Anda di halaman 1dari 34

RETINOPATI PREMATURITAS

LAPORAN KASUS

Nama : CAHYO ANSORI SAPUTRA


NIM : 712022037

Pembimbing : dr. Septiani Nadra Indawaty, Sp.M


LATAR BELAKANG
Retinopati prematuritas (ROP) digambarkan
untuk pertama kalinya oleh Terry pada tahun
1940 sebagai Retroletal Fibroplasia, yaitu
penyakit/ gangguan perkembangan pembuluh
darah retina pada bayi yang lahir prematur, hal
tersebut terkait dengan penyediaan oksigen
yang tinggi dan tidak terkendali.

Secara global, ROP menimbulkan ROP terjadi akibat kepekaan


beban besar terutama di negara pembuluh darah retina di masa
berpenghasilan rendah dan perkembangan terhadap oksigen
menengah dengan perkiraan rerata konsentrasi tinggi.
insidens >45 kasus per 100.000
kelahiran.
ANATOMI LENSA
▪ Lapisan membran limitans interna
▪ Lapisan serat saraf mengandung akson-akson sel ganglion
yang berjalanmenuju nervus optikus
▪ Lapisan sel ganglion
▪ Lapisan pleksiformis dalam mengandung sambungan sel
ganglion dengansel amakrin dan bipolar
▪ Lapisan inti dalam mengandung badan-badan sel bipolar,
amakrin, danhorizontal
▪ Lapisan pleksiformis luar mengandung sambungan sel bipolar
danhorizontal dengan sel-sel fotoreseptor
▪ Lapisan inti luar mengandung akson sel fotoreseptor (batang dan
kerucut)
▪ Lapisan membran limitans eksterna
▪ Lapisan fotoreseptor mengandung badan-badan sel batang dan
kerucut
▪ Lapisan epitel pigmen retina
Fisiologi
Secara anatomis, terdapat tiga struktur yang terletak di perifer retina yaitu:
pars plana korpus siliaris, ora serrata, dan basis vitreous. Ketiga struktur ini
bertanggung jawab mempertahankan retina agar tidak terlepas dengan
membentuk tautan dengannya
Retinopati Prematuritas

Di Indonesia, insidens ROP pada


Retinopati pramaturitas
bayi lahir dengan usia di bawah 32
adalah suatu retinopati minggu sebesar 18-30%; lebih
proliferatif yang terdapat tinggi dibandingkan negara-negara
pada bayi prematur berkembang lain.
Faktor Resiko
Faktor risiko penderita yang paling MANIFESTASI
berpengaruh adalah prematuritas dan berat KLINIK
badan lahir rendah. Faktor-faktor lain yang • Leukokoria (pupil berwarna
turut berperan, yakni: terapi suplemen putih)
oksigen, displasia bronkopulmonal, • Nistagmus (gerakan bola
preeklamsi maternal, sepsis, kadar insulin- mata yang abnormal)
• Strabismus (juling)
like growth factor–1 (IGF-1) rendah, • Miopia (rabun jauh).
hiperglikemi, kurang nutrisi, dan transfusi
darah

KLASIFIKASI
Tingkat Keparahan Perluasan Lokasi
Stadium 0
Stadium 1 Retina mata dipandang seperti jam
Stadium 2 Zona 1
dengan 12 bagian area. Luas ROP
Stadium 3 Zona 2
dicatat berdasarkan jumlah area Zona 3
Stadium 4
jam (clock hours) yang terlibat
Stadium 5
Klasifikasi ROP berdasarkan lokasi dalam zona dan
perluasan menurut jam
Pemeriksaan
Penunjang Komplikasi
foto digital retina jarak jauh /
• Miopia
• Astigmatisme
telemedicine • Strabismus
• kelainan visual serebral/
cerebral visual impairment
(CVI)
• Anisometropia
• katarak, dan glaukoma

Tatalaksana
Retinopati pada prematuritas yang ringan (stadium I dan II) pembuluh darah
retina yang abnormal dapat beregresi secara spontan dan bayi akan tumbuh dengan
penglihatan normal. Namun pada tingkat yang lebih berat yaitu grade III, IV, V
diperlukan terapi yang lebih agresif, misalnya krioterapi, foto koagulasi laser,
skleral buckle, vitrektomi, dan Injeksi Anti VGEF
PATOGENESIS

