Anda di halaman 1dari 5

Refleksi Kelas

Nama: Nabilla Raina Indrifasta


Kelas: X-DKV 1
Mata pelajaran: Sejarah
Guru pengajar: Ibu Lisbeth, S.Th, M.Pd.

Refleksi Kelas
Kelebihan
Cara menjelaskan sebuah materi dari Ibu Lisbeth bisa terbilang cukup unik.
Sebelum mulai pembelajaran, setiap kelompok akan diberikan games guna
untuk mengurangi rasa bosan ketika akan belajar serta mengingat kkembali
materi yang sebelumnya sudah dibahas. Berbagai games yang beragram
membuat suasana belajar menjadi menyenangkan. Bahkan ketika penyelasan
dan pembelajaran materi sedang diadakan, Ibu Lisbeth akan memberikan
candaan yang begitu lucu yang berkaitan dengan materi yang diajarkan,

Kekurangan
Ibu Lisbeth sering sekali kurangnya informasi antara guru dan murid membuat
tugas yang diberikan olehnya tidak sesuai dengan apa yang ibu harapkan.
Bahkan ketika bertanya ke kelas lain terkait tugas yang sama diberikan
pastinya akan adanya informasi yang diberikan setiap kelas yang ada

Pesan
Tetap semangat di usianya yang sudah lansia ya Bu!!

Materi yang disampaikan


Materi yang diberikan oleh Ibu Lisbeth kemarin di Google Meet yaiyu berupa:

Kerajaan Demak & Kerajaan Mataram


Kerajaan Demak
Sebuah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa yang mempunyai peran penting
dalam perkembangan Islam di Pulau Jawa. Letak Kerajaan Demak berada di wilayah
Glagah atau Bintoro yang awalnya merupakan sebuah kadipaten atau kabupaten
yang berada dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit namun sekarang wilayah
tersebut tidak terpakai dan disitulah kerajaan tersebut menetap, menjadikannya
pusat perdagangan dan penyebaran agama Islam di tanah Jawa dan wilayah timur
Indonesia. Lokasi Kerajaan tersebutterletak di pesisir pantai utara Jawa, tepatnya
sekarang berlokasi di Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

Sultan-Sultan di Demak
Raden Patah (1500-1568)
Putra dari pemimpin Kerajaan Majapahit
yang bernama Raden Brawijaya dari
pernikahannya dengan seorang putri
keraton Campa. Di dalam Kerajaan Demak,
Raden Patah adalah raja pertama dan
menjabat selama 18 tajun. Mulai dari tahun
1500 sampai 1518. Selama Ia berkuasa di
Kerajaan Demak, banyak hal yang sudah Ia
bangun. Mulai dari rumah peribadatan
termasuk Masjid Agung Demak yang
sampai sekarang masih berdiri dengan
kokoh di pusat Kota Demak.
Sultan-Sultan di Demak
Sultan Trenggana (1521-1546)
Salah satu raja dalam silsilah Kerajaan Demak
yang dikenal karena pertempurannya dalam
merebut Sunda Kelapa dari tangan penjajah
Portugis yang ada di bawah pimpinan
Fatahillah. Di masa kekuasaan Sultan
Trenggana, kerajaan besar yang ada di Jawa
seperti halnya Kerajaan Madura, Blambangan,
Mataram, dan Pajang berhasil dikuasai oleh
Kerajaan Demak. Kemudian, Pemerintahan
Sultan Trenggana berakhir setelah Ia wafat
ketika peperangan yang terjadi di Pasuruan
tahun 1546.

Sultan-Sultan di Demak
Jaka Tingkir (1568-1582)
Akrabnya dipanggil
Hadiwijaya merupakan
sultan yang memindahkan
kota Demak ke Kota
Panjang yang membuat
perjalanan panjang dari
Kerajaan Demak berakhir.
Puncak Kejayaan Kerajaan Demak
Kerajaan Demak mengalamai masa kejayaan tahun 1521 sampai 1526 pada masa
pemerintahan Sultan Trenggono. Sultan Trenggono merupakan raja ketiga
kerajaan demak setelah Pati Unus. Sultan Trenggono adalah anak dari Raden
Patah yang merupakan adik kandung dari Pati Unus.

Pada masa pemerintahan Sultan Trenggono, Demak berhasil menguasai Sunda


Kelapa dan mengusir Portugis dari beberapa daerah. Portugis berhasil diusir
atau dihalau oleh Sultan Trenggono di daerah Sunda Kelapa, Tuban, Surabaya,
dan Pasuruan pada tahun 1527. Selain itu Portugis juga berhasil diusir di daerah
Madiun (1529), Malang (1545), dan Blambangan (1546).

Sultan Trenggono meninggal pada tahun 1546. Beliau meninggal dalam


pertempuran di daerah Tuban pada tahun itu. Sepeninggal Sultan Trenggono,
Kerajaan Demak mengalami kemunduran dan kehancuran dikarenakan perang
saudara.

Kemunduran Kerajaan Demak


Keruntuhan Kerajaan Demak terjadi setelah Sultan Trenggono meninggal. Raja
Ketiga Demak tersebut tidak mempunyai keturunan yang cukup untuk
meneruskan kejayaan demak. Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan dan
perang saudara yang menjadikan Kerajaan Demak hancur.

Meninggalnya Sultan Trenggono menyebabkan konflik perebutan kekuasaan


antar saudara. Pengganti Sultan Trenggono, Pangeran Sido Lapen yang
merupakan saudara Sultan Trenggono dibunuh oleh anak dari Sultan
Trenggono yaitu Sunan Prawoto. Perebutan kekuasaan ini terus berkelanjutan
dan menjadi konflik yang besar di Demak. Anak dari Pangeran Sido Lapen yaitu
Arya Penangsang membunuh Sunan Prawoto dan berhasil menjadi raja Demak.

Pada masa pemerintahan Arya Penangsang ternyata membuat Demak menjadi


kerajaan yang menyukai perang dan penjajahan. Beberapa kadipaten di serang
dan Arya Penangsang terbunuh dalam peperang dengan kadipaten Pajang.
Beliau dibunuh oleh Sutawijaya yang merupakan anak angkat Jaka Tingkir.

Jaka Tingkir berhasil menguasai Demak Bintoro dan memindahkan kekuasaan


ke Pajang. Kemudian Jaka tingkir membuat daerah Pajang menjadi sebuah
kerajaan bernama Kerajaan Pajang. Begitulah Sejarah keruntuhan Kerajaan
Demak dikarenakan perang saudara.
Kerajaan Mataram
Kesultanan Mataram (Kerajaan Mataram Islam) merupakan kerajaan Islam di tanah
Jawa yang berdiri pada abad ke-17. Kesultanan ini dipimpin oleh dinasti keturunan
Ki Ageng Sela dan Ki Ageng Pemanahan, yang mengklaim sebagai keturunan
penguasa Majapahit. Asal-usul kerajaan Mataram Islam berawal dari suatu
Kadipaten di bawah Kesultanan Pajang, berpusat di 'Bumi Mentaok' yang diberikan
untuk Ki Ageng Pemanahan sebagai hadiah atas jasa yang diberikannya. Raja
berdaulat pertama adalah Sutawijaya (Panembahan Senapati), ia adalah putra Ki
Ageng Pemanahan.

Kondisi Politik Mataram Islam


Setelah berkuasa di kerajaan tersebut, Panembahan Senopati pun digantikan
oleh Mas Rangsang atau akrabnya dipanggil oleh Sultan Agung hingga kerajaan
tersebut mencapai puncak kejayaannya. Dari melatihkan militer kerajaan
tersebut dengan bercita-cita ingin menyatukan Jawa di bawah kekuasaan
Mataram Islam. Ia pun mulai menyerang si seluruh penjuru Jawa (kecuali Banten,
Cirebin, Blamnbangan serta Batavia) lalu membagi 4 sistem pemerintahannya.
Sebenarnya ia bertekat untuk menyerang Batavia sebagai wilayah
kekuasaannya namun karena wilayah tersebut sudah diambil VOC, ia tak ada
pilihan lain selain mundur karena sudah 2 kali kalah melawan maereka

Kemunduran Mataram Islam


Mataram Islam runtuh dimulai dari kekalahan Sultan Agung dalam merebut
Batavia. Akibat kekalahan tersebut, perekonomian Mataram Islam semakin
melemah karena banyak penduduk Mataram Islam dikerahkan untuk keperluan
perang. Setelah Sultan Agung wafat, ditunjuklah Susuhunan Amangkurat I,
putra Sultan Agung yang kemudian menjabat raja Mataram Islam. Keraton
Mataram Islam kemudian dipindahkan ke Plered. Setelah Amangkurat I wafat,
ditunjuklah Amangkurat II yang pada saat itu mengalami kemunduran akibat
pengaruh VOC.
Sepeninggal Amangkurat II, campur tangan VOC mengakibatkan perang antara
Paku Buwono I melawan Amangkurat III. Kemenangan Paku Buwono I membuat
wilayah Mataram Islam terpecah dan mulailah era dinasti Pakubuwono di
Mataram. Atas pengaruh Belanda, Mataram Islam terjadi konflik internal hingga
puncaknya terjadi Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755 yang membagi
Mataram menjadi dua bagian yaitu Kasultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan
Surakarta. Perpecahan ini mengakhiri masa kejayaan Mataram Islam.

Anda mungkin juga menyukai