Anda di halaman 1dari 21

Makalah.

IMPLEMENTASI STRATEGI DAN TAKTIK SEBAGAI ALAT


PERJUANGAN ORGANISASI

Di ajukan dalam salah satu syarat untuk mengikuti Training ( LK II ) yang


diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Islam ( HMI )
Cabang Persiapan Kalianda

Oleh :
JIMMY ALFIAN CHANDRA

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM ( HMI )


CABANG BANDAR LAMPUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah singkat ini. Shalawat dan
Salam penulis limpahkan kepada rasulullah SAW. Yang telah membawa risalah
suci kepada umat manusia melalui Al-Qur’An dan sunahnya.
Makalah singkat ini penulis selesaikan sebagai persyaratan untuk
mengikuti intermediate training yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa
Islam ( HMI ) Cabang Persiapan Kalianda.dalam makalah ini penulis ambil judul
“Implementasi Strategi Dan Taktik Sebagai Alat Perjuangan Organisasi”
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang kontruktif dari semua pihak yang membaca
makalah ini guna menyempurnakan untuk selanjutnya. Dan penulis ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tulisan
singkat ini.
Akhirnya kepada Allah Jualah penulis berserah diri, semoga makalah ini
bermamfaat kepada semua pihak yang membacanya dan semoga kita dapat meraih
sukses dimasa yang akan datang.

Bandar Lampung, 10 Februari 2020


Penulis

JIMMY ALFIAN CHANDRA


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................. 2

BAB II : PEMBAHASAN.............................................................................. 4
2.1 Ideologi........................................................................................... 4
2.2 Politik Organisatoris....................................................................... 6
2.3 Strategi dan Taktik.......................................................................... 8
2.4 Hubungan Taktik dengan Strategi.................................................. 9
2.5 Stratak dan Organisasi.................................................................... 10

BAB III : PENUTUP...................................................................................... 16


3.1 Kesimpulan..................................................................................... 16
3.2 Saran............................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diawali dari pengetahuan manusia terhadap realitas, merupakan bukti
bahwa kecenderungan dalam mencari serta menemukan kebenaran sebagai media
dalam mencapai tujuan adalah fit1rah manusia. Termasuk wilayah pengetahuan
yang akan bersama-sama kita kaji pada kesempatan kali ini; ideologi, politik serta
strategi dan taktik. Sebelum lebih jauh bahasan yang akan kita kaji, saya akan
menggaris bawahi satu pernyatan, pengetahuan politik praktis berbeda dengan
politik praktis. Yang akan kita kaji adalah sebagai pengetahuan kita mengenai
politik, bukan supaya kita tahu serta akan mempraktekan politik praktis. Sebab
HMI adalah organisasi mahasiswa, bukan partai politik atau kelompok yang
memiliki kepentingan secara mutlak demi kekuasan.
Sebagai media dalam mencapai tujuan, politik bukan lagi merupakan istilah
yang asing atau bahkan tabu bagi kalangan mahasiswa. Namun hal penting yang
harus difahami terkait dalam perjuangan politik adalah landasan gerak
(epistemology, pandangan dunia dan ideologi), manusianya (kader), serta strategi
dan taktik. Beberapa hal penting itulah yang akan kita bahas pada kesempatan kali
ini, sebagai pengetahuan, belum untuk dipraktekan, terlebih semata-mata demi
kekuasaan.
Saya fikir kita semua pernah mendengar dan menyaksikan bagaimana setiap
individu maupun kelompok berusaha mencapai tujuan serta cita-cita politiknya
melalui perjuangan politik. Namun tidak sedikit kita temui beberapa kecelakaan
yang terjadi di dalamnya, baik dalam proses perjuangan politik itu sendiri maupun
hasil-hasil yang dicapai dari perjuangan politik tersebut. Tentu saja terdapat
beberapa alasan mendasar mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pertanyannya adalah,
apa sajakah alasan mendasar itu? Jawaban dari pertanyaan tersebut dapat kita
jawab secara langsung, sebab jawaban tersebut sebenarnya terdapat di dalamnya.
Bagaimana jika saya katakan bahwa alasan mendasar tersebut tidak lain adalah
1
A. Dahlan Ranuwiharjo, SH, Menuju Pejuang Paripurna, Ternate, KAHMI Maluku Utara, 2000,
hlm. 17
syarat ideal dari perjuangan politik itu sendiri? Bahwa perjuangan politik
setidaknya memiliki beberapa kandungan signifikan yang menjadi landasan bagi
“gerakan” yang akan dilakukan, yaitu;
1. Iman atau keyakinan yang teguh
2. Ilmu yang cukup
3. Ideologi yang jelas
4. Organisasi yang baik, rapi dan disiplin
5. Strategi dan taktik yang tepat, serta
6. Kemampuan teknis dan teknologis yang memadai.
Beberapa hal tersebut di atas yang akan bersama-sama kita fahami.
Mengingat pentingnya bekal bagi seorang kader HMI dalam melaksanakan
perjuangan politiknya kelak. Sebab proses dalam perkaderan serta perjuangan
untuk mewujudkan cita-cita profetik belumlah cukup hanya dilakukan dalam
ruang sempit HMI. Suatu saat nanti seorang kader HMI akan mengabdikan
dirinya setelah kepurnaan dia di HMI.

1.2 Rumusan Masalah


2. Bagaimana mengembangkan Ideopolitorstratak HMI dalam
mengembangkan Intelektual Kader?.
3. Apakah Ideopolitorstratak HMI sekarang masih bisa diaplikasikan untuk
memperjuangkan martabat bangsa?
4. Peranan apakah yang dilakukan oleh kader-kader HMI dalam
Memperjuangkan martabat Bangsa?.

1.3 Tujuan Penulisan


1. Memperkenalkan Peranan Ideopolitorstratak HMI dalam sebuah kancah
dunia perubahan yang positif terhadap perubahan bangsa Indonesia
sendiri.
2. Menjadi pedoman serta referensi bagi kader – kader HMI untuk
membangun dunia Intelektual muda di Indonesia.
3. Menjalankan Roda Organisasi HMI, kembali kepada Khitahnya HMI yang
sesuai Ajaran Islam sebagai agama Rahmatan Lil’alamin yang selalu
mengajar kebenaran baik dari Aspek keummatan maupun kebangsaan.
4. Selalu mengamalkan dan membawa visi dan msi HMI didalam kehidupan
sehari – hari sebagai kader yang Intelektual.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ideologi
Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri diciptakan
oleh Destutt de Tracy pada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan "sains tentang
ide". Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara
memandang segala sesuatu (bandingkan Weltanschauung), secara umum (lihat
Ideologi dalam kehidupan sehari hari) dan beberapa arah filosofis (lihat Ideologi
politis), atau sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang dominan pada seluruh
anggota masyarakat. Tujuan untama dibalik ideologi adalah untuk menawarkan
perubahan melalui proses pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem pemikiran
abstrak (tidak hanya sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah
publik sehingga membuat konsep ini menjadi inti politik.
Sejak awal HMI telah mencantumkan “Menegakkan dan mengembangkan
ajaran agama Islam” sebagai salah satu tujuannya, di samping “Mempertahankan
dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia”. Dengan demikian, Islam telah
dijadikan sebagai landasan organisasi. Dalam hal ini HMI tidak mendasarkan diri
pada “mazhab” tertentu, walau kemudian dalam pola pemikirannya HMI
cenderung sebagai kelompok intelektual muslim pembaharu.
Dari situ HMI menuangkan pemahaman keislamannya yang tertampung
dalam sebuah buku pedoman yang diberi nama Nilai Dasar Perjuangan (NDP).
NDP merupakan gambaran bagaimana seorang HMI memahami Islam
sebagaimana tercantum dalam Al-Quran.2 Secara doktrin, yang terkandung dalam
NDP bukanlah ajaran yang bertentangan dengan Islam, melainkan merupakan
formulasi kembali atas Al-Quran sehingga tertuang menjadi suatu kepribadian
bagi kader HMI dalam mewujudkan amanat Tuhan sebagai khalifah fil-ardhi.
NDP adalah landasan ideologis perjuangan HMI, sebagai ruh yang
mendorong moral pergerakan kader. Pemahaman terhadap NDP diharapkan dapat

