Oleh :
Serli Yolanda Utami
A1C020040
Pendidikan Matematika
Universitas Bengkulu
Kata Pengantar
Bismillahirrahmanirrahim..
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa Sholawat beriring
salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
keluarga, sahabat, serta semua umatnya hingga kini. Dan semoga kita termasuk
dari golongan yang kelak mendapat syafaatnya.
Saya sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya.
Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Meskipun terdapat kesan negatif pada contoh di atas, tetapi terdapat satu hubungan penting
menyangkut jumlah determinan-determinan yang seringkali muncul. Untuk mendapatkannya,
perhatikan dua matriks 2 x 2 berikut ini, yang berbeda hanya pada baris keduanya :
Teorema 2.3.1
Misalkan A, B, dan C adalah matriks-matriks n x n yang berbeda hanya pada satu baris, misalnya
baris ke-r, dan asumsikan bahwa baris ke-r dari C dapat diperoleh dengan menjumlahkan entri-
entri yang besesuaian pasa baris ke-r dari A dan B.
Lemma 2.3.2
Jika B adalah suatu matriks n x n dan E adalah suatu matriks elementer n x n, maka
CATATAN. Untuk penerapan yang berulang-ulang dari Lemma 2.3.2 yaitu jika B adalah
matriks n x n dan 𝐸_(1,), 𝐸_2, . . . 𝐸_𝑟 adalah matriks-matriks elementer n x n, maka
Uji Determinan untuk Memeriksa Keterbalikan
Teorema 2.3.3
Tetapi menurut Teorema 2.2.4 determinan dari matriks elementer semuanya taknol. (Ingatlah
bahwa mengalikan suatu baris dengan nol bukan merupakan operasi baris elementer yang
diizinkan, jadi dalam aplikasi Teorema 2.2.4 ini k ≠ 0.) Maka, det(A) dan det(R) keduanya nol
atau keduanya taknol.
Jika A dapat dibalik, maka menurut Teorema 1.6.4 diperoleh R = I, sehingga det(R) ≠ 0 dan
sebagai konsekuensinya det(A) ≠ 0. Sebaliknya, jika det(A) ≠ 0, maka det(R) ≠ 0, sehingga R
tidak dapat memiliki satu baris bilangan nol. Menurut Teorema 1.4.3 bahwa R = I, maka A
dapat dibalik sesuai dengan Teorema 1.6.4.
Sesuai dengan Teorema 2.3.3 dan 2.2.5, suatu matriks bujursangkar dengan 2 baris atau kolom
yang proporsional tidak dapat dibalik.
Karena baris pertama dan ketiga dari matriks di atas adalah proporsional,
maka,
Teorema berikut memberikan hubungan yang berguna antara determinan dari suatu matriks yang
dapat dibalik dan determinan dari inversnya.
Teorema 2.3.5
Banyak aplikasi dari aljabar linear yang melibatkan system dengan n persamaaan linear dan n
faktor yang tidak diketahui yang dinyatakan dalam bentuk
Di mana 𝜆 adalah suatu skalar. Sistem semacam ini sebenarnya merupakan sistem linear
homogen yang tersamar, karena bentuk di atas dapat ditulis kembali sebagai 𝜆𝑥 −𝐴𝑥=0 atau,
dengan menyisipkan suatu matriks identitas dan memfaktorkan sebagai
Masalah utama yang menjadi perhatian untuk system linear yang berbentuk (𝜆𝐼−𝐴)𝑥=0 adalah
untuk menentukan nilai 𝜆 sehingga system tersebut memiliki solusi nontrivial. Nilai 𝜆 yang
demikian ini disebut nilai karakteristik atau eigen dari A. Jika 𝜆 adalah nilai eigen dari A, maka
solusi nontrivial dari (𝜆𝐼−𝐴)𝑥=0 disebut vektor eigen dari A yang bersesuaian dengan 𝜆.
Sesuai dengan Teorema 2.3.3, bahwa sistem (𝜆𝐼−𝐴)𝑥=0 memiliki solusi nontrivial jika dan hanya
jika
Ini disebut persamaan karakteristik dari A. Nilai-nilai eigen dari A dapat dicari dengan
menyelesaikan 𝜆 pada persamaan ini.
Teorema 2.3.6
Rorres, Anton. 2004. Aljabar Linear Elementer Versi Aplikasi Edisi Kedelapan Jilid
1. Jakarta: Penerbit Erlangga