Anda di halaman 1dari 7

Perempuan, Bidan dan Kebidanan : Volume 1, Edisi 3, 2021https://wmmjournal.

org

Kompresi Gel Aloe Vera sebagai Pereda Nyeri


Pembengkakan Payudara
Evi Susanti, Lady Wizia
Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi

ABSTRAK

Latar belakang: Pembengkakan payudara adalah suatu kondisi dimana payudara


menjadi kencang, menyebar, dan terasa nyeri karena pengeluaran ASI dari payudara
yang jarang atau tidak efektif. Pembengkakan biasanya dimulai sekitar hari ke 3 hingga
7 pada masa nifas saat ASI mulai keluar. Pembengkakan payudara cenderung dialami
oleh pasien primipara.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompres gel lidah buaya
dalam mengurangi nyeri pembengkakan payudaraibu menyusui
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan one group pretest-
posttest. Analisis dilakukan di Praktek Kebidanan Swasta di Sarolangun. Sampel
penelitian ini adalah dua belas orang ibu nifas yang mengalami pembengkakan payudara.
Intervensi penelitian ini menggunakan gel lidah buaya, sebagai pemakaian luar dengan
dosis 10 mg untuk setiap sentimeter persegi. Skala nyeri diukur dua kali, sebelum dan
sesudah intervensi. Pengukuran skala nyeri menggunakan NRS (Numeric Rating Scale)
Hasil: Hasil uji T berpasangan p-value 0,002 < 0,05 menunjukkan bahwa kompres lidah
buaya memberikan dampak positif terhadap penurunan skala nyeri pembengkakan
payudara pada ibu nifas
Kesimpulan: Kompresi lidah buaya dapat meredakan nyeri yang berhubungan dengan
pembengkakan payudara. Oleh karena itu, intervensi ini mungkin disarankan bagi ibu
pasca melahirkan untuk mengatasi pembengkakan payudara.

Kata kunci:Pembengkakan payudara; wanita pasca melahirkan; pereda sakit; gel lidah
buaya

Email yang sesuai:evzon80@yahoo.co.id


Dikirim: 8 Juni 2021; Diterima: 27 September 2021; Diterbitkan: 31 Oktober 2021
Lisensi:Lisensi Internasional Creative Commons Atribusi 4.0. hak cipta♥oleh Penulis. Beberapa hak dilindungi
undang-undang. ISSN: 2775-4448
https://doi.org/10.36749/wmm.1.3.13-19.2021
Susanti et.al.. /Wanita, Bidan dan Kebidanan : Volume 1, Edisi 3, 2021https://wmmjournal.org

