Anda di halaman 1dari 10

PERJALANAN KI PANDAN ARANG JAYENG RESMI DAN

PERANNYA DI DESA JETO

Miftahudin Zuhri 203111011

Program Studi Pendidikan Agama Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negri Surakarta

Email: miftahudinzuhri29@gmail.com

ABSTRAK

Latar belakang tulisan ini adalah untuk membahas tentang cerita rakyat Perjalanan Ki
Pandan Arang Jayeng Resmi dan peran Ki Pandan Arang Jayeng Resmi Di Desa Jeto. Kajian
ini untuk mengetahui cerita awal mula Jayeng resmi yang memiliki sifat sombong dan Ki
Pandan Arang Jayeng Resmi memutuskan mengembara untuk mendapatkan kekuatan dari
sunan Kalijaga tujuan dia mengembara untuk mendapatkan kekuatan agar tidak tertandingi
oleh siapapun. Pengaruh dakwah Ki Pandan Arang Jayeng Resmi di Jeto yaitu dapat
mengislamkannya para tokoh masyarakat tradisional setempat dan menjadi murid dari Ki
Pandan Arang Jayeng Resmi, serta disusul pengikut dari tokoh masyarakat tradisional yang
ikut menjadi Islam.

Keyword: Perjalanan Ki Pandan Arang Jayeng Resmi dan Peranannya di Desa Jeto

PENDAHULUAN

Pada masa kedatangan dan penyebaran Islam, di Indonesia terdapat kerajaan kerajaan
yang bercorak Hindu. Namun situasi politik dan ekonomi kerajaan-kerajaan Hindu di
Indonesia pada masa kedatangan orang-orang muslim mulai mengalami kemunduran,
diantaranya terjadi pada kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Hal itu disebabkan oleh situasi
politik kerajaan-kerajaan di Sumatra dan Jawa sendiri dan mungkin juga karena pengaruh
politik perluasan kekuasaan Cina ke kerajaankerajaan di dataran Asia Tenggara.
Para ahli sejarah berbeda pendapat mengenai kapan masuknya Islam di Tanah Jawa. Hingga
periode beralihnya keyakinan masyarakat Jawa dari Hindu Budha pada Islam. Hal demikian
memotivasi para peneliti sejarah guna mengumpulkan data dan mengadakan penelitian
tentang sejarah yang masih simpang siur dengan data yang kat dan akurat.
Haji Abdul Malik karim Amrullah (Hamka) memiliki pendapat bahwa Islam masuk ke
wilayah nusantara bukan berasal dari Persia maupun Gujarat sekitar abad ke-7 M melainkan
langsung dari Mekah dan Mesir.Pendapat tentang masuknya Islam ke wilayah nusantara tidak
mudah ditentukan secara pasti hal ini dikarenakan wilayah nusantara yang begitu besar,
namun abad ke-7 M hingga abad ke-13 M dapat dikatakan masa-masa datang dan
menyebarnya agama Islam ke Nusantara.

Begitu pula dengan pendapat tentang masuknya Islam ke tanah Jawa, ada beberapa
pendapat yang mengatakan agama Islam masuk sekitar abad ke 10-M hingga 11-M, pendapat
ini diperkuat dengan adanya batu nisan yang terdapat di Leran Gresik dangan tulisan huruf
Arab, tentang seorang wanita muslim bernama Fatimah binti Maimun dimakamkan pada
tahun 475 H atau pada tahun 1082 M.

Kerajaan Malaka merupakan pusat perdagangan ketika kekuasaan kerajaan majapahit


mulai berkurang sekitar abad ke-14 M. Sebagai rute perdangan yang paling utama disekitar
kepulauan Nusantara, Kerajaan Malaka memegang peran penting dalam tumbuh kembangnya
budaya dan ilmu pengetahuan, termasuk diantaranya ajaran agama Islam.

Penyebaran agama Islam di pantai Utara pulau Jawa Tengah baru terjadi setelah
penyebaran Islam di Jawa Timur yaitu sekitar pertengahan abad ke-15 M. Dalam proses awal
penyebaran Islam di jawa abad ke-15 M dan Ke-16 M, dikenal nama Sunan Ampel, salah
seorang Wali Songo yang mendirikan pesantren di Ampeldenta Surabaya. Terdapat pula
pesantren Sunan Giri di Gresik yang terkenal hingga daerah Maluku, orang-orang dari
Maluku banyak yang datang berguru pada Sunan Giri. Bahkan beberapa Ulama sebagai guru
atau penasehat agama.

Ki Pandan Arang Jayeng resmi, atau Ki Jayeng Resmi. Merupakan salah satu wali /
sunan yang berjasa dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Nama Ki Jayeng begitu
dekat dengan sejarah dan awal mula tersiarnya agama Islam di wilayah sekitar Jawa Tengah.
Ki Jayeng Resmi kemudian berdakwah di desa Jeto dan perbukitan gunung Jeto wilayah
Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah hingga kemudian dimakamkan di dukuh
Jeto.
METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data kualitatif dan instrumennya


yang saling berkaitan. Teknik pengumpulan data digunakan untuk mengumpulkan data sesuai
tata cara penelitian sehingga diperoleh data yang dibutuhkan. Teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penilian
adalah mengumpulkan data. Metode pengumpulan data pada penelitian artikel ini
menggunakan wawancara dan observasi.

1. Wawancara
Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi
dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian. Ada
beberapa tahapan agar wawancara lebih efektif, yakni dengan memperkenalkan diri,
menjelaskan maksud kedatangan, menjelaskan materi wawancara dan mengajukan
pertanyaan (Yunus, 2010 : 358). Dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara
mendalam (in-depth interview), tujuannya agar peneliti dapat menggali informasi secara
mendalam dan bertanya jawab dengan bebas, tetapi tetap memperhatikan inti dari penelitian
agar jawaban sesuai dengan yang dibutuhkan. Pengumpulan sumber diperoleh dari hasil
wawancara salah satu warga desa dukuh Jeto.

2. Observasi
Observasi merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindra, bisa penglihatan,
penciuman, pendengaran untuk memperoleh informasi yang diperlukan. Ada beberapa bentuk
observasi, yaitu : Observasi tidak terstruktur, Observasi terstruktur dan observasi kelompok.
Dalam penelitian ini menggunakan metode observasi tidak terstruktur ialah pengamatan yang
dilakukan tanpa pedoman, dan hasil dari observasi ini peneliti mengamati makam Ki jayeng
Resmi.

RUMUSAN MASALAH
Permasalahan pokok yang dibahas dalam penelitian ini, ialah Peran Ki Jayeng Resmi
dalam penyebaran Islam di Jawa Tengah. untuk mendapatkan data dari permasalahan tersebut
maka akan dipandu dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang Ki Jayeng Resmi?

2. Bagimana perjalanan Ki Jayeng Resmi hinga memutuskan untuk mengembara?

3. Bagaimanakah peranan Ki Jayeng Resmi terhadap penyebaran Islam?

TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk memahami latar belakang Ki Ageng Jayeng Resmi.

2. Untuk mengetahui sebab Ki Jayeng Resmi mengembara.

3. Untuk mengetahui peranan Ki Ageng Jayeng Resmi terhadap penyebaran Islam.

HASIL

Dari hasil wawancara diperoleh data dan informasi tentang Perjalanan Ki Jayeng
Resmi dan perannya di desa jeto. Penulis juga mendapatkan informasi tentang peran Ki
Jayeng Resmi terhadap penyebaran agama islam di dukuh jeto dan sekitarnya. Dalam
observasi makam Ki Jayeng Resmi penulis juga menemukan Langgar yang dulu menjadi
tempat di mana Ki Jayeng Resmi mengajarkan agama Islam kepada murid-muridnya di
langgar tersebut.

Penulis juga menemukan sifat atau karakter Ki Jayeng Resmi dalam menyampaikan
ajaran agama islam dengan sabar dan bertanggung kepada perkembangan islam di dukuh
Jeto. Penulis juga mendapatkan informasi tentang makam Ki Jayeng Resmi masih menjadi
perhatian pemerintah untuk merenovasi makam tersebut, baru saja makam tersebut mendapat
bantuan untuk di renovasi dan masyarakat sekitar juga menerima dan saling gotong royong
untuk membuat pembatas pagar pada makam Ki Jayeng Resmi.

PEMBAHASAN

Latar belakang Ki Jayeng Resmi

Jayeng Resmi merupakan seorang adipati nama lain dari adipati Jayeng Resmi adalah
Pangeran Mangkubumi, Susuhan Mangkubumi, atau Wahyu Hidayat putra dari Ki Pandan
Arang Jayeng Resmi keturunan Majapahit yang mempunyai sifat sombong, setelah
mengembara di desa jeto tersendiri jayeng resmi di kenal di masyarakat memiliki sifat yang
rendah hati tidak sombong dan selalu memberikan apa yang dia punya kepada orang yang
lebih membutuhkan, Jayeng Resmi tidak memiliki sifat ingin di puji atau ingin di hormati
tetapi Jayeng resmi memiliki sifat yang baik lahir dan batinya setelah mengembara di desa
jeto.Sebab Ki Jayeng Resmi Mengembara

Pada saat itu Jayeng Resmi memiliki sifat yang sangat sombong dengan segala
kekuatan yang dimilikinya dia merasa kekuatannya tidak ada yang melebihi dari dirinya, Ki
Ageng jayeng resmi merupakan keturunan Majapahit yang mempunyai sifat sombong dan
angkuh, setiap rakyat memetik hasil panen rakyat di paksa untuk membayar upeti kepada
adipati. Suatu saat ada seseorang yang sakti kesaktianya melebihi adipati orang tersebut tidak
suka dengan keconkahan dan kesombongan adipati tersebut. Dia menyamar sebagai
seseorang yang bekerja sebagai tukang potong rumput di kabupaten untuk mengasih makan
hewan peliharaan adipati Jayeng Resmi.

Adipati Jayeng Resmi merasa pintar dan sakti dengan kekuatan yang ia miliki adipati
merasa kekuatanya tidak ada orang yang bisa mengalahkan adipati, singkat cerita seorang
laki-laki atau pemotong rumput tersebut punya ide atau menyuruh adipati untuk mencangkul
tanah yang berada di sekitar kabupaten untuk membuktikan kesaktian adipati. Karena
kesombongan adipati, adipati tidak bisa mencangkul tanah itu seketika tanah itu menjadi
padas. Ketika tanah itu di cangkulnya sendiri oleh orang yang menyuruh adipati tersebut
yaitu orang yang bekerja sebagai tukang rumput tersebut tanah itu seketika menjadi gembur
dan di dalam tanah itu terdapat emas.

Dengan kejadian itu adipati menjadi sadar bahwa ada orang yang melebihi
kesaktiannya, orang yang menyuruh adipati tersebut ternyata adalah Sunan Kalijaga. Adipati
memohon kepada Sunan Kalijaga untuk bersedia menjadi gurunya, Sunan Kalijaga bersedia
menjadi gurunya dengan syarat merubah sifat congkah dan sombongnya menjadi baik.
Setelah itu adipati di suruh oleh Sunan Kalijaga untuk pergi mengambara ke suatu daerah
yang bernama Gunung Jeto.

Dalam perjalanan itu Sunan Kalijaga menyuruh untuk pergi sendiri saja tetapi istri
adipati memaksa adipati untuk ikut menemani adipati pergi di tengah perjalanan ada seorang
perampok, perampok tersebut mengikuti perjalanan adipati untuk mengincar harta benda
yang di bawa oleh istri adipati. Tetapi dengan kesaktian adipati perampok itu tidak bisa
mengambil arta benda yang di bawa oleh istri adipati, perampok itu di kutuk oleh adipati
menjadi domba dengan kejadian itu desa itu sekarang bernama salatiga. Adipati dengan
istrinya melanjutkan perjalanan sesampainya di suatu tempat perampok yang mengikuti
adipati tersebut masih mengharapkan dan meminta harta benda yang di bawa oleh istri adipati
tersebut.

