Anda di halaman 1dari 6

PERBANDINGAN SISTEM HUKUM DI INDONESIA DAN

NEGARA LAIN
Rendy Yuwan Aldinanto
Program Studi Sosiologi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta
Email: 21107020034@student.uin-suka.ac.id

Abstract. This The legal system is an important element in social and state life. A good legal system will be able
to create order, justice and legal certainty for society. In general, there are three main legal systems in the
world, namely the Continental European legal system (civil law), the Anglo Saxon legal system (common law),
and the religious law system (religious law). Indonesia adheres to the Continental European legal system, but is
also influenced by customary law and Islamic law. In this paper, we will compare the legal system in Indonesia
with legal systems in other countries. Comparisons will be made based on several aspects, namely legal
sources, judicial structure, and law enforcement.
Keywords - Legal system, Indonesia, other countries, sources of law, judicial structure, law enforcement
Abstrak. Sistem hukum merupakan salah satu elemen penting dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Sistem hukum yang baik akan dapat menciptakan ketertiban, keadilan, dan kepastian hukum bagi masyarakat.
Secara umum, terdapat tiga sistem hukum utama di dunia, yaitu sistem hukum Eropa Kontinental (civil law),
sistem hukum Anglo Saxon (common law), dan sistem hukum agama (religious law). Indonesia menganut sistem
hukum Eropa Kontinental, tetapi juga dipengaruhi oleh sistem hukum adat dan hukum Islam. Dalam paper ini,
akan dilakukan perbandingan sistem hukum di Indonesia dengan sistem hukum di negara lain. Perbandingan
akan dilakukan berdasarkan beberapa aspek, yaitu sumber hukum, struktur peradilan, dan penegakan hukum.
Kata Kunci - Sistem hukum, Indonesia, Negara lain, Sumber hukum, Struktur peradilan Penegakan hukum

I. PENDAHULUAN

Sistem hukum menjadi landasan pokok dalam membentuk tatanan masyarakat dan negara. Sebagai suatu
kerangka normatif, sistem hukum dirancang untuk menciptakan dan memelihara ketertiban, keadilan, dan
kepastian hukum. Di tengah keberagaman sistem hukum global, setiap negara membangun fondasi hukumnya
sendiri, mencerminkan nilai, budaya, dan sejarah yang menjadi ciri khasnya. Dunia mengenal tiga sistem hukum
utama: sistem hukum Eropa Kontinental (civil law), sistem hukum Anglo Saxon (common law), dan sistem
hukum agama (religious law). Namun, meskipun ada ketegangan antara ketiga sistem ini, banyak negara
menggabungkan elemen-elemen dari setiap sistem untuk menciptakan kerangka hukum yang unik sesuai dengan
karakteristik khususnya.
Di tengah-tengah spektrum ini, Indonesia menonjol sebagai negara yang menganut sistem hukum Eropa
Kontinental. Namun, kekayaan budaya dan sejarahnya menambah dimensi khusus pada kerangka hukum
tersebut, dengan pengaruh yang signifikan dari sistem hukum adat dan hukum Islam. Dalam perjalanan
sejarahnya, Indonesia terus melakukan penyesuaian dan reformasi hukum untuk menjawab dinamika
masyarakat yang semakin kompleks. Penelitian ini bertujuan untuk menjelajahi perbandingan antara sistem
hukum di Indonesia dengan sistem hukum negara lain, dengan fokus pada tiga aspek utama: sumber hukum,
struktur peradilan, dan penegakan hukum.
Dengan memahami perbedaan dan persamaan ini, kita dapat mendapatkan wawasan yang lebih mendalam
tentang bagaimana sistem hukum mengakar dalam masyarakat dan memainkan peran dalam pembentukan
kehidupan sehari-hari. Penting untuk dicatat bahwa analisis ini tidak hanya memberikan gambaran konseptual,
tetapi juga melibatkan pemahaman terperinci tentang implementasi sistem hukum di lapangan. Oleh karena itu,
kita akan merinci kontribusi masing-masing sistem hukum terhadap proses legislatif, peradilan, dan penegakan
hukum di Indonesia, sambil menyoroti implikasi praktisnya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan menggali lebih dalam perbedaan dan kesamaan ini, diharapkan penelitian ini dapat memberikan
pandangan yang lebih kaya tentang bagaimana sistem hukum berperan dalam membentuk masyarakat, serta
potensi tantangan dan peluang yang dihadapi oleh Indonesia dalam konteks hukum global yang terus
berkembang.

II. METODOLOGI

1|Halaman
Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah studi literatur kepustakaan.
Pendekatan ini melibatkan analisis dan sintesis informasi yang bersumber dari berbagai sumber, seperti jurnal
ilmiah, buku, dokumentasi resmi, internet, dan pustaka terkait. Dengan menggunakan jurnal ilmiah, penelitian
ini mendapatkan perspektif akademis dan pemahaman yang terkini mengenai sistem hukum di Indonesia dan
negara lain. Sumber informasi dari buku dan literatur hukum memberikan dasar teoritis yang kuat untuk
mendukung analisis. Dokumentasi resmi, seperti konstitusi dan undang-undang, digunakan sebagai dasar hukum
yang sah untuk menganalisis struktur dan prinsip-prinsip hukum yang berlaku. Pemanfaatan internet
memberikan akses cepat dan luas terhadap informasi terkini, pandangan praktisi hukum, dan perkembangan
hukum terbaru. Sementara itu, sumber pustaka, baik yang tersedia secara fisik maupun digital, digunakan untuk
memperkuat landasan pengetahuan dengan merujuk pada sumber-sumber klasik dan referensi terkemuka dalam
studi hukum. Melalui metode studi literatur kepustakaan ini, penelitian bertujuan untuk menyajikan analisis
yang kokoh dan komprehensif berdasarkan berbagai perspektif dan pendekatan yang terdapat dalam literatur
hukum.

III. PERBANDINGAN SISTEM HUKUM

1. SUMBER HUKUM

Sumber hukum merupakan fondasi yang membentuk kerangka hukum suatu negara dan memberikan
legitimasi pada norma-norma yang mengatur kehidupan masyarakat. Perbandingan sistem hukum Indonesia
dengan sistem hukum Eropa Kontinental dan Anglo Saxon mencerminkan perbedaan signifikan dalam hal
sumber hukum yang menjadi landasan bagi pembuatan, interpretasi, dan pelaksanaan hukum.

*T abe
l Aspek Eropa Anglo Saxon Hukum Agama Indonesia
Kontinental (Common Law) (Religious Law)
(Civil Law)
Sumber Peraturan Yurisprudensi, Teks agama Peraturan
utama perundang- kebiasaan hukum (Alkitab, Quran, perundang-
undangan, dsb.) dan undangan, hukum
hukum alam, interpretasinya adat, hukum Islam
hukum kodrat
Peran Sentral, aktif Aktif, tetapi fokus Terbatas, kadang- Sentral, aktif dalam
Legislatif dalam pada interpretasi kadang hanya pembuatan undang-
pembuatan interpretasi undang, dengan
undang-undang teologis pengaruh hukum
adat dan Islam
Flexibilitas Relatif rendah, Tinggi, Terbatas, sering Moderat, dengan
Hukum kestabilan dari bergantung pada kali konservatif pengaruh kebijakan
undang-undang preseden hukum adat dan
Islam
Pengakuan Mendasarkan Tidak secara Terkait erat Mencakup hukum
Budaya dan pada hukum khusus mengakui, dengan ajaran adat dan Islam
Agama nasional, kadang berfokus pada agama tertentu sebagai sumber
mencakup keputusan hukum hukum,
beberapa elemen konkret mencerminkan
adat pluralitas budaya
dan agama
sumber hukum

Di Indonesia, sistem hukum didasarkan pada warisan hukum Eropa Kontinental, di mana peraturan
perundang-undangan menjadi sumber utama. Lembaga legislatif menghasilkan norma-norma hukum yang
mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari hukum pidana, hukum perdata, hingga hukum administrasi
negara. Kendati demikian, uniknya, Indonesia juga memperhitungkan hukum adat dan hukum Islam sebagai
sumber hukum yang sah, memberikan nuansa kultural dan agama yang kental dalam sistem hukum nasional. Di
sisi lain, sistem hukum Anglo Saxon menggantungkan diri pada yurisprudensi atau preseden hukum sebagai

2|Halaman
sumber hukum utama. Keputusan hakim dalam perkara-perkara sebelumnya menjadi panduan untuk kasus
serupa di masa depan. Pendekatan ini menciptakan fleksibilitas dan adaptabilitas hukum yang memungkinkan
perkembangan organik melalui interpretasi kasus-kasus konkret.
Perbedaan mendasar ini menciptakan dinamika unik dalam proses pembuatan hukum. Di Indonesia,
pembentukan hukum melibatkan peran aktif legislatif dalam menyusun undang-undang, sedangkan di sistem
Anglo Saxon, perkembangan hukum lebih tergantung pada interpretasi hakim terhadap kasus-kasus tertentu.
Selain itu, sumber hukum Indonesia juga mencerminkan pluralitas masyarakatnya yang kaya akan keberagaman
budaya dan agama. Pengakuan terhadap hukum adat dan hukum Islam menciptakan tatanan hukum yang
mencakup berbagai lapisan masyarakat, memberikan legitimasi kepada nilai-nilai lokal dan agama dalam
koridor hukum nasional. Dengan adanya keragaman sumber hukum, Indonesia menciptakan landasan hukum
yang unik, mencerminkan harmoni antara norma-norma global dan nilai-nilai lokal. Sementara itu, sistem
hukum Anglo Saxon, dengan penekanannya pada preseden hukum, menunjukkan kecenderungan untuk
mengakomodasi perkembangan hukum melalui interpretasi kasus, memberikan ruang bagi evolusi hukum yang
bersifat lebih inkremental dan responsif terhadap perubahan kontekstual.
Penting untuk diingat bahwa perbedaan dalam sumber hukum ini juga menciptakan tantangan dan peluang
unik dalam hal interpretasi dan implementasi hukum, serta dalam mencapai tujuan-tujuan ketertiban, keadilan,
dan kepastian hukum dalam masyarakat. Dengan memahami esensi sumber hukum, kita dapat menggali lebih
dalam struktur dan karakteristik masing-masing sistem hukum, memberikan landasan yang kuat untuk diskusi
mengenai kelebihan dan kekurangan dari pendekatan-pendekatan yang berbeda ini.

2. STRUKTUR PERADILAN

Sistem hukum di Indonesia memiliki struktur peradilan yang kompleks dan mencakup beberapa yurisdiksi.
Struktur peradilan ini mencerminkan warisan hukum yang beragam, terutama pengaruh sistem hukum Eropa
Kontinental, hukum adat, dan hukum Islam. Berikut adalah rincian lebih lanjut mengenai struktur peradilan di
Indonesia dan perbandingannya dengan sistem hukum Eropa Kontinental dan Anglo Saxon:
*Ta bel
Aspek Indonesia Eropa Kontinental Anglo Saxon
Peradilan Peradilan tingkat Peradilan tingkat Tingkat pertama,
Umum pertama, banding, pertama, banding banding, dan kasasi
kasasi
Peradilan Ada Terpisah atau Tidak umum, peradilan
Agama (Hukum Islam) tergabung, bergantung umum menangani
pada negara masalah agama
Peradilan Ada Ada Tergabung atau
Militer terpisah, bergantung
pada negara
Peradilan Ada Biasanya ditangani oleh Tidak umum, biasanya
Pajak peradilan umum ditangani oleh peradilan
umum
Peradilan Tata Ada Terpisah (peradilan Tidak umum, biasanya
Usaha Negara administratif) ditangani oleh peradilan
umum
struktur peradilan

a) Peradilan Umum:
 Di Indonesia, peradilan umum merupakan landasan utama penyelesaian sengketa di tingkat pertama.
Terbagi lagi menjadi peradilan tingkat pertama, banding, dan kasasi. Setiap tingkat memiliki yurisdiksi
tertentu dalam menangani perkara pidana dan perdata.
 Sistem hukum Eropa Kontinental juga memiliki struktur peradilan umum yang serupa, terdiri dari
peradilan tingkat pertama dan banding. Namun, peradilan tingkat kasasi dapat berbeda-beda di
beberapa negara.
b) Peradilan Agama:

3|Halaman
 Indonesia mengakui peradilan agama yang menangani perkara-perkara yang berkaitan dengan hukum
keluarga dan agama Islam. Peradilan agama ini beroperasi secara sejajar dengan peradilan umum dan
memiliki yurisdiksi terbatas.
 Pada sistem hukum Eropa Kontinental, terdapat kecenderungan untuk memisahkan peradilan agama
dari peradilan umum, terutama dalam menangani perkara keluarga dan agama.
c) Peradilan Militer:
 Peradilan militer di Indonesia memiliki yurisdiksi khusus dalam menangani perkara-perkara yang
melibatkan personel militer. Hal ini mencerminkan kebutuhan untuk menjaga disiplin dan keamanan
dalam lingkungan militer.
 Meskipun beberapa negara Eropa Kontinental juga memiliki peradilan militer, namun pada umumnya,
keputusan peradilan militer dapat diuji di peradilan umum.
d) Peradilan Pajak:
 Indonesia memiliki peradilan pajak yang mengatasi sengketa pajak antara wajib pajak dan otoritas
pajak. Ini menunjukkan spesialisasi peradilan dalam menangani isu-isu hukum yang sangat teknis.
 Sistem hukum Eropa Kontinental umumnya tidak memiliki peradilan khusus untuk masalah pajak, dan
sengketa pajak ditangani oleh peradilan umum.
e) Peradilan Tata Usaha Negara:
 Peradilan tata usaha negara di Indonesia berfokus pada penyelesaian sengketa yang melibatkan
tindakan administratif oleh pemerintah. Ini menciptakan saluran hukum khusus untuk menilai legalitas
dan keputusan pemerintah.
 Dalam sistem hukum Eropa Kontinental, seringkali terdapat peradilan administratif yang menangani
sengketa administratif dan tindakan pemerintah.

Perbandingan dengan Sistem Hukum Anglo Saxon: Dalam sistem hukum Anglo Saxon, struktur peradilan
lebih terfokus pada tingkat pertama, banding, dan kasasi dalam peradilan umum. Sistem ini cenderung tidak
memiliki peradilan agama yang terpisah, dan peradilan militer umumnya terintegrasi ke dalam sistem peradilan
umum.
Dengan demikian, perbedaan struktural mencolok terletak pada adanya peradilan agama, peradilan militer,
peradilan pajak, dan peradilan tata usaha negara di Indonesia, yang menunjukkan keanekaragaman dan
kompleksitas sistem hukumnya. Meskipun demikian, keduanya, baik sistem hukum Eropa Kontinental maupun
Anglo Saxon, memiliki tujuan utama untuk mencapai keadilan dan ketertiban hukum dalam masyarakat.

3. PENEGAK HUKUM
Penegakan hukum merupakan suatu aspek yang kritis dalam menjaga keberfungsiannya sistem hukum
dalam suatu negara. Secara umum, penegakan hukum melibatkan sejumlah aparat penegak hukum dan lembaga
penegak hukum yang bekerja sama untuk memberikan efek jera terhadap pelanggaran hukum, menciptakan
keadilan, dan memastikan kepatuhan terhadap aturan hukum.

Sistem Hukum Eropa Kontinental:


Dalam konteks sistem hukum Eropa Kontinental, penegakan hukum dilakukan melalui aparat penegak
hukum yang terdiri dari polisi, kejaksaan, dan pengadilan. Polisi bertugas untuk melakukan penyelidikan,
menangkap pelaku kejahatan, dan menjaga ketertiban umum. Kejaksaan memiliki peran dalam penuntutan
terhadap pelaku kejahatan di pengadilan, sedangkan pengadilan berfungsi sebagai lembaga yang menilai bukti
dan memberikan putusan.
Proses penegakan hukum dalam sistem ini didasarkan pada penyidikan yang dilakukan oleh polisi, diikuti
dengan proses peradilan yang dilakukan oleh pengadilan. Keputusan pengadilan dapat berupa sanksi hukum
yang mencakup hukuman pidana atau denda. Lembaga pemasyarakatan juga turut berperan dalam menjalankan
hukuman yang telah diputuskan.

Sistem Hukum Anglo Saxon:


Dalam kontrast, sistem hukum Anglo Saxon juga melibatkan polisi, kejaksaan, dan pengadilan, tetapi ada
tambahan penting dalam bentuk yurisprudensi. Yurisprudensi, atau preseden hukum, menjadi sumber hukum
yang signifikan di sistem hukum ini. Keputusan hakim dalam kasus-kasus sebelumnya menjadi dasar untuk
memutuskan perkara serupa di masa mendatang.
Proses penegakan hukum Anglo Saxon tetap mengikuti jalur penyelidikan oleh polisi, penuntutan oleh
kejaksaan, dan peradilan. Namun, peran yurisprudensi membawa dimensi tambahan, di mana keputusan
pengadilan sebelumnya memiliki dampak langsung pada interpretasi dan penerapan hukum dalam kasus baru.

4|Halaman
Penegakan Hukum di Indonesia:
Di Indonesia, penegakan hukum melibatkan aparat penegak hukum yang mencakup polisi, kejaksaan,
pengadilan, dan lembaga pemasyarakatan. Dengan adopsi sistem hukum Eropa Kontinental, proses penegakan
hukum mengikuti pola yang mirip dengan sistem hukum tersebut.
Namun, perlu dicatat bahwa di Indonesia terdapat tambahan dimensi hukum adat dan hukum Islam dalam
penegakan hukum. Hal ini menandai kekayaan budaya dan hukum Indonesia yang mencerminkan keragaman
masyarakatnya. Penegakan hukum adat dan hukum Islam melibatkan lembaga-lembaga khusus dan norma-
norma yang menciptakan dinamika unik dalam sistem hukum Indonesia.

IV. KESIMPULAN
Dari perbandingan sistem hukum di Indonesia dengan negara lain, terutama fokus pada perbedaan antara
sistem hukum Eropa Kontinental dan Anglo Saxon, dapat ditarik beberapa kesimpulan yang substansial. Salah
satu perbedaan paling mencolok adalah terletak pada sumber hukum utama dan struktur peradilan, yang
mencerminkan landasan filosofis yang berbeda dalam pengembangan dan penegakan hukum.
Pertama-tama, dalam hal sumber hukum, Indonesia sebagai negara yang menganut sistem hukum Eropa
Kontinental menempatkan peraturan perundang-undangan sebagai landasan utama. Ini mencerminkan
pendekatan positivistik terhadap hukum, di mana otoritas hukum bersumber dari perundang-undangan yang
disusun oleh lembaga legislatif. Di sisi lain, sistem hukum Anglo Saxon, dengan penekanan pada yurisprudensi,
menunjukkan kecenderungan untuk memandang hukum sebagai hasil evolusi keputusan hakim.
Selanjutnya, struktur peradilan di Indonesia yang mencakup peradilan umum, agama, militer, pajak, dan
tata usaha negara menunjukkan keberagaman pendekatan dalam menangani berbagai jenis sengketa. Namun,
perbandingan ini dengan sistem hukum Eropa Kontinental dan Anglo Saxon menyoroti perbedaan fundamental.
Sistem hukum Eropa Kontinental menegaskan peran peradilan agama dan militer sebagai entitas terpisah,
sementara sistem hukum Anglo Saxon mengandalkan struktur tingkat pertama, tingkat banding, dan tingkat
kasasi untuk menangani kasus-kasus hukum.
Meskipun terdapat perbedaan yang signifikan, baik Indonesia maupun negara-negara dengan sistem hukum
Eropa Kontinental atau Anglo Saxon memiliki kesamaan dalam tujuan akhir sistem hukum mereka, yaitu
menciptakan ketertiban, keadilan, dan kepastian hukum dalam masyarakat. Hal ini menandakan bahwa
meskipun ada variasi dalam pendekatan dan metode, esensi dari sistem hukum tetap berfokus pada pemeliharaan
nilai-nilai fundamental keadilan.
Penting untuk mencatat bahwa perbandingan ini tidak hanya memberikan wawasan tentang perbedaan,
tetapi juga membuka ruang untuk pertimbangan tentang fleksibilitas dan adaptabilitas sistem hukum dalam
menghadapi dinamika sosial dan perkembangan zaman. Dalam era globalisasi ini, pemahaman mendalam
tentang perbedaan dan persamaan antara sistem hukum dapat menjadi dasar untuk kerja sama dan harmonisasi
hukum lintas batas.

V. REFERENSI

Adiwibowo, H. P., & Susanti, E. (2022). Konflik Norma Hukum dalam Sistem Hukum Indonesia: Perspektif
Hukum Adat dan Hukum Islam. Jurnal Hukum dan Peradilan, 11(1), 1-24.
Asshiddiqie, J. (2019). Perkembangan Sistem Hukum di Indonesia: Perspektif Hukum dan Konstitusi. Jurnal
Hukum dan Konstitusi, 18(2), 391-414.
Marzuki, P. M. (2022). Pluralisme Hukum di Indonesia: Tantangan dan Peluang. Jurnal Hukum dan
Pembangunan, 52(1), 1-22.
Ridwan, M. (2022). Penegakan Hukum di Indonesia: Perspektif Teori dan Praktik. Jurnal Hukum dan
Pembangunan, 52(2), 23-42.
Fauzan, Muhammad, dan Triyono. (2022). "Perbandingan Sistem Hukum di Indonesia dengan Sistem Hukum di
Negara-Negara ASEAN." Jurnal Ilmu Hukum, 12(1), 1-12.

5|Halaman
Mawardi, Nurul, dan Ida Nurhaeni. (2021). "Perbandingan Sistem Hukum di Indonesia dengan Sistem Hukum
di Amerika Serikat." Jurnal Ilmu Hukum, 11(1), 1-12.
Putri, Nurul, dan Sri Wahyuni. (2020). "Perbandingan Sistem Hukum di Indonesia dengan Sistem Hukum di
Inggris." Jurnal Ilmu Hukum, 10(1), 1-12.

6|Halaman

Anda mungkin juga menyukai