LATAR BELAKANG
Data ilmiah menunjukkan, banyak manfaat menyusui baik bagi bayi maupun ibu.
Terbukti anak yang mendapat ASI mempunyai peluang lebih tinggi untuk menurunkan
risiko diabetes melitus dan kelebihan berat badan di kemudian hari. Selain itu, anak-anak
yang mendapat ASI dalam jangka waktu yang lebih lama memiliki beberapa keuntungan
seperti angka kematian yang lebih rendah, maloklusi gigi yang lebih rendah, dan
kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan anak-anak yang mendapat ASI dalam jangka
waktu yang singkat (Victora, Bahl, Barros, França, Horton, Krasevec , Murch, Sankar,
Walker, Allen, dkk., 2016). Menurut data, peningkatan pemberian ASI dapat
menyelamatkan sekitar 820.000 nyawa setiap tahunnya (Who, 2020). Menyusui juga
membawa beberapa dampak positif bagi ibu. Data menunjukkan bahwa menyusui dapat
mencegah kanker payudara, mengurangi risiko diabetes melitus dan kanker ovarium
pada wanita, serta bermanfaat dalam menentukan jarak kelahiran. (Victora, Bahl, Barros,
França, Horton, Krasevec, Murch, Sankar, Walker, Rollins, dkk., 2016).
Sayangnya, Indonesia mempunyai tingkat pemberian ASI eksklusif yang buruk.
Berdasarkan data RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar Nasional Indonesia) pada tahun
2018, angka pemberian ASI eksklusif secara nasional sebesar 37,3% (Riskesdas, 2018b).
Data tersebut menunjukkan penurunan yang signifikan jika dibandingkan dengan data
Riskesdas tahun 2003 dimana angka pemberian ASI eksklusif sebesar 54,3% (Riskesdas,
2018a). Target tercapainya ASI yang cukup yang direkomendasikan WHO pada tahun
2030 adalah minimal 50% bayi mendapatkan ASI yang cukup.
Menurut (Amaral et al., 2015), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
terhambatnya pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui, seperti; pengetahuan ibu
terkait menyusui, faktor-faktor prediktif yang menghambat pemberian ASI eksklusif,
dan pengalaman ibu menyusui selama proses menyusui.
Enam dari sepuluh wanita pasca melahirkan berhenti menyusui lebih awal dari
perkiraannya. Pengakhiran dini dikaitkan dengan beberapa alasan, seperti; kesulitan
dalam menyusui, berat badan bayi, fokus nutrisi pada bayi yang memerlukan
penggunaan obat-obatan tertentu, dan masalah yang berhubungan dengan pemompaan
ASI (Odom et al., 2013). Kesulitan dalam menyusui dibagi berdasarkan beberapa alasan,
seperti; menjadi terlalu penuh atau membesar, mengalami banyak rasa sakit, dan puting
terasa sakit (Odom et al., 2013).
Pembengkakan payudara adalah suatu kondisi di mana payudara menjadi
kencang, menyebar, dan terasa nyeri karena pengeluaran ASI dari payudara yang jarang
atau tidak efektif. Pembengkakan biasanya dimulai sekitar hari ke 3 hingga 7 pada masa
nifas saat ASI mulai keluar. Pembengkakan payudara cenderung dialami oleh pasien
Primipara (Mass, 2004).
Pembengkakan payudara adalah salah satu alasan paling umum penghentian
menyusui pada minggu-minggu pertama setelah melahirkan. Ada beberapa akibat dari
pembengkakan payudara: pembengkakan menyeluruh, nyeri, edema difus, kemerahan,
penurunan aliran ASI, presentasi biasanya bilateral, dan sedikit peningkatan suhu tubuh
(< 38.4 °C) (Jacobs et al., 2013).
Penelitian sebelumnya di India menemukan bahwa prevalensi pembengkakan
payudara pada ibu menyusui adalah 65%-75% (Govoni et al., 2019b). Penelitian di India
ini menjelaskan bahwa 1 dari 2 ibu nifas mempunyai penyakit terkait menyusui, 3 dari
10 ibu menyusui mempunyai beberapa masalah pada payudara seperti; pembengkakan
payudara, fisura, hipo Galactica, penghentian menyusui, galaktokel, mastitis, dan
kandidiasis (Govoni et al., 2019a)
Tujuan penatalaksanaan pembengkakan payudara adalah untuk menjaga aliran
ASI dan pengosongan payudara berhasil dan efektif, serta mencegahnya.

14
Susanti et.al.. /Wanita, Bidan dan Kebidanan : Volume 1, Edisi 3, 2021https://wmmjournal.org

pembengkakan selama proses menyusui. Beberapa pendekatan untuk menangani


pembengkakan payudara melibatkan kombinasi farmakoterapi seperti obat pereda nyeri,
gel progesteron (Gresh et al., 2019), dan manajemen non-farmakologis seperti
akupunktur, daun kubis, dan kompres dingin (Zakarija-Grkovic & Stewart, 2020 ).
Aloe Vera adalah ramuan yang telah tersebar dan dibudidayakan di seluruh
dunia. Tanaman ini memiliki beberapa fungsi seperti sebagai pelawan alami terhadap
segala macam infeksi. Selain itu, lidah buaya kaya akan antioksidan yang efisien
membantu mengobati semua masalah pencernaan, sakit maag, radang sendi,
penyembuhan luka, analgesik, dll. Selain itu, lidah buaya mengandung antibakteri,
antijamur, antiseptik, antibiotik, antivirus, antiketombe, antihelmintik, anti inflamasi,
produksi sel darah putih, dan efek pencahar (Sushen et al., 2017).
Lidah buaya mengandung antrakuinon yang memiliki kandungan aloin dan
emodin yang dapat berfungsi sebagai analgesik. Aktivitas analgesik pada lidah buaya
juga dikaitkan dengan enzim karboksipeptidase dan bradikinesia yang efektif meredakan
nyeri. Pengurangan nyeri terjadi melalui stimulasi sistem imun tubuh dan menurunkan
prostaglandin yang bertanggung jawab terhadap nyeri (Mwale & Masika, 2010)
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
secara statistik nyeri pembengkakan payudara sebelum dan sesudah pengobatan antara
kelompok herbal yang mengandung beberapa ramuan tradisional dan kelompok kompres
panas. Ramuan tradisional tersebut antara lain jahe Plai atau Cassumunar (Zingiber
cassumunar Roxb.), kunyit (Curcuma longa L.), dan kapur barus (Ketsuwan et al.,
2018a). Kunyit dan jahe juga mengandung antiseptik, antibiotik, dan antiinflamasi

OBJEKTIF
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kompres gel lidah buaya
dalam mengurangi nyeri pembengkakan payudara pada ibu menyusui.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain one group
pretest-posttest design. Penelitian dilakukan di Praktek Kebidanan Swasta. Populasi
penelitian ini adalah ibu nifas hari ke 2dan-10thmasa nifas yang mengalami
pembengkakan payudara. Pembengkakan payudara dinilai menggunakan skala
pembengkakan payudara enam poin (SPES) Izin etik dikeluarkan oleh komite etik
Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi. Kriteria inklusi penelitian ini adalah
wanita nifas normal (tanpa komplikasi apa pun selama masa nifas), tidak mendapat
analgetik atau obat apa pun sebelum tindakan pembesaran payudara selama minimal 6
jam, tidak ada kontraindikasi menyusui, dan tidak mempunyai riwayat alergi. lidah
buaya. Kriteria eksklusi penelitian ini adalah wanita yang mengalami komplikasi pasca
melahirkan.
Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan rumus Lemeshow. Dua belas
ibu nifas yang mengalami pembengkakan payudara menjadi sampel penelitian ini.
Teknik pengambilan sampel berturut-turut diterapkan di sini. Wanita pasca melahirkan
yang memenuhi kriteria inklusi dipilih sampai jumlah sampel yang diperlukan tercapai
sebagai responden.
Intervensi penelitian ini adalah pemberian gel lidah buaya pada ibu yang
didiagnosis menderita pembengkakan payudara. Lidah buaya yang digunakan pada
penelitian ini merupakan gel lidah buaya 98% dan mempunyai label aman bagi ibu. Ini
adalah penggunaan luar dengan 10 mg untuk setiap sentimeter persegi. Gel tersebut
dioleskan pada payudara wanita selama 30 menit. Setelah diaplikasikan, gel lidah buaya
dibersihkan dengan menggunakan tisu dan air hangat.
15
Susanti et.al.. /Wanita, Bidan dan Kebidanan : Volume 1, Edisi 3, 2021https://wmmjournal.org

Skala nyeri diukur dua kali sebelum dan sesudah intervensi. NRS (Numeric Rating
Scale) digunakan untuk mengukur skala nyeri.
Data kemudian dianalisis dengan menggunakan uji beda berpasangan (paired sample t-
test) dengan program SPSS untuk melihat perbedaan skor pretest dan postes dengan α =
0,05 dan interval kepercayaan (CI) 95%. Sebelum menggunakan uji-t sampel
berpasangan, diasumsikan data berdistribusi normal. Distribusi normalitas diukur dengan
uji Shapiro-Wilk (≤ 50%).

HASIL
Tabel 1.Baseline Karakteristik baseline responden
Data perempuan f %
Usia
< 20 tahun 1 8,3
20-35 tahun 11 91,7
> 35 tahun 0 0
keseimbangan
1 12 100
2-4 0 0
>4 0 0
Pendidikan
SMA ke bawah 6 50 Diploma dan lebih tinggi 6 50Masa nifas
(hari)
1-4 2 16.67
4-10 10 83.3
Berdasarkan tabel 1; jumlah ibu nifas yang mengikuti penelitian ini sebanyak 12 kasus.
Diagram alir jumlah peserta disajikan pada Tabel 1. Mayoritas perempuan berada pada
usia subur (20-35 tahun). Semua wanita memiliki satu anak, dan 10 dari 12 wanita
mengalami pembengkakan payudara antara hari ke 4-10 pascapersalinan.

Meja 2.DariDiakemarahan payudara engorgemeNt skor nyeri sebelum


intervensi n Rata-rata SD Min- Maks 95% CI

Skala nyeri sebelumnya intervensi 12 6,542 0,3343 6 – 7 6,329 – 6,754

Berdasarkan tabel 2 diperoleh rata-rata skala nyeri sebelum intervensi gel lidah buaya
adalah 6,542 dengan skor minimal 6 dan skor maksimal 7.

16
Susanti et.al.. /Wanita, Bidan dan Kebidanan : Volume 1, Edisi 3, 2021https://wmmjournal.org
Tabel 3.ThDia skor nyeri pembengkakan payudara rata-rata setelah
intervensi n Rata-rata SD Min- Maks 95% CI

Skala nyeri setelahnya intervensi 12 2,417 0,3589 2 - 3 2,189- 2,645

Berdasarkan tabel 3 diperoleh rata-rata skala nyeri pasca intervensi gel lidah buaya
sebesar 2,417 dengan skor minimal dua dan skor maksimal 3.

Tabel 4.Efektivitas gel lidah buaya dalam mengurangi skala nyeri pembengkakan
payudara Skala nyeri N Rata-rata Standar deviasi P Sebelum 12 6,542 0,3343
0,002Setelah 12 2,417 0,3589
Berdasarkan tabel 4, sebelum diberikan kompres lidah buaya rata-rata skala nyeri
payudara sebesar 6,542 dengan standar deviasi sebesar 0,3343. Sebagai perbandingan,
rata-rata skala nyeri payudara setelah diberikan skala nyeri payudara adalah 2,417
dengan standar deviasi sebesar 0,3589. Hasil uji T-test berpasangan p-value 0,002 < 0,05
menunjukkan kompresi lidah buaya berpengaruh terhadap penurunan skala nyeri
pembengkakan payudara pada ibu nifas.

DISKUSI

Penelitian menunjukkan bahwa skor nyeri pembengkakan payudara sebelum


kompresi lidah buaya menunjukkan tren yang meningkat. Pembengkakan didefinisikan
sebagai pembengkakan dan distensi payudara, yang menyebabkan rasa sakit. Ini adalah
keluhan awal yang umum terjadi setelah melahirkan. Ada banyak variasi gejala yang
dilaporkan untuk pembengkakan (Berens, 2015).
Setelah kompresi gel lidah buaya, penelitian menunjukkan bahwa skala nyeri
pembengkakan payudara menurun secara signifikan. Lidah buaya mengandung
antrakuinon yang memiliki aloin, dan emodin yang dapat berfungsi sebagai analgesik.
Aktivitas analgesik pada lidah buaya juga dikaitkan dengan enzim karboksipeptidase dan
bradikinesia yang berguna dalam meredakan nyeri. Pengurangan nyeri terjadi melalui
stimulasi sistem imun tubuh dan penurunan prostaglandin yang bertanggung jawab
terhadap nyeri (Eghdampour et al., 2013).
Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ratih
Indah Sari (2019): Efektivitas Kompresi Aloe Vera dalam Mengurangi Nyeri
Pembengkakan Payudara yang dilakukan di Puskesmas Harapan Baru. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kompresi lidah buaya efektif menurunkan intensitas nyeri
pembengkakan payudara pada ibu nifas (Sari et al., 2019)
Penelitian serupa juga pernah dilakukan Emilda pada tahun 2017: Pengaruh
Kompresi Lidah Buaya Terhadap Penurunan Skala Nyeri Payudara Pasca Persalinan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lidah buaya efektif dalam mengurangi skala nyeri
payudara pada masa nifas (Emilda, 2017).
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Oswati Hasanah (2017). Studi ini menganalisis efek kompresi lidah buaya dalam
mengurangi Derajat Flebitis akibat Terapi Intra Vena pada Anak. Penelitian menyatakan
bahwa lidah buaya efektif menurunkan derajat flebitis (p=0,000) (Hasanah et al., 2017).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Farideh Eghdampour mengamati efek lidah
buaya dalam mempercepat penyembuhan luka episiotomi. Hasilnya menunjukkan
perbedaan yang signifikan secara statistik antara kelompok kontrol dan eksperimen
sehingga penggunaan salep Aloe vera dan Calendula sangat meningkatkan kecepatan
penyembuhan luka episiotomi.
Penelitian lain sebelumnya yang menjelaskan efek analgesik dari rencana herbal
dilakukan oleh Ketsuwan. Dalam penelitiannya : Pengaruh Kompres Herbal Terhadap
Payudara Ibu

17
Susanti et.al.. /Wanita, Bidan dan Kebidanan : Volume 1, Edisi 3, 2021https://wmmjournal.org

Engorgement at Postpartum, Ketsuwan membuktikan adanya perbedaan nyeri


engorgement payudara sebelum dan sesudah perlakuan, antara kelompok herbal dan
kompres panas (Ketsuwan et al., 2018b).
Menurut pendapat peneliti, kandungan analgesik pada lidah buaya berpengaruh
signifikan dalam meredakan nyeri pada wanita pembengkakan payudara. Sensasi gel
lidah buaya yang lebih sejuk juga memberikan efek menenangkan bagi wanita.

KESIMPULAN
Terdapat penurunan nyeri pada ibu dengan pembengkakan payudara dari sebelum
diberikan gel lidah buaya dan setelah diberikan gel lidah buaya. Gel lidah buaya terbukti
efektif mengurangi nyeri pembengkakan payudara

REFERENSI

Amaral, L.J. Amil. X., Penjualan, S. dos S., Carvalho, D.P. dari S.R. misalnya. P., Cross,
G.K.arinn. P., Azevedo, I.C.ampo. dari, & Blacksmith Junior, M.A.ntoni. (2015).
Faktor-faktor yang mempengaruhi terhentinya pemberian ASI eksklusif pada ibu
menyusui.Majalah Keperawatan Gaúcha / EENFUFRGS,36, 127–134.
https://doi.org/10.1590/1983-1447.2015.esp.56676
Berens. (2015). Nyeri payudara: Pembengkakan, nyeri puting, dan mastitis.Obstetri dan
Ginekologi Klinis,58(4), 902–914. https://doi.org/10.1097/GRF.0000000000000153
Eghdampour, F., Jahdie, F., Kheyrkhah, M., Taghizadeh, M., Naghizadeh, S., & Hagani,
H. (2013). Dampak Lidah Buaya dan Calendula terhadap Penyembuhan Perineum
Setelah Episiotomi pada Wanita Primipara: Uji Klinis Acak.Jurnal Ilmu
Kepedulian,2(4), 279–27986. https://doi.org/10.5681/jcs.2013.033 Emilda. (2017).
Pengaruh Kompres Lidah Buaya terhadap Nyeri Payudara Saat Nifas di Klinik Bpm
Mardiah & Bpm Klahijah Kota Langsa.Jurnal Penelitian Kesehatan,1(1), 1–14.
Govoni, L., Ricchi, A., Molinazzi, M.T., Galli, M.C., Putignano, A., Artioli, G., Foà, C.,
Palmieri, E., & Neri, I. (2019a). Patologi menyusui: Analisis prevalensi, risiko dan
faktor pelindung.Akta Biomedis,90, 56–62. https://doi.org/10.23750/abm.v90i4-
S.8240
Govoni, Ricchi, Molinazzi, Galli, Putignano, Artioli, Foà, Palmieri, & Neri. (2019b).
Patologi menyusui: Analisis prevalensi, risiko dan faktor pelindung.Acta Biomedis,
90, 56–62.,90(1), 56–62. https://doi.org/10.23750/abm.v90i4-S.8240
Gresh, Robinson, Thornton, & Plesko. (2019). Merawat Wanita yang Mengalami
Pembengkakan Payudara: Laporan Kasus.Jurnal Kebidanan dan Kesehatan
Wanita,64(6), 763–768. https://doi.org/10.1111/jmwh.13011
Hasanah, Novayelinda, Maifera, & Isdelni. (2017). Menurunkan Derajat Flebitis Akibat
Terapi Intravena pada Anak dengan Kompres Aloe vera: Studi Pilot. Jurnal
Keperawatan Indonesia,20(1), 24–31. https://doi.org/10.7454/jki.v20i1.502
Jacobs, Abou-Dakn, Becker, Keduanya, Gatermann, Gresens, Groß, Jochum, Kühnert,
Rouw, Scheele, Strauss, Strempel, Vetter, & Wöckel. (2013). S3-Pedoman
Pengobatan Penyakit Radang Payudara pada Masa Laktasi Pedoman AWMF,
Register No. 015/071 (versi pendek).Obstetri dan Ginekologi,73(12), 1202-1208.
Penyakit Payudara pada Masa Laktasi Pedoman AWMF, Register No. 015/071
(versi pendek). Obstetri dan Ginekologi, 73(12), 1202–1208.

18
Susanti et.al.. /Wanita, Bidan dan Kebidanan : Volume 1, Edisi 3, 2021https://wmmjournal.org
https://www.thieme-connect.de/ejournals/issue/10.1055/s-003-26223 Ketsuwan,
Baiya, Paritakul, Laosooksathit, & Puapornpong. (2018a). Pengaruh Kompres Herbal
terhadap Pembengkakan Payudara Ibu di Masa Nifas: Uji Coba Terkontrol Secara
Acak.Obat Menyusui,13(5), 361–365. https://doi.org/10.1089/bfm.2018.0032
Ketsuwan, S., Baiya, N., Paritakul, P., Laosooksathit, W., & Puapornpong, P. (2018b).
Pengaruh Kompres Herbal terhadap Pembengkakan Payudara Ibu di Masa Nifas:
Uji Coba Terkontrol Secara Acak.Obat Menyusui,13(5), 361–365.
https://doi.org/10.1089/bfm.2018.0032
Massa (2004). Nyeri payudara.Cliicl Obstetri dan Ginekologi,47(3), 767–682. Mwale, &
Masika. (2010). Aktivitas analgesik dan anti-inflamasi dari aloe ferox Mill. ekstrak
air.Jurnal Farmasi dan Farmakologi Afrika,4(6), 291–297.
Odom, EC, Li, R., Scanlon, K.S., Perrine, CG, & Grummer-Strawn, L. (2013). Alasan
penghentian menyusui lebih awal dari yang diinginkan.Pediatri,131(3).
https://doi.org/10.1542/peds.2012-1295
Riskesdas. (2018a). Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS). Jurnal Fisika A:
Matematika dan Teoritis,44(8), 1–200. https://doi.org/10.1088/1751-
8113/44/8/085201
Riskesdas, K. (2018b). Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS). Jurnal Fisika
A: Matematika dan Teoritis,44(8), 1–200. https://doi.org/10.1088/1751-
8113/44/8/085201
Sari, Dewi, & Indriati. (2019). Efektivitas Kompres Aloe Vera Terhadap Nyeri
Pembengkakan Payudara Pada Ibu Menyusui. Jurnal Ners Indonesia,10(1),
38.https://doi.org/10.31258/jni.10.1.38-50
Sushen, Unithan, Rajan, Chouhan, Sushma, Uddin, & Kowsalya. (2017). Lidah Buaya:
Tanaman Ramuan yang Potensial Digunakan Sebagai Obat Tradisional Oleh
Masyarakat Suku Kondagatu dan Purudu Kabupaten Karimnagar.Jurnal Penelitian
Farmasi dan Medis Eropa,4(7), 820–831.
Victora, Bahl, Barros, França, Horton, Krasevec, Murch, Sankar, Walker, Allen,
Dharmage, Lodge, Bhandar, & Chowdhury. (2016). Menyusui di abad ke-21:
Epidemiologi, mekanisme, dan efek seumur hidup.Lancet,387(10017), 475–490.
https://doi.org/10.1016/S0140-6736(15)01024-7
Victora, C.G., Bahl, R., Barros, A.J.D., França, G.V.A., Horton, S., Krasevec, J., Murch,
S., Sankar, M.J., Walker, N., Rollins, N.C., Allen, K., Dharmage, S., Lodge, C.,
Peres, K.G., Bhandari, N., Chowdhury, R., Sinha, B., Taneja, S., Giugliani, E., …
Richter, L. (2016). Menyusui di abad ke-21: Epidemiologi, mekanisme, dan efek
seumur hidup.Lancet,387(10017), 475–490. https://doi.org/10.1016/S0140-
6736(15)01024-7
Siapa. (2020).Garis waktu tanggapan WHO terhadap pandemi ini mulai 31 Desember
2019.
https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/interactive
timeline
Zakarija-Grkovic, I., & Stewart, F. (2020). Pengobatan pembengkakan payudara saat
menyusui.Database Tinjauan Sistematis Cochrane,2020(9).
https://doi.org/10.1002/14651858.CD006946.pub4

19

Anda mungkin juga menyukai