Anda di halaman 1dari 18

LIVING RELIGION AND REFUGEES DI INDONESIA:

STUDI TERHADAP KEHIDUPAN KEAGAMAAN PARA


PENCARI SUAKA, IMIGRAN, DAN PENGUNGSI DI RUMAH
DETENSI IMIGRASI CENGKARENG, JAKARTA BARAT

SEMINAR PROPOSAL THESIS


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Thesis

Team teaching:
Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A (GBPMK)
Prof. Dr. Amirul Hadi, M.A Prof.
Amelia Fauzia, Ph.D
Arif Zamhari, M.Ag., Ph.D
Dr. Maila Dinia Husni Rahiem, M.A

Disusun Oleh:
MUHAMMAD SOLEH
NIM: 21211200000020

Pembimbing:

PROGRAM STUDI PENGKAJIAN ISLAM


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA1443 H/2022 M
2

Draft Outline
BAB I .............................................................................................................. 2
PENDAHULUAN .......................................................................................... 4
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 4
B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 9
C. Perumusan Masalah............................................................................. 9
D. Batasan Masalah................................................................................ 10
E. Tujuan Penelitian ............................................................................. 10
F. Manfaat Penelitian ........................................................................... 11
G. Kajian Pustaka ................................................................................... 11
H. Metode Penelitian.............................................................................. 13
I. Sistematika Pembahasan .................................................................. 15

BAB II ............................................................................................................ 2
KAJIAN PUSTAKA ..................................................................................... 4
A. Landasan Teori .................................................................................... 4
1. Teori Umum tentang Pencari Suaka/Easylum Seeker.................. 9
2. Teori umum tentang Imigrant ...................................................... 9
3. Teori umum tentang Pengungsi/Refugees ................................. 10
4. Teori umum tentang Agama dan Keagamaan............................ 10
5. Teori umum tentang UNHCR dan IOM .................................... 11
B. Kajian Pustaka ................................................................................... 13
C. Kerangka Berfikir............................................................................. 15
BAB III ........................................................................................................... 2
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ........................................ 4
A. Sejarah Kelurahan Cengkareng, Jakarta Barat .................................... 4
B. Visi-Misi ............................................................................................. 9
C. Struktur Organisasi .............................................................................. 9
D. Data Umum ....................................................................................... 10
E. Kelembagaan tentang Rudenim .......................................................... 9
F. Peta Wilayah ....................................................................................... 9
3

BAB IV ........................................................................................................... 2
DATA DAN HASIL PENELITIAN............................................................. 4
A. Kehidupan keagamaan para pencari suaka, imigran, dan pengungsi di
Rudenim Jakarta Barat ....................................................................... 4
B. Agama menjadi faktor survival kit bagi para pencari suaka, imigran,
dan pengungsi..................................................................................... 9
C. Reaksi pemerintah dan masyarakat setempat terkait keberadaan
Pencari Suaka, Imigran, dan Pengungsi di wilayah Kota Jakarta Barat
............................................................................................................ 9
D. Penanganan Pengungsi di Rumah Detensi Imigrasi Kota Jakarta ..... 10
E. Penanganan Pengungsi oleh Pemerintah Indonesia .......................... 10
BAB V............................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ............................................................................................ 4
BAB VI ........................................................................................................... 2
PENUTUP ...................................................................................................... 4
A. Kesimpulan ......................................................................................... 4
B. Implikasi .............................................................................................. 9
C. Saran.................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 2
LAMPIRAN ................................................................................................... 4
4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu aspek sosial dan aspek hukum dari perbatasan


negara adalah pergerakan manusia untuk melakukan pelintasan batas
wilayah negara untuk berbagai kepentingan. Walaupun kebebasan
pergerakan ini merupakan hak asasi manusia namun negara tetap
mengatur tertib pelintasan untuk menjamin tidak terjadi pelanggaran
atas Hak-Hak Asasi Manusia (HAM) lainnya.1
Pada awalnya perpindahan penduduk hanya terjadi di dalam
negeri saja namun lambat laun, melintasi batas negara untuk mencari
tempat yang lebih aman. Persoalan ini pun akhirnya menjadi perhatian
bersama masyarakat dunia. Sejak tahun 1951 mulai diadakan konvensi
di Jenewa, Swiss yang melahirkan sebuah keputusan untuk
melindungi pengungsi Eropa. Hal ini kemudian diperbaharui pada
tahun 1967 yang memunculkan sebuah Protokol tambahan untuk
memperluas jangkauan Konvensi, sejalan dengan semakin meluasnya
di seluruh dunia permasalahan orang-orang yang terpaksa
meninggalkan tempat tinggalnya.
Pencari suaka adalah orang yang menyebut dirinya sebagai
pengungsi, namun permintaan mereka akan perlindungan belum
selesai dipertimbangkan. Penyebab munculnya pencari suaka
adalah akibat adanya rasa takut yang beralasan akan adanya
penganiayaan yang berdasarkan atas --ras, agama, kebangsaan,
keanggotaan pada kelompok social— tertentu atau pandangan
politik, yang berada di luar negara asalnya, dan tidak dapat atau
karena rasa takutnya, dia tidak bersedia menerima perlindungan
dari negaranya.2
Pada dasarnya istilah suaka dan pengungsi begitu dekat,
namun menurut hukum internasional, suaka dan pengungsi sebenarnya
mempunyai perbedaan. Seorang pengungsi bisa dikatakan sebagai
pencari suaka, namun pencari suaka belum bisa dikatakan sebagai
pengungsi.3
Seorang pencari suaka pada dasarnya mencari perlindungan
internasional yang permohonannya belum sepenuhnya diputuskan
oleh negara dimana ia mengajukan permohonan tersebut. Setiap

1
Kasianus Daud. Seri Keimigrasian Perbatasan Wilayah Negara. (Jakarta:
Direktorat Jendral Imigrasi Departemen Hukum dan HAM, 2008). h 5
2 http://jrs.or.id/refugee/ diakes pada tanggal 18 Juni 2022 pukul 21:30.
3
Hamid, SH, Sulaiman. Lembaga Suaka dalam Hukum Internasional.
(Jakarta: Raja Grafindo persada, 2010) h 39.
5

pencari suaka belum tentu pada akhirnya akan diakui sebagai seorang
pengungsi, namun seorang pengungsi pada mulanya selalu berawal
sebagai seorang pencari suaka.4
Seorang pencari suaka yang telah mengajukan permohonan
untuk mendapatkan perlindungan dievaluasi melalui prosedur
penentuan status pengungsi (Refugee Status Determination). Apabila
permohonan seorang pencari suaka itu diterima, maka ia disebut
sebagai pengungsi, dan ini memberinya hak serta kewajiban sesuai
dengan undang-undang negara yang menerimanya. Penentuan status
apakah seseorang disebut pengungsi atau tidak, diberikan oleh badan
khusus pemerintah di negara yang disinggahi atau badan PBB untuk
pengungsi (UNHCR).
Presentase permohonan suaka yang diterima sangat beragam
dari satu negara ke negara lain, bahkan untuk satu negara yang sama.
Setelah menunggu proses selama bertahun-tahun, para pencari suaka
yang mendapatkan jawaban negatif tidak dapat dipulangkan ke negara
asalnya, yang membuat mereka terlantar. Para pencari suaka yang
tidak meninggalkan negara yang disinggahinya biasanya dianggap
sebagai imigran tanpa dokumen. Pencari suaka, terutama mereka yang
permohonannya tidak diterima, semakin banyak yang ditampung di
rumah detensi.5
Sejumlah 147 negara peserta telah menyetujui Konvensi
Jenewa 1951 dan atau Protokol 1967.6 Akan tetapi, Indonesia tidak
termasuk bagian dari 147 negara yang menandatangani perangkat PBB
tersebut. Indonesia tidak meratifikasi konvensi sehingga Indonesia
bukan merupakan negara tujuan pengungsi dan secara hukum,
pemerintah Indonesia tidak mengakui bahkan tidak memberi
perlindungan terhadap pencari suaka yang berada di Indonesia.
Meskipun demikian, sebagai salah satu negara yang menerima
deklarasi Universal tentang Hak-Hak Asasi Manusia (HAM),
Indonesia tetap mengakui adanya hak untuk mencari suaka ke negara
lain. Ini terlihat dengan adanya pengakuan terhadap hak untuk mencari
suaka dalam tata perundang-undangan di Indonesia.Usaha-usaha yang
dilakukan Pemerintah Indonesia dalam menangani pencari suaka yaitu
dengan mengeluarkan penetapan peraturan Direktur Jendral Imigrasi
No: IMI-1498.UM.08.05 Tahun 2010 tentang penanganan Imigran
Ilegal, serta Undang-Undang Keimigrasian No.6 tahun 2011 tentang
keimigrasian yang menjadi acuan penanganan imigran di Indonesia.

4
UNHCR dan IMO. Penyelamatan di Laut (Pedoman dan Tata Cara
Penanganan imigran dan Pengungsi), h. 9
5
http://jrs.or.id/refugee/. diakes pada tanggal 18 Juni 2022.
6
UNHCR. Konvensi Pengungsi 1951 (Pertanyaan & Jawaban).
(Switzerland: Relasi Media dan Pelayanan Inforasi Publik UNHCR, 2007). h. 5.
6

Australia merupakan salah satu negara yang merativikasi


Konvensi Jenewa 1952 dan atau Protokol tambahan 1967 dan menjadi
salah negara tujuan satu para pencari suaka. Untuk menuju ke
Australia dengan menggunakan perahu (secara ilegal), jalur yang
dianggap relatif aman untuk pelayaran adalah melalui wilayah
perairan Indonesia. Indonesia kerap disebut sebagai negara transit bagi
imigran ilegal yang berniat masuk ke Australia. Wilayah perairan
Indonesia yang luas memungkinkan imigran ilegal diselundupkan.7
Pada perkembangannya, para imigran yang dibantu oleh
smuggler melihat celah dari peraturan internasional. Modus operandi
para imigran ilegal yang untuk masuk ke wilayah Indonesia sangat
beragam berawal dari Malaysia sebagai negara tetangga Indonesia.
Para Imigran ilegal berstatus pencari suaka dan pengungsi tersebut
bergerak mencari tempat transit (Secondary Movement) secara ilegal
ke wilayah Indonesia dengan bantuan para penyelundup manusia
(smuggler). Mereka rata-rata dikenai biaya antara US$ 5000-US$
6000 untuk mencapai Australia via Indonesia8.
Sejak tahun 2014, Australia secara sepihak menutup akses
untuk pencari suaka. Hal ini disebabka oleh jumlah pencari suaka
yang terlalu banyak, sehingga pemerintah Australia tidak mampu
menampung imigran lagi. Tertutupnya akses ke Australia berdampak
pada jumlah pencari suaka yang transit di Indonesia. Pencari suaka
yang menunggu di Indonesia semakin meningkat hingga mencapai
10.500 jiwa pada tahun 2014.9
Berada di antara negara-negara penerima pencari suaka dan
pengungsi dalam jumlah besar seperti Malaysia, Thailand, dan
Australia, secara berkelanjutan Indonesia terkena dampak dari
pergerakan populasi bercampur -mixed population movement—
setelah penurunan jumlah di akhir tahun 1990-an, namun jumlah
kedatangan pencari suaka ke Indonesia kembali meningkat di tahun
2000, 2001, dan 2002.
Meskipun jumlah kedatangan kemudian menurun lagi pada
tahun 2003-2008, jumlah kedatangan kembali meningkat di tahun 200.
Di tahun 2015 dan seterusnya hingga tahun 2020, kedatangan per
tahun kembali menurun. Hingga Juli 2020 terdapat 3.375 pencari
suaka dan 10.278 pengungsi di bawah perlindungan UNHCR di
Indonesia.10 Catatan akhir desember 2020 jumlah pengungsi kumulatif

7
Karim, Lucky.2015. Ketika Makassar Jadi Tujuan Pencari Suaka. Artikel
ini dimuat pada Tribun Timur tanggal 26 Januari 2015 20:45
8
Karim, Lucky.2015. Ketika Makassar Jadi Tujuan Pencari Suaka.
9
http://dunia.news.viva.co.id/news/read/560138-kebijakan-baru-pencari-
suaka-australia-jadi-beban-untuk-ri. Diakses pada tanggal 18 Juni 2022.
10
https://www.unhcr.org/id/en/refugee-status-determination. Di akses pada
tanggal 18 Juni 2022
7

di Indonesia tercatat sebesar 13.745 orang dari 50 negara dan lebih dari
setengah populasi tersebut datang dari Afghanistan.11
Pencari suaka yang tertahan di Indonesia tersebar di berbagai
daerah. Kota Jakarta dan sekitarnya merupakan salah satu wilayah
yang dipilih oleh pencari suaka. Secara geografis wilayah Jakarta dan
sekitarnya khususnya kota Jakarta Barat yang merupakan kawasan
Central City Indonesia. Menurut Tempo.co, pada akhir Juli 2018, dari
jumlah semula 300-an orang kini jumlah pencari suaka, imigran, dan
pengungsi di kota Jakarta Barat terdata 1.266 menurut catatan
UNHCR.12 Memiliki sejumlah fasilitas dan berbagai pelayanan yang
strategis dengan pusat pemerintahan, sehingga tidak jarang menarik
bagi para pencari suaka yang ingin ke Australia menggunakan wilayah
ini sebagai tempat transit sementara. Selain itu, penduduk kota Jakarta
yang mayoritas beragama Islam membuat para pencari suaka yang
didominasi dari negara Timur Tengah dan beragama Islam tidak
kesulitan untuk beradaptasi dengan masyarakat sekitar.
Selain itu perpindahan manusia dari satu negara ke negara lain
atau yang biasa dikenal dengan istilah migrasi bukanlah fenomena
baru. Kondisi negara yang tidak kondusif akibat peperangan,
kemiskinan dan faktor sosial politik lainnya menjadi alasan para
imigran meninggalkan negara mereka untuk mencari perlindungan.13
Banyak negara yang kemudian menjadi tujuan para pencari suaka, dan
banyak pula negara yang menjadi transit sebelum sampai ke negara
tujuan. Indonesia sering dijadikan sebagai negara persinggahan atau
tempat transit sebelum akhirnya para pencari suaka tersebut
diberangkatkan negara ketiga yang mau menampung mereka, dan
biasanya yang menjadi tujuan akhir mereka adalah Australia.
Fenomena tersebut menarik perhatian pemerintah dan parlemen
Indonesia untuk menyikapi dan menanganinya dengan baik sehingga
ancaman imigran ilegal tersebut tidak mengganggu keamanan
nasional.14
Pada 1 dekade terakhir kasus perpindahan itu paling banyak
didorong oleh kondisi keamanan dan sosial politik yang tidak stabil.
Sebut saja migrasi warga Somalia, Suriah, Yaman, Irak, Afghanistan
dan lainnya, perpindahan mereka karena konflik dalam negeri yang
tidak kunjung selesai. Mayoritas perpindahan orang ini tidak

11
https://www.unhcr.org/id/unhcr-di-indonesia. Diakses pada tanggal 18 Juni
2022.
12
https://metro.tempo.co/read/1227881/data-unhcr-belasan-ribu-pencari-
suaka-masuk-ke-indonesia. Artikel ini dimuat pada Tempo.com pada tanggal 24 Juli
2019.
13
M.F. Alamari. Imigran dan masalah intervensi sosial. Jurnal dinamika
global. 2020
14
M.F. Alamari. Imigran dan masalah intervensi sosial.
8

dilengkapi dengan dokumen permohonan, mereka hanya bermodalkan


keberanian dan dokumen pribadi. Dunia internasional sebetulnya
memiliki atensi yang cukup dalam soal para imigran ini, karena
masalah yang ditimbulkan cukup pelik, seperti kasus tewasnya
imigran asal Nigeria di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim), Jakarta
Barat pada tahun 2021 lalu.15
Penelitian ini hadir sebagai sebuah jawaban atas cara pandang
kita terhadap problem para imigran yang acap kali dibajak oleh kaum
nasionalis yang kognisi tafsirnya cukup mono-humanisme.16 Pada aras
yang sama, penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan
kehidupan keagamaan yang damai dan toleran di tengah masyarakat
Indonesia yang plural melalui doktrin-doktrin perdamaian dalam
setiap agama. Di titik inilah peran agama sebagai basis perubahan
sosial menempati peran vital untuk dijadikan sebagai katalisator
perdamaian di dunia. Melalui doktrin-doktrin peace religion yang
menjadi inti ajaran semua agama yang diharapkan eksistensi agama
mampu menjadi alat penyulam kebhinekaan agama dan budaya di
Indonesia. Dalam penelitian ini agama dilihat sebagai bagian dari
sistem masyarakat dalam artian agama sebagai realitas sosial yang
dalam perjalanannya sejarahnya melalui beberapa tahapan perubahan
yang bertujuan agar nilai-nilai agama yang diwariskan dapat bertahan
(survival) dan menjadi pegangan hidup serta membentuk karakter
religius bagi pemeluknya.
Oleh karena itu studi dalam tulisan ini bertujuan untuk
mengidentifikasi dan menganalisis potret para pencari suaka, imigran,
dan pengungsi yang ada di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim), di
Cengkareng, Jakarta Barat dalam menyikapi keragaman agama dan
budaya di Indonesia selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk
mengidentifikasi dan menganalisis kehidupan keagamaan para
Refugees tersebut.
Dengan menggunakan paradigma interpretatif/konstruktivis17
peneliti ingin melihat dari sudut pandangan imigran ilegal yang

15
https://megapolitan.kompas.com/read/13522021/beredar-video-diduga-
keributan-di-rudenim-jakarta-polres-jakbar-belum?page=all. Artikel ini dimuat pada
tanggal 13 November 2021
16
Mono-Humanisme adalah sebuah pemahaman satu arah terhadap objek
studi tentang perikemanusiaan terhadap manusia. Menurut KBBI, Mono yang berarti
tunggal atau satu arah, sedangkan Humanisme adalah paham yang menganggap
manusia sebagai objek studi terpenting yang bertujuan menghidupkan rasa
perikemanusiaan dan mencita-citakan pergaulan yang lebih baik.
17
Berapa ahli seperti Denzin, Lincoln, dan Mertens menyebutnya juga
konstruktivisme sosial. Dalam paradigma ini setiap individu mencari makna dari dunia
tempat tinggal mereka. Mereka membangun makna subjektif mengenai pengalaman
hidup, yang bersifat variatif dan kompleks. Seorang peneliti dengan paradigma
9

memiliki pengalaman secara sadar sebagai subjek yang diteliti tentang


karakteristik dan ekspresi kehidupan keagamaan dan sosial para
imigran tersebut.
Uraian diatas tersebut menarik perhatian peneliti untuk
melakukan penelitian tesis dengan judul, Living Religion and Refugees
di Indonesia: Studi Terhadap Kehidupan Keagamaan Para Pencari
Suaka, Imigran, dan Pengungsi di Rumah Detensi Imigrasi
Cengkareng, Jakarta Barat.

B. Identifikasi Masalah

Jakarta yang menjadi titik kumpul para pencari suaka,


imigran, dan pengungsi dari negara-negara konflik di benua Asia dan
Afrika. Meski Rudenim sudah tidak menerima mereka menjadi
penghuni sel-selnya, namun ada saja pencari suaka, imigran, dan
pengungsi baru yang datang ke titik ini.
Maka dari itu, penelitian ini hanya fokus di wilayah Jakarta
dalam pembahasan mengenai studi terhadap kehidupan keagamaan
para pencari suaka, imigran, dan pengungsi di Rumah Detensi Imigrasi
(Rudenim) Cengkareng, Jakarta Barat. Hal ini dilakukan agar
penelitian ini memberikan hasil yang optimal dan tidak melampaui
penafsiran yang lebih luas.

C. Perumusan Masalah

Berangkat dari identifikasi masalah di atas, maka perumusan


masalah dari penelitian Penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Bagaimana para pencari suaka, imigran, dan pengungsi


melakukan kehidupan keagamaan dalam kehidupan sehari-
hari? Studi Case dilihat dari aspek religiusitas mereka.
2. Apakah agama menjadi faktor survival kit bagi para pencari
suaka, imigran, dan pengungsi di wilayah Jakarta?

interpretatif akan menggali makna yang kompleks tersebut, tidak hanya berhenti pada
makna sempit dari ide atau kategori penelitian tertentu. Seringkali makna tersebut
harus dinegoisasikan secara sosial maupun historis, melalui interaksi dengan orang-
orang yang menjadi subjek penelitian atau pun aspek historis kehidupan mereka.
Selain mendalami bagaimana orang-orang berinteraksi, peneliti kualitatif
dengan paradigma interpretatif juga fokus pada konteks dari kehidupan masyarakat
yang ia teliti dalam rangka untuk memahami setting cultural dan historis pada
partisipan. Seperti kita ketahui bahwa pola pikir dan kegiatan manusia sangat
dipengaruhi oleh konteks budaya dan historisnya. Rujukan; Cresswell, J.W., Poth,
C.N. (2018). Qualitative Inquiry and Research Design, Choosing Among Five
Approaches (4th edition). SAGE Publications Inc. h. 168
10

3. Bagaimana reaksi pemerintah dan masyarakat setempat terkait


keberadaan pencari suaka, Imigran, dan pengungsi di wilayah
Kota Jakarta Barat?
Dengan demikian, penelitian ini dilakukan untuk menjawab
tiga persoalan di atas berdasarkan telaah analitis terhadap karakteristik
prilaku keagamaan yang sudah diklasifikasikan sedemikian rupa.
Sehingga bisa dipastikan, apakakah para pencari suaka, imigran, dan
pengungsi semakin taat dalam beragama atau sebaliknya. Tentu saja,
aplikasi dari kajian ini dilakukan setelah dikemukakan selayang
pandang sketsa kehidupan beragama para imigran di Rudenim Jakarta
Barat yang menjadi landasan empiris dari penelitian ini.
D. Batasan Masalah

Berdasarkan dengan rumusan masalah, maka ruang lingkup


permasalahan penelitian ini dibatasi baik tematis, spasial maupun
temporal. Hal ini merujuk pada cakupan masalah dalam tulisan ini,
yang cukup kompleks dan agar penulisan ini lebih fokus pada titik
persoalan sehingga dapat menjawab substansi permasalahan secara
jelas.
Untuk menghindari meluasnya ruang lingkup pembahasan
pada penelitian ini, maka secara tematis penelitian ini menuliskan
tentang --kehidupan keagamaan para pencari suaka, imigran, dan
pengungsi di Rudenim Jakarta Barat—.Secara spasial skop wilayah
penelitian yaitu pada wilayah Jakarta Barat, pembatasan wilayah
secara khusus ini di maksudkan agar kajian penelitian lebih terarah
sehingga fokus permasalahan bisa lebih mudah di ungkap dengan
jelas.
Batasan temporalnya dimulai dari 10 terakhir hingga saat ini
(2012-2022), karena dalam kurun waktu 1 dekade ini dimana para
pencari suaka, imigran, dan pengungsi di wilayah Jakarta semakin
bertambah yang disebabkan oleh berbagai faktor.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari beberapa permasalahan yang telah dibahas


di atas, maka penulisan penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana para pencari suaka, imigran, dan


pengungsi di Rudenim wilayah kota Jakarta melakukan kehidupan
keagamaan dalam kehidupan sehari-hari setelah mendapatkan
status dari UNHCR.
2. Untuk mengetahui sejauh mana agama menjadi faktor survival kit
bagi para pencari suaka, imigran, dan pengungsi.
11

3. Untuk mengetahui reaksi pemerintah dan masyarakat terkait


imigran gelap, pencari suaka, dan pengungsi di wilayah Kota
Jakarta.

F. Manfaat Penelitian

Paling tidak ada dua manfaat yang ingin dicapai dalam


penelitian ini, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Disadari bahwa studi ini bukanlah yang pertama kali dalam


mengungkap ataupun yang diturunkan khusus untuk merespon
kehidupan para pencari suaka, Imigran, dan pengungsi di Indonesia
khususnya di wilayah Jakarta. Hanya sebatas pengetahuan penulis,
karya-karyanya tersebut tidak ada analisis kritis terhadap Kehidupan
Keagamaan-nya. Sehingga masing-masing ilmuwan terdahulu
dengan penelitian yang peneliti lakukan saat ini memiliki karakteristik
kajian yang berbeda.
Dengan tidak menegasikan keterpautannya dengan, dan
keterpengaruhannya oleh studi-studi sebelumnya, penelitian ini tetap
mempunyai kekhasan teersendiri dalam memberikan –pendekatan
yang komprehensif—pendekatan empiris yakni pendekatan sosiologis
dan antrophologis untuk melihat realitas (konteks sosial) prilaku
imigran di Rudenim Jakarta Barat sebagai obyek pada penelitian ini.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan tertentu,


