Anda di halaman 1dari 15

Acara 1

Kompetisi Intraspesifik dan Interspesifik

Dasar Teori
Semua mahluk hidup membutuhkan sumberdaya untuk hidup. Ketersediaan sumberdaya sering
tidak cukup untuk semua mahluk hidup. Ini berarti mahluk hidup harus berjuang agar bisa bertahan
hidup. Perjuangan untuk mendapatkan sumberdaya ini disebut kompetisi.
Kompetisi untuk mendapatkan sumberdaya antara anggota spesies yang berbeda disebut kompetisi
interspesifik, sedangkan kompetisi untuk mendapatkan sumberdaya antara anggota spesies yang sama
disebut kompetisi intraspesifik. Ada empat sumberdaya yang diperebutkan oleh hewan, yaitu: makanan,
air, pasangan kawin, dan tempat tinggal (teritori). Kompetisi antar tumbuhan mungkin kurang terlihat
dibandingkan kompetisi antar hewan. Apa empat sumberdaya yang dikompetisikan oleh tumbuhan,
antara lain: cahaya, air, unsur hara, dan ruang .

Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk:
1. Membandingkan pertumbuhan jagung dengan adanya kompetisi dengan sesamanya (intraspesifik).
2. Membandingkan pertumbuhan jagung dengan adanya kompetisi dengan kacang hijau (interspesifik).

Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum ini adalah:
1. Biji jagung 110 biji
2. Biji kacang hijau 30 biji
3. Polybag atau ember 30 buah
4. Tanah subur secukupnya
5. Mikrometer atau penggaris
6. Alat-alat tulis

Cara Kerja
1. Siapkan media tanam dengan mengisi 30 buah polybag dengan tanah subur. Kesuburan tanah
yang digunakan harus sama pada semua polybag.
2. Pilihlah 110 biji jagung dan 30 biji kacang hijau. Biji jagung dan kacang hijau yang dipilih harus
memiliki ukuran yang sama.
3. Letakkan semua media tanam dengan posisi seperti pada bagan berikut:
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6
1J 5J 10 J 3J 3 KH 3 J + 3 KH
1J 5J 10 J 3J 3 KH 3 J + 3 KH
1J 5J 10 J 3J 3 KH 3 J + 3 KH
1J 5J 10 J 3J 3 KH 3 J + 3 KH
1J 5J 10 J 3J 3 KH 3 J + 3 KH
4. Siram dan rawatlah setiap hari tanaman jagung dan kacang hijau yang tumbuh di dalam polybag.
5. Pastikan semua tanaman mendapatkan cahaya matahari dengan intensitas yang sama.
6. Ukur dan catatlah pertumbuhan tanaman jagung dan kacang hijau setiap hari selama 14 hari (2
minggu). Catatlah hasilnya pada lembar kerja seperti berikut:
Lembar kerja hasil pengukuran pertumbuhan tanaman jagung dan kacang hijau
Hari Tinggi tanaman (cm) Jumlah daun
ke- K 1 K 2 K 3 K 4 K 5 K6 K1 K2 K3 K4 K5 K6
1J 5J 10 J 3J 3 KH 3J 3 KH 1J 5J 10 J 3J 3 KH 3J 3 KH
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
7. Setelah 14 hari, bandingkan rata-rata hasil pengukuran tinggi tanaman dan jumlah daun pada
kelompok 1, 2, dan 3. Buatlah laporan sebagai hasil kompetisi intraspesifik.
8. Bandingkanlah rata-rata hasil pengukuran tinggi tanaman dan jumlah daun jagung pada
kelompok 4 dengan 6, serta tanaman kacang hijau pada kelompok 5 dengan 6. Buatlah laporan
sebagai hasil kompetisi interspesifik.
Acara 2
Predasi

Dasar Teori
Predasi adalah pemangsaan suatu organisme (mangsa/prey) oleh organisme lain
(pemangsa/predator), dimana mangsa masih dapat bertahan hidup ketika mendapat serangan pertama
dari pemangsa. Secara taksonomik predator terdiri atas 3 tipe, yaitu: 1) karnivora adalah hewan yang
memakan hewan lain; 2) herbivora adalah hewan yang memakan tumbuhan hijau, biji-bijian atau buah-
buahan, dimana tumbuhan yang dimakan biasanya tidak mati; dan 3) omnivore adalah hewan-hewan
yang memakan hewan lain dan juga makan tumbuh-tumbuhan. Secara fungsional predator terdiri atas 4
tipe, yaitu: 1) true predator adalah pemangsa yang membunuh mangsanya secara langsung setelah
menyerangnya; 2) grazer adalah pemangsa yang menyerang mangsanya dalam jumlah yang besar,
tetapi hanya memakan beberapa bagian tubuh mangsanya; 3) parasit adalah organisme yang hidup
pada atau di dalam organisme lain (inang) untuk periode waktu yang lama dan bersifat merugikan,
namun tidak secara langsung membunuh inangnya, dan 4) parasitoid adalah kelompok serangga yang
kebiasaannya meletakkan telur pada atau di dalam tubuh hewan lain (inang), dimana larva yang
menetas dari telur itu akan berkembang di dalam tubuh inangnya.
Pentingnya predasi dalam ekosistem adalah membatasi distribusi, atau mengurangi kelimpahan
spesies mangsa. Predasi, seiring dengan persaingan, merupakan jenis interaksi utama yang dapat
mempengaruhi organisasi komunitas. Predasi merupakan kekuatan selektif utama, dan banyak adaptasi
organisme memiliki penjelasan dalam koevolusi predator – prey. Predasi menyebabkan terjadinya aliran
energi dan nutrisi dalam ekosistem.

Tujuan
Menjelaskan hubungan interaksi populasi dalam tipe predasi

Alat dan Bahan


1. Akuarium serta perlengkapannya
2. Ikan nila (besar) dan kecil (anakan/bibit) masing-masing 5 ekor
3. Air

Cara Kerja
1. Siapkan akuarium serta perlengkapannya, lalu diisi dangan air secukupnya.
2. Masukan 5 ekor ikan besar dan 5 ekor anakan bersama-sama ke dalam akuarium yang telah
disiapkan sebelumnya.
3. Diamkan selama satu hari.
4. Lakukan pengamatan, dan catat perubahan yang terjadi pada lembar kerja berikut:

Lembar kerja hasil pengamatan percobaan predasi


No Perlakuan Deskripsi pengamatan
1 Ikan nila besar dan anakan dalam
akuarium
Acara 3
Strategi Sejarah Kehidupan (Tabel Kehidupan)

Dasar Teori
Populasi suatu spesies mengalami dinamika menurut ruang dan waktu. Dinamika populasi
ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu kematian, kelahiran, kemampuan bertahan hidup, distribusi
umur, dispersal/penyebaran dan laju perubahannya. Untuk dapat mengetahui dinamika populasi
diperlukan informasi sejarah hidup (life history) dari populasi tersebut. Data tersebut mencakup umur
pertama kali bereproduksi, jumlah anak, jumlah kejadian reproduksi, rentang hidup (life span) dan
kematian.
Tabel kehidupan (life table) merupakan tabel yang memberikan gambaran tentang kematian dan
survival di dalam suatu populasi, berdasarkan data sejarah hidupnya. Dari tabel ini kita dapat
mengetahui harapan hidup dari suatu populasi. Dari tabel ini kita juga dapat mengetahui pertumbuhan
dari suatu populasi.
Kumbang beras (Sithopilus oryzae) merupakan salah satu hama gudang yang sangat merugikan.
Kumbang beras adalah hama yang serius, tidak hanya padi dan beras tapi hampir semua sereal dan
produknya. Hama ini secara khusus disebut sebagai "kumbang beras" karena merupakan kebiasaan
berkembang biak dan siklus hidup pertama-tama dipelajari pada beras. Kumbang beras berasal dari
India, meskipun ada yang berpendapat bahwa beberapa negara beriklim sedang merupakan asal
kumbang ini. Saat ini, diyakini memiliki penyebaran yang luas di antara hama serangga yang dikenal di
dunia, melalui pengiriman beras serta sereal yang lain telah mencapai seluruh dunia. Namun, hama ini
sangat umum terjadi di negara-negara yang beriklim tropis.
Kumbang beras dewasa berwarna cokelat tua, dengan bentuk tubuh yang langsing dan agak pipih.
Pada bagian pronotumnya terdapat enam pasang gerigi yang menyerupai gigi gergaji. Bentuk kepala
menyerupai segitiga. Pada sayap depannya terdapat garis-garis membujur yang jelas. Terdapat 4 bercak
berwarna kuning agak kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2
bercak pada sayap sebelah kanan (Gambar 1). Kumbang betina berukuran lebih besar dari jantan.
Rostrum jantan lebih pendek dan lebih lebar dibandingkan dengan betina (Gambar 2).

