B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik generalis à pengukuran suhu demam, serta pemeriksaan fisik telinga lengkap.
Perlu juga dilakukan pemeriksaan membran timpani dengan menggunakan otoskop.
C A R A DIAGNOSIS
Penilaian:
• Kontur à normal/retraksi/menonjol
Pada otitis media efusi atau pada otitis media oklusi tuba, membran timpani akan terlihat retraksi. Pada
otitis media akut fase supurasi, membran timpani akan menonjol (sebagai nilai prediktif tertinggi OMA)
• Warna à abu-abu/kuning/merah/merah muda/biru
Pada otitis media akut, inflamasi membran timpani tampak hiperemis (merah/merah muda) à harus
dibedakan dari eritematosa ditimbulkan oleh demam tinggi.
• Kejernihan/translusen à translusen/semi berawan/berawan
Membran timpani normal adalah translusen dan memantulkan cahaya, disebut refleks cahaya positif.
Pada otitis media, membran timpani terlihat berawan dan refleks cahaya biasanya negatif. Kekeruhan juga
merupakan temuan yang konsisten dan disebabkan oleh edema dari membran timpani.
• Perforasi
Perforasi otitis media biasanya terjadi pada kuadran posterior atau inferior membran timpani.
C A R A DIAGNOSIS
C . Pemeriksaan Penunjang
• Otoskopi pneumatic
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan gerakan gendang telinga yang berkurang ataupun tidak ada
gerakan sama sekali. Pemeriksaan ini meningkatkan sensitivitas diagnosis OMA.
• Timpanometri
Timpanometri merupakan konfirmasi penting terdapatnya cairan di telinga tengah. Timpanometri juga
dapat mengukur tekanan telinga tengah dan dengan mudah menilai patensi tabung miringotomi dengan
mengukur peningkatan volume liang telinga luar. Timpanometri punya sensitivitas dan spesifisitas 70-
90%.
D. Diagnosis Banding
• Otitis eksterna
• Otitis media supuratif dan otitis media non supuratif (= otitis media serosa, otitis media sekretoria,
otitis media musinosa, otitis media efusi/OME).
TATA L AK SAN A
Stadium perforasi→
Stadium oklusi → m e m b u ka
Selain diberikan antibiotika, m e m b u ka kembali tuba
kembali tuba Eustachius
jika membran timpani masih Eustachius
utuh, idealnya harus disertai
dengan miringotomi
Artinya : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur
(Q.S. an-Nahl :78).
Telinga dengan fungsi pendengarannya pun harus dijaga sedemikian rupa agar tidak membawa
manusia pada kecelakaan. Karena pendengaran termasuk gerbang bagi hadirnya informasi yang
akan menentukan kualitas akhlak kita, baik ataukah buruk. Ini artinya, kita tidak boleh
sembarangan mendengar. Kita harus sangat terampil dalam memilah dan memilih mana suara
yang boleh masuk ke telinga dan mana yang tidak boleh.
DAFTAR PUSTAKA
Soepardi, Efiaty Arsyad. 2009. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher, Edisi
Keenam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Dhingra, P.L. & Dhingra, S. 2014. Diseases of Ear, Nose, Throat, Head and Neck Surgery 6th Edition. India :
Elsevier
Higler PH, Ed. Buku ajar penyakit THT. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mescher, Anthony L. 2011. Histologi Dasar Junqueira Teks dan Atlas. Edisi 17. Penerbit Buku Kedokteran :
EGC.
Munib, A. 2019. Siapa Pemakan Bangkai yang Dilihat Rasullah Saat Isra’ Wal Mi’raj?.
Nazarudin, N. 2020. Otitis Media Akut Dengan Komplikasi Mastoiditis Akut Dan Labirintitis Akut Pada
Dewasa (Acute Otitis Media With Complications Of Acute Mastoiditis And Acute Labyrinthitis In Adult).
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan.