Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Penjajahan Belanda di Indonesia........................................................
2.2 Sejarah VOC.......................................................................................
2.3 Tanam Paksa.......................................................................................
2.4 Akibat Bagi Bangsa Indonesia...........................................................
2.5 Kebangkitan Nasional dan Sumpah Pemuda......................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.........................................................................................
3.2 Saran...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan jumlah 17.000 lebih
pulau besar dan kecil. Indonesia terletak pada posisi yang strategis, hal ini
membuat bangsa Indonesia mendapatkan dampak positif dan negatif. Di
bumi Indonesia terdapat kekayaan alam yang melimpah terutama bahan-
bahan vital dan strategis seperti minyak bumi, timah, besi, mangaan, batu
bara, dan lain sebagainya (Sunarso dkk, 2008: 167). Serta keanekaragaman
flora dan fauna menjadi daya tarik tersendiri bagi bangsa-bangsa lain di
dunia. Salah satu flora atau tumbuhan yang menjadi incaran bangsa Barat
ialah rempah-rempah.
Bangsa Indonesia telah didatangi dan dijajah oleh bangsa-bangsa Eropa
Selama berabad-abad lamanya. Secara umum, kedatangan bangsa Eropa ke
Asia