Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PROFESI KEPENDIDIKAN

PROFESI GURU SEBAGAI JABATAN FUNGSIONAL

OLEH

KELOMPOK 1

MUHAMMAD IRSYAD (21100096)

HENDRA SADODOLU(21100077)

PENDIDIKAN INFORMATIKA

UNIVERSITAS PGRI SUMATERA BARAT PADANG

PROFESI GURU SEBAGAI JABATAN FUNGSIONAL


2
KATA PENGANTAR

Puji syukur senanti siasa kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT. Yang telah
melimpahkan rahmat dan karnia nya.sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah propesi Pendidikan.dengan judul
propesi guru sebagai jabatan fungsional.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak dengan tulus memberikan do’a,saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yg kami
miliki.oleh karna itu,kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak.akhirnya kami kami beharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia Pendidikan.

i
DARTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG............................................................................................1
B. BATASAN MASALAH..........................................................................................1
C. TUJUAN PENULISAN..........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN .......................................................................................................2
B. JENIS-JENIS GURU.............................................................................................6
C. PERSYARATAN GURU.......................................................................................7
D. URAIAN TUGAS GURU.......................................................................................8

BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

. Guru sebagai tenaga professional mempunyai fungsinperan,dan kedudukan yang sangat


penting dalam dunia Pendidikan.Oleh karna itu profesi guru harus dikembangkan sebagai
profesi yang bermatabat sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang no 14 tahun 2005
tentang guru dan dosen.

Agar tugas dan fungsi yang melekat pada jabatan fungsional guru dilaksanakan sesuai
dengan aturan yang berlaku,maka mutlak dilakukan penilaian terhadap pelaksanaan tugas dan
kewajiban guru dalam melaksanakan pembelajaran/pembimbingan,dan atau tugas-tugas
tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah atau masyarakat.

B. BATASAN MASALAH

Adapun Batasan masalah yang akan dijelaskan dalam makalah ini yaitu pengertian jabatan
fungsional.jenis-jenis guru,dan uraian tugas guru.

C. TUJUAN PENULISAN

Penulisan makalah ini bertujuan untuk

1 .Mahasiswa mengetahui pengertian jabatan funsional

2. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis guru

3. Mahasiswa mengetahui persyaratan menjadi guru

4. Mahasiswa mengetahui uraian tugas seorang guru

1
BAB II

GURU SEBAGAI JABATAN FUNSIONAL

A. PENGERTIAN JABATAN FUNGSIONAL

Jabatan Fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab


dan hak seseorang PNS dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan
tugasnya didasarkan pada keahlian dan ketrampilan tertentu secara mandiri.

Lahirnya Keputusan Menpan No.84/MENPAN/1993 tentang jabatan fungsional


guru dan angka kreditnya merupakan bukti kepedulian pemerintah terhadap
pengembangan profesi guru. Dasar keputusan ini, bidang kegiatan yang dilakukan
guru pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi empat kategori. Keempat kegiatan
beserta riciannya adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan, yang meliputi:


a. Mengikuti pendidikan sekolah dan memperoleh gelar/ijazah atau akta.
b. Mengikuti pendidikan dan pelatihan kedinasan dan memperoleh Surat Tanda
Tamat Pendidikan dan Latihan (STTPL)

2. Proses belajar mengajar atau bimbingan yang meliputi kegiatan-kegiatan:

a. Melaksanakan proses belajar mengajar atau praktek atau melaksanakan


proses bimbingan dan konseling.
b. Melaksanakan tugas tertentu di sekolah.

3. Pengembangan profesi, yang meliputi kegiatan-kegiatan:

a. Melakukan kegiatan karya tulis/karya ilmiah di bidang pendidikan,


b. Membuat alat pelajaran/alat peraga atau alat bimbingan,
c. Meciptakan karya seni,
d. Menemukan teknologi tepat guna di bidang pendidikan,
e. Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.

4. Penunjang proses belajar mengajar atau bimbingan, yang meliputi:

a. Mengadakan pengabdian kepada masyarakat,


b. Melaksanakan kegiatan pendukung pendidikan

2
Sebagai pegawai negeri, guru mempunyai golongan dan kepangkatan serta
jabatan yang telah diatur sedemikian rupa dalam rangka pembinaan mereka.
Adapun golongan/ruang, jenjang pangkat serta jenjang jabatan guru yaitu:

No Golongan/ Jenjang Pangkat Jenjang Jabatan


Ruang
1 II/a Pengatur Muda Guru Pratama
2 II/b Pengatur Muda Tingkat I Guru Pratama Tingkat I
3 II/c Pengatur Guru Muda
4 II/d Pengatur Tingkat I Guru Muda Tingkat I
5 III/a Penata Muda Guru Madya
6 III/b Penata Muda Tingkat I Guru Madya Tingkat I
7 III/c Penata Guru Dewasa
8 III/d Penata Tingkat I Guru Dewasa Tingkat I
9 IV/a Pembina Guru Pembina
10 IV/b Pembina Tingkat I Guru Pembina Tingkat I
11 IV/c Pembina Utama Muda Guru Utama Muda
12 IV/d Pembina Utama Madya Guru Utama Madya
13 IV/e Pembina Utama Guru Utama

Dalam rangka kenaikan pangkat, para guru harus memiliki atau mampu
mengumpulkan angka kredit yang dibutuhkan untuk masing-masing jabatan. Jumlah
angka kredit kumulatif minimal untuk pengangkatan dan kenaikan pangkat/jabatan
sebagai berikut:

Jenjang Jabatan Jumlah Kredit Yang Perlu Dimiliki


Guru Pratama 25 kredit
Guru Pratam Tingkat I 40 kredit
Guru Muda 60 kredit
Guru Muda Tingkat I 80 kredit
Guru Madya 100 kredit
Guru Madya Tingkat I 150 kredit
Guru Dewasa 200 kredit
Guru Dewasa Tingkat I 300 kredit
Guru Pembina 400 kredit
Guru Pembina Tingkat I 550 kredit
Guru Utama Muda 700 kredit
Guru Utama Madya 850 kredit
Guru Utama 1000 kredit

3
Adapun tugas pokok guru disesuaikan dengan keputusan MENPAN nomor
84/1993 tentang jabatan fungsional guru adalah:

a. Rincian tugas Guru Pratama dengan Guru Muda Tingkat I:


1. Melaksanakan dengan bimbingan dalam menyusun program pengajaran atau
praktek atau bimbingan dan konseling
2. Melaksanakan dengan bimbingan dalam menyajikan program pengajaran atau
praktek atau bimbingan dan konseling
3. Melaksanakan dengan bimbingan dalam evaluasi belajar atau pelaksanaan
bimbingan dan konseling
4. Melaksanakan dengan bimbingan dalam melaksanakan analisis hasil evaluasi
belajar atau praktek atau pelaksanaan bimbingan dan konseling
5. Melaksanakan dengan bimbingan dalam penyusunan dan pelaksanaan program
perbaikan dan pengayaan atau tindak lanjut bimbingan dan konseling
6. Melaksanakan dengan bimbingan dalam bimbingan dalam bimbingan siswa
dalam kegiatan ekstrakurikuler

b. Rincian Tugas Guru Madya dan Guru Madya Tingkat I:


1. Menyusun program pengajaran atau praktek atau bimbingan dan konseling
2. Meyajikan program pengajaran atau praktek atau melaksanakan bimbingan
dan konseling
3. Melaksanakan evaluasi belajar atau pelaksanaan bimbingan dan konseling
4. Menganalisis hasil evaluasi belajar atau praktek atau pelaksanaan bimbingan
dan konseling
5. Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan atau tindak
lanjut bimbingan dan konseling
6. Menyusun dan melaksanakan program bimbingan dan konseling di kelas yang
menjadi tanggung jawabnya (khususnya guru kelas)
7. Membimbing siswa dalam kegiatan ektrakurikuler

c. Rincian Tugas Guru Dewasa dan Guru Dewasa Tingkat I:


1. Menyusun program pengajaran atau praktik atau bimbingan dan konseling
2. Menyajikan program pengajaran atau praktik atau melaksanakan bimbingan
dan konseling

4
3. Menganalisis hasil evaluasi belajar atau praktik atau pelaksanaan bimbingan
dan konseling
4. Menganalisis hasil evaluasi belajar atau praktik atau pelaksaan bimbingan dan
konseling
5. Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan atau tindak
lanjut bimbingan dan konseling
6. Menyusun dan melaksanakan program bimbingan dan konseling di kelas yang
menjadi tanggung jawabnya (khusus guru kelas)
7. Membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler
8. Melaksanakan dengan bimbingan dalam membimbing guru dalam kegiatan
proses belajar mengajar atau praktik bimbingan atau praktik bimbingan dan
konseling
9. Melaksanakan bimbingan dalam kegiatan UNAS

d. Rincian Tugas Guru Pembina sampai dengan Guru Utama:


1. Menyusun program pengajaran atau praktik atau melaksanakan bimbingan dan
konseling
2. Menyajikan program pengajaran atau praktik atau melaksanakan bimbingan
dan konseling
3. Melaksanakan evaluasi belajar atau pelaksanaan bimbingan dan konseling
4. Menganalisis hasil evaluasi belajar atau paktik atau pelaksanaan bimbingan
dan konseling
5. Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan atau tindak
lanjut bimbingan dan konseling
6. Menyusun dan melaksanakan program bimbingan dan konseling di kelas yang
menjadi tanggung jawabnya (khusus guru kelas)
7. Membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler
8. Melaksanakan dengan bimbingan dalam membimbing guru yang lebih muda
dalam kegiatan proses belajar mengajar atau praktik bimbingan dan konseling
9. Melaksanakan bimbingan dalam kegiatan UNAS
10. Membuat karya tulis/karya ilmiah di bidang pendidikan
11. Menemukan teknologi tepat guna di bidang pendidikan
12. Membuat alat pelajaran/ alat peraga atau alat bimbingan
13. Menciptakan karya seni

5
14. Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum

B. JENIS GURU
a. Guru Kognitif

Guru kognitif hanya mengajar dengan mulutnya. Dia berbicara panjang lebar di
depan siswa dengan menggunakan alat tulis. Guru-guru ini biasanya sangat bangga
dengan murid-murid yang mendapat nilai tinggi. Guru ini juga bangga kepada
siswanya yang disiplin belajar, rambutnya dipotong rapi, bajunya dimasukkan ke
dalam celana atau rok, dan hafal semua yang dia ajarkan.

Bagi guru-guru kognitif, pusat pembelajaran ada di kepala manusia, yaitu brain
memory. Asumsinya, semakin banyak yang diketahui seseorang, semakin pintarlah
orang itu dan akan membuat seseorang memiliki masa depan yang lebih baik. Guru
kognitif adalah guru-guru yang sangat berdisiplin.

Mereka sangat memegang aturan, atau meminjam istilah para birokrat (PNS),
sangat patuh pada "tupoksi". Jika di silabus tertulis buku yang diajarkan adalah buku
"x" dan bab-bab yang diberikan adalah bab satu sampai dua belas, mereka akan
mengejarnya persis seperti itu sampai tuntas. Karena ujian masuk perguruan tinggi
adalah ujian rumus, guru-guru kognitif ini adalah kebanggaan bagi anak-anak yang
lolos masuk di kampus-kampus favorit. Mereka adalah kebanggaan bagi siswa-siswa
peserta UN.

b. Guru Kreatif

Guru kreatif seringkali kurang peduli dengan tupoksi dan silabus. Mereka
biasanya juga sangat toleran terhadap perbedaan dan cara berpakaian siswa. Tetapi,
mereka sebenarnya guru yang bisa mempersiapkan masa depan anak-anak didiknya.
Mereka bukan sibuk mengisi kepala anak-anaknya dengan rumus-rumus, melainkan
membongkar anak-anak didik itu dari segala belenggu yang mengikat mereka.

Belenggu-belenggu itu bisa jadi ditanam oleh para guru, orang tua, dan tradisi
seperti tampak jelas dalam membuat gambar (pemandangan, gunung dua buah,
matahari di antara keduanya, awan, sawah, dan seterusnya). Atau belenggu-belenggu
lain yang justru mengantarkan anak-anak pada perilaku-perilaku selfish, ego-centrism,

6
merasa paling benar, sulit bergaul, mudah panik, mudah tersinggung, kurang berbagi,
dan seterusnya.

Guru-guru ini mengajarkan life skills, bukan sekadar soft skills, apalagi hard skill.
Berbeda dengan guru kognitif yang tak punya waktu berbicara tentang kehidupan,
mereka justru bercerita tentang kehidupan (context) yang didiami anak didik. Mereka
aktif menggunakan segala macam alat peraga. Bagi mereka, memori tak hanya ada di
kepala, tapi juga ada di seluruh tubuh manusia.

C. PERSYARATAN MENJADI GURU

Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas pasal 42 ayat 1 bahwa


Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang
kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Seorang guru yang mengajar pada jenjang
pendidikan formal harus pula memiliki kompetensi.

Yang dimaksud dengan kompetensi menurut UU no 14 tahun 2005 Pasal 10 ayat


(1) Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional
yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Menurut PP no 47 tahun 2008 Kualifikasi
Akademik adalah ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh Guru
sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan.

Kualifikasi sertifikasi sebagaimana dimaksud pada pasal 42 Undang-Undang No.


20 tahun 2003 tersebut mensyaratkan guru memiliki dokumen portofolio dengan
komponen-komponen diantaranya: kualifikasi akademik; pendidikan dan pelatihan;
pengalaman mengajar; perencanaan dan pelaksanaan pengajaran; penilaian dari atasan
dan pengawas; prestasi akademik; karya pengembangan profesi; keikutsertaan dalam
forum ilmiah; pengalaman organisasi dibidang pendidikan dan sosial; penghargaan
yang relevan dengan pendidikan.

Pasal 8 UU no 14 tahun 2005 menyebutkan Guru wajib memiliki kualifikasi


akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Lebih lanjut pada Pasal 9

7
Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diperoleh melalui
pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat.

D. URAIAN TUGAS GURU

Jenis tugas guru sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah


Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 52.

1. Merencanakan Pembelajaran

Guru wajib membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada awal tahun
atau awal semester, sesuai dengan rencana kerja sekolah/madrasah.

2. Melaksanakan Pembelajaran

Melaksanakan pembelajaran merupakan kegiatan interaksi edukatif antara peserta


didik dengan guru. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan tatap muka
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008
tentang guru. Penjelasan kegiatan tatap muka adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan tatap muka atau pembelajaran terdiri dari kegiatan penyampaian


materi pelajaran, membimbing dan melatih peserta didik terkait dengan
materi pelajaran, dan menilai hasil belajar yang terintegrasi dengan
pembelajaran dalam kegiatan tatap muka.
b. Menilai hasil belajar yang terintegrasi dalam proses pelaksanaan
pembelajaran tatap muka antara lain berupa penilaian akhir pertemuan atau
penilaian akhir tiap pokok bahasan merupakan bagian dari kegiatan tatap
muka.
c. Kegiatan tatap muka dapat dilakukan secara langsung atau termediasi
dengan menggunakan media antara lain video, modul mandiri, kegiatan
observasi/eksplorasi.
d. Kegiatan tatap muka dapat dilaksanakan antara lain di ruang teori/kelas,
laboratorium, studio, bengkel atau di luar ruangan
e. Waktu pelaksanaan kegiatan pembelajaran atau tatap muka sesuai dengan
durasi waktu yang tercantum dalam struktur kurikulum sekolah/madrasah

8
f. Sebelum pelaksanaan kegiatan tatap muka, guru diharapkan melakukan
persiapan, antara lain pengecekan dan/atau penyiapan fisik kelas/ruangan,
bahan pelajaran, modul, media, dan perangkat administrasi.

3. Menilai Hasil Pembelajaran


a. Penilaian dengan tes
1) Tes dilakukan secara tertulis atau lisan, dalam bentuk ulangan harian,
tengah semester, dan ujian akhir semester. Tes ini dilaksanakan sesuai
dengan kalender pendidikan atau jadwal yang telah ditentukan.

2) Tes tertulis dan lisan dilakukan di dalam kelas.

3) Pengolahan hasil tes dilakukan di luar jadwal pelaksanaan tes.

b. Penilaian nontes berupa pengamatan dan pengukuran sikap


1) Pengamatan dan pengukuran sikap sebagai bagian tidak terpisahkan
dari proses pendidikan, dilaksanakan oleh guru dengan tujuan untuk
melihat hasil pendidikan yang tidak dapat diukur dengan tes tertulis
atau lisan.

2) Pengamatan dan pengukuran sikap dapat dilakukan di dalam kelas


menyatu dengan proses tatap muka, dan atau di luar kelas.

3) Pengamatan dan pengukuran sikap yang dilaksanakan di luar kelas


merupakan kegiatan di luar jadwal tatap muka.

c. Penilaian nontes berupa penilaian hasil karya


1) Penilaian hasil karya peserta didik dalam bentuk tugas, proyek fisik
atau produk jasa, portofolio, atau bentuk lain dilakukan di luar jadwal
tatap muka.

2) Adakalanya dalam penilaian ini, guru harus menghadirkan peserta


didik agar untuk menghindari kesalahan pemahaman dari guru, jika
informasi dari peserta didik belum sempurna.

3) Membimbing dan Melatih Peserta Didik

9
Membimbing dan melatih peserta didik dibedakan menjadi tiga kategori
yaitu:

a) Bimbingan dan latihan pada proses tatap muka

Bimbingan dan latihan pada kegiatan pembelajaran adalah


bimbingan dan latihan yang dilakukan agar peserta didik dapat
mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.

b) Bimbingan dan latihan pada kegiatan intrakurikuler

Bimbingan dalam kegiatan intrakurikuler terdiri dari pembelajaran


perbaikan (remedial teaching) dan pengayaan (enrichment) pada mata
pelajaran. Kegiatan pembelajaran perbaikan merupakan kegiatan
bimbingan dan latihan kepada peserta didik yang belum menguasai
kompetensi yang harus dicapai.

Kegiatan pengayaan merupakan kegiatan bimbingan dan latihan


kepada peserta didik yang telah menguasai kompetensi yang
ditentukan lebih cepat dari alokasi waktu yang ditetapkan dengan
tujuan untuk memperluas atau memperkaya perbendaharaan
kompetensi.

Bimbingan dan latihan intrakurikuler dilakukan dalam kelas pada


jadwal khusus, disesuaikan dengan kebutuhan, tidak harus
dilaksanakan dengan jadwal tetap setiap minggu.

c) Bimbingan dan latihan dalam kegiatan ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler bersifat pilihan dan wajib diikuti peserta


didik. Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan sesuai jadwal yang telah
ditentukan.

Jenis kegiatan ekstrakurikuler antara lain adalah:

• Pramuka,

• Olimpiade/Lomba Kompetensi Siswa,

• Olahraga,

10
• Kesenian

• Karya Ilmiah Remaja,

• Kerohanian,

• Paskibra,

• Pecinta Alam,

• Palang Merah Remaja (PMR),

• Jurnalistik,

• Unit Kesehatan Sekolah (UKS),

• Fotografi,

4. Melaksanakan Tugas Tambahan

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 24


ayat (7) menyatakan bahwa guru dapat diberi tugas tambahan sebagai kepala
satuan pendidikan, wakil kepala satuan pendidikan, ketua program keahlian
satuan pendidikan, pengawas satuan pendidikan, kepala perpustakaan, kepala
laboratorium, bengkel, atau unit produksi.

Selanjutnya, sesuai dengan isi Pasal 52 ayat (1) huruf e, guru dapat
diberi tugas tambahan yang melekat pada tugas pokok misalnya menjadi
pembina pramuka, pembimbing kegiatan karya ilmiah remaja, dan guru piket.

a. Profesi merupakan suatu hal yang berkaitan dengan bidang yang sangat
dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang yang
bekerja tetap sesuai. Tetapi dengan keahlian saja yang diperoleh misalnya
dari pendidikan kejuruan, belum cukup disebut profesi. Tapi perlu
penguasaan teori sistematis yang mendasari praktik pelaksanaan , dan
hubunngan antara teori dan penerapan dalam praktik. Profesi dapat
diartikan pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk
menghasilkan nafkah hidup yang mengandalkan suatu keahlian. Dimana
ada beberapa ciri profesi seprti (1) adanya sebuah asosiasi atau organisasi

11
keahlian, (2) terdapat pola pendidikan yang jelas, (3) adanya kode etik
profesi , (4) berorientasi pada jasa, (5) adanya tingkat kemandirian.
b. Profesional merupakan orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan
purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu
keahlian yang tinggi. Atau seseorang profesional adalah seseorang yang
hidup dengan mempratikkan suatu keahlian tertentu atau dengan trlibat
dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian , sementara orang
lain melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk bersenang-
senang, atau untuk mengisi waktu luang.
c. jabatan professional

pelakunya secara nyata (defakto) dituntut berkecakapan kerja (keahlian)


sesuai dengan tugas-tugas khusus serta tuntutan dari jenis jabatannya
(cenderung ke spesialisasi).

Kecakapan dan keahlian bukan sekedar hasil pembiasaan atau latihan rutin
yang terkondisi, tetapi perlu didasari oleh wawasan keilmuan yang mantap
serta menuntut pendidikan juga. Jabatan yang terprogram secara relevan
serta berbobot, terselenggara secara efektif-efisien dan tolak ukur
evaluatifnya terstandar.

Pekerja profesional dituntut berwawasan sosial yang luas, sehingga


pilihan jabatan serta kerjanya didasari oleh kerangka nilai tertentu,
bersikap positif terhadap jabatan dan perannya, dan bermotivasi serta
berusaha untuk berkarya sebaik-baiknya: Hal ini mendorong pekeria
profesional yang bersangkutan untuk selalu meningkatkan
(menyempurnakan) diri serta karyanya Orang tersebut secara nyata
mencintai profesinya dan memiliki etos kerja yang tinggi.

Jabatan professional perlu mendapat pengesahan dari masyrakat dan atau


negaranya. Jabatan professional memiliki syarat-syarat serta kode etik
yang harus dipenuhi oleh pelakunya, hal ini menjamin kepantasan
berkarya dan sekaligus merupakan tanggung jawab sosial pekerja
professional tersebut.

12
d. Profesionalisme
Profesionalisme merupakan komitmen para anggota suatu profesi untuk
meningkatkan kemampuannya secara terus menerus.

13
BAB III

PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Kep-Menpan No.84/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya,


Jakarta

Syahril & Asmidir Ilyas,dkk. 2009. Profesi Kependidikan. UPGRISBA Press: Padang

Sahertian, Piet A. 1994. Profil Pendidik Profesional. Yogyakarta: Andi Offset

14

Anda mungkin juga menyukai