Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH KELOMPOK

PANCASILA

Nilai Kerakyatan Pancasila dan Implementasinya

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6 :

Za Jana Thoha 2212010039


Muhammad Fadhlan Ramadhan 2212010040
Muhammad Syammy Ifaresky 2212010050

DOSEN PEMBIMBING :

Drs. Damri Tanjung, MA

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN IMAM BONJOL PADANG 2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Pancasila tentang Nilai Kerakyatan Pancasila dan Implementasinya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari teman-
teman dari kelompok kami, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Padang, 24 Oktober 2022

Penulis.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A. Ayat Yang Pertama Diturunkan Secara Mutlak...................................................................2
B. Ayat Yang Terakhir Diturunkan Secara Mutlak..................................................................3
C. Ayat Yang Pertama dan Terakhir Diturunkan Dalam Tema-Tema Tertentu...................6
BAB III.................................................................................................................................................7
PENUTUP............................................................................................................................................7
A. Kesimpulan..............................................................................................................................7
Daftar Pustaka.....................................................................................................................................7

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara yang
telah diterapkan untuk seluruh rakyat Indonesia. Setiap sila pada Pancasila memiliki nilai
yang wajib diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari bagi semua masyarakat
Indonesia. Secara umum, makna dari sila keempat Pancasila ini adalah warga negara
Indonesia memiliki kewajiban dan hak yang sama rata.
Nilai kerakyatan dalam Pancasila dapat diartikan sebagai kualitas maupun sifat yang
melekat pada suatu objek dan memiliki cita-cita, keharusan, harapan serta dambaan. Karena
Indonesia menjunjung tinggi nilai kerakyatan, maka dalam pengambilan keputusan harus
dilakukan dengan cara musyawarah. Di samping itu pula setiap warga negara harus saling
menghargai pendapat yang dikemukakan oleh orang lain, tanpa memandang status, ras,
agama maupun jenis kelamin.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Kerakyatan dalam konteks keseimbangan ruang makrokosmos dan
mikrokosmos.
2. Nilai kerakyatan sebagai bagian dari Nasionalisme, Patriotisme, dan Kedaulatan
Rakyat Indonesia.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kerakyatan

Dakwah dengan pendekatan yang dirancang untuk menunjang proses dakwah yang
berkaitan dengan 'telling', yang menyangkut memberikan informasi tentang nilai-nilai Islam,
pikiran-pikiran, konsep konsep, teori-teori, dan 'showing' disamping disampaikan secara lisan
juga dipertunjukkan serta 'doing' peserta diberikan kesempatan melakukan sesuatu tindakan
dengan training, active teaching.. Melibatkan madu secara aktif dan sukarela dimana mad'u
difasilitasi dalam mengambil keputusan dan berinisiatif sendiri agar mereka lebih mandiri
dalam pengembangan dirinya. Ciri-ciri model dakwah partisipatifi
1. Ada tujuan dakwah dan pengaruh model pada mad'u.
2. Pola keseluruhan dan alur kegiatan dakwah
3. Sistem pengelolaan dakwah yang diperlukan agar kegiatan dakwah dapat berlangsung
dengan berhasil.
Selama ini, pelaksanaan kegiatan dakwah cenderung menggunakan metode konvensional,
seperti ceramah, nasehat yang sifatnya satu arah (one way cummunication), dan hanya
mubaligh yang aktif, sementara jamaah pasif. Dakwah dengan model ini kurang
memberdayakan potensi jamaah yang sesungguhnya cukup besar. Padahal partisipasi jamaah
dalam pelaksanaan dakwah merupakan keharusan, agar dakwah sukses.
Bentuk partisipasi jamaah dalam kegiatan dakwah sangat banyak, mulai dari kehadiran,
mendengarkan, menyimak, memperhatikan, bertanya, menjawab, memberi saran, dukungan
dana, fasilitas dan lain-lain. Apalagi dakwah dalam bentuk aksi kongkrit (dakwah bi al hal
seperti :
Membebaskan jamaah dari buta huruf al-Qur,an, buta huruf latin, memberi dampingan
kepada jamaah untuk menjaga kebersihan lingkungan dari banjir, sampah dan pemberdayaan
ekonomi masyarakat.
Da'i dalam kegiatan dakwah seperti ini tidak lagi di mimbar masjid, tapi turun
langsung ke tengah masyarakat bersama mereka membersihkan lingkungan yang dianggap
bermasalah, apakah gorong-gorong, jalan, mengadakan pelatihan pemberdayaan ekonomi.
Pesan dakwah tidak selalu harus disampaikan di masjid, mushalla, tetapi bisa juga di tempat-
tempat yang memungkinkan seperti di rumah penduduk, gardu, balai pertemuan warga, balai
desa, sekolahan,llembaga pemasyarakatan.
Prinsip dasar dalam penggunaan metode partisipatif, adalah bahwa jamaah lebih
banyak aktif, sementara da'i hanya sebagai fasilitator, bukan sebagai pelaku utama. Da'i harus
rendah hati dan mau belajar dari masyarakat. Bahkan dalam penerapannya, jamaah dibiarkan

2
mendominasi kegiatan, dalam memilih teknik, metode, materi kegiatan. Hal ini yang
membedakan dengan metode dakwah konvensional, dimana Da'i lebih aktif, dan jamaah
hanya menerima.
Dalam pelaksanaannya metode dakwah partisipatif bersifat luwes, tidak memaksa,
informal, sehingga antara da'i dan masyarakat (mad'u) terjalin hubungan yang akrab, intim
dan familiar. Masyarakat akan menerima da'i bukan sebagai orang asing sehingga lebih
mudah diterima oleh jamaah.

B. Metode Dakwah Exploratif

Pendapat ulama seputar ayat yang terakhir kali diturunkan begitu banyak, diantaranya
sebagai berikut.
1. Dikatakan bahwa ayat yang terakhir turun adalah ayat mengenai riba, yang
didasarkan pada hadist dari Al-Bukhari dan Ibnu Abbas, yaitu Q.S Al-Baqarah :
278.

َ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوا اتَّقُوا هّٰللا َ َو َذرُوْ ا َما بَقِ َي ِمنَ ال ِّر ٰب ٓوا اِ ْن ُك ْنتُ ْم ُّمْؤ ِمنِ ْين‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan
sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang beriman.”

2. Ada pula pendapat ayat yang terakhir turun adalah Q.S Al-Baqarah : 281 yang
didasarkan pada hadist riwayat. An-Nasa'i dan lain-lain.

ْ ‫ت َوهُ ْم اَل ي‬ ٰ ‫هّٰللا‬


َ‫ُظلَ ُموْ ن‬ ٍ ‫ࣖ واتَّقُوْ ا يَوْ ًما تُرْ َجعُوْ نَ فِ ْي ِه اِلَى ِ ۗثُ َّم تُ َوفّى ُكلُّ نَ ْف‬
ْ َ‫س َّما َك َسب‬ َ
“Dan takutlah pada hari (ketika) kamu semua dikembalikan kepada Allah.
Kemudian setiap orang diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang
telah dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi (dirugikan).”

3. Dikatakan bahwa ayat yang terakhir kali turun ayat tentang hutang yang
didasarkan dalam hadist yang diriwayatkan Said bin Al-Musayyib, yaitu Q.S Al-
Baqarah : 282.

4. Ada lagi pendapat lain bahwa yang turun terakhir kali adalah ayat tentang masalah
kalalah (warisan) yaitu Q.S An-Nisaa’ : 176 yang mana dijelaskan dalam hadist
riwayat Al-Bukhari dan Muslim.

3
‫ف َما تَ َر ۚكَ َوهُ َو‬ ُ ْ‫ت فَلَهَا نِص‬ ٌ ‫ْس لَهٗ َولَ ٌد َّولَ ٗ ٓه اُ ْخ‬
َ ‫ك لَي‬ َ َ‫يَ ْستَ ْفتُوْ نَ ۗكَ قُ ِل هّٰللا ُ يُ ْفتِ ْي ُك ْم فِى ْال َك ٰللَ ِة ۗاِ ِن ا ْم ُرٌؤ ا هَل‬
‫ك ۗ َواِ ْن َكانُ ْٓوا اِ ْخ َوةً رِّ َجااًل َّونِ َس ۤا ًء‬ َ ‫يَ ِرثُهَٓا اِ ْن لَّ ْم يَ ُك ْن لَّهَا َولَ ٌد ۚ فَا ِ ْن َكانَتَا ْاثنَتَي ِْن فَلَهُ َما الثُّلُ ٰث ِن ِم َّما ت ََر‬
‫َضلُّوْ ا ۗ َوهّٰللا ُ بِ ُك ِّل َش ْي ٍء َعلِ ْي ٌم‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫لذ َك ِر ِم ْث ُل َحظِّ ااْل ُ ْنثَيَي ۗ ِْن يُبَي ُِّن ُ لَ ُك ْم اَ ْن ت‬ َّ ِ‫ࣖ فَل‬
“Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah
memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak
mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara
perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang
laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak.
Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari
harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara
laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian
dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak
sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

5. Pendapat lain menyebutkan bahwa yang terakhir kali turun adalah surat At-
Taubah : 128 hingga akhir surat yang dijelaskan juga dalam hadist Imam Muslim
meriwayatkan dari Ibnu Abbas.

ٌ ْ‫َز ْي ٌز َعلَ ْي ِه َما َعنِتُّ ْم َح ِريْصٌ َعلَ ْي ُك ْم بِ ْال ُمْؤ ِمنِ ْينَ َرءُو‬ ۤ
‫َّح ْي ٌم‬
ِ ‫فر‬ ِ ‫لَقَ ْد َجا َء ُك ْم َرسُوْ ٌل ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ُك ْم ع‬
“Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat
terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan
(keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-
orang yang beriman.”

6. Ada juga yang mengatakan surat Al-Maidah lah yang terakhir kali turun, yang
didasarkan pada riwayat At-Tirmidzi dan Al-Hakim dari Aisyah
Radhiyallahu'anha. Tetapi jika dilihat lagi, surat itu adalah surat yang terakhir kali
turun dalam masalah halal dan haram, sehingga tak satu hokum pun yang dihapus
di dalamnya.

7. Dalam pendapat lain dikatakan, yang turun terakhir kali adalah surat Ali-Imran :
195, pendapat ini didasarkan pada hadist yang diriwayatkan Ibnu Mardawaih
melalui Mujahid.

8. Pendapat lain juga mengatakan, Q.S An-Nisaa' : 93 adalah ayat yang terakhir kali
diturunkan. Ini didasarkan pada hadist riwayat Al-Bukhari dan lainnya.

4
ٗ‫ب هّٰللا ُ َعلَ ْي ِه َولَ َعنَهٗ َواَ َع َّد لَه‬ ۤ ‫َو َم ْن يَّ ْقتُلْ ُمْؤ ِمنًا ُّمتَ َع ِّمدًا فَ َج‬
ِ ‫زَاُؤ ٗه َجهَنَّ ُم َخالِدًا فِ ْيهَا َو َغ‬
َ ‫ض‬
‫َع َذابًا َع ِظ ْي ًما‬
“Dan barangsiapa membunuh seorang yang beriman dengan sengaja, maka
balasannya ialah neraka Jahanam, dia kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya,
dan melaknatnya serta menyediakan azab yang besar baginya.”

9. Kemudian ada pula pendapat yang berdasar pada riwayat Muslim dan Ibnu Abbas,
menyebutkan bahwa Q.S An-Nashr : 1 adalah ayat yang terakhir diturunkan

‫َص ُر هّٰللا ِ َو ۡالفَ ۡت ۙ ُح‬


ۡ ‫اِ َذا َجٓا َء ن‬
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,”

Adapun ayat :

‫ْت لَ ُك ُم ااْل ِ ْساَل َم ِد ْينً ۗا‬ ُ ‫اَ ْليَ ْو َم اَ ْك َم ْل‬


ُ ‫ت لَ ُك ْم ِد ْينَ ُك ْم َواَ ْت َم ْم‬
ِ ‫ت َعلَ ْي ُك ْم نِ ْع َمتِ ْي َو َر‬
ُ ‫ضي‬
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku
cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu.”
Secara teks itu menunjukkan penyempurnaan kewajiban dan hukum. Para ulama
menyatakan kesempurnaan agama didalam ayat ini. Yang mana Allah telah mencukupkan
nikmat-Nya kepada mereka dengan menempatkan mereka di negeri suci dan membersihkan
orang-orang musyrik serta menghajikan mereka di rumah suci tanpa ada seorang musyrik pun
disekitar mereka. Yang demikian termasuk kedalam nikmat yang sempurna.

5
C. Metode Dakwah Experimentatif

Metode eksperimen adalah cara melakukan penelitian dengan percobaan, yaitu


melakukan manipulasi variabel-variabel eksperimental; mencari hubungan antara beberapa
variabel dengan satu variabel, atau satu variabel dengan satu variabel lain. Hal ini perlu
dipertegas, terlebih lagi di dalam ilmu sosial. Sangat sulit mencari hubungan linier atau
variabel langsung mempengaruhi satu variabel lainnya. Biasanya sangat banyak variabel
yang mempengaruhi satu variabel tersebut. Perlu memagari variabel yang akan dipelajari
dalam penelitian dengan Metode eksperimen ini. Surachman (1973), menjelaskan tiga pola
utama dalam melakukan eksperimen, yaitu:

1. Teknik unit tunggal


2. Teknik unit paralel
3. Teknik unit rotasi.

Teknik unit tunggal dijelaskannya bahwa kepada sebuah unit percobaan itu
dikeluarkan variabel tertentu, kemudian dilakukan pengukuran akibat dari masing-masing
tindakan itu. Pada teknik unit paralel disediakan dua unit objek percobaan, kepada unit
pertama diberikan atau dimasukkan variabel tertentu dan kepada unit yang kedua tidak
dimasukkan variabel tertentu itu. Kedua unit percobaan itu adalah sejodoh. Unit objek
percobaan yang mendapat masukan variabel tertentu itu adalah unit eksperimen dan unit
objek yang lainnya menjadi unit kontrol. Pada teknik unit rotasi ditentukan terlebih dahulu
unit objek eksperimen dan setiap unit tersebut berkedudukan sebagai objek eksperimen juga
sebagai objek kontrol.

Prosesnya sebagai berikut, fase pertama dilakukan percobaan kepada unit A, fase
kedua dilakukan percobaan kepada unit B, fase ketiga dilakukan kepada unit A lagi. Fase
kedua menjadi kontrol fase kesatu dan sebaliknya. Fase kedua menjadi kontrol fase ketiga
dan sebaliknya. Eksperimen di sebuah laboratorium atau rungan tertentu akan
lebihmemudahkan. Proses eksperimen dilakukan secara lebih intensif karena variabel-
variabel yang tidak diperlukan dengan lebih mudah dihindari daripada eksperimen yang
dilakukan di dalam kehidupan masyarakat tertentu di mana variabel-variabel luar yang tidak
diperlukan bisa mengganggu proses tersebut.

Pada kegiatan dakwah, eksperimen dapat dilakukan di sebuah desa atau kampung.
Misalnya peneliti melakukan percobaan mengenai beberapa media dakwah: mana di antara
media-media yang dicobakan itu yang lebih efektif. Atau mencobakan teknik dakwah mana
yang lebih efektif antara teknik ceramah yang materinya umum kepada kelompok pengajian
tertentu, atau teknik penyajian materi terstruktur yang disampaikan tersebut.Langkah-langkah
eksperimen sosial atau eksperimen dakwah adalah sebagai berikut:

1. Menentukan konsep yang akan dieksperimenkan.


2. Menentukan objek eksperimen, individu atau kelompok.
3. Menentukan hipotesis. Menyiapkan angket dan pedoman wawancara.
4. Memasukkan konsep dan mengevaluasi.

Sebelum proses eksperimen dilakukan tentu harus diketahui terlebih dahulu situasi
dan kondisi konsep yang telah ada di dalam objek eksperimen itu. Untuk tindakan
generalisasi, maka objek ditentukan melalui teknik sampling.

6
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari semua pemabahsan tentang ayat pertama yang diturunkan dan ayat yang terakhir
diturunkan, dapat disimpulkan bahwa ayat-ayat diatas banyak sekali riwayat-riwayat sesuai
dengan apa yang di dengar para sahabat saat itu dengan apa yang Rasulullah SAW
sampaikan, sehingga adanya banyak perbedaan pendapat mengenai ayat yang pertama dan
terakhir ditununkan karna sahabat meriwayatkan sesuia apa yang di dengarnya saat itu. Dan
pendapat paling shahi jadi ayat pertama di turunkan ialah Al-Alaq 1-5 dan surat yang turun
secara lengkap ialah Surat Al-Mudatstsir. Ayat yang terakhhir diturunkan.
Mengetahui ayat-ayat yang pertama dan terakhir diturunkan itu mempunyai banyak
manfaat. Menjelaskan perhatian yang diperoleh Al-Qur'an guna menjaganya dan menentukan
ayat-ayatnya. Para sahabat telah menghayati Al-Qur'an ayat demi ayat, sehingga mereka
mengerti kapan dan di mana ayat itu diturunkan. Mereka telah menerima dari Rasulullah
ayat-ayat Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dengan sepenuh hati. Al-Qur'an adalah dasar
agama, penggerak iman dan sumber kemuliaan serta kehormatan mereka. Ini membawa
dampak positif, yaitu Al-Qur'an akan selamat dari perubahan dan kerancuan.

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai