Anda di halaman 1dari 4

NAMA: SABRINA RAM SALSABILA

KELAS: 1H

NIM: 2023143319

M.K: BAHASA INDONESIA

SOAL

1. Teks “Sumpah Pemuda” terdapat tiga butir kebulatan tekad. Pada pernyataan yang ketiga, Kami
putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Jelaskan menurut pendapat
Anda, mengapa pada butir ketiga sumpah pemuda menggunakan kata “menjunjung” bukan mengakui
seperti pada butir kesatu dan kedua.

2. Jelaskan sejarah perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia dan jelaskan ciri-ciri setiap periodenya.

3. Salah satu ciri Bahasa adalah Bahasa itu bersifat produktif. Jelaskan apa yang dimaksud dengan
bersifat produktif dan berian contohnya!

4. Jelaskan menurut pendapat Anda, “Bahasa Indonesia yang baik belum tentu benar dan Bahasa
Indonesia yang benar belum tentu baik”.!

5. Buatlah teks pidato bertema tentang Universitas PGRI Palembang!

JAWABAN

1. Teks “Sumpah Pemuda” terdapat tiga butir kebulatan tekad. Pada pernyataan yang ketiga, Kami
putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Jelaskan menurut
pendapat Anda, mengapa pada butir ketiga sumpah pemuda menggunakan kata “menjunjung”
bukan mengakui seperti pada butir kesatu dan keduaPenggunaan kata "menjunjung" dalam butir
ketiga Sumpah Pemuda memiliki konotasi yang lebih kuat dibandingkan dengan kata "mengakui"
yang digunakan dalam butir pertama dan kedua. Pada butir ketiga, "menjunjung" mengandung
makna lebih dari sekadar mengakui keberadaan bahasa Indonesia. Ini mencerminkan komitmen
yang lebih mendalam dan tindakan positif untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan yang dihormati dan dijunjung tinggi oleh semua putra dan putri Indonesia.Kata
"menjunjung" menunjukkan kesediaan untuk menjaga, memelihara, dan menghargai bahasa
Indonesia sebagai alat komunikasi bersama dalam kehidupan sehari-hari. Ini menekankan
pentingnya bahasa Indonesia dalam mempersatukan berbagai suku dan budaya di Indonesia.
Dengan kata lain, "menjunjung" menegaskan bahwa bahasa Indonesia tidak hanya diakui, tetapi
juga dihormati dan dijunjung tinggi sebagai lambang persatuan nasional.Jadi, pemilihan kata
"menjunjung" dalam butir ketiga Sumpah Pemuda mencerminkan tekad yang lebih kuat untuk
memelihara bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan menjadikannya inti dari identitas
nasional Indonesia.
2. Ejaan Bahasa Indonesia telah mengalami beberapa tahap perkembangan sepanjang sejarahnya.
Berikut adalah penjelasan singkat tentang perkembangan ejaan Bahasa Indonesia beserta ciri-ciri
masing-masing periodenya:

a.Ejaan Van Ophuysen (1901-1947)

Periodisasi ini didasarkan pada ejaan Belanda yang diperkenalkan oleh Van Ophuysen.

Ciri-ciri:Menggunakan 'oe' untuk bunyi /u/ yang terdapat di awal dan tengah kata.

Menggunakan 'j' untuk bunyi /y/ di tengah kata.

Penulisan kata berdasarkan aturan ejaan Belanda.

b.Ejaan Soewandi (1947-1972)

Ejaan ini merupakan upaya untuk mengindonesiakan ejaan dan menghapuskan unsur-unsur asing.

Ciri-ciri:Menggunakan 'u' untuk bunyi /u/ yang terdapat di awal dan tengah kata.

Menggunakan 'j' untuk bunyi /y/ di tengah kata.

Menghilangkan huruf 'c' yang digunakan dalam ejaan sebelumnya.

c.Ejaan Soebagio (1972-1972)

Ejaan ini hanya berlangsung singkat selama beberapa bulan.

Ciri-ciri:Menggunakan 'oe' untuk bunyi /u/ yang terdapat di awal dan tengah kata.

Menggunakan 'j' untuk bunyi /y/ di tengah kata.

d.Ejaan Pamudji (1972-1972)

Ejaan ini digunakan hanya sebentar, menggantikan Ejaan Soebagio.

Ciri-ciri:Menggunakan 'u' untuk bunyi /u/ yang terdapat di awal dan tengah kata.

Menggunakan 'j' untuk bunyi /y/ di tengah kata.

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD, 1972-sekarang)

3.Bahasa yang bersifat produktif adalah bahasa yang memiliki kemampuan untuk terus berkembang dan
menghasilkan kata-kata baru, frasa, atau kalimat-kalimat baru untuk mengungkapkan konsep dan ide
yang muncul seiring waktu. Sifat produktif dalam bahasa memungkinkan pembicara untuk menciptakan
ungkapan-ungkapan baru sesuai dengan kebutuhan komunikasi mereka.
Contoh-contoh sifat produktif dalam Bahasa Indonesia meliputi:

1.Pembentukan kata benda dari kata kerja:

a.Contoh: dari kata kerja "makan," kita dapat membentuk kata benda "makanan."

b.Contoh lain: dari kata kerja "belajar," kita dapat membentuk kata benda "belajaran."

Penggabungan kata untuk menciptakan frasa:

c.Contoh: "buah apel" adalah penggabungan kata "buah" dan "apel" untuk membentuk frasa yang
menjelaskan jenis buah.

d.Contoh lain: "buku pelajaran" adalah penggabungan kata "buku" dan "pelajaran" untuk merujuk pada
buku yang digunakan dalam pembelajaran.

2.Pembentukan kata kerja transitif dan intransitif:

a.Contoh: dari kata kerja "membaca" (transitif), kita dapat membentuk kata kerja "membaca"
(intransitif) untuk merujuk pada tindakan membaca tanpa objek yang jelas.

b.Contoh lain: dari kata kerja "menulis" (transitif), kita dapat membentuk kata kerja "menulis"
(intransitif) untuk merujuk pada tindakan menulis tanpa objek yang jelas.

4. Pernyataan ini menggambarkan perbedaan antara "bahasa yang baik" dan "bahasa yang benar"
dalam konteks Bahasa Indonesia. "Bahasa Indonesia yang baik" merujuk pada penggunaan yang efektif
dan komunikatif dari bahasa, di mana pesan atau informasi disampaikan dengan jelas dan mudah
dipahami, bahkan jika ada beberapa penyimpangan dari aturan tata bahasa formal. Sebaliknya, "Bahasa
Indonesia yang benar" adalah penggunaan yang sesuai dengan aturan tata bahasa resmi.

Artinya, dalam beberapa situasi, penggunaan bahasa yang baik mungkin melibatkan penyederhanaan
atau pengabaian aturan tata bahasa yang ketat untuk membuat komunikasi lebih efektif, sementara
Bahasa Indonesia yang benar sangat mematuhi aturan tata bahasa, tetapi mungkin menjadi sulit
dipahami atau kurang efektif dalam komunikasi sehari-hari. Jadi, terkadang, untuk tujuan komunikasi
yang efektif, lebih penting untuk menggunakan "bahasa yang baik" daripada "bahasa yang benar."

5. siang dan salam sejahtera untuk semua yang hadir di sini hari ini. Saya sangat bangga untuk berbicara
tentang Universitas PGRI Palembang, sebuah lembaga pendidikan yang memiliki peran besar dalam
membentuk masa depan generasi muda di wilayah ini.

Universitas PGRI Palembang telah lama menjadi salah satu tonggak pendidikan tinggi di kota ini. Dengan
sejarah panjang dan dedikasi dalam memberikan pendidikan berkualitas, universitas ini telah
menghasilkan lulusan-lulusan yang berkontribusi secara positif dalam berbagai bidang, mulai dari
pendidikan, teknologi, bisnis, hingga seni dan budaya.

Universitas PGRI Palembang juga dikenal karena staf pengajar yang berkualitas dan berkomitmen serta
fasilitas-fasilitas modern yang memungkinkan mahasiswa untuk belajar dan berkembang dengan baik.
Selain itu, universitas ini juga aktif dalam riset dan pengabdian masyarakat, berupaya untuk memberikan
kontribusi positif dalam pembangunan wilayah Palembang.

Ketika kita berbicara tentang Universitas PGRI Palembang, tidak dapat kita lewatkan dedikasi mereka
dalam menghasilkan guru yang berkualitas. Universitas ini telah melatih banyak guru yang kemudian
menjadi tulang punggung pendidikan di wilayah ini. Mereka telah mencetak guru-guru yang mampu
menginspirasi dan membentuk karakter siswa-siswa mereka, menjadikan pendidikan sebagai fondasi
penting bagi kemajuan masyarakat.

Selain itu, Universitas PGRI Palembang juga terus mengikuti perkembangan teknologi dan tren global
dalam pendidikan. Mereka menyediakan berbagai program studi yang relevan dengan tuntutan zaman,
memastikan bahwa lulusan mereka siap untuk menghadapi tantangan dunia nyata.

Saya ingin mengakhiri pidato ini dengan mengapresiasi upaya dan kontribusi dari semua pihak yang
terlibat dalam menjadikan Universitas PGRI Palembang sebagai lembaga pendidikan yang gemilang.
Semoga universitas ini terus berkembang dan menjadi tempat yang inspiratif bagi para mahasiswa, serta
menjalankan peran penting dalam pembangunan wilayah Palembang.

Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai