas pelayanan BK pada kategori baik.
Persepsi siswa tentang kualitas pelayanan BK
menggambarkan harapan siswa terhadap kualitas
pelayanan BK yang meliputi dimensi kehandalan,

61
Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia
Volume 7 Nomor 2 Bulan Mei 2022. Halaman 55-64
p-ISSN: 2477-5916 e-ISSN: 2477-8370

TABEL V konsisten terhadap kesepakatan bersama, dan taat


TINGKAT KEPUASAN SISWA ATAS PELAYANAN BK
terhadap azas pelayanan BK. Tingkat kepuasan
Kategori Frekuensi Persentase siswa terhadap dimensi daya tanggap
Tidak Memuaskan 0 0
Kurang Memuskan 2 1%
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa merasa
Cukup Memuaskan 19 13% puas atas kesediaan dan kemauan konselor,
Memuaskan 123 82% kecepatan dan spantanitas konselor dalam
Sangat Memuaskan 6 4%
Jumlah 150 100%
memberikan pelayanan. Tingkat kepuasan siswa
terhadap dimensi kepastian menunjukkan bahwa
Tabel V menunjukkan bahwa sebagian besar sebagian besar siswa merasa puas terhadap sikap
siswa atau 82% menyatakan bahwa tingkat perilaku konselor yang sopan, ramah, sabar,
kepuasan siswa atas pelayanan BK berada pada mampu menyimpan rahasia, sukarela, bersedia
kategori memuaskan. Artinya sebagian besar mendengarkan keluhan siswa. Tingkat kepuasan
siswa telah merasa puas atas kehandalan, daya siswa terhadap dimensi empati menunjukkan
tanggap, jaminan, empati, dan bukti fisik dalam bahwa sebagian besar siswa merasa puas terhadap
pelayanan bimbingan dan konseling. konselor yang peka, jujur, menghargai siswa,
Tingkat kepuasan siswa ini menggambarkan sabar, dan bersedia mendengarkan curhat siswa.
kenyataan yang telah diterima siswa atas Tingkat kepuasan siswa terhadap dimensi bukti
pelayanan BK. Selain itu, tingkat kepuasan siswa fisik menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
juga mengindikasikan bahwa secara umum tidak merasa puas atas sarana dan prasarana bimbingan
ada gap antara harapan atau tuntutan siswa yang yang tersedia untuk mendukung pelayanan BK
dapat dilihat dari persentase persepsi siswa atas berupa ruang bimbingan/konseling, papan
kualitas layanan BK dengan kenyataan yang bimbingan, tersedianya informasi yang mudah
diterima siswa dalam memanfaatkan pelayanan diperoleh siswa.
BK, yang dapat dilihat dari tingkat kepuasan Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Kualitas
siswa atas pelayanan BK. Perbandiangan antara Layanan BK Terhadap Tingkat Kepuasan Siswa
harapan dan tingkat kepuasan siswa diperjelas Atas Pelayanan BK.
dengan data pada tabel VI di bawah ini.
Untuk menguji pengaruh persepsi siswa
tentang kualitas pelayanan BK terhadap kepuasan
TABEL VI
KUALITAS LAYANAN BK DAN TINGKAT KEPUASAN SISWA siswa dalam memanfaatkan pelayanan BK
digunakan analisis regresi linear berganda yang
Dimensi Kualitas Persepsi Siswa Tingkat Kepuasan meliputi uji secara simultan dan secara parsial.
Pelayanan BK tentang Kualitas Siswa atas
Layanan BK Pelayanan BK Model regresi linear berganda disebut sebagai
Kehandalan Baik Memuaskan model yang baik jika memenuhi asumsi klasik
Daya Tanggap Baik Memuaskan yaitu datanya berdisribusi normal, tidak
Sikap & Perilaku Baik Memuaskan
Empati Baik Memuaskan mengandung multikolinearitas dan
Bukti Fisik Baik Memuaskan heteroskedastisitas.
Tabel VI menunjukkan bahwa sudah terjadi Uji Normalitas menggunakan uji One Sample
kesesuaian antara harapan dan tingkat kepuasan Kolmogorov Smirnov Test dengan taraf
siswa atas pelayanan BK.. Apa yang menjadi signifikansi 0.05. Hasil menunjukkan bahwa data
harapan siswa akan kualitas layanan BK sudah berdistribusi normal (persepsi siswa tentang
terpenuhi, sehingga siswa merasa puas dengan kualitas layanan BK 0.132 dan kepuasan siswa
kinerja yang ditunjukkan konselor. Tingkat atas pelayanan BK 0.124 > 0.05). Hasil uji
kepuasan siswa terhadap dimensi kahandalan tolerance dan variance inflating factor
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa merasa menunjukkan bahwa nilai toleransi dari masing-
puas terhadap pelayanan BK karena masing variabel dimensi > 0,10 dan nilai VIF <
mengutamakan keakuratan dalam pelayanan, 10. Artinya tidak terjadi multikolinearitas dalam

62
Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia
Volume 7 Nomor 2 Bulan Mei 2022. Halaman 55-64
p-ISSN: 2477-5916 e-ISSN: 2477-8370

model regresi. Kemudian, hasil uji memanfaatkan pelayanan BK, karena


2
heteroskedastisitas Glejser menunjukkan bahwa persentasenya sangat kecil yaitu (-0,129) x 100%
nilai signifikansi semua dimensi > 0.05. Artinya = 1,66%.
tidak terjadi gejala heteroskedastisitas dalam
Hasil uji hipotesis secara parsial diperoleh
model regresi. koefisien regresi sebesar 0.851. Koefisien regresi
Berdasarkan hasil uji Regresi diperoleh empati ini diuji kebermaknaannya menggunakan
koefisien-koefisien regresi sebagai berikut: uji t dengan nilai t hitung sebesar 4.798dan nilai
konstanta sebesar 65.507; koefisien regresi signifikansi0.000. Karena nilai signifikansi 0.000
variabel kehandalan 0.987, koefisien regresi < level of significance (0.05) dapat disimpulkan
variabel daya tanggap 0.794; koefisien regresi bahwa secara parsial dimensi empati berpengaruh
variabel kepastian 0.267; koefisien regresi terhadap kepuasan siswa dalam memanfaatkan
variabel empati 0.851; koefisien regresi variabel pelayanan BK. Besarnya pengaruh dimensi
bukti fisik 0.893. empati terhadap kepuasan siswa dalam
memanfaatkan pelayanan BK adalah (0.371)2 x
Hasil uji hipotesis secara parsial diperoleh
100% = 13.76%.
koefisien regresi sebesar 0.987. Koefisien regresi
kehandalan ini diuji kebermaknaannya Hasil uji hipotesis secara parsial diperoleh
menggunakan uji t dengan nilai t hitung sebesar koefisien regresi sebesar 0.893. Koefisien regresi
4.590 dan nilai signifikansi 0.000. Karena nilai bukti fisik diuji kebermaknaannya menggunakan
signifikansi 0.000 <level of significance (0.05) uji t dengan nilai t hitung sebesar 5.519dan nilai
dapat disimpulkan bahwa dimensi kehandalan signifikansi0.000. Karena nilai signifikansi 0.000
berpengaruh terhadap kepuasan siswa dalam <level of significance (0.05) dapat disimpulkan
memanfaatkan pelayanan BK. Besarnya pengaruh bahwa secara parsial dimensi bukti fisik
dimensi kehandalan terhadap tingkat kepuasan berpengaruh terhadap kepuasan siswa dalam
siswa adalah (0.357)2 x 100% = 12.74%. memanfaatkan pelayanan BK. Besarnya pengaruh
dimensi bukti fisik terhadap kepuasan siswa
Hasil uji hipotesis secara parsial diperoleh
dalam memanfaatkan pelayanan BK adalah
koefisien regresi sebesar 0.794. Koefisien regresi
(0.418)2 x 100% = 17,47%.
daya tanggap ini diuji kebermaknaannya
menggunakan uji t dengan nilai t hitung sebesar Pengujian secara simultan terhadap hipotesis
5.953 dan nilai signifikansi 0.000. Karena nilai mayor yang menyatakan bahwa persepsi siswa
signifikansi 0.000 < level of significance (0.05) tentang dimensi kualitas pelayanan Bimbingan
dapat disimpulkan bahwa secara parsial dimensi dan Konseling yang meliputi kehandalan, daya
daya tanggap berpengaruh terhadap kepuasan tanggap, kepastian, empati, dan bukti fisik,
siswa dalam memanfaatkan pelayanan BK. berpengaruh secara simultan terhadap kepuasan
Besarnya pengaruh dimensi daya tanggap siswa atas pelayanan Bimbingan dan Konseling
terhadap tingkat kepuasan siswa adalah (0.444)2 x dapat dilihat dari hasil uji F. Kriteria
100% = 19.71%. pengujiannya adalah apabila nilai p value (nilai
signifikansi) < 0.05, kesimpulannya Ho ditolak.
Hasil uji hipotesis secara parsial diperoleh
Hasil uji simultan menunjukkan bahwa nilai F
koefisien regresi sebesar - 0.267. Koefisien
hitung = 57.376 dan nilai p value (nilai signifikansi)
regresi kepastian ini diuji kebermaknaannya
= 0.000. Karena nilai p value < 0.05 dapat
dengan menggunakan uji t dengan nilai t hitung
disimpulkan bahwa persepsi siswa tentang
sebesar -1.558 dan nilai signifikansi 0.121.
dimensi kualitas pelayanan Bimbingan dan
Karena nilai signifikansi 0.121>level of
Konseling yang meliputi kehandalan, daya
significance (0.05) dapat disimpulkan bahwa
tanggap, kepastian, empati, dan bukti fisik, secara
secara parsial dimensi kepastian tidak
berpengaruh terhadap kepuasan siswa dalam simultan berpengaruh terhadap kepuasan siswa
atas pelayanan Bimbingan dan Konseling.

63
Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia
Volume 7 Nomor 2 Bulan Mei 2022. Halaman 55-64
p-ISSN: 2477-5916 e-ISSN: 2477-8370

IV. KESIMPULAN Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah


Jakarta.
Secara umum persepsi siswa tentang kualitas
Latipun. 2011. Psikologi Konseling. Jakarta: Ghalia
pelayanan Bimbingan dan Konseling tergolong
Indonesia
dalam kategori baik, dan tingkat kepuasan siswa
atas layanan Bimbingan dan Konseling tergolong Maryam, A.S. (2007). Pengaruh Persepsi Kualitas
Pelayanan Bimbingan Konseling terhadap Kepuasan
dalam kategori memuaskan. Siswa Memanfaatkan Pelayanan BK (Penelitian di
Persepsi siswa tentang dimensi kualitas SMP Negeri 1 Brebes). Tesis. Prodi Bimbingan
Konseling Program pasca sarjana. Universitas Negeri
pelayanan Bimbingan dan Konseling yang
Semarang.
meliputi kehandalan, daya tanggap, kepastian,
empati, dan bukti fisik, secara simultan Nurgiyantoro, B. (2005). Statistik Terapan Untuk
Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Yogyakarta: Gadjah
berpengaruh terhadap kepuasan siswa atas Mada University Press
pelayanan Bimbingan dan Konseling. Serta
persepsi siswa tentang kualitas pelayanan Nurihsan. A.J. (2006). Bimbingan dan Konseling.Bandung:
Rafika Aditama
Bimbingan dan Konseling berpengaruh positif
terhadap kepuasan siswa atas pelayanan Parasuraman, A., V. A. Zeithaml, dan L.L. Berry. (1998).
SERVQUAL: A Multiple-Item Scale for Measuring
Bimbingan dan Konseling. Consumer Perceptions of Service Quality, Journal of
Retailing, Vol. 64, No. 1

V. DAFTAR PUSTAKA Prayitno. (2009). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.


Jakarta: Rineka Cipta
Amalia, R.F. (2016). Kepuasan Siswa terhadap Layanan
Konseling Individual (Survei pada Siswa Kelas VIII Rangkuti, F. (2003). Measuring Customer Satisfaction,
di SMP Negeri se-Kecamatan Matraman, Jakarta Teknik Mengukur dan Strategi Meningkatkan
Timur). Insight: Jurnal Bimbingan dan Konseling. Kepuasan Pelanggan. Jakarta: PT Gramedia
Vol 5 No 1. Hal 87-93. Ratnawati, R.N. (2013). Pengaruh Kualitas Layanan
Arikunto, S. (2016). Prosedur Penelitian: Suatu Terhadap Kepuasan Siswa dan Dampaknya Terhadap
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Loyalitas Siswa di SMK Kristen Salatiga. Tesis.
Program Pascasarjana Magister Manajemen
Azizah, (2013). Kebahagiaan dan Permasalahan di Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Usia Remaja (Penggunaan Informasi dalam Pelayanan http://repository.uksw.edu/handle/123456789/4153
Bimbingan Individual). Jurnal KONSELING RELIGI:
Jurnal Bimbingan Konseling Islam. Vol. 4, No. 2. Hal Sangkakala, K.S. (2014). Pengaruh Kualitas Layanan
295-316. Bimbingan dan Konseling terhadap Kepuasan Siswa.
Insight: Jurnal Bimbingan dan Konseling. Vol 3 No 1 .
Diananda, A. (2018). Psikologi Remaja dan
Permasalahannya. Jurnal ISTIGHNA, Vol. 1, No 1. Sedarmayanti. (2000). Restrukturisasi dan Pemberdayaan
Hal. 116-133. Organisasi untuk Menghadapi Dinamika Perubahan
Lingkungan. Bandung: Mandar Maju
Emzir. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis
Data. Jakarta: Rajawali Grafindo Persada Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta
Fritzsimons, J.JA & Sullivan, RS. (1992). Service
Operation Management. New York. Mc.Graw. Hill. Suherman, AS. (2003). Kompetensi dan Aspek Etik
Profesional Konselor Masa Depan. Bandung: ABKIN
Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate dengan dan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
Program IBM SPSS 23. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro Sukardi. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan:
Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT. Raja
Goleman, D. (1997). Emotional Intelligence (Kecerdasan Grafindo Persada.
Emosional); Mengapa EI Lebih Penting daripada IQ.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Tjiptono, F. (2014). Pemasaran Jasa (Prinsip, Penerapan,
Penelitian). Yogjakarta: Andi Offset
Harjani, P.I. (2018). Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap
Kepuasan Siswa di Lembaga Pendidikan Primagama
Gading Serpong. Skripsi. Jurusan Manajemen
Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan

64

Anda mungkin juga menyukai