Bayi Lahir Prematur > Pertumbuhan pembuluh darah Normal Terhenti


> Bagian tepi retina tidak ditumbuhi pembuluh darah > Tidak mendapat
oksigen dan nutrrisi yang cukup > Bagian tepi Retina mengirimkan
sinyal ke daerah retina yang lain > Untuk mencukupi oksigen dan nutrisi
> Pembuluh darah abnormal mulai tumbuh > neovaskularisasi sangat
lemah dan mudah pecah > pertumbuhan jaringan parut pada retina >
tarikan pada retina > retina terlepas dari tempelannya (Ablasio Retina).
PROGNOSIS
Kemajuan telah meningkatkan hasil pengobatan; meskipun demikian,
banyak pasien yang dirawat mengalami hasil buruk pada ketajaman
penglihatan. Salah satu tujuan pengobatan adalah menghindari hasil
struktural retina yang tidak menguntungkan
Tindak lanjut selama 6 tahun dari sampel yang sama menemukan bahwa
34,6% anak-anak memiliki ketajaman penglihatan (VA) 20/40 atau lebih
baik, 40,3% memiliki ketajaman lebih besar dari 20/40 dan kurang dari
20/200, dan 23,7% memiliki ketajaman yang lebih buruk dari 20/200
termasuk persepsi cahaya dan kebutaan.
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS Nama : By. Ny T Ruang : -
Umur : 1 bulan Kelas : -

Nama Lengkap : By. Ny T

Tempat dan Tanggal Lahir: 18 September 2023


Umur : 1 Bulan
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Alamat : Jl Proklamasi, Muara Enim
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pendidikan :-
Dokter yang Merawat : dr. Septiani Nadra Indrawaty, Sp. M
Dokter Muda : Cahyo Ansori Saputra, S.Ked

Tanggal Pemeriksaan : 26 Oktober 2023


Keluhan Utama :
Bayi Lahir Preterm.

Keluhan Tambahan :

BBLR, Lahir Prematur, Sesak Nafas

1. Riwayat Penyakit Sekarang


Bayi laki laki lahir di RSUD Lahat pada tanggal 18 September 2023 dengan usia gestasi
29-30 minggu (Preterm), keadaan Compos mentis dengan BBL 1400gr, BB Nicu
1250gr, dan BB Sekarang 1800gr, bayi lahir tidak menangis, bayi terlihat merintih dan
Sesak Nafas.
2. Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak ada

2. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Katarak (-) Riwayat Hipertensi (-)


Riwayat Diabetes Melitus (-) Riwayat Alergi (-)
PEMERIKSAAN FISIK Nama : By. Ny T Ruang : -
Umur : 1 Bulan Kelas : -

Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis


Tanda Vital
- Nadi : 149 x/ Menit
- Laju Napas : 49 x/ Menit
- Suhu : 36,8 ℃
- SpO2 : 99%
No. Pemeriksaan OD OS
1. Visus 20/400 20/400
2. Tekanan Intra Okuler - -
3. Kedudukan Bola Mata
Posisi Ortoforia Ortoforia
Eksoftalmus (-) (-)
Enoftalmus (-) (-)
4. Pergerakan Bola Mata
Atas Baik Baik
Bawah Baik Baik
Temporal Baik Baik
Temporal atas Baik Baik
Temporal bawah Baik Baik
Nasal Baik Baik
Nasal atas Baik Baik
Nasal bawah Baik Baik
Nistagmus (-) (-)
5. Palpebrae
Hematom (-) (-)
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Fistel (-) (-)
Hordeolum (-) (-)
Kalazion (-) (-)
Ptosis (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Entropion (-) (-)
Sekret (-) (-)
Trikiasis (-) (-)
Madarosis (-) (-)
6. Punctum Lakrimalis
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Fistel (-) (-)
7. Konjungtiva Tarsal Superior
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Sekret (-) (-)
Epikantus (-) (-)
8. Konjungtiva Tarsalis Inferior
Kemosis (-) (-)
Hiperemis (-) (+)
Anemis (-) (-)
Folikel (-) (-)
Papil (-) (-)
Lithiasis (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
9. Konjungtiva Bulbi
Kemosis (-) (-)
Pterigium (-) (-)
Pinguekula (-) (-)
Flikten (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
Injeksi konjungtiva (-) (+)
Injeksi siliar (-) (-)
Injeksi episklera (-) (-)
Perdarahan (-) (-)
subkonjungtiva
10. Kornea
Kejernihan Jernih Jernih
Edema (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Erosi (-) (-)
Infiltrat (-) (-)
Flikten (-) (-)
Keratik presipitat (-) (-)
Macula (-) (-)
Nebula (-) (-)
Leukoma (-) (-)
Leukoma adherens (-) (-)
Stafiloma (-) (-)
Neovaskularisasi (-) (-)
Imbibisi (-) (-)
Pigmen iris (-) (-)
Bekas jahitan (-) (-)
Tes sensibilitas Tidak diperiksa Tidak
diperiksa
11. Limbus kornea
Arkus senilis (-) (-)
Bekas jahitan (-) (-)
12. Sklera
Sklera biru (-) (-)
Episkleritis (-) (-)
Skleritis (-) (-)
13. Kamera Okuli Anterior
Kedalaman Normal Normal
Kejernihan Jernih Jernih
Flare (-) (-)
Sel (-) (-)
Hipopion (-) (-)
Hifema (-) (-)
14. Iris
Warna Coklat Coklat
Gambaran radier Jelas Jelas
Eksudat (-) (-)
Atrofi (-) (-)
Sinekia posterior (-) (-)
Sinekia anterior (-) (-)

Iris bombe (-) (-)

Iris tremulans (-) (-)


15. Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Besar ± 3 mm ± 3 mm
Regularitas Reguler Reguler
Isokoria Isokor Isokor
Letak Central Central
Refleks cahaya langsung (+) (-)
Seklusio pupil (-) (-)
Oklusi pupil (-) (-)
Leukokoria (-) (-)
16. Lensa
Kejernihan Jernih Jernih
Shadow test (-) (-)
Refleks kaca (-) (-)
Luksasi (-) (-)
Subluksasi (-) (-)
Pseudofakia (-) (-)
Afakia (-) (-)
17. Funduskopi
Refleks fundus Tidak diperiksa Tidak
diperiksa
Papil Tidak diperiksa Tidak
diperiksa
- warna papil Tidak diperiksa Tidak
diperiksa
- bentuk Tidak diperiksa Tidak
diperiksa
- batas Tidak diperiksa Tidak
diperiksa
Retina Tidak diperiksa Tidak
diperiksa
- warna Tidak diperiksa Tidak
diperiksa
- perdarahan Tidak diperiksa Tidak
diperiksa
- eksudat Tidak diperiksa Tidak
diperiksa
Makula lutea Tidak diperiksa Tidak
diperiksa
Pemeriksaan Penunjang:
- Slit lamp
- Funduskopi Indirect

RINGKASAN ANAMNESIS DAN Nama : Tn. S Ruang : -


PEMERIKSAAN JASMANI Umur : 54 Tahun Kelas : -

Anamnesis
Bayi laki laki lahir di RSUD Lahat pada tanggal 18 September 2023 dengan usia
gestasi 29-30 minggu (Preterm), keadaan Compos mentis dengan BBL 1400gr,
BB Nicu 1250gr, dan BB Sekarang 1800gr, bayi lahir tidak menangis, bayi
terlihat merintih dan Sesak Nafas.
Pemeriksaan Oftalmologikus

OD OS
20/400 Visus 20/400
Injeksi konjungtiva Konjungtiv Injeksi
(-) a konjungtiva (-)
Injeksi Episklera (-) bulbi Injeksi Episklera
(-)
Normal Kamera
Normal
okuli
anterior
Bulat, besar ± Pupil Bulat, besar ±
3mm, reguler, 3mm,
isokor Reguler isokor
Pemeriksaan Tonometri :
Tidak Diperikas
Interpretasi: Susp Retinopati Prematuritas

Daftar Masalah:
1. Lahir Prematur.
2. BBLR
3. Pengguaan oksigen ekstra setelah lahir.

Diagnosis
1. Susp Retinopati Prematuritas
2. Mata Normal
3. Miopia
Tatalaksana
Edukasi :

a. Edukasi ke pasien mengenai penyakit yang di deritanya


(pengertian, penyebab, komplikasi dan rencana tindakan).
b. Lakukan penanganan konservatif
- Foto Koagulasi Laser
- Injeksi Anti VEGF
c. Rujuk kepada spesialis mata untuk penangan selanjutnya.
Prognosis:

Vitam : Bonam

Fungsionam : Dubia Ad Bonam

Sanationam : Dubia Ad ,Bonam


ANALISA KASUS
Pada kasus ini, pasien didiagnosis Susp Retinopati Prematuritas. Penegakkan
diagnosis didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada
anamnesis ditemukan usia gestasi bayi preterm 39-30 minggu, Berat badan lahir rendah
1400gr, dan Riwayat penggunaan oksigen ekstra. Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan
pupil bulat. Reaksi menutup mata bila terkena Cahaya.