baik bagi perkembangan ilmu, terutama ilmu Sosiologi dan
Antrophologi Agama, maupun bagi perkembangan masyarakat.
Secara akademis, --hasil penelitian ini diharapkan—paling tidak,
dapat dijadikan titik tolak bagi penelitian lebih lanjut, khususnya
mengenai aspek Kehidupan Keagamaan para pencari suaka, imigran,
dan pengungsi di Rudenim wilayah Kota Jakarta. Pada saat yang
sama, hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar pijakan bagi
peningkatan kualitas pemahaman keagamaan, yang merupakan bagian
integral dari tugas institusi Perguruan Tinggi Islam.

G. Kajian Pustaka

Dalam penelitian terdapat suatu kegiatan yang sangat penting


untuk dilakukan yakni kajian Pustaka. Dalam hal ini dibutuhkan
ketelitian dan pemikiran kritis dari peneliti untuk mencari dan
menemukan penelitian tersaji yang telah dilakukan oleh ilmuwan dan
12

peneliti terdahulu.Dalam kajian ini peneliti menggunakan analisis


nonstatistik18 yang diterapkan pada data yang bersifat kualitatif,
biasanya berupa studi empiris atau studi Field Research. Analisis
kualitatif merupakan analisis yang mendasarkan pada adanya
hubungan semantis antar variabel yang sedang diteliti.19
Disadari bahwa studi ini bukanlah yang pertama kali dalam
mengungkap ataupun yang diturunkan khusus untuk merespon
kehidupan Imigran Internasional di Indonesia. Hanya sebatas
pengetahuan penulis, karya-karyanya tersebut tidak ada analisis kritis
terhadap Kehidupan Keagamaan-nya. Sehingga masing-masing
ilmuwan terdahulu dengan penelitian yang peneliti lakukan saat ini
memiliki karakteristik kajian yang sangat berbeda.
Dengan tidak menegasikan keterpautannya dengan, dan
keterpengaruhannya oleh studi-studi sebelumnya, penelitian ini tetap
mempunyai kekhasan teersendiri dalam memberikan –pendekatan
yang komprehensif—pendekatan empiris yakni pendekatan sosiologis
dan antrophologis untuk melihat realitas --konteks social— prilaku
imigran di Rudenim Jakarta Barat sebagai obyek pada penelitian ini.
Terdapat beberapa refrensi atau tulisan yang membahas mengenai
pencari suaka, imigan, dan pengungsi namun sejauh pengamatan dan
analisis peneliti mereka lebih fokus kepada kebijakan negara serta
reaksi pemerintah dan masyarakat, diantaranya:
1. Kadarudin, Program Studi Magister Ilmu Hukum Pascasarjana
Universitas Hasanuddin Makassar tahun 2012, Thesis tentang
penerapan prinsip non refoulement oleh Indonesia sebagai negara
transit pengungsi internasional.
Dalam thesis tersebut lebih terkhusus membahas
mengenai peran pemerintah dalam menangani Pengungsi
Rohingya yang ada di Makasar. Thesis ini lebih menitik
beratkan pada pendekatan hukum internasional.
2. Zuhad Zaisyar, Laporan Tugas Akhir dengan judul “Refugees
Social Housing in Kemayoran, Jakarta”, Universitas Katolik
Soegijapranata Semarang tahun 2021. Adapun penelitian
membahas dalam menangani kasus terkait dengan pencari

18 Analisis yang dalam penelitian kualitatif merupakan sebuah proses yang


bertujuan untuk mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara menjabarkan ke dalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting
dan yang akan dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri maupun orang lain (Sugiono 2006, 244).
19Jonathan, Sarwono. Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif.

Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006. h. 239


13

suaka, imigran, dan pengungsi di kemayoran Jakarta.


Penelitian ini hanya terfokus pada --pra-kehidupan
social—nya untuk para pencari suaka, imigran, dan
pengungsi. Penelitian ini bertujuan untuk menciptakan
perumahan social bagi para pengungsi selama berada di Indonesia.
Jadi mereka bisa mendapatkan standar hidup yang memadai
sebelum mereka dipindahkan ke negara ketiga. Selain itu,
penelitian ini juga menitik beratkan para pengungsi untuk
meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka dan
membantu mereka dalam pemukiman baru mereka. Tujuannya
adalah, untuk memenuhi penghidupan dasar yang layak bagi para
pengungsi seperti makanan, pakaian, perumahan, dan perawatan,
kesehatan dan memberikan fasilitas bagi para pengungsi untuk
meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya.
Sedangkan objek pada penelitian yang akan peneliti kaji
memiliki fokus pada --kehidupan keagamaan— yang membahas
secara mendetail persoalan intensitas agama para pencari suaka,
imigran, dan pengungsi di wilayah kota Jakarta Barat.

H. Metode Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Dalam penelitian ini, metode penelitian kualitatif yang


bersifat field research digunakan sebagai acuan atau kerangka dalam
menganalisis dan mendeskripsikan atau menjelaskan data yang
ditemukan. Tidak hanya manipulasi pada fenomena atau objek yang
diamati yang merupakan ciri penelitian kualitatif yang mencoba
memahami fenomena dalam setting dan konteks naturalnya (bukan di
dalam laboratorium). Penggalian makna dan kebenaran akan berbeda
satu dengan yang lainnya, hal ini merupakan upaya dalam penelitian
kualitatif.20
Metode penelitian kualitatif ini seringkali disebut dengan
metode naturalistik yang dilakukan pada kondisi yang alamiah, sesuai
dengan apa adanya situasi, keadaan, fenomena yang terjadi. Metode
ini berlandaskan pada filsafat post-positivisme yang memandang
realitas atau gejala atau fenomena sosial sebagai suatu yang holistik,

20Samaji Sarosa. Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar. 1 Ed. Jakarta: PT.


Indeks, 2012. h. 7-8
14

kompleks, dinamis, penuh makna dan penuh hubungan gejala yang


bersifat interaktif.21 (Sugiono 2006, 8).
Dengan demikian peneliti ini diharapkan mendapatkan
informasi dan fakta-fakta di lapangan yang dapat digali secara
mendalam agar mendapat gambaran yang lengkap mengenai
kehidupan keagamaan imigran yang berada di Rudenim Jakarta Barat
dengan data temuan yang rinci dan detail.

2. Analisis Data

Dalam penelitian terdapat suatu kegiatan yang sangat penting


untuk dilakukan yakni analisis data. Dalam analisis data dibutuhkan
ketelitian dan pemikiran kritis dari peneliti untuk menjawab
pertanyaan penelitian tersaji dalam perumusan masalah.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
eksploratif-deskriptif (gambaran) secara jelas mengenai subjek
penelitian berdasarkan data yang diperoleh dari kelompok subjek yang
diteliti dan telah dimaksudkan untuk pengujian hipotesis. Metode ini
bertujuan untuk untuk menggali suatu gejala baru atau gejala yang
selama ini belum pernah diketahui dan kedua, untuk memberikan
gambaran yang lebih detail tentang suatu gejala, pendapat ilmuwan
terdahulu dan juga dengan pemikir lain yang dianggap relevan.
Analisis data ini adalah data yang diperoleh oleh peneliti yang
dilakukan sejak awal penelitian, yaitu sejak peneliti mulai melakukan
pertanyaan-pertanyaan dan catatan lapangan. Analisis data ini
dilakukan dalam dua tahap, yaitu selama proses pengumpulan data dan
pada akhir pengumpulan data.22
Metode ini dijalankan dengan mengklarifkasi data yang telah
terkumpul, dirangkai, dijelaskan dan digambarkan dengan kata-kata
atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategori untuk
mendapatkan kesimpulan. Adapun tujuan dari metode ini adalah untuk
melukiskan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor-
faktor, sifat serta hubungan atas fenomena yang diselidiki.23
Langkah-langkah yang penulis tempuh dalam penelitian ini
adalah:

21 Sugiyono. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. 20 Ed.


Bandung: Alfabeta, 2006. h. 8
22
Fauzan Al-Manshur, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012), h. 247
23
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2000). h. 20
15

a. Melakukan penelitian lapangan guna untuk mendapatkn data


yang relevan dengan tema bahasan ini, dalam hal ini di
Rudenim Cengkareng, Jakarta Barat.
b. Membaca buku, jurnal, thesis, atau disertasi (liberary
research), guna mendeskripsikan pendapat peneliti terdahulu
tentang analisa kajian yang akan peneliti kaji.
c. Menganalisis kedua data temuan di atas, dengan memakai
metode analisis eksploratif-deskriptif sebagaimana telah
dijelaskan.
d. Membuat kesimpulan-kesimpulan.
3. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dari dua
sumber yakni:
a. Sumber data primer
Merupakan deskripsi langsung fenomena atau kejadian
yang dialami oleh peneliti dengan benar-benar mengamati atau
menyaksikan secara langsung di tempat objek penelitian. Dalam
penelitian ini, sumber data utamanya berasal dari data yang
diperoleh dengan melakukan wawancara dan observasi pada
subjek penelitian, yang diperoleh secara langsung dari subjek
penelitian yaitu pencari suaka, imigran, dan pengungsi di Rumah
Detensi Imigrasi, Jakarta barat.
b. Sumber data sekunder
Merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada peneliti, baik dengan cara melalui orang maupun melalui
catatan dokumen yang sifatnya lebih baku atau yang sering disebut
dengan sumber pustaka buku (studi pustaka/liberary research)
yang sifatnya lebih permanen. Acuan sekunder yang dikonsumsi
dalam penelitian ini adalah sejumlah buku, jurnal, atau media
masa yang masih ada kaitannya dengan objek penelitian, dalam
pelbagai disiplin ilmu.
Demikianlah, dengan menggunakan metodologi di atas
diharapkan, tiga persoalan yang diajukan dalam penelitian ini dapat
diketemukan jawabannya.

I. Sistematika Pembahasan

Penelitian ini dibagi dalam lima bab. dengan sismtematika


pembahasan sebagai berikut:

Sebagai pendahuluan, dalam Bab I akan dijelakan; latar


belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, Batasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian Pustaka, metode
penelitian, dan sistematika pembahasan.
16

Bab II, bab ini menjadi landasan pemikiran peneliti dari data-
data yang telah diperoleh. Bab ini berisi uraian dan konsep yang
berkaitan dengan objek yang diteliti. Kerangka pemikiran yang
digunakan adalah teori dan konsep yang berkaitan denganpencari
suaka, imigran, dan pengungsi di Rumah Detensi Imigrasi kota Jakarta
Barat.
Bab III, gambaran umum latar penelitian bab ini berisi
gambaran umum kelurahan Cengkareng, Jakarta barat sebagai wilayah
yang terdapat shelter para pencari suaka, imigran, dan pengungsi.
Bab IV dan V, pembahasan bab ini berisi hasil penelitian dan
analisis berupa gabungan dari hasil pengumpulan data analisis yang
ditemukan di lapangan dan beberapa temuan data Library Research.
Selain itu bab ini berisi uraian penyajian data dan temuan yang didapat
setelah melakukan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi
Bab VI, yang merupakan bab terakhir, berisi kesimpulan hasil
penelitian tentang kehidupan keagamaan imigran yang dikemukakan
beberapa kesimpulan berikut daftar pustaka dan lampiran.
17

DAFTAR PUSTAKA (SEMENTARA)

Buku:
Cresswell, J.W., Poth, C.N. (2018). Qualitative Inquiry and Research Design,
Choosing Among Five Approaches (4th edition). SAGE Publications
Inc.
Daud, Kasianus. 2018. Seri Keimigrasian Perbatasan Wilayah Negara.
Jakarta: Direktorat Jendral Imigrasi Departemen Hukum dan HAM.
Al-Manshur, Fauzan. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Hamid, SH, Sulaiman. 2010. Lembaga Suaka dalam Hukum Internasional.
Jakarta: Raja Grafindo persada.
Ibn Manzur. Muhammad Ibn Mukarram. 2003. Lisan Al-Arab. 9 ed. Kairo: Dar
Al-Hadith.
Jazuli, Ahzami Sami'un. 2003. Hijrah Dalam Pandangan Al-Qur'an.
Terjemahan Eko Yulianti. Jakarta: Gema Insan Press.
Kahmad, Dadang. 2000. Sosiologi Agama, (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya.
Sugiyono, 2006. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. 20 Ed.
Bandung: Alfabeta.
Sarosa, Samaji. 2012. Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar. 1 Ed. Jakarta: PT.
Indeks.
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Yunus, Mahmud. 1990. Kamus Arab-Indonesia. 9 ed. Jakarta PT. Hidakarya
agung.
UNHCR. 2007. Konvensi Pengungsi 1951 (Pertanyaan & Jawaban).
Switzerland: Relasi Media dan Pelayanan Inforasi Publik UNHCR.

Jurnal:
Ahmad. 2012. "Globalisasi dan migrasi: problematika integrasi imigran Turki
ke dalam masyarakat Jerman". What artikel Unair (blog). November
2012. Http://www.Ahmad_m-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-
67268-umum-globalisasi-dan-migrasi:-problematika-integrasi-
imigran-Turki-ke-dalam-masyarakat-Jerman.html
Alamari, M.F (2020). Imigran dan masalah intervensi sosial. Jurnal dinamika
global, 5 (02), 254-277. Https://doi.org/10.36859/jdg.v5i02.237
Nindito, S. 2013. Fenomenologi Alfred Schutz: studi tentang konstruksi makna
dan realitas dalam ilmu sosial. Jurnal ilmu komunikasi, 2(1), 79-95.
Https://doi.org/10.24002/jik.v2i1.254
Astuti, D.R. 2019. Motif perawat sebagai profesi dan pelaku komunikasi
terapeutik. Communicatus: Jurnal Ilmu Komunikasi, 3(2), 79-100.
Https://doi.rg/10.15575/cjik.v3i2.5764.
18

Website/Internet:
http://jrs.or.id/refugee/
UNHCR dan IMO. 2019. Penyelamatan di Laut (Pedoman dan Tata Cara
Penanganan imigran dan Pengungsi).
http://dunia.news.viva.co.id/news/read/560138-kebijakan-baru-pencari-
suaka-australia-jadi-beban-untuk-ri.
https://www.unhcr.org/id/en/refugee-status-determination.
Karim, Lucky. 2015. Artiket Tribun Timur: Ketika Makassar Jadi Tujuan
Pencari Suaka.
https://www.unhcr.org/id/unhcr-di-indonesia
https://metro.tempo.co/read/1227881/data-unhcr-belasan-ribu-pencari-suaka-
masuk-ke-indonesia
https://megapolitan.kompas.com/read/13522021/beredar-video-diduga-
keributan-di-rudenim-jakarta-polres-jakbar-belum?page=all

Anda mungkin juga menyukai