2
Penjelasan mengenai ini dapat ditemukan di dalam Al Qur’an, Hadits serta literature-literatur
dalam Filsafat Islam
menumbuhkan kepercayaan diri kader akan keyakinan ilahiahnya, membangun
semangat humanisme dalam interaksi dengan sesama manusia, dan sebagai
sumber nilai moral yang mengiringi ilmu pengetahuan untuk diabdikan bagi
kemanusiaan. Dengan demikian nilai-nilai NDP bisa menjadi identitas yang khas
bagi kader-kader HMI.
Sehingga Ideologi HmI yang dibawa didalam diri kader – kadernya yang
selalu senantiasa untuk memperjuangkan Agama Islam dan Meningkatkan
Martabat bangsa Indonesia. Selama ini HMI dikenal dengan tradisi
pembaharuannya. Dalam pembaharuan akan selalu ada kritik dan otokritik
terhadap segala sesuatu yang ada. Hal ini memungkinkan adanya perbaikan dan
pengembangan ke arah yang lebih baik.
Meskipun NDP berpretensi ideologis, NDP tidak boleh diperlakukan
sebagai dogma yang taken for granted oleh kader-kader HMI. NDP bagi HMI
tidaklah sama dengan al-Quran bagi umat Islam. Bagaimana pun NDP adalah
buatan manusia. Karena itu meskipun perumusannya didasarkan pada wahyu yang
bersifat mutlak, NDP tak lebih dari sekadar hasil interpretasi manusia yang nilai
kebenarannya relatif.
NDP bolehlah dikatakan sebagai satu usaha berupa landasan filosofis untuk
mencapai Yang Mutlak, Kebenaran, yaitu Tuhan itu sendiri. Keberadaan NDP
harus disikapi secara kritis. Cak Nur sendiri, selaku salah seorang perumus NDP,
ketika ditanya apakah NDP masih relevan dengan kondisi sekarang ataukah perlu
diganti, mengatakan bisa saja, asal tingkat intelektualitasnya tidak lebih rendah
dari yang ada sekarang.3
Ideologi adalah landasan gerak, dalam arti yang lebih luas ideologi dapat
dikatakan sebagai seperangkat nilai-nilai berdasarkan pandangan dunia
(pandangan hidup) untuk mengatur kehidupan Negara dalam segi-seginya dan
yang disusun dalam sebuah konstitusi berikut peraturan-peraturan dan
implementasinya.
Pada wilayah ideologi, Tauhid jelas haruslah menjadi dasar utamanya
(sumber). Bagaimana pemahaman kader maupun manusia secara umum tentang
Tauhid menjadi dasar dari epistemologinya. Sehingga dengan pengetahuan yang
3
Mantan Ketua Umum PB HMI Periode 1951-1953, Ketua Dewan Pembimbing dan Penasehat
PB HMI tahun 1964-1966, Ketua Umum Koordinasi Nasional KAHMI tahun 1977-1980,
bersumber dari Tauhid tersebut akan dapat menghasilkan pandangan dunia yang
objektiv. Selanjutnya pandangan dunia atau cara memahami realitas tersebut yang
nantinya sebagai perangkat ideology. Jika lebih disederhanakan lagi, ideologi
sangatlah penting dalam perjuangan politik, sebab ideology sebagai landasan
setiap gerak yang akan diaktualisasikan.
Saat ini kita tahu bahwa terdapat banyak sekali ideologi raksasa yang
dengan segala varianya juga memiliki orientasi dalam pencapaian tujuan
(liberalism, kapitalisme, sosialisme dll). Maka sebagai landasan gerak yang
universal dan baku Tauhid adalah rujukan atau sumber utama ideologi yang jelas,
permanent dan selalu relevan.

2.2 Politik Organisatoris


Politik secara bahasa Arab disebut “Siyasyah” yang kemudian diterjemah
menjadi siasat, atau dalam bahasa bahasa Inggrisnya “Politics”. Pada dasarnya
mempunyai ruang lingkup Negara, karena teori politik mempengaruhi hidup
masyarakat, jadi negara dalam keadaan bergerak. Politik adalah suatu disiplin
ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri tetapi juga seni, dikatakan sebagai seni
berapa banyak kita melihat politikus yang tanpa pendidikan ilmu politik, tetapi
mampu berkiat memiliki bakat yang dibawa sejak lahir dari naluri sanubarinya.
sehingga dengan kharismatik menjalankan roda politik praktis.
Menurut Robert A. Dahl : ”Political science is, of coure, the study of
politics. One might better say, it is the systematic study of politics, that is an
attempt by systematic analysis to discover in the confusing tangle of spesific
detail what ever principles may exist of wide and more general significance”
Maksudnya Ilmu politik adalah sdah barang tentu pelajaran tentang siasat,
atau lebih baik pula dikataka, hal ini sabagai pelajaran terinci dari berbagai cara
yaitu usaha pembahasan yang teratur untuk menemukan pencegahan
keningungkan yang kacau dalam pengertian yang lebih luas.
Politik secara sederhana dapat kita artikan sebagai suatu media untuk
mencapai maksud atau tujuan. Politik merupakan pengetahuan terapan, di mana
dengan pengetahuan politik maksud serta tujuan yang akan dicapai dapat
diperjuangkan melalui perjuangan politik dengan menggunakan ilmu pengetahuan
politik. Tentu saja di dalam politik tersebut masih membutuhkan banyak
pengetahuan terapan yang lain, yaitu strategi dan taktik.
Di dalam Islam, system politik terdiri atas tiga prinsip pokok, Tauhid,
Risalah dan Khilafah. Prinsip yang pertama termanifestasikan dalam pembahasan
kita yang pertama mengenai ideology. Begitu juga dengan prinsip yang ke dua,
selain termanifestasikan dalam ideology juga termanifestasikan melalui aturan-
aturan serta tuntunan-tuntunan yang membatasi kekuasan seorang khilafah. C4
Secara singkat politik adalah untuk kekuasaan, sebab hanya dengan
kekuasanlah tujuan dapat terwujud. Namun dengan kekuasan yang telah
didapatkan nantinya, kekuasan tersebut tetap harus dijalankan berdasarkan atas
ideology yang sudah dipilihnya. Dalam kaitanya dengan ini, politik tidak terlepas
dari 4 hal; order (susunan/pembagian, perintah), virtue (kebajikan),
freedom (kebebasan atau kemerdekaan) dan happiness / welfare (kebahagiaan
dan kesejahteraan). Kekuasaan yang diperoleh melalui politik haruslah dapat
mewujudkan empat hal tersebut di atas, jika tidak maka kekuasaan yang ada
bertentangan dengan fithrah dan tujuan kekuasaan yang murni, tentu saja jalan
yang dilalui oleh perjuangan politik adalah tidak benar, sebab akibatnya pun tak
selaras dengan tujuan idealnya.
Sebagai organisasi mahasiswa, HMI bukan dibentuk sebagai organisasi
politik, dan karena itu tidak berorientasi pada politik. Perjuangan HMI adalah
perjuangan kebenaran, atau nilai-nilai kemanusiaan. Dengan demikian, maka HMI
tetap disebut sebagai kekuatan moral dan pantulan suara nurani masyarakat. akan
tetapi, sebagai organisasi yang telah mengalami perkembangan sedemikian rupa,
termasuk persentuhannya dengan dinamika politik bangsa, maka setiap sikap dan
perilaku HMI akan tetap mempunyai nilai dan resonansi politis. HMI yang postur
awalnya sebagai moral force mau tidak mau juga dihitung sebagai political force.
Kondisi demikian menuntuk HMI mengaktualisasi potensinya itu, baik moral
force maupun political force. Tanpa aktualisasi keduanya bukan hanya mubazir,
tetapi juga akan menyebabkan proses pembusukan secara internal. HMI juga
mampu memproduksi pemimpin bangsa yang mempunyai Strategi – strategi jitu
serta taktik dalam membangun dan memperjuang martabat bangsa Indonesia,

Henry J. Schmandt, Filsafat Politik, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005


4
2.3 Strategi dan Taktik
Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan
pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun
waktu tertentu. Didalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki
tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip
pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki
taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.
Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup yang lebih
sempit dan waktu yang lebih singkat, walaupun pada umumnya orang sering kali
mencampuradukkan ke dua kata tersebut. Contoh berikut menggambarkan
perbedaannya, "Strategi untuk memenangkan keseluruhan kejuaraan dengan taktik
untuk memenangkan satu pertandingan".
Peter Drucker, yang merupakan Profesor manajemen pemasaran memberi
pengertian kepada strategi dan taktik yaitu :
1. Strategi adalah mengerjakan sesuatu yang benar ( doing the right things ).
2. Taktik adalah mengerjakan sesuatu dengan benar ( doing the thing right ).

Disisi Lain Rasulullah SAW menyampaikan “Ilmu tanpa amal adalah dosa,
demikian pula amal tanpa ilmu.” Jika kita kaitkan dengan perjuangan politik,
maka politik adalah merupakan sebuah amal, jika tidak disertai dengan ilmu maka
akan sia-sia. Dalam sebuah perjuangan politik, strategi dan taktik adalah ilmunya,
selain landasan tauhid sebagai dasar ideology dan juga pengetahuan mengenai
ilmu politik itu sendiri.
Strategi adalah memanfaatkan pertempuran untuk mengakhiri peperangan,
taktik adalah penggunaan kekuatan untuk memenangkan suatu pertempuran.
Sedangkan menurut Mao Tse Tung strategi adalah untuk menguasai suatu
peperangan secara keseluruhan, sedangkan taktik adalah untuk melakukan
kampanye (yang merupakan bagian dari peperangan)5. Namun yang perlu juga
kita garis bawahi di sini adalah strategi dan taktik dalam politik tidak dapat
meliputi sampai tercapainya tujuan, sebab strategi hanya meliputi jangka waktu
tertentu. Dalam pandangan HMI, seperti yang diungkapkan oleh Dahlan

Sun Tzu Wu, The Art of War, Singapura, 1985


5
Ranuwiharjo mewakili pendidik politik di HMI, strategi adalah Bagaimana
menggunakan peristiwa-peristiwa politik dalam jangka waktu tertentu untuk
mencapai rencana perjuangan, sedangkan taktik adalah bagaiman menentukan
sikap atau menggunakan kekuatan dalam menghadapi peristiwa politik tertentu
pada saat tertentu.6

2.4 Hubungan Taktik dengan Strategi


Taktik merupakan bagian dari strategi. Maka dalam hal ini, taktik harus
tunduk kepada strategi yang ada.
1. Jika semua taktik berhasil maka strateginya berhasil.
2. Jika Semua taktik gagal maka strateginya gagal.
3. Jika salah satu taktik gagal, maka strategi masih bias berhasil dengan
syarat taktik yang lainnya berhasil, dan bersifat strategis.
4. Jika Sebagian taktik berhasil namun sebagian taktik strategis yang lain
gagal, maka strategi gagal.

Taktik strategis adalah taktik mengenai suatu kejadian politik, namun kejadian
itu menentukan bagi seluruh rencana strategis, dengan kata lain taktik ini adalah
taktik utama/prioritas. Stratak hanya boleh dipelajari oleh pejuang tulen yang telah
memiliki kesadaran ideologi dan organisasi serta sanggup berfikir politis realistis.
Seorang yang penakut, menghindari resiko dan lebih mengedepankan kepentingan
pribadi dari pada kepentingan perjuangan tidak usah mempelajari strata, akan sia-
sia, kasihan strataknya. Sebaliknya, orang yang yang berkesadaran ideology serta
organisasi haruslah mempelajari strategi dan taktik, sehingga dia tidak akan
sembrono dalam bergerak, tidak anarkhis, tidak nyelonong saja serta tidak
bertindak radikal ekstrem yang ngawur dan nekad.7
2.5 Stratak dan Organisasi
Stratak adalah cara menggunakan oranisasi organisasi untuk mencapai
sasaran perjuangan. Garis dari setiap strata harus disesuaikan dengan kondisi
organisasi, kesuksesan strata akan semakin memperkuat organisasi, begitu juga
6
A. Dahlan Ranuwiharjo, SH, Menuju Pejuang Paripurna, Ternate, KAHMI Maluku Utara, 2000,
hlm 87
7
Sun Tzu Wu, The Art of War, Singapura, 1985
Mao Tse Tung. (1963).
sebaliknya. Semakin berkurang kekuatan organisasi, semakin tidak mampu
organisasi itu melaksankan stratak yang besar, semakin kecil stratak yang dapat
dilaksanakan oleh organisasi semakin jauh organisasi tersebut dari tujuan
perjuangan politiknya. Stratak tidak mampu berdiri sendiri, melainkan dia hanya
alat pelaksana bagi tujuan ideology.

1. Tugas Stratak
Menciptakan, memelihara, dan menambah syarat-syarat yang akan
membawa kepada tujuan (machts-vorming dan machts-aanwending)adalah tugas
stratak. Dengan kata lain, tugas stratak adalah untuk mempertahankan dan
menambah kekuatan serta posisi sendiri, di samping itu juga untuk
menghancurkan dan mengurangi kekuatan serta posisi lawan.8

2. Dasar-dasar Menyusun Strategi


1. Menetapkan sasaran yang hendak dicapai oleh organisasi dalam jangka
waktu tertentu. Sasaran disesuaikan dengan kemampuan oranisasi.
2. Jangka waktu ditentukan sebagai jangka waktu sekarang (jangka pendek)
dan jangka waktu beberapa tahun ke depan (jangka panjang).
3. Harus terdapat rencana atau strategi alternative.
4. Harus dapat menambah kekuatan serta memperkuat posisi.
5. Harus mampu membentuk opini public (subyektifitas menjadi objektifitas,
sebab mendapatkan dukungan dan sokongan dari kesepakatan wacana
public).9

3. Dasar-dasar Membentuk Taktik

Sun Tzu Wu, The Art of War, Singapura, 1985


8

Mao Tse Tung. (1963).


9
Dikarenakan taktik merupakan bagian dari strategi maka dasar bagi strategi
berlaku juga untuk taktik. Namun masih terdapat beberapa dasar yang berlaku
untuk taktik,
1. Fleksibilitas, sikap dan langkah dapat berubah sesuai dengan kondisi
yang terjadi.
2. Orientatif, evaluative dan estimative, perjuangan politik tidak mampu
melihat hasil atau keberhasilan yang dicapai nanti, sebab hal tersebut
belum terjadi. Namun dengan menentukan langkah, mengira-ngira
(mengorientasikan) serta mengevaluasi keadaan dan kemungkinan yang
akan terjadi, disertai dengan memperhitungkan beberapa hal maka kita
akan dapat melihat bayangan aka nada dan tidaknya kesempatan untuk
berhasil.
3. Kerahasian, strategi harus dirahasiakan, biarlah lawan meraba apa
langkah perjuangan yang akan kita lalui.
4. Gerak tipu/mengelabuhi.
5. Lima S; Sasaran, Sarana, Sandaran, Sistem, Saat.
6. Perpaduan antara Kondisi Objektif dan Kondisi Objektif, kondisi
subjektif mematangkan kondisi objektif, begitu juga sebaliknya. Antara
kedua kondisi ini memiliki hubungan timbale balik yang saling
mempengaruhi.

4. Hukum-hukum Stratak
1. Kwantitas.
Jumlah yang besar akan mengalahkan jumlah yang kecil. Pihak
yang berjumlah kecil tidak boleh menyerang musuh yang berjumlah
besar. Jika musuh yang berjumlah besar menyerang pihak yang berjumlah
kecil hendaknya menyingkir. Musuh yang berjumlah besar tidak dapat
dihancurkan sekaligus, melainkan sedikit demi sedikit dan secara terus
menerus.

2. Perpaduan antara kwalitas dan kwantitas.


Kurang dalam kuantitas harus diimbangi dengan kelebihan dalam
kualitas. Kurang dalam kualitas harus diimbangi dengan kelebihan
kuantitas.
3. Posisi.
Posisi yang baik adalah separuh kekuatan. Posisi yang
t i d a k b a i k m e m e r l u k a n d u a k a l i kekuatan.
4. Cadangan.
Pihak yang mempunyai cadangan, walaupun telah mundur
dan kalah akan dapat maju kembali. Jika musuh sedang
kalah dan mundur, kejarlah. Hancurkan cadangan musuh
sebelum musuh maju dan bangkit kembali dengan cadangannya.
5. Kawan, Sekutu dan Lawan.
Secara ideologis, kawan adalah yang seideologi. Secara
s t r a t e g i s s e k u t u h a r u s s e l a l u diperbanyak dan pihak-pihak
lawan harus dikurangi. Musuh nomor satu adalah golongan
terbesar yang ideologinya membahayakan kehidupan ideologi
sendiri. Sekutu dan musuh nomor satu adalah lawan. Lawan dan
sekutu nomor satu adalah musuh. Antara sekutu dan musuh
terdapat golongan-golongan yang bukan musuh dan bukan sekutu.
Golongan ini pada suatu saat dapat menjadi musuh, pada saat lain
menjadi sekutu dan pada satu ketika dapat pula sekaligus menjadi
sekutu dan musuh.
6. “Divide et impera”. Pecah belah musuh dan hancurkan dulu yang besar.
7. Menyerang adalah pertahan yang terbaik.
M e n y e r a n g a d a l a h P e r t a h a n a n y a n g T e r b a i k . Yang menang
ialah yang selalu memegang inisiatif. Biarkan lawan bergerak menurut
inisiatif kita pada saat dan tempat kita pilih. Biarkan lawan beraksi terus
terhadap isu-isu yang kita lontarkan. Tujuan membenarkan setiap cara
sepanjang tidak bertentangan dengan kekuatan ideology serta tidak
membawa akibat yang dapat merugikan sendiri.
8. Membenarkan segala cara, selama tidak bertentangn dengan ideology dan
membawa akibat yang dapat merugikan diri sendiri.
5. Pedoman Mencapai Hasil
1. Mencegah mudhorat lebih diutamakan dari menarik manfaat.10
2. Apa yang dapat disel11esaikan hari ini, selesaikan, jangan menunda.
3. Tidak ada rotan, akarpun jadi.
4. Hasil dalam perjuangan terletak pada hasilnya sendiri, tidak ada satupun
yang berhasil daripada keberhasilan.

Sehingga dengan Ideopolitor Stratak HMI diharapkan kader – kader HMI


mampu membawa bangsa Indonesia ini menjadi bangsa yang bermartabat di mata
internasional. Sebagaimana tertulis, kemunculan HMI merupakan kulminasi dari
himpitan–himpitan imperialisme Belanda. Himpitan–himpitan itu menyebabkan
”Keresahan Sosial” bagi Umat Islam, kemudian menimbulkan ”Protes Sosial
Keagamaan” untuk menunjukan kekuatan Islam, yang ditandai berdirinya HMI 5
Juni 1947. HMI adalah suatu gerakan pembaharuan untuk membebaskan umat
Islam dan bangsa Indonesia dari keterbelakangan. Pemikiran ke-Islam-an dan ke-
Indonesia-an HMI menampilkan Islam yang bercorak khas Indonesia. Pemikiran
ini akan mendatangkan perubahan, sesuai dengan kebutuhan kontemporer menuju
masa depan Indonesia baru yang dicita-citakan seluruh rakyat Indonesia, yaitu
masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. (Agus Salim Sitompul, 44
indikator kemunduran HMI, 2008 )
HMI tidak akan pernah terpisah dari Harapan Masyarakat Indonesia
karena HMI terlahir dari Harapan Masyarakat Indonesia, sehingga formulasi
perjuangan HMI-pun adalah formulasi perjuangan bangsa Indonesia. Tetapi akan
berubah ketika HMI tidak mampu menatap reealitas bangsa Indonesia. Perubahan
yang terjadi pada bangsa Indonesia berbeda sesuai tuntutan zamannya. Hal ini
jelas akan menyebabkan formulasi perjuangan HMI dalam mewujudkan Harapan
Masyarakat Indonesia harus mengikuti perubahan tersebut. Dan saat ini, masalah
yang dihadapi masyarakat pun semakin kompleks terkait tuntutan pemenuhan
kebutuhan dalam segala aspek kehidupan, baik ekonomi, politik, sosial dan lain-

10
Nasehat dari para Pujanga Jawa intisari Kitab Jawa Kuno; Serat Wedhatamadan Serat Wotgaleh
11
lain yang semakin sulit dan perlu adanya pemerataan untuk mewujudkan Keadilan
12
Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

6. Pejuang Paripurna
Setiap manusia dilahirkan sebagai pemimpin di muka bumi ini, utamanya
adalah sebagai wakil Tuhan. Sebagai pemimpin dan juga wakil Tuhan seharusnya
manusia dalam menjalankan segala gerak dan langkah perjuangannya dilandasi
dari ke-Tauhid-an. Setiap pemimpin haruslah memahami, meresapi dan
menghayati enam syarat perjuangan politik yang telah disebutkan di atas, selain
juga harus mampu menanganinya.13
Pejuang paripurna haruslah selesai pada wilayah Iman dan ilmu, setidaknya
memiliki kapasitas pada dua wilayah tersebut, sehingga dalam pengamalannya
tidak lagi keliru. Keparipurnaannya didasarkan pada bagaimana ia mampu untuk
berfikir, berjuang dan bekerja secara maksimal. Pola berfikir dan bertindak seperti
itu akan semakin mendekatkan organisasi kepada tujuan perejuangannya.14
Dalam setiap perjuangan politiknya, pejuang paripurna haruslah memiliki
beberapa landasan dan nilai-nilai dasar sebagai berikut;
1. Landasan dari nilai-nilai dasar,
a. Tauhid.
b. Risalah.
c. Kekhalifahan.
2. Nilai-nilai dasar,
a. Persamaan derajat manusia.
b. Musyawarah.
c. Hak-hak demokrasi.
d. Keadilan.
e. Kepentingan umum.
f. Mencegah kedholiman tas manusia.
g. Hak atas hidup
12
Mantan Ketua Umum PB HMI Periode 1951-1953, Ketua Dewan Pembimbing dan Penasehat
PB HMI tahun 1964-1966, Ketua Umum Koordinasi Nasional KAHMI tahun 1977-1980,
13
A. Dahlan Ranuwiharjo, SH, Menuju Pejuang Paripurna, Ternate, KAHMI Maluku Utara, 2000,
hlm 37
14
A. Dahlan Ranuwiharjo, SH, Menuju Pejuang Paripurna, Ternate, KAHMI Maluku Utara, 2000,
hlm 87
h. Hak bagi si miskin.
i. Hak antara pemimpin dan yang dipimpin.hak minoritas.
Dengan beberapa hal tersebut di atas, maka hasil dari perjuangan polotik
akan dapat memberikan manfaat yang besar serta tidak sia-sia, akan mampu
menciptakan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi oleh Allah SWT.15

15
A. Dahlan Ranuwiharjo, SH, Menuju Pejuang Paripurna, Ternate, KAHMI Maluku Utara, 2000,
hlm. 105
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Taktik strategis adalah taktik mengenai suatu kejadian politik, namun
kejadian itu menentukan bagi seluruh rencana strategis, dengan kata lain
taktik ini adalah taktik utama/prioritas.
2. Stratak hanya boleh dipelajari oleh pejuang tulen yang telah memiliki
kesadaran ideologi dan organisasi serta sanggup berfikir politis realistis.
Seorang yang penakut, menghindari resiko dan lebih mengedepankan
kepentingan pribadi dari pada kepentingan perjuangan tidak usah
mempelajari strata, akan sia-sia, kasihan strataknya. Sebaliknya, orang
yang yang berkesadaran ideology serta organisasi haruslah mempelajari
strategi dan taktik, sehingga dia tidak akan sembrono dalam bergerak,
tidak anarkhis, tidak nyelonong saja serta tidak bertindak radikal ekstrem
yang ngawur dan nekad.
3. Ideopolitorstratak HMI sekarang masih bisa diaplikasikan dan bahkan
masih sangat relevan untuk memperjuangkan martabat bangsa karena
sejak awal HMI telah mencantumkan “Menegakkan dan mengembangkan
ajaran agama Islam dan mempertahankan dan mempertinggi derajat rakyat
Indonesia” sebagai salah satu tujuannya.
4. HMI mempunyai peran dan berpartisipasi aktif, konstruktif bersama-sama
pemerintah Indonesia menciptakan kondisi yang kondusif dalam semua
aspek kehidupan bangsa. HMI harus bekerjasama dengan pemerintah, dan
berani mengambil sikap kooperatif dan kritis terhadap pemerintah dalam
melayani rakyatnya. Kebijaksanaan harus sesuai dengan ajaran Islam
( yang komperhensif, dinamis, progresif dan adil) yang memihak kepada
kepentingan rakyat menyerukan dan amal ma’ruf nahi munkar. HMI juga
5. harus berpartisifasi aktif dalam meningkatkan harkat martabat peradaban
bangsa Indonesia dalam bidang pendidikan, ekonomi, kebudayaan
sosialpolitis dan dimensi lainnya untuk mencapai amanat pancasila dan
UUD 45, yakni masyarakat adil dan makmur. Maka dari itu semua jelaslah
HMI mempunyai peran serta dalam pembangunan Bangsa dan Negara ini.
Untuk melaksanakan pembangunan, faktor yang sangat diperlukan adalah
ilmu pengetahuan dan mengetahui medan perjuangan.

3.2 Saran
HMI merupakan kawah candradimuka untuk mengkader calon-calon
pemimpin bangsa yang akan menjalankan percaturan politik di negeri ini.
Kehidupan politik Indonesia sangatlah penuh tantangan, apabila tidak didasari
oleh strategi dan taktik yang matang, maka akan dengan mudah dikalahkan oleh
lawan politik. Sedangkan strategi dan taktik yang matang tanpa didasari oleh
ideologi ketauhidan akan menghasilkan kebijakan-kebijakan yang tidak sesuai
dengan ajaran agama Islam. Oleh karena itu, sebagai kader HMI harapan umat
dan bangsa alangkah lebih baiknya menjadikan strategi politik yang dijalankan
oleh Nabi Muhammad sebagai contoh dalam menjalankan karir politik di masa
sekarang maupun masa yang akan datang.
DAFTAR FUSTAKA

AF, Ahmad Gaus. Api Islam Nurcholish Madjid. Jakarta: Kompas, 2010.

Agustian, Ary Ginanjar. ESQ Emotional Spiritual Quotient. Jakarta: Arga


Publishing2001.

Henry J. Schmandt, Filsafat Politik, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005

Noer, Deliar. Islam, Pancasila, dan Asas Tunggal. Jakarta: Yayasan


Perkhidmatan1983.

Oentoro, Jimmy. Indonesia Satu, Indonesia Beda, Indonesia Bisa. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama2010.

Quthb, Sayyid, Ma’alim fi At-Thariq: Petunjuk Jalan yang Menggetarkan.


Yogyakarta: Uswah. 2009.

Ranuwiharjo, A.Dahlan, SH, Menuju Pejuang Paripurna, Ternate,


KAHMIMaluku Utara, 2000

Ricklefs, M.C. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: PT Serambi Ilmu


Semesta2008.

Sitompul, AgussalimPemikiran HMI dan Relevansinya dengan Sejarah


Perjuangan Bangsa Indonesia. Jakarta: CV Misaka Galiza, 2003.

Urbaningrum, Anas, Melamar Demokrasi: Dinamika Politik Indonesia. Jakarta:


Penerbit Republika.2004.

Zulkifli, Arif, dkk. Sukarno: Paradoks Revolusi Indonesia. Jakarta: KPG, 2010.

Anda mungkin juga menyukai