Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Palpebra merupakan lapisan tipis yang terdiri atas kulit, otot, dan jaringan

fibrosa yang berfungsi melindungi struktur-struktur bola mata yang rentan. Jika

terjadi peradangan bilateral kronik pada palbebra disebut dengan blefaritis.1

Terdapat dua jenis utama blefaritis yang sering terjadi yaitu stafilokok dan

seboroik. Blefaritis stafilokok dapat disebabkan oleh infeksi Staphylococcus

aureus, yang sering ulseratif atau Staphylococcus epdermidis.blefaritis seboroik

(non ulseratif) umunya berkaitan dengan keberadaan Pityrosporum ovale. Kedua

jenis blefaritis ini sering terjadi secara bersamaan. Pada blefaritis seboroik juga

sering disertai dengan seboroik pada kulit kepala, alis, dan telinga.1

Survey yang dilakukan pada 5000 orang dewasa di Amerika Serikat

menunjukkan gejala yang khas dengan blefaritis terjadi cukup sering. Gejalanya

pun lebih sering muncul pada orang yang lebih muda. Pada satu pusat penelitian

menemukan pada 90 pasien yang menderita blefaritis rata-rata usia adalah 50

tahun. Namun, pada blefaritis yang disebabkan oleh Staphylococcus usianya lebih

muda yaitu 42 tahun dan paling banyak terjadi pada perempuan. Pada kasus lain

di laporan yang sama terdapat 37% kasus blefaritis pada pasien yang berobat ke

dokter dan yang menjadi penyebab tersering adalah disfungsi pada kelenjar

meibom.2,3,4
BAB II

ILUSTRASI KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 84 tahun
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Agama : Islam
Alamat : Padang

Anamnesa (23 September 2016)

Seorang pasien laki-laki usia 84 tahun, datang ke poliklinik Mata RSUP Dr

M Djamil Padang pada tanggal 23 September 2016.

Keluhan Utama :

Mata terasa panas sejak 3 yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Mata kanan dan kiri terasa panas sejak 3 hari yang lalu, panas dirasakan

hilang timbul
Sekret (+) dirasakan sejak 3 hari yang lalu
Perasaan penglihatan terkalang (+) dan kadang mata terasa berpasir
Gatal dirasakan hilang timbul pada kedua mata
Penglihatan terkalang dan gatal berulang sudah dirasakan sejak 4 tahun

yang lalu
Keluhan mata nyeri (-)
Keluhan mata merah (-)
Silau (+)
Riwayat trauma pada mata disangkal
Riwayat sering mengucek mata disangkal
Kotoran mata (-)
Riwayat mata terkena debu atau benda asing disangkal

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat diabetes (+) dengan kontrol teratur ke bagian endokrinologi


Riwayat hipertensi tidak terkontrol (+)
Riwayat alergi (+) pada cuaca panas
Riwayat menderita cacar, herpes (-)
Pasien sudah didiagnosa dengan katarak immatur sejak 4 tahun yang lalu

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan seperti pasien

Pemeriksaan Umum

GCS E4V5M6 Keadaan Umum Baik

Tekanan Darah 160/90mmHg Kesadaran Composmentis

Frekuensi Nadi 78x/menit Keadaan gizi Baik

Frekuensi Nafas 21x/menit Anemis Tidak ada

Suhu Afebris Ikterik Tidak ada

Sianosis Tidak ada Edema Tidak ada

Kulit : Teraba hangat


Kelenjar Getah Bening: Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Kepala : tidak ada kelainan
Rambut : Tidak ada kelainan, uban (+)
Mata : Status Oftalmikus
THT : tidak ada kelainan
Leher : JVP 5-2 cmH2O, tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening
Dinding dada : Normochest
Paru
o Inspeksi : Gerakan simetris kiri dan kanan saat statis dan

dinamis
o Palpasi : fremitus kiri = kanan
o Perkusi : sonor kiri=kanan
o Auskultasi : suara napas bronkhovesikular, Rh -/- , Wh -/-
Jantung
o Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
o Palpasi : iktus kordis teraba 2 jari lateral LMCS RIC 6
o Perkusi : batas jantung normal
o Auskultasi : irama regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
o Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
o Palpasi : hepar dan lien tidak teraba
o Perkusi : timpani
o Auskultasi : bising usus (+) normal
Alat kelamin : Tidak diperiksa
Anus : Tidak diperiksa

Status Oftalmikus :

STATUS OD OS
OFTALMIKUS
Visus tanpa koreksi 5/15 5/15
Refleks fundus (+) (+)
Silia / supersilia Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Madarosis (-) Madarosis (-)
Palpebra superior Lagoftalmus (-) Lagoftalmus (-)
Edema (-) Edema (-)
Tampak sisik halus berwarna Tampak sisik halus berwarna
putih putih
Palpebra inferior Edema (-) Edema (-)
Hematom (-) Hematom (-)
Margo Palpebra Entropion (-) Entropion (-)
Ektropion (-) Ektropion (-)
Sikatrik (-) Sikatrik (-)
Penebalan(+) Penebalan(+)
Aparat lakrimalis Dalam batas normal Dalam batas normal
Konjungtiva Tarsalis Hiperemis (-), Papil (-), folikel Hiperemis (-), Papil (-), folikel
(-), sikatrik (-) (-), sikatrik (-)
Konjungtiva Bulbii Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (-)
Injeksi konjunktiva (-) Injeksi konjunktiva (-)
Sklera Putih Hiperemis
Kornea Bening Bening

Kamera Okuli Anterior Cukup dalam Cukup dalam


Iris Coklat Coklat
Pupil Bulat, refleks cahaya (+), d = 3 Bulat, refleks cahaya (+), d =
mm 3mm
Lensa Bening Bening
Korpus vitreum Relatif Jernih Relatif Jernih
Fundus :
- Media Bening Bening
Bulat, batas tegas, c/d 0,3-0,4
- Papil optikus Bulat, batas tegas, c/d 0,3-0,4 Perdarahan (-), eksudat (-)
aa:vv = 2:3
- Retina Perdarahan (-), eksudat (-)
Rf fovea (+)
- aa/vv retina aa:vv = 2:3
- Makula Rf fovea (+)
Tekanan bulbus okuli Normal palpasi Normal palpasi
Posisi bulbus okuli Ortho Ortho
Gerakan bulbus okuli Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah
Gambar

Pemeriksaan Penunjang

Schimmer test : OD 11mm, OS 12mm

Diagnosa Kerja

Blefaritis Seboroik ODS


Katarak Imatur
Dry Eye

Diagnosis Banding

Terapi

Cendo Lytears tetes mata ODS 6 kali sehari


Kloramfenikol ODS 3 kali sehari

BAB III

DISKUSI

Seorang pasien laki-laki usia 84 tahun datang ke poliklinik RSUP M.Djamil

dengan keluhan mata terasa panas sejak 3 hari yang lalu disertai sekret.

Berdasarkan data dari anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien, didapatkan

diagnosa kerja pada pasien ini adalah blefaritis seboroik. Pasien juga sebelumnya

sudah pernah didiagnosa dengan katarak imatur dan sindroma mata kering sejak 4

tahun yang lalu.

Blefaritis adalah peradangan pada kelopak mata yang biasanya disebabkan

oleh bakteri normal kulit seperti Staphylococcus aureus atau disebabkan oleh

penyakit seboroik, dan dapat juga oleh adanya disfungsi kelenjar meibom.5

Pada blefaritis dapat ditemukan gejala berupa kemarahan pada mata, rasa

terbakar, nyeri, mata berair, gatal, kerak pada bulu mata, rontoknya bulu mata,

perasaan lengkat pada kelopak mata, penglihatan kabur, toleransi yang berkurang

pada penggunaan kontak lens, fotofobia, dan seringnya pasien mengedipkan

mata.5 Pada pasien ini, gejala yang ditemukan adalah berupa rasa terbakar pada

mata yang sudah dirasakan pasien berupa sensasi panas sejak 3 hari sebelum

datang ke rumah sakit.

Rasa terbakar pada mata disebabkan oleh adanya proses inflamasi yang

dapat disebabkan oleh infeksi kuman maupun proses alergi. Pada blefaritis yang

disebabkan oleh kuman stafilokokus biasanya ditandai dengan adanya sisik yang

kering, palpebra merah, terdapat ulkus-ulkus kecil di sepanjang palpebra, dan bulu
mata cenderung rontok.1 Sedangkan pada blefaritis seboroik gejala yang khas

adalah sisik berminyak tidak terjadi ulserasi dan lapisan palpebra tidak begitu

merah, rasa terbakar, dan perasaan adanya benda asing di mata. 6 Pada pasien ini

selain ditemukan gejala berupa rasa panas pada mata, ditemukan juga keluhan

adanya benda asing pada mata, tanpa adanya gejala kemerahan pada mata.

Keluhan ini mengarahkan pemeriksa untuk menegakkan diagnosis belfaritis

seboroik pada pasien.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya sisik berwarna putih pada bulu

mata pasien, pada inspeksi ditemukan juga kerak pada margo palpebra. Temuan

ini juga khas untuk menegakkan diagnosis blefaritis yang disebabkan oleh kuman

stafilokokus. Hal ini sesuai menurut literatur blefaritis seboroik dapat terjadi

tunggal atau dapat bersamaan dengan adanya infeksi kuman stafilokokus maupun

bersamaan dengan disfungsi kelenjar meibom.6

Penegakan diagnosa blefaritis seboroik pada pasien ini didukung oleh

riwayat penyakit pada pasien ini yang sudah kontrol berulang ke bagian kulit

RSUP M.Djamil sejak 2 tahun yang lalu dengan diagnosa dermatitis seboroik.

Kejadian blefaritis seboroik sendiri disebutkan dalam literatur merupakan ikutan

dari dermatitis seboroik.6

Secara epidemiologi rata-rata usia penderita blefaritis adalah di atas 50

tahun. Kebanyakan pasien memiliki riwayat penyakit mata lain yang bersifat

kronik. Sesuai dengan pasien ini yang sudah didiagnosa dengan sindroma mata

kering sejak 4 tahun yang lalu. Pasien saat ini sudah mendapatkan terapi artificial

tears, sehingga pada saat dilakukan pemeriksaan schimmer test tidak ditemukan
tanda mata kering. Namun, kejadian mata kering yang sudah kronik pada pasien

ini sangat beresiko untuk mencetuskan terjadinya blefaritis pada pasien ini.

Dari data epidemiologi terdapat hubungan antara kejadian blefaritis dengan

sindroma mata kering, 50% pasien dengan sindroma mata kering biasanya juga

menunjukkan gejala blefaritis. Hal ini dapat dijelaskan secara patofisiologi,

kejadian ini disebabkan oleh penurunan kadar lisozim dan immunoglobulin pada

orang dengan defisiensi air mata akan menyebabkan resistensi terhadap bakteri,

sehingga memudahkan terjadinya blefaritis oleh kuman stafilokukus.

Pasien diberikan terapi Cendo Lytears tetes mata ODS 6 kali sehari dan

kloramfenikol 3 kali pada mata kanan dan kiri 3 kali sehari. Cendo Lyteers

merupakan salah satu produk artificial tears untuk terapi pada sindroma mata

kering. Sedangkan kloramfenikol diberikan untuk terapi blefaritis pada pasien ini.

Untuk terapi blefaritis seboroik, pada pasien diberikan edukasi untuk

melakukan kompres air hangat pada kelopak mata kanan dan kiri secara teratur

setiap hari. Hal ini selain untuk menjaga kelembapan mata, kompres juga

berfungsi untuk mengeradikasi lapisan lemak pada kelopak mata. Edukasi yang

penting juga tentang kebersihan personal pasien sehingga dapat menjaga mata

pasien dari infeksi sekunder.

Anda mungkin juga menyukai