Pada Retinopati prematuritas merupakan Suatu kondisi mata yang menyerang


beberapa bayi yang lahir premature, khususnya sebelum usia 31 minggu, dengan ROP
pembuluh darah abnormal terbentuk di retina bayi. Retina adalah lapisan jaringan di bagian
belakang mata. ROP menyebabkan pembuluh darah yang tidak diinginkan tumbuh di retina
bayi. Pembuluh darah ini nantinya dapat menyebabkan masalah mata dan penglihatan yang
serius
Penggunaan oksigen pada bayi baru lahir menyebabkan Efek oksigen retina pada
pembuluh darah yang belum matang terjadi dalam dua tahap. Tahap primer atau fase
vasokonstriksi: Tahap ini terjadi selama paparan terhadap hiperoksia dan terdapat juga
penekanan vaskularisasi bagian anterior normal retina. Mekanisme efek vasokonstriksi
dan obliteratif oksigen terlihat terutama pada pembuluh darah retina yang sedang
berkembang. Hal ini pada gilirannya menyebabkan penekanan faktor pertumbuhan
endotel vascular. dan Tahap sekunder atau fase vasoproliferatif: Tahap ini terjadi
selama peralihan dari oksigen ke udara ruangan, dan melibatkan dilatasi dan liku-liku
pembuluh darah besar yang sudah ada disertai neovaskularisasi dan proliferasi
pembuluh darah baru ke dalam vitreus. Hal ini terutama disebabkan oleh lonjakan tiba-
tiba tingkat faktor pertumbuhan endotel vascular.
Pasien disarankan untuk melakukan terapi Foto koagulasi laser.
Fotokoagulasi laser merupakan modalitas utama, tetapi merusak lapang pandang
akibat retina yang diablasi dan kelainan refraksi seperti myopia. Terapi fotokoagulasi
laser cenderung lebih aman disbanding krioterapi, karena tidak menyebabkan
kerusakan pada struktur jaringan yang lain. Perawatan ini menciptakan pola luka
bakar kecil di tepi luar retina bayi Anda. Luka bakar ini mencegah terbentuknya
pembuluh darah abnormal. Terapi laser berhasil mengobati ROP sekitar 90% kasus.
Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) merupakan komponen
kimiawi utama yang menyebabkan terjadinya proses neovaskular. Oleh sebab
itu tujuan utama tatalaksana ROP adalah menurunkan level VEGF baik
dengan cara mengablasi area retina avaskular melalui terapi laser
fotokoagulasi, maupun dengan cara menginaktivasi VEGF yang telah
dilepaskan melalui terapi injeksi anti-VEGF. Salah satu kesulitan terapi laser
pada kasus AP-ROP adalah batas yang tidak jelas antara area retina yang
vaskular dan avaskular, sehingga terapi inisial dengan laser biasanya tidak
adekuat. Selain itu, laser hanya menghancurkan komponen selular yang
memproduksi VEGF, sedangkan VEGF yang sudah ada di rongga vitreus
tetap aktif merangsang proses neovaskularisasi. Pemberian agen anti-VEGF
diharapkan dapat menekan laju proses neovaskularisasi ini.
KESIMPULAN

. Pada pasien didapatkan usia gestasi bayi preterm 39-30 minggu, Berat badan
lahir rendah 1400gr, dan Riwayat penggunaan oksigen ekstra. Pada
pemeriksaan oftalmologi didapatkan pupil bulat. Reaksi menutup mata bila
terkena Cahaya. Hal tersebut merupakan beberapa factor resiko yang
mendukung terjadinya retinopati prematuritas sehingga perlu dilakukan
screening terhadap retinopati prematuritas agar tidak terjadi telat penanganan
yang dapat menimbulkan komplikasi
KESIMPULAN

. Penanganan komprehensif mulai dari skrining adekuat, tatalaksana dini,


hingga pemantauan hasil terapi seksama dibutuhkan untuk menurunkan angka
kejadian ROP. Meskipun fotokoagulasi laser mampu menghindari kebutaan,
masih menyisakan masalah penglihatan. Studi terapi alternatif seperti anti-
VEGF, IGF-1, dan lain-lain, membuka kemungkinan penanganan ROP yang
lebih aman, efektif, dan terjangkau di masa mendatang.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai