Anda di halaman 1dari 14

KONSEP TEMPAT HIBURAN MENURUT TINJAUAN HUKUM

Di Watampone

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mengikuti Final Mata Kuliah


Bahasa Indonesia Program Studi Hukum Tata Negara Fakultas Syariah
dan Hukum Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone.

Oleh:
FARAH DHINI AULYA
NIM. 742352023069

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BONE
2023
1

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, atas segala limpahan
rahmat, karunia dan petunjuk-Nya kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kehadiran
Nabi Muhammad saw. Sebagai uswatun hasanah dalam memperoleh
kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik guna kesempurnaan makalah
selanjutnya. Semoga keberadaan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya, dan masyarakat pada umumnya.

Desember 2023

Penulis
2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................1

DAFTAR ISI...........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3

A. LATAR BELAKANG........................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH.....................................................................................5
C. TUJUAN DAN KEGUNAAN.............................................................................6

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................7

A. PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONSEP TEMPAT HIBURAN DI


WATAMPONE........................................................................................................7
B. PANDANGAN PEMUKA AGAMA TENTANG KONSEP TEMPAT HIBURAN DI
WATAMPONE?.......................................................................................................9

BAB III PENUTUP..............................................................................................12

A. KESIMPULAN...............................................................................................12
B. SARAN.........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15
3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia, pada hakikatnya sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah


SWT, menurut kisah yang diterangkan dalam sumber utama ajaran Islam
yaitu Al-Quran, bahwa Allah menciptakan manusia berikut dengan tugas-
tugas mulia yang disembahnya. Islam menjelaskan bahwa Allah SWT
menciptakan manusia berasal dari tanah, kemudian menjadi nutfah, alaqah,
dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk Allah SWT yang paling
sempurna dan memiliki berbagai kemampuan. Allah SWT sudah
menciptakan manusia ahsanu taqwim, yaitu sebaik-baik cipta dan
menundukkan alam beserta isinya bagi manusia agar manusia dapat
memelihara dan mengelola serta melestarikan kelangsungan hidup di alam
semesta ini.

Keberadaan manusia sebagai salah satu mahkluk ciptaan Tuhan di


muka bumi ini mempunyai peranan penting dalam menjalankan fungsinya
sebagai khalifah dimuka bumi ini. Allah swt tidak hanya mengatur tentang
kehidupan yang berkaitan dengan ibadah kepada Tuhan, tetapi Allah juga
mengatur bagaimana manusia menjalankan perannya diatas muka bumi ini
sebagai khalifah yang bertujuan untuk dapat keselamatan dunia dan akhirat.
Perubahan sosial yang didorong oleh kemajuan teknologi informasi
komunikasi tentunya menimbulkan berbagai dampak dari krisis yang
menuntut terbukanya reformasi di seluruh aspek kehidupan bangsa. Dengan
adanya kemajuan teknologi pada era sekarang menimbulkan masyarakat
yang lebih modern, peneliti memncoba mengkaji pada masyarakat kabupaten
Bone yang mempusatkan pada masyarakat kota. Masyarakat kota tidak akan
lepas dengan fasilitas-fasilitas yang memadai mulai dari tempat makan,
fasilitas kantor, sekolah sampai hiburan, seperti karoke, diskotik café.
Peneliti menemukan bahwa Bone merupakan salah satu daerah yang
memiliki ratusan café.
4

Kafe, yang sering juga disebut coffeehouse, coffee shop, atau café,
merupakan istilah yang digunakan untuk tempat yang melayani pesanan
kopi atau minuman hangat lainnya. Kafe memiliki karakteristik seperti
bar atau restoran, tapi berbeda dengan kafetaria. Banyak kafe yang tidak
hanya menyediakan kopi, tetapi juga teh bersama dengan makanan ringan,
namun ada juga kafe dan resto yang merupakan kafe yang dilengkapi
dengan makanan utama (bukan manakanan ringan). Dari sisi budaya, kafe
telah tersebar luas untuk menjadi pusat interaksi sosial dimana orang-
orang dapat berkumpul, berbicara, menulis, membaca, melawak, atau
sekedar mengisi waktu masyarakat awalnya mengenal warung kopi sebagai
tempat yang relatif sepadan dibandingkan kafe dalam definisi masyarakat
barat. Seiring dengan perkembangan zaman, kemajuan teknologi informasi,
dan asimilasi budaya barat dan lokal, pengusaha warung kopi berkonsep
kafe seperti yang ada di barat mulai menjamur. Muncul banyak kafe baru,
mulai dari yang berkonsep terpusat hingga menggunakan sistem waralaba.1
Bisnis Cafe di Indonesia saat ini khususnya dikota-kota besar
semakin berkembang dengan pesat, banyak bermunculan wirausahawan
yang membuka usaha coffee shop dengan berbagai konsep atau ide-ide
yang dibuat untuk memikat pelanggan dari berbagai kalangan, selain itu
beberapa lokasi dikota kecil bahkan juga banyak bermunculan cafe, ini
tidak terlepas dari dukungan pemerintah setempat yang mempermudah
perizinan mendirikan usaha. Café tersebut digunakan berbagai kalangan
umur, tapi kalangan anak muda yang sering menggunjungi tempat tersebut
yang gunakan sebagai tempat nongkrong sampai tempat ketemuan.

Hiburan karaoke ini berasal dari Jepang. Kata "Karaoke" menurut


bahasa aslinya adalah sebuah singkatan dari; Kara dan Oke. Kara berarti
kosong sedangkan Oke berarti Orkestra. Karaoke berarti sebuah musik
orkestra yang kosong atau tidak dilengkapi dengan suara vokal.Berikut ini
beberapa tempat karaoke di Indonesia,karaoke paling terkenal di Kab.
1
Gendut Sukarno, dkk, Kontibusi Human Capital dan Costumer Capital dalam
Mengapai Kinerja Café dan Resto di Surabaya Jurnal Sosial (Vol. 15, No. 2, 2016), h. 137-138.
5

Bone adalah Inul Vista, Novena dan Heroes.Juga ditemukan tempat


hiburan lainnya seperti Warkop dan Pasar malam.
Pada penelitian mengambil dua tempat yaitu café dan karaoke yang
ada di Kab. Bone, alasan penulis mengambil tempat tersebut adalah karena
café dan karaok e merupakan dua tempat hiburan yang paling popular di
Kab. Bone yang sering dipakai oleh masyarakat dalam kata lain semua
jenis usia.
Fenomena yang tejadi di masyarakat Kab.Bone, menjadikan café
dan karaoke sebagai tempat hiburan sekaligus tempat nongkrong.
Kebanyakan masyarakat lupa waktu ketika sudah nongkrong bersama
teman-teman ataupun pasangan mereka, hal tersebut sesuatu yang dianggap
biasa oleh masyarkat khususnya di Kab. Bone. Pengelolah café atau
karaoke itu sendiri membebaskan pengunjungnya dan tidak terbatas.
Berangkat dari masalah tersebut maka Konsep tempat Hiburan
Tinjauan Hukum (di Watampone). Sehingga permasalahan ini dianggap
perlu dikaji secara mendalam.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, untuk memfokuskan


pembahasan dalam permasalahan pokok yang akan dikaji, dalam hal ini
Konsep tempat Hiburan (di Watampone), yang dibagi kedalam sub pokok
masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Pandangan Hukum Terhadap Konsep Tempat


Hiburan di Watampone?

2. Bagaimana Pandangan Pemuka Agama Tentang Konsep Tempat


Hiburan di Watampone?
6

C. Tujuan Dan Kegunaan

Dalam melakukan suatu kegiatan pada dasarnya memiliki tujuan dan


kegunaan tertentu. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang
telah penulis uraikan, maka tujuan dan kegunaan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.

1. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui Pandangan Hukum Terhadap Konsep


Tempat Hiburan di Watampone.
b. Untuk mengetahui Pandangan Pemuka Agama Tentang
Konsep Tempat Hiburan di Watampone.

2. Kegunaan Penulisan

a. Dari segi kegunaan teoretis, penelitian ini diharapkan dapat


menambah pengatahuan Hukum Islam khususnya yang
berkaitan dengan tempat hiburan.
b. Kegunaan Praktisi yakni hasil penelitian diharapkan dapat
memberi sumbangsi pemikiran dan pemahaman secara
mendalam kepada penulis dan pembaca serta kepada semua
pihak baik pemerintah maupun masyarakat.
7

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pandangan Hukum Terhadap Konsep Tempat Hiburan di Watampone


Dalam kehidupan, manusia mempunyai kebutuhan yang beranekaragam,
salah satunya yaitu hiburan, salah satu kegiatan yang dibutuhkan oleh manusia
dalam kehidupannya sehari-hari, baik sekedar hiburan bersama teman-teman dan
atau meluangkan waktu bersama keluarga untuk melepas penat yang tertumpuk
selama beberapa hari menjalankan kesibukan di kantor atau bahkan di rumah.
Hiburan yang dimaksud banyak macamnya, seperti obyek wisata rekreasi alam,
tempat olahraga, rekreasi adrenaline outbond, kolam berenang, serta wisata
Pantai. Ditambah kini beradanya hiburan malam yang tersedia, seperti tempat
bermain billiard, Kafe, dan Karaoke. Masih banyak lagi tempat hiburan yang
dapat dikunjungi. Dengan tersedianya tempat-tempat seperti itu masing-masing
obyek pasti menimbulkan dampak kepada masyarakat dimana bergantung pada
menejemen dari masing-masing pelaku usaha yang menyediakan tempat hiburan.
Kota watampone merupakan salah satu wilayah dengan kafe terbanyak di
Sulawesi Selatan, bukan sesuatu yang aneh dimasa kini tempat hiburan seperti ini
tersedia bagi keluarga, karena dalam perkembangannya tempat hiburan ini
menjadi tempat yang sangat diminati bagi masyarakat baik hanya untuk sekedar
berkumpul dengan teman-teman, mengisi waktu luang dengan bernyanyi, bahkan
hiburan untuk keluarga.
Dengan ini Penulis kembali menanyakan mengenai pandangan hukum
terhadap tempat hiburan.Menarik kesimpulan bahwa tempat hiburan yang ada
Kab. Bone salah satunya adalah kafe dan karoke.Menurut para narasumber tidak
bertentangan dengan Hukum,selama tidak memberikan kemudharatan bisa saja
karena masyarakat juga butuh hiburan, hukum tempat hiburan ini adalah Mubah
atau boleh saja. Karena menurut penulis Islam sesungguhnya adalah agama yang
8

sangat menghormati realitas obyektif dan realitas kongkrit yang terdapat di sekitar
dan dalam diri manusia, Islam bukanlah agama yang membelenggu manusia,
Islam sangat memberikan keluasan dan kelapangan bagi manusia untuk
merasakan kenikmatan hidup. Seperti kesenangan dalam psikologis dan hiburan
merupakan dua hal yang natural dalam diri manusia. Dengan begitu Islam tidak
mengajarkan agar seseorang untuk menjauhi kesenangan dan hiburan. Dalam
Islam justru mengajarkan untuk mencari ketenangan, beristirahat, dan mencari
hiburan bisa dilakukan dengan porsi yang sudah di sesuaikan. Islam juga tidak
mengharamkan hiburan sama sekali, dan hukum yang berasal dari game komputer
atau game online juga diperbolehkan. Namun perlu diperhatikan dalam karoke
dan kafe akan menjadi haram ketika ada unsur-unsur haram di dalamnya.
Menurut Yusuf Al-Qaradhawi dalam bukunya Halal dan Haram, pada
masa Nabi Muhammad SAW, mendengar puisi, musik, atau bermain, menjadi
bagian hidup. Bergembira tidaklah tabu dalam Islam. Saat itu umat tak hanya
menjalani rutinitas ibadah. Mereka juga menjalani kegiatan yang membawa
kegembiraan. Rasulullah sendiri bukan sosok yang kaku. Beliau sangat cinta
kepada kegembiraan dan apa saja yang dapat membawa pada kegembiraan itu,”
ujar Al-Qaradhawi. Namun demikian, ada panduan yang ditetapkan Rasulullah
dalam berhibur. Demikian pula pada bermusik dan menyanyi. Sebuah hadis
riwayat Bukhari dan Muslim menyatakan, pada hari Idul Adha, Abu Bakar pernah
menjumpai Rasulullah di kediaman Aisyah. Saat itu, di samping Aisyah ada dua
gadis yang sedang bernyanyi dan memukul gendaNamun Rasulullah mencegah
Abu Bakar dan berkata, Biarkanlah mereka itu, hai Abu Bakar. Sebab, hari ini
adalah hari raya (hari bersenang-senang).” Dalam hal ini, Imam Al-Ghazali
berpendapat.2

2
Aibak, Kutbuddin. Metodologi Pembaruan Hukum Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008.hal 32.
9

B. Pandangan Pemuka Agama Tentang Konsep Tempat Hiburan di


Watampone?
Dalam kehidupan sehari-hari tentunya manusia membutuhkan yang
namanya hiburan. Sedangkan hiburan ialah segala sesuatu yang dianggap dapat
menghibur dan menyenangkan. Dengan kata lain Hiburan merupakan salah satu
cara untuk menghilangkan stres ataupun cara seseorang merefresh otak dari
banyak berfikir ataupun tugas. Karena pada hakikatnya manusia tidak selalu
mengalami atau menghadapi suka, namun adakalanya juga akan dihadapkan pada
sebuah perisiwa duka atau hal yang tidak diharapkan untuk datang. Oleh sebab itu
hiburan itu sangat penting sekali. Syeh ahmad bin Muhammad al-shawi
mengistilahkan hiburan dengan Lahwun dan laghwun (untuk macam seni music
seperti orkes dan lain-lain). Kedua istilah tersebut memiliki pengertian yang sama
yaitu “segala hal yang dapat menyibukkan seseorang sehingga dapat melupakan
kepentingan dirinya sendiri”. Sedangkan permainan diistilahkan dengan “la’bun”
yaitu segala hal yang yang dapat menyibukkan seseorang tanpa ada manfaatnya
sama sekali terhadap keadaan diri ataupun hartanya.3
Penulis dapat menarik kesimpulan bahwa dampak negatif dan dampak
positif dari tempat hiburan,dampak positif nya membuka lapanga pekerjaan untuk
masyarakat dan memberikan hiburan kepada masyarakat setelah seharian berkerja
asalkan tempat tersebut tidak di salah gunakan, dampak negatifnya tergantung
apakah di dalamnya terdapat pelanggaran atau tidak.
Dengan banyaknya tempat hiburan yang di Kab. Bone sebagaimana
penulis mengambil dua tempat yaitu kafe dan karoke, kafe dan karoke yang ada
di Kab Bone memiliki konsep yang berbeda-beda, hampir semua kafe yang ada di
Kab. Bone konsepnya terbuka sedangkan karoke konsepnya tertutup dengan
berbagai peraturan di dalamnya.Dengan hal ini penulis mencoba menanyakan ke
salah satu narasumber mengenai konsep tempat hiburan yang ada Kab. Bone,
dengan ini di sampaikan bahwa:
3
Kholik, Nadiya Sahlatul. “Kajian Gaya Hidup Kaum Muda Penggemar Coffee shop
(Studi Kasus Pada Coffee shop Starbucks di Mall Botani Square Bogor)” Bogor: UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2018.
10

Konsep tempat hiburan yang ada di Kab. Bone salah satunya karoke, karoke yang
di Kab. Bone harus memiliki konsep kedap suara tidak menganggu tentangga apa
lagi bertentangga kiri kanan dengan rumah masyarakat tidak boleh ada jam
tertentu tidak boleh melewati jam sepuluh malam. Harus memperhatikan
kepentingan orang disekitar, tidak ada boleh yang terganggu, parkirannya juga
harus diperhatikan, jangan sampai ada masyarakat yang erganggu masyarakat mau
lewat tidak bisa karena penuh kendaraan di depan karoke tersebut, tetapi
alhamdulillah tempat karoke tersebut skarang sudah berhenti mungkin banyak
yang protes banyak mudaratnya apalagi dipakai tempat pacaran (bernayanyi
bersama pacar).Intinya dalam konsep tempat hiburan yang ada di Kab. Bone harus
memperhatikan etika pergaulan, etika bertentangga, sepanjang ini bisa di lakukan
bagus dan dalam kafe atau karoke tersebut tidak boleh sembarang orang diterima,
tidak boleh terlalu bebas ada rambu etika yang harus dijaga. Harus di tertibkan
oleh pihak yang berwewenang, harus buatkan aturan, tidak boleh menganggu,
tidak boleh ada minuman yang dilarang, tidak boleh di pakai tempat berduaan
orang-orang yang belum halal.
Kesimpulan yang di dapat di tarik bahwasanya tempat hiburan yang ada di
Kab. Bone harus di buatkan peraturan khusus supaya pengolaan di dalamnya tidak
terlalu bebas yang mana bisa menyebabkan hal-hal yang tidak di inginkan, dengan
itu pula peran pemuka agama yang ada di Kab. Bone sangat di butuhkan.

BAB III
11

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab pembahasan masalah
dapatlah disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Pandangan Hukum Terhadap Konsep Tempat Hiburan di Watampone:
tempat hiburan yang ada Kab. Bone salah satunya adalah kafe dan karoke dari
hasil wawancara,selama tidak memberikan kemudharatan bisa saja karena
masyarakat juga butuh hiburan,hukum tempat hiburan ini adalah Mubah atau
boleh saja. Karena menurut penulis Islam sesungguhnya adalah agama yang
sangat menghormati realitas obyektif dan realitas kongkrit yang terdapat di
sekitar dan dalam diri manusia, Islam bukanlah agama yang membelenggu
manusia, Islam sangat memberikan keluasan dan kelapangan bagi manusia
untuk merasakan kenikmatan hidup.
2. Pandangan Pemuka Agama Tentang Konsep Tempat Hiburan di
Watampone: pemuka agama berperan dalam menjaga kerukunan antar umat
bergama bukan saja antara umat muslim tetapi dengan umat agama lain dan
juga demi menjaga keutuhan NKRI, dengan adanya pemuka agama bisa
menjadi tempat penengah masyarakat dalan menyelesaikan masalah,
Kerukunan antar umat beragama juga diartikan sebagai toleransi antar umat
beragama. Dimana dalam toleransi itu sendiri masyarakat harus bersikap
lapang dada dan menerima perbedaan yang ada. Selain itu masyarakat juga
harus saling menghormati satu sama lain misalnya dalam hal beribadah,
pemeluk agama yang satu tidak mengganggu pemeluk agama yang lainnya
pada saat melaksanakan peribadatan. Dengan hal ini jika terjadi pertentangan
di dalam masyarakat dengan adanya tempat hiburan yang adanya masyarakat
terganggu di harapkan pemuka agama menjadi penengah masyarakat dalam
menyelesaikan masalah agar tidak terjadi main hakim sendiri.

B. Saran
Setelah penulis melakukan penelitian dengan judul “Konsep tempat Hiburan
Menurut Tinjauan Hukum (di Watampone)”maka penulis menyampaikan
12

beberapa saran sebagai berikut:


1. Semoga kedepanya konsep tempat hiburan yang ada di Kab. Bone
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2. Semoga masyarakat tidak menjadi tempat hiburan sesabagi tempat
yang aneh-aneh tetapi hanya di gunakan sebagai tempat hiburan
semata.
3. Semoga kedepannya pemuka agama lebih berperan aktif sebagai
penengah jika terjadi perselisihan di masyarakat.
13

DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Sukarno Gendut, dkk, Kontibusi Human Capital dan Costumer Capital dalam
Mengapai Kinerja Café dan Resto di Surabaya Jurnal Sosial (Vol. 15, No.
2, 2016).
Aibak, Kutbuddin. Metodologi Pembaruan Hukum Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008.
JURNAL
Kholik Nadiya Sahlatul. “Kajian Gaya Hidup Kaum Muda Penggemar Coffee shop
(Studi Kasus Pada Coffee shop Starbucks di Mall Botani Square Bogor)” Bogor:
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.

Anda mungkin juga menyukai