Adipati merasa jengkel kepada perampok itu lalu adipati mengucapkan perkataan
yang kasar kepada perampok tersebut dengan perkataan sudah di kasih masih mengharapkan
lagi maka jadilah kau seperti domba seketika itu wajah perampok tersebut berubah menjadi
kepala domba, dengan kejadian itu perampok itu dinamakan syeh domba perampok itu
memutuskan untuk menjadi pengikuti adipati untuk selamalamanya. Istri adipati merasa
jengkel dengan adipati karena harta benda yang di bawa oleh istri adipati tidak lagi utuh dan
adipati tidak membantu istri ketika menghadapi perampok. Dengan peristiwa ini istri adipati
berkata besuk seiring berjalannya zaman kota ini dinamakan kota boyolali karena adipati di
anggap lupa kepada istrinya karena tidak membantunya keluarlah kata kata dari mulut istri
adipati semoga kota ini menjadi kota boyolali.

Adipati dan istrinya melanjutkan perjalanan lagi sesampainya di suatu tempat adipati
melihat seseorang yang membawa sesuatu di dalam dan di tanya oleh adipati apa yang di
bawa oleh orang itu, jawab dari orang itu saya membawa beras dari hasil panen saya. Adipati
menyuruh kepada orang itu untuk membuka karung tersebut setelah di buka karung yang
semula berisi beras menjadi pasir atau wedi. Dengan kejadian itu adipati mengeluarkan
perkataan besok seiring perjalanan zaman kota ini saya namakan kota wedi. Adipati
melanjutkan perjalanan lagi sampailah ketempat yang dituju yaitu di Gunung jeto adipati dan
istrinya serta syeh domba memutuskan untuk menetap di jeto sampai akhir hayatnya.
Sesampai di jeto dan mnetap adipati mencari ilmu dengan menjadi murid Sunan Kalijaga,
Nama adipati di ganti oleh Sunan Kalijaga menjadi jayeng resmi masyarakat sekitar
menyebutnya Adipati Ageng Jayeng Resmi.

Adipati Ageng Jayeng Resmi, Jayeng Resmi merupakan anak dari keturunan kerajaan
majapahit dia mengembara dari majapahit menuju desa-desa. Ki Jayeng Resmi memutuskan
untuk menyebarluaskan agama islam sesampainya di suatu desa yang bernama desa Jeto,
Gaden dia memutuskan untuk menetap dan untuk tinggal selama lamanya di des tersebut
karena desa tersebut masih banyak orang yang belum faham tentang agama islam. Ki Jayeng
Resmi meninggal pada usia relatif muda berumur sekitar 27 tahun dan belum menikah atau
belum mempunyai istri. Makam Ki Jayeng Resmi banyak di kunjungi peziarah pada tanggal 4
bulan sapar maupun malam jum’at. Peziarah wanita tidak di perkenankan masuk ke wilayah
makam hanya di perbolehkan di luar ki jayeng resmi di kenal di desa jeto sosok yang tidak
sombong dalam hal apapun.

Peran Jayeng Resmi Terhadap Penyebaran Islam

Kata Masjid seperti terdapat dalam Babad Demak pada pupuh Kinanthi tersebut,
kiranya tidak sama dengan pengertian Masjid sekarang. Kata Masjid berasal dari Bahasa
Arab, yakni sajada yang berarti bersujud, karena itu yang dimaksuddengan Masjid adalah
tempat sujud kepada Tuhan. Seperti halnya bangunan yang ditemukan Ki Agedi Jayeng
Resmi di dukuh Jeto yang disebut sebagai “masjid kecil” tersebut, tentunya lebih tepat
disebut sebagai tempat sujud yang umumnya.sekarang disebut sebagai Langgar atau Masjid
tergantung dilihat dari fungsinya.Kalau Masjid biasanya selain dipakai untuk tempat
menyelenggarakan Sholat lima waktu berjamaah, juga secara rutin setiap Jum’at dipakai umat
Islam untuk menyelenggarakan Sholat Jum’at. Sebuah masjid umumnya terdapat di lokasi
yang sudah banyak penghuninya yang beragama Islam. Di tempat terpencil seperti di Puncak
Jabalakat tidak pernah disebut ada penduduk yang tinggal di sekitar tempat itu. Apalagi
menurut faham Ahlusunah wal Jamaah Mazhab Syafi’i, bahwa penyelenggaraan Sholat
Jum’at paling tidak harus diikuti oleh empat puluh orang Jamaah.

Setelah semakin banyak penduduk yang masuk Islam, semakin banyak pula murid
yang belajar kepada Ki Jayeng Resmi. Ini mengakibatkan meningkatnya yang ikut beribadah
Sholat berjamaah dengan Ki Jayeng Resmi. Karena itulah mungkin salah satu sebab perlunya
tempat ibadah yang lebih luas untuk bisa melakukan Sholat berjamaah yang saat itu
bertempat di “masjid kecil” di desa jeto. Sehubungan dengan hal ini maka Ki Jayeng Resmi
beserta muridnya memindahkan “masjid kecil” ke kawasan kaki gunung Jeto di desa Jeto.

KESIMPULAN

Adipati Jayeng resmi merupakan seorang adipati nama lain dari adipati Jayeng resmi
adalah Pangeran Mangkubumi, Susuhan Mangkubumi, atau Wahyu Hidayat putra dari Ki
Ageng jayeng resmi keturunan Majapahit yang mempunyai sifat sombong.

Ki Ageng jayeng resmi merupakan keturunan Majapahit yang mempunyai sifat


sombong dan angkuh, setiap rakyat memetik hasil panen rakyat di paksa untuk membayar
upeti kepada adipati. Adipati meninggalkan Semarang dan meninggalkan jabatannya
kemudian menuju daerah Jeto. Perjalanan beliau atas perintah gurunya bernama Sunan
Kalijaga yang sebelumnya melewati kota Salatiga dan Boyolali serta desa Wedi dan Jiwo.
Setelah mendapat wejangan dari Sunan Kalijaga, maka Ki Ageng Jayeng Resmi
menyebarkan agama Islam di daerah Jeto dan sekitarnya.

Pengaruh dakwah Ki Ageng Jayeng Resmi di Jeto yaitu dapat mengislamkannya para
tokoh masyarakat tradisional setempat dan diikuti oleh pengikut dari tokoh masyarakat
tradisional tersebut. Para para tokoh masyarakat tradisional mempunyai pegangan bahwa
kalau belum dikalahkan dengan adu kesaktian tidak akan pindah menjadi agama Islam.
Tetapi satu persatu para tokoh masyarakat tradisional dapat dikalahkan oleh Ki Ageng Jayeng
Resmi dengan adu kesaktian. Dalam hal ini bila para tokoh masyarakat tradisional kalah
maka masuk Islam dan para pengikutnya juga akan masuk Islam sekalian.

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah mencurahkan
karunia-Nya kepada kita semua sehingga saya mampu menyusun Artikel Ilmiah yang
berjudul "Perjalanan Ki Jayeng Resmi dan Peranannya di Desa Jeto" dengan lancar sebagai
tugas Ulangan Tengah Semester mata kuliah Bahasa Indonesia.

Saya berterima kasih kepada ibu Ika Martanti Mulyawati, M. Pd selaku dosen mata
kuliah bahasa Indonesia yang telah menjabarkan bagaimana cara penyusunan dalam membuat
Artikel Ilmiah.

Tak lupa juga saya berterima kasih kepada Ibu Nihaya Rohmawati sebagai
narasumber yang sudah bersedia memberikan informasi tentang sejarah cerita rakyat
perjalanan ki jayeng resmi di desa jeto semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

http://trucuk-klaten.blogspot.com/2015/11/tempat-wisata-spiritual-cerita-rakyat_81.html

https://www.bunehaba.com/jenis-metode-penelitian

‌https://repository.radenintan.ac.id

‌http://download.garuda.ristekdikti.go.id
BUKTI BUKTI

TRANSKIP WAWANCARA

Informan

Tanggal wawancara: 25 Maret 2021

Tempat/ Waktu: Rumah ibu Nihaya

Identitas Informan

1. Narator: Nihaya Romawati

2. Umur: 49 Tahun

3. Jenis Kelamin: Perempuan

4. Pendidikan Formal: S1

5. Pekerjaan: Guru
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai