Anda di halaman 1dari 3

Peradaban Islam

Sejarah Perang Thaif di Bulan Syawal

Sejarah Perang Thaif


Bulan Syawal memiliki beberapa catatan sejarah penting bagi umat Muslim, terutama pada saat
Rasulullah saw memperjuangkan dakwah agama Islam. Mulai dari Perang Uhud, Perang Hamra al-
Asad, Perang Khandaq, dan Perang Hunain, semuanya terjadi pada bulan kesepuluh dalam
penanggalan hijriah ini.

Salah satu peristiwa bersejarah yang tidak terlupakan pada bulan adalah Perang Thaif. Pertempuran
yang sempat membuat pasukan Muslim kocar-kacir ini terjadi setelah Perang Hunain pada tanggal 10
Syawal 8 H. Pada peristiwa ini pula kaum Anshar mendapat pelajaran penting dari sikap bijaksana
baginda Nabi Muhammad saw.

Sebab peperangan

Perang Tha’if merupakan lanjutan dari Perang Hunain yang dimenangkan oleh pasukan Muslim.
Kemenangan ini salah satunya dijelaskan dalam ayat Al-Qur’an berikut,

‫َلَقۡد َن َص َر ُك ُم ٱُهَّلل ِفي َمَو اِط َن َك ِثيَر ٖة َو َي ۡو َم ُح َن ۡي ٍن ِإۡذ َأۡع َج َب ۡت ُك ۡم َك ۡث َر ُتُك ۡم َف َلۡم ُتۡغ ِن َع نُك ۡم َش ۡيٗٔ‍ا َو َض اَقۡت َع َلۡي ُك ُم ٱَأۡلۡر ُض ِبَم ا َر ُح َب ۡت ُثَّم َو َّلۡي ُتم ُّم ۡد ِبِر يَن‬
Artinya, “Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang
banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya
jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi
yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai.”
(QS. At-Taubah [9]: 25)

Setelah berhasil memenangkan peperangan, pasukan musuh yang kalah telak itu terpecah belah
menjadi tiga kelompok yang lari ke wilayah berbeda. Sebagian lari ke Tha’if, sebagian lari ke Nakhlah,
dan sebagian lagi lari ke Authas.

Untuk mengejar pasukan yang lari ke Authas, Nabi menugaskan sejumlah tentara di bawah pimpinan
Abu Amir al-Asy’ari. Setelah berhasil dikejar, terjadi pertempuran antara kedua belah pihak yang
diakhiri dengan kemenangan umat Muslim, meski al-Asy’ari sendiri gugur dalam peristiwa tersebut.

Sementara untuk mengejar pasukan yang lari ke Nakhlah, Nabi juga menugaskan sejumlah tentara
untuk melumpuhkannya. Dalam peristiwa ini Duraid bin ash-Shimah (dari pasukan musuh) berhasil
ditangkap dan dibunuh oleh Rabi’ah bin Rufa’i.

Tinggal pasukan yang lari ke arah Thaif. Untuk pasukan ini, sejumlah tentara Muslim yang dipimpin
langsung oleh Nabi sendirilah yang mengejarnya hingga terjadi pertempuran sengit. Alasan
pengejaran pada kelompok ini menjadi prioritas sampai Nabi sendiri yang mengomandoi pasukan
adalah karena mayoritas tentara musuh kabur ke wilayah ini.
Safyurrahman al-Mubarakfuri melaporkan, mayoritas pelarian Hawazin dan Tsaqif yang terlibat
dalam Perang Hunain lari ke Tha’if bersama dengan komandan tertinggi mereka, Malik bin Auf an-
Nashri. (Safyurrahman al-Mubarakfuri, Rahîqul Makhtûm, t.t: 385-386)

Detik-detik Perang Tha’if

Utusan pasukan yang berangkat ke Thaif terlebih dahulu sebanyak 1000 tentara dengan dipimpin
Khalid bin Walid. Setelah itu kemudian Rasulullah saw bersama pasukan lainnya menyusul. Mereka
menemukan benteng bilik Malik bin Auf di sana. Rasulullah kemudian memerintahkan pasukan
Muslim untuk mengepung dan menghancurkan benteng tersebut.

Pengepungan ini berlangsung cukup lama. Al-Mubarakfuri sendiri dengan mengutip riwayat Muslim
dari Anas melaporkan bahwa pengepungan berlangsung selama 40 hari. Meski ada pula sejumlah
sejarawan yang mengatakan hanya 20 hari, ada yang mengatakan 18 hari, ada pula yang mengatakan
15 hari, dan ada yang mengatakan 10 hari lebih.

Akibat hujanan anak panah dan batu yang dilancarkan pasukan musuh, banyak umat Muslim yang
cedera dan 12 orang gugur. Nabi kemudian menginstruksikan untuk memasang manjanik dan
melontarkan peluruh-peluruh batu hingga merontokkan sebagian benteng musuh. Melalui celah itu
kemudian pasukan Muslim mulai maju menyerbu.

Sayang, pasukan Muslim yang maju untuk menyerang dihabisi oleh musuh dengan hujanan besi yang
sudah dipanaskan dengan api. Akibatnya sebagian dari mereka terbunuh.

Dalam kondisi yang cukup mencekam, Nabi mengatur siasat agar tentara Muslim menebangi dan
membakar pohon anggur yang ada di wilayah itu. Karena saking banyaknya jumlah pohon anggur
yang dimusnahkan, pasukan musuh memohon untuk menghentikannya dan menyerah. Singkat
hikayat, pertempuran pun berakhir dengan kemenangan umat Muslim. (Ahmad Ghalwasy, As-Sîrah
an-Nabawiyah wad Da’wah fil ‘Ahdil Manadî, t.t: 601-602)

Protes Kaum Anshar

Seusai perang Thaif Rasulullah menunda pembagian ghanimah (rampasan perang) karena ingin fokus
mengejar pasukan musuh yang lari ke tiga wilayah berbeda. Begitu semua musuh sudah
dilumpuhkan, beliau pun mulai membagi ghanimah tersebut.

Ada yang membuat orang Anshar heran dari cara Nabi membagi ghanimah. Sebab, beliau lebih
memprioritaskan orang-orang muallaf (baru masuk Islam) yang belum memiliki kontribusi banyak
untuk Islam. Sedangkan kaum Anshar yang sudah berjuang sekian lama dan dengan pengorbanan
lebih besar hanya memperoleh ghanimah sisa.

Sikap Nabi ini kemudian memicu protes dari kalangan Anshar. “Bagaimana mungkin, orang muallaf
yang belum memiliki kontribusi besar untuk Islam memperoleh sedemikian banyak ghanimah
dibanding kaum Anshar yang selama ini ikut berjuang bersama Nabi demi agama Islam?”

Ringkas hikayat, Nabi mengumpulkan seluruh kaum Anshar dan berkata kepada mereka yang
singkatnya sebagai berikut.
“Wahai orang Anshar, apakah kalian keberatan jika orang lain (muallaf) pergi membawa domba dan
onta (ghanimah) sedangkan kalian kembali bersama Rasulullah ke tempat kalian? Demi Dzat yang
jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, kalau bukan karena hijrah, tentu aku termasuk orang-orang
Anshar.”

“Jika orang-orang menempuh suatu celah gunung, sementara orang Anshar menempuh celah
gunung yang lain, tentu aku memilih celah yang dipilih oleh orang Anshar. Ya Allah, rahmatilah orang
Anshar, anak-anak orang Anshar dan cucu orang-orang Anshar.”

Mendengar perkataan Rasulullah tersebut, seluruh orang Anshar menangis terharu. Mereka berkata,
“Kami rela dengan kebijakan pembagian ghanimah yang engkau buat.” (Safyurrahman al-
Mubarakfuri, t.t: 387-388)

Alasan Nabi lebih memprioritaskan pembagian ghanimah kepada para muallaf adalah untuk
membuat bahagia orang-orang yang baru masuk Islam sehingga mereka merasa nyaman menjadi
seorang Muslim. (Muhamad Abror)

Anda mungkin juga menyukai