Gambar 1. Morfologi kumbang beras (Sitophilus oryzae)


(a) (b)

Gambar 2. Morfologi kumbang beras (Sitophilus oryzae); a) betina dengan rostrum


relatif panjang dan sempit, noktah-noktah (punctures) di sepanjang
rostrum dalam baris yang beraturan dan tidak saling menyentuh; b)
jantan dengan rostrum relatif pendek dan lebar, noktah-noktah
(punctures) sepanjang rostrum jumlahnya banyak dan tidak beraturan,
tidak dalam baris dan sering saling menyentuh

Kumbang betina dapat mencapai umur 4-5 bulan dan dapat menghasilkan telur sampai 300-550
butir. Ciri-ciri telur berbentuk oval, berwarna kuning, lunak dan licin, bentuk ujungnya agak bulat dengan
ukuran 0,7 mm x 0,3 mm. Telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah dilubangi terlebih dahulu
menggunakan rostrumnya. Lubang gerekan biasanya dibuat sedalam 1 mm dan telur yang dimasukkan
ke dalam lubang tersebut lalu ditutupi dengan suatu zat warna putih (gelatin) yang merupakan
salivanya. Gelatin ini berfungsi melindungi telur dari kerusakan. Dalam kondisi optimum (selama
Agustus-September) telur menetas menjadi larva dalam 3-4 hari, tetapi selama musim dingin penetasan
bisa memakan waktu 6-9 hari. Panjang pendeknya siklus hidup hama ini tergantung pada temperatur
ruang simpan, kelembaban di ruang simpan, dan jenis produk yang diserang.
Larva hidup dalam butiran beras, tidak berkaki, berwarna putih dengan kepala kekuning-kuningan
atau kecoklatan dan mengalami 4 instar. Pada instar terakhir panjang larva lebih kurang 3 mm. Tahap
larva berlangsung selama 19-34 hari. Larva akan membuat sel di dalam beras dan menjadi pupa.
Sebelum pupasi dapat melewati tahap pra-pupa selama 1-2 hari.
Pembentukan pupa terjadi dalam beras dengan cara membentuk ruang pupa dengan
mengekskresikan cairan pada dinding liang gerek. Stadium pupa berkisar antara 3-6 hari (Juli-
September) tetapi dalam kondisi yang tidak menguntungkan (musim dingin dan musim panas) mungkin
hingga 20 hari. Imago yang terbentuk tetap berada dalam beras selama sekitar 2-5 hari, sebelum
membuat lubang keluar yang relatif besar dengan moncongnya.
Durasi siklus hidup kumbang beras dan jumlah generasi dalam setahun tergantung pada kondisi
cuaca, seperti suhu dan kelembaban. Dalam kondisi seperti di India, umumnya 5-7 generasi dalam
setahun. Ukuran kumbang dewasa yang baru menetas berbanding lurus dengan ukuran butir di mana
periode larva berlangsung. Butiran beras yang lebih besar dan lebih sehat menghasilkan kumbang yang
lebih besar dan lebih sehat.
Gambar 3. Siklus hidup kumbang beras (Sitophilus oryzae)

Tujuan
Membandingkan tabel kehidupan populasi kumbang beras pada berbagai jenis makanan (beras,
jagung dan kacang hijau).

Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan, antara lain: toples 3 buah, kain kasa, karet gelang, dan termometer.
Bahan-bahan yang digunakan, antara lain: kumbang beras, beras, jagung, dan kacang hijau.

Cara Kerja
1. Siapkan 3 toples dengan masing-masing toples diisi dengan bahan-bahan yang telah disiapkan,
yaitu: beras, jagung, dan kacang hijau sebanyak seperempat dari toples tersebut.
2. Pada masing-masing toples tersebut diisi dengan 20 ekor kumbang beras (10 jantan, 10 betina).
3. Tancapkan termometer pada masing-masing toples untuk mengukur suhu lingkungan dalam
toples. Catatlah suhunya setiap hari.
4. Amati jumlah kelahiran (natalitas) dan kematian (mortalitas) dari tiap perlakuan setiap hari
selama 30 hari.
5. Amati setiap hari dan catat jumlah individu yang masih hidup pada kolom ax, jumlah individu
yang mati pada kolom dx, serta jumlah individu yang lahir pada kolom mx.
6. Hitunglah laju pertumbuhan kumbang beras tersebut pada masing-masing jenis makanan.

Tabel kehidupan kutu beras pada beras/jagung/kacang hijau


x ax lx dx qx kx mx
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Keterangan:
 x adalah kelas umur (ukurannya dalam jam / hari / minggu / bulan / tahun) sesuai dengan jenis
hewan yang diamati
 ax adalah jumlah individu yang berhasil hidup ke kelas umur x (diperoleh dari hasil pengamatan).
Pada hewan yang berbiak secara seksual dengan jenis kelamin terpisah, hanya individu betina yang
dihitung karena pertumbuhan populasi tergantung pada banyaknya betina yang ada
 lx adalah proporsi individu yang mula-mula lahir (kohort awal) dan bertahan hidup ke kelas umur x,
dimana lx = ax/a0
 dx adalah proporsi kohort awal yang mati dalam kelas umur x (diperoleh dari hasil pengamatan),
atau dengan rumus dx = lx - lx+1
 qx disebut tingkat kematian umur spesifik, yaitu probabilitas individu yang bertahan hidup ke kelas
umur x dan akan mati sebelum mencapai kelas umur berikutnya, dimana qx = dx/lx
 kx adalah angka kematian kelas umur spesifik (sama seperti qx), tapi nilai-nilainya bisa ditambahkan
untuk lebih dari satu kelas umur, dimana kx=log10ax - log10ax+1
 mx adalah banyaknya keturunan yang diproduksi oleh rata-rata individu kelas usia x (diperoleh dari
hasil pengamatan). Pada hewan yang bereproduksi secara seksual, dimana jenis kelaminnya
terpisah, hanya individu betina yang dihitung. Dengan demikian mx adalah jumlah keturunan betina
yang dihasilkan per induk dari kelas umur x
ACARA III
PROSES KOLONIALISASI DAN HUBUNGAN SPESIES DENGAN AREA

Dasar Teori
Kolonialisasi merupakan infasi suatu populasi atau komunitas baru pada suatu area atau
ekosistem tertentu. Kolonialisasi sangat dipengaruhi oleh kondisi dan kekayaan sumberdaya
diarea asal dan area baru yang akan dikolonialisasi. Proses kolonialisasi akan sangat
mempengaruhi dinimika komunitas dan ekosistem yang ada, baik di ekosistem asal maupun
ekosistem barunya yang nantinya akan mempengaruhi keseimbangan biodiversitas diarea
tersebut. Biodiversitas suatu area terutama pulau (area terisolasi) sangat ditentukan oleh jarak
dan luasan area pulau tersebut. Semakin dekat suatu pulau dari pusat biodiversitas maka akan
lebih cepat proses kolonialisasi dan akan memiliki kekayaan spesies lebih tinggi dibanding
dengan pulau yang jauh dari pusat biodiversitas. Semakin luas area pulau maka akan memiliki
kekayaan spesies yang lebih tinggi dibandingkan dengan area pulau yang sempit.

Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk:
1. Membandingkan pengaruh jarak area pulau dari pusat biodiversitas terhadap kecepatan
proses kolonialisasi dan kekayaan spesiesnya.
2. Membandingkan pengaruh luasan area pulau terhadap kecepatan proses kolonialisasi dan
kekayaan spesiesnya.

Alat dan Bahan Praktikum


Alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum ini antara lain:
1. Papan triplek 5 unit berukuran 15 cm x 100 cm.
2. Kertas tisu kering tidak beralkohol/tidak berbau 30 lembar.
3. Tali rapia 1 gulung (panjang ±10 m).
4. Gunting 2 unit.
5. Steples/paku kertas
6. Selai/makanan yang manis dan berbau.
7. Sendok makan.
8. Kertas lembar kerja.

Tahapan dan Cara Kerja Praktikum


Tahapan dan cara kerja dalam pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Peserta praktikum dibagi menjadi 5 kelompok, berdasarkan ukuran kertas lipatan tisunya,
yaitu ukuran 2x2 cm, 4x4 cm, 6x6 cm, 8x8 cm dan 10x10 cm
2. Membuat lipatan kertas tisu sesuai dengan kelompoknya masing-masing sebanyak 5
lembar.
3. Masing-masing kelompok menemplekan kertas tisu pada satu papan triplek dengan
steples/paku kertas.
4. Jarak antar kerta tisus pada masing-masing triplek adalah 20 cm, yang diukur dari titik
tengah permukaan lipatan kertas.
5. Setiap kertas tisu di oleskan selai/makan berbau secara merata ke seluruh permukaan
lipatan kertas tetapi jangan kebanyakan sehingga berpotensi untuk jatuh/tercecer.
6. Setiap triplek diberdirikan dengan bagian ujung atas diikat dengan tali dan dihubungkan
ke tali panjang supaya triplek tetap berdiri. Diusahakan triplek tidak banyak bergerak
terutama karena angin.
7. Dasar tempat berdiri triplek dianggap sebagai sumber biodiversitas dan kertas tisu
sebagai area pulau.
8. Jarak antar triplek 100 m.
9. Setiap kelompok membuat table kerja seperti table dibawah ini (Tabel 1), untuk mencatat
hasil pengamatan.

Kelompok : (Sesuai Ukuran Kertas)


Anggota :
Tanggal Pengamatan :
Jam Pengamatan : …….. s/d…...
Cuaca :
Pengamatan Jarak Kertas Nama Spesies Jumlah/
Ke- (cm) Jarak
A B C D E
20
40
I 60
80
100
Jumlah/spesies
20
40
II 60
80
100
Jumlah/Spesies
Seterusnya 20
40
60
80
100
Jumlah/spesies

10. Setiap sepuluh menit masing-masing kelompok melakukan pengamatan dan


penghitungan jumlah spesies hewan pada setiap kertas tisu di papan triplek kelompoknya
dan menuliskannya pada kertas lembar kerja masing-masing kelompok.
11. Pengamatan dilakukan sebanyak 5 kali per 10 menit.
12. Data dari semua kelompok dikumpulkan menjadi satu sebagai data kelas.

Tugas
Tugas yang harus dilakukan oleh peserta praktikum secara berkelompok setelah melakukan
praktik adalah:
1. Membuat grafik pengaruh jarak terhadap kecepatan kolonisasi berdasarkan kekayaan
spesiesnya (total jumlah individu) dan coba buat persamaan regresi liniernya y=a + bx,
dimana y adalah jumlah individu dan x adalah jarak.
2. Membuat grafik pengaruh luasan area terhadap kecepatan kolonisasi berdasarkan
kekayaan spesies (total jumlah individu) dan coba buat persamaan regresi liniernya y=a +
bx, dimana y adalah jumlah individu dan x adalah luas area.
3. Buat grafik pengaruh jarak terhadap keanekaragaman jenis (jumlah spesies) dan grafik
pengaruh luasan terhadap keankeragaman spesies (jumlah spesies)
4. Intrepretasikan pengaruh jarak dan luasan area terhadap kecepatan kolonisasi berdasrkan
grafik dan persamaan liner tersebut.
5. Interpretasikan pengaruh jarak dan luasan area terhadap keankeragaman jenis (jumlah
jenis) berdasarkan grafik diatas.
6. Diskusikan kenapa spesies tertentu lebih melimpah disbanding spesies yang lainnya
dalam mengkolonisasi area tersebut?

Selamat Praktikum
UKURAN SAMPEL AREA UNTUK ANALISIS VEGETASI

I. Penentuan Luas Minimum Percontoh

Pengantar
Luas minimum satu unit sampel (percontoh) lahan vegetasi yang akan dipelajari
perlu ditentukan terlebih dahulu, terutama untuk mempelajari populasi tumbuhan suatu
areal atau kawasan.

Alat dan Bahan


1. Rol meter 3. Tusuk sate 5. Alat tulis lapangan
2. Gunting/ cutter 4. Tali rafia 6. Lahan bervegetasi rumput

Cara Kerja

1. Pilih lahan yang rata cukup luas dan bervegetasi rerumputan (herba)
2. Buatlah kuadrat 25 cm X 25 cm dengan menggunakan tusuk sate sebagai patok-
patok dan tali raffia sebagai batas keliling kuadrat.
3. Amati dan catat nama serta jumlah jenis vegetasi rumput yang ada di dalam kuadrat
25 cm X 25 cm
4. Perluas kuadrat dua kalinya (25 cm X 50 cm) pada arah depan atau belakang atau
kanan atau kiri (ditentukan dengan cara diundi, tidak subyektif) dengan
menggunakan/ menambahkan patok-patok dan tali raffia.
5. Catat nama dan jumlah jenis vegetasi rumput yang ada di dalam kuadrat 25 cm X
50 cm
6. Lakukan langkah 4 dan 5 berulang sampai tidak ada lagi penambahan jumlah jenis
vegetasi rumput

(i) 25 cm (ii) 25 cm
50 cm
25 cm 50 cm (iii)
100 cm
50 cm
(iv)
dan seterusnya
50 cm
7. Masukkan data ke dalam table dengan judul-judul kolom Nomor, Luas Kuadrat,
Jumlah Jenis Vegetasi dan Selisih Jumlah Jenis (penambahan jumlah jenis vegetasi)
dari kuadrat n ke kuadrat n+1 (lihat oontoh)
8. Tentukan luas minimum kuadrat pada sumbu x dimana penambahan jumlah jenis
vegetasi kurang dari 10% (sudut yang dibentuk oleh garis hubungan terhadap garis
yang sejajar dengan sumbu x adalah kurang dari 10%)
Contoh data hasil pengamatan jumlah jenis vegetasi yang terdapat dalam seri
peningkatan luas kuadrat

No. Luas Jumlah Selisih Jumlah Jenis % Penambahan Jumlah Jenis


Kuadrat Jenis Vegetasi Kuadrat n Vegetasi dari Kuadrat n ke
(cm2) Vegetasi dan Kuadrat n+1 kuadrat n+1
i 25x25 5 -
ii 25x50 12 7 0.5833 = 58,33%
iii 50x50 17 5 0,2941 = 29,41%
iv 50x100 19 2 0,1052 = 10,52%
v 100x100 20 1 0,0500 = 5,00%
vi 100x200 21 1 0,0476 = 4,76%

9. Pada contoh di atas, sampai dengan menggunakan luas kuadrat iv ( 50 x 100) cm 2,


penambahan jumlah jenis adalah 10,52% , dari (19-17)/19 dan ini masih di atas 10%.
Sekarang, kita perhatikan bila menggunakan luas sampai kuadrat v (100 x 100) cm 2,
penambahan jumlah jenis vegetasi adalah 5%, dari (20-19)/20, dan ini sudah kurang
dari 10%. Maka dengan demikian, kuadrat v (luas 100 cm x 100 cm) dapat ditetapkan
sebagai luas minimum kuadrat untuk analisis vegetasi di areal studi tersebut di atas.
II. Penentuan Jumlah Minimum Percontoh

Pengantar
Jumlah minimal unit sampel area (percontoh) lahan vegetasi yang akan dipelajari
perlu ditentukan terlebih dahulu, terutama untuk mempelajari populasi tumbuhan suatu
areal atau kawasan.

Alat dan Bahan


1. Kuadrat 1 m2 2. Alat tulis lapangan 3. Lahan berfvegetasi rumput

Cara Kerja
1. Pilih lahan yang cukup luas dan bervegetasi rerumputan (herba)

2. Sebarlah tiga kuadrat yang masing-masing berukuran 1 m2 secara acak di atas lahan
bervegetasi rumput

3. Amati dan catat nama serta jumlah jenis vegetasi rumput yang ada di dalam ke tiga kuadrat
tersebut

4. Lakukan langkah 3 di atas sampai 10 kali dan datanya dituangkan ke dalam table seperti
berikut:

Nomor Triplet 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
kuadrat
N Jenis

5. Perbaiki nomor urut triplet table sesuai dengan jumlah jenis vegetasi , yaitu dari yang paling
kecil hingga ke yang paling besar jumlahnya. Pada table yang dibuat terakhir juga sekaligus
dicantumkan hasil perhitungan penambahan jumlah jenis vegetasi antara triplet kuadrat n
ke triplet kuadrat n+1.

Contoh:

Nomor Triplet 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
kuadrat
N Jenis 17 15 20 20 18 13 20 18 19 19

Tabel diperbaiki menjadi:


Nomor Triplet 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
kuadrat
n Jenis 13 15 17 18 18 19 19 20 20 20
Selisih n Jenis 2 2 1 0 1 0 1 0 0
% Selisih n jenis 0.13 0.12 0.06 0 0.05 0 0.05 0 0

6. Pada contoh, sampai dengan triplet kuadrat nomor urut 4, penambahan jenis vegetasi
adalah 0,06 atau 6%. Ini di bawah 10%, jadi jumlah minimal percontoh adalah 4 x 3 = 12
percontoh.

Anda mungkin juga menyukai