Anda di halaman 1dari 33

Clinical Report Session

ABSES PALPEBRA
OLEH:
ANDINA AYU PUTRI
MEDITA MAHARANI PUTRI
WILDAN MUTHAHARI

PRESEPTOR : dr. Hj. Getry Sukmawati, Sp.M (K)


ABSES PALPEBRA
• Abses purulen pada kelopak mata dengan
tanda-tanda infeksi, onset yang cepat, nyeri,
kemerahan, edema.
• Dapat terjadi setelah trauma, infeksi sistemik,
atau sebagai infeksi sekunder dari khalazion
atau tumor.
• Disertai infiltrasi neutrofil yang masif, bakteri
terutama Staphilococcus Aureus.
Terapi :
- pemberian antibiotik sistemik
- kadang-kadang dikombinasikan dengan
insisi serta drainase, dan juga
- pengobatan simptomatis.
- Kultur dan sensiviti tes.
SELULITIS
Kelainan kulit berupa infiltrate yang difus
di subkutan dengan tanda-tanda radang
akut.

Gejala konstitusi : demam, malese.


Biasanya didahului trauma.
• Kelainan kulit: eritema yang bewarna
merah cerah, berbatas tegas, dan
pinggirnya meninggi dengan tanda-tanda
radang akut. Dapat disertai edema,
vesikel, dan bula. Terdapat leukositosis.

• Terapi
Antibiotik sistemik, kompres terbuka
dengan larutan antiseptik.
Selulitis Orbita
• Definisi
– Peradangan supuratif jaringan ikat jarang
intraorbita di belakang septum orbita

• Etiologi
– Infeksi pneumokok, streptokok, atau stafilokok
(Staphylococcus aureus, Streptococcus
pneumonia)
– Trauma yang masuk melalui kulit dan sinus-sinus
paranasalis
• Epidemiologi
– Selulitis orbita pada bayi sering disebabkan oleh
sinusitis etmoid yang merupakan penyebab
eksoftalmos pada bayi
– Terutama mengenai anak antara 2-10 tahun

• Manifestasi Klinis
– Demam
– Kelopak mata sangat edema dan kemotik
– Mata merah
– Mata sakit bila digerakan
– Penglihatan berkurang
– Eksoftalmos
Patofisiologi
• Masuknya kuman kedalam rongga mata
langsung melalui sinus paranasal
• Penyebaran melalui pembuluh darah,
bakteremia, atau bersama trauma yang kotor
• Adanya penurunan visus dan kelainan pupil
menunjukan infeksi pada daerah apeks orbita
• Keterlambatan pengobatan beresiko sindrom
apeks orbita atau trombosis sinus
kavernosus
• Pengobatan
– Simptomatik
– Antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri
– Kompres air hangat

• Komplikasi
– Komplikasi yang mungkin terjadi pada selulitis orbita adalah neuritis
retrobulbar, buta, meningitis dan trombosis kavernosus
– Trombosis kavernosus septic bisa menimbulkan kematian

• Prognosis
– Tergantung dari penanganan yang tepat dan komplikasi yang dapat
timbul
– Pada umumnya prognosis ad vitam adalah bonam
– Prognosis ad functionam adalah bonam bila respons penderita terhadap
antibiotik baik dan tidak ditemukan adanya komplikasi.
– Pembedahan sinus paranasal atau drainase abses diperlukan bila
respon penderita terhadap antibiotik tidak baik.
Hemangioma Kapiler
• Definisi
– Tumor jinak yang sering ditemukan dan kadang
mengenai orbita dan palpebra

• Etiologi
– Cytokines seperti Basic Fibroblast Growth Factor
(BFGF) dan Vascular Endothelial Growth Factor
(VEGF) berperan dalam angiogenesis
– Peningkatan faktor-faktor pembentukan
angiogenesis seperti penurunan kadar
angiogenesis inhibitor berperan dalam etiologi
terjadinya hemangioma
• Epidemiologi
– 50% hemangioma sistemik muncul di kepala dan
leher
– 30% ditemukan saat kelahiran, hampir 100% pada
usia 6 bulan
– Jenis kelamin perempuan beresiko 3 kali lipat jenis
kelamin laki-laki

• Manifestasi Klinis
– Space-occupying lesion pada orbita
– Lesi yang terjadi cukup besar untuk menghalangi
lapangan pandang  ambliopia deprivasi
– Lesi menyebabkan distorsi kornea and astigmatisma
 ambliopia anisometris
Patofisiologi
• Hemangioma kapiler  proliferasi
hamartoma dari sel endotel pembuluh darah
• Struktur yang mirip dengan jaringan plasenta
• Tumbuh dalam dua tahap
– fase proliferasi  peningkatan jumlah sel mast
dan endotel  pertumbuhan masif jaringan
vascular
– fase involusi  regresi lambat pada jaringan
hemangioma  pengurangan jumlah sel mast
dan aktivitas endotelial
• Terapi
– Hemangioma superficial kecil  tidak
memerlukan terapi.
– Lesi dalam dengan ancaman ambliopia 
terapi topikal  kortikosteroid lepas lambat
diperkirakan memiliki efek vasokonstriksi dan
memperlambat proliferasi endotel kapiler

• Komplikasi
– Astigmatisma dan ambliopia
ILUSTRASI KASUS
Seorang pasien laki-laki berumur 6 tahun,
dirawat di bangsal mata RSUP. M. Djamil
Padang pada tanggal 14 September 2011
dengan :

• Keluhan Utama :
Kelopak mata kiri bengkak dan susah
dibuka sejak 5 hari sebelum masuk rumah
sakit
Riwayat Penyakit Sekarang :
• Awalnya terdapat benjolan bernanah di
kelopak mata kiri atas 2 minggu sebelum
masuk rumah sakit.
• Kemudian pasien terjatuh 6 hari SMRS,
besok harinya kelopak mata kiri makin
membengkak, merah dan susah dibuka.
• Pasien merasa nyeri dan gatal.
• Bintik-bintik merah pada kelopak mata kiri
ada sejak lahir.
Riwayat Penyakit Dahulu:
• Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti
ini sebelumnya.
• Pasien tidak pernah mengeluh sakit gigi atau
sakit pada wajah.

Riwayat Penyakit Keluarga :


• Tidak ada keluarga yang menderita penyakit
seperti ini.
Pemeriksaan fisik
Dilakukan tgl 17 Sepetember 2011
• Keadaan umum: tampak sakit sedang
• Kesadaran : compos mentis cooperatif
• Pernafasan : teratur, frekuensi 26 x/mnt
• Nadi : 92x/ mnt
• Suhu : afebris
• Kulit : tidak ditemukan kelainan
• KGB : tidak membesar
• Mata : Status oftalmologi
• Thorax : dalam batas normal
• Abdomen : palpasi: hepar tidak teraba
• Ekstremitas : reflek fisiologis +/+
Reflek patologis-/-
STATUS OFTALMOLOGIKUS PASIEN
TANGGAL 17 September 2011
STATUS OD OS
OFTALMOLOGIKUS
Visus tanpa koreksi 5/5 5/5

Visus dengan koreksi - -

Reflex fundus Normal Normal

Silia/Supersilia Trikiasis (-), madarosis (-) Trikiasis (-), madarosis (-)

Udema (+), massa ± 3x2 cm,


Palpebra superior Edema (-)
undulasi (+), hiperemis (+)
Palpebra inferior
STATUS OD OS
OFTALMOLOGIKUS
Margo palpebra Ektropion (-) Ektropion (-)
Entropion (-) Entropion (-)
Aparat lakrimalis Lakrimasi normal Lakrimasi normal

Hiperemis (-), Folikel (-), Hiperemis (-), Folikel (-),


Konjungtiva tarsalis papil(-), injeksi papil(-), injeksi
konjungtiva (-) konjungtiva (-)

Konjungtiva forniks Kemosis (-), hiperemis Kemosis (-), hiperemis


(-), injeksi konjungtiva (-), injeksi konjungtiva
(-) (-)
Hiperemis (-), Folikel (-), Hiperemis (-), Folikel (-),
Konjungtiva Bulbi papil(-), injeksi papil(-), injeksi
konjungtiva (-) konjungtiva (-)
STATUS OD OS
OFTALMOLOGIKUS
Sklera Putih Putih
Kornea Bening Bening
Kamera okuli anterior Cukup dalam Cukup dalam

Iris Coklat, ruggae (+) Coklat, rugae (+)


Pupil Reguler, reflek pupil (+) Reguler, reflek pupil (+)
Lensa Bening Bening
Korpus viterum Bening Bening
Fundus :
-Media Bening Belum bisa dinilai
- Papil Bulat, batas tegas,
C/D=0,3
-Pembuluh darah Aa:vv = 2:3
- Retina Perdarahan (-)
STATUS OD OS
OFTALMOLOGIKUS

Tekanan bulbus okuli Normal (palpasi) Normal (palpasi)

Posisi bola mata Ortoforia Ortoforia

Gerakan bulbus okuli Bebas Bebas

Diagnosis Kerja -Abses Palpebra OS


-Hemangioma kapiler palpebra OS

Anjuran Terapi -Ceftazidine 2x500 mg iv


- paracetamol 3x250 mg
Status Ophtalmikus
Status Ophtalmikus
OD OS

Visus tanpa koreksi 5/5 5/5

Refleks fundus (+) (+)


Silia/supersilia Madarosis (-), trikiasis Trichiasis (-)
(-) Madarosis (-)
Palpebra superior Oedem (-),Hiperemis Udema (+), massa ±
(-), Hordeolum (-), 3x1 cm, undulasi (+),
Palpebra inferior kalazion (-) hiperemis (+).
Krusta (+) warna
kehitaman.
Aparat lakrimalis Normal Normal

Konjungtiva tarsalis Hiperemis (-) Hiperemis (-), injeksi


siliar (-)
Konjungtiva forniks Hiperemis (-) Hiperemis (-), injeksi
siliar (-)

Konjungtiva bulbi Hiperemis (-) Hiperemis (-), injeksi


siliar (-)

Sklera Putih Putih


Status Ophtalmikus OD OS
Kornea
COA
StatusCukup
Ophtalmikus
Bening
dalam
Bening
Cukup dalam
Iris Coklat, rugae (+) Coklat, rugae (+)
Pupil Bulat, reflek cahaya Bulat, reflek cahaya
+/+, Ø 2-3 mm +/+, Ø 2-3 mm
Lensa Bening Bening
Korpus vitreus Bening Bening
Fundus:
- Media Bening Bening
- Papil Bulat, batas tegas Bulat, batas tegas
- Pembuluh darah Aa:vv = 2:3 Aa:vv = 2:3
- Retina Perdarahan (-) Perdarahan (-)
-Makula Reflek fovea (+) Reflek fovea (+)

Tekanan Bulbus Okuli N (Palpasi) N (Palpasi)

Posisi bola mata Orthoforia Orthoforia

Gerakan bulbus okuli Bebas Kesegala arah Bebas Kesegala arah


19 September 2011
DISKUSI
Telah dilaporkan kasus seorang pasien laki-
laki berumur 6 tahun yang dirawat di
bangsal mata RSUP. Dr .M.Djamil Padang
sejak tanggal 14 September 2011 dengan
diagnosis kerja hemangioma kapiler
pelpebra OS dan abses palpebra OS.
• Dasar diagnosis ditegakkan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik mata dan pemeriksaan
penunjang. Dari anamnesis didapatkan bahwa
kelopak mata kiri pasien bengkak, merah,
bernanah dan susah dibuka sejak 5 hari
sebelum masuk rumah sakit. Bintik-bintik merah
pada kelopak mata kiri sudah ada sejak lahir.
• Dari pemeriksaan fisik mata kiri
didapatkan palpebra superior dan inferior
udema (+), massa ± 3x2 cm, undulasi (+),
hiperemis (+). Penatalaksanaan pada
pasien ini adalah dengan pemberian
antibiotik.
• Dari literatur, abses pelpebra terjadi bisa
karena infeksi superfisial dari palpebra
dan dari tempat lain. Infeksi mata dapat
terjadi setelah adanya luka. Gejala klinis
dari abses palpebra adalah bengkak dan
merah di kelopak mata, biasa disertai
flutuasi. Pasien merasa nyeri. Untuk
mengetahui mikroorganisme penyebab,
maka dilakukan kultur pus. Sebelumnya
diberikan dulu antibiotik spektrum luas.
• Pada pasien ini juga terdapat
hemangioma kapiler. Tanda-tanda
Hemangioma kapiler, berupa bercak
merah tidak menonjol dari permukaan
kulit. “Salmon patch” berwarna lebih muda
sedang “Port wine stain” lebih gelap
kebiru-biruan, kadang-kadang membentuk
benjolan di atas permukaan kulit.
Hemangioma superficial yang kecil tidak
memerlukan terapi.

Anda mungkin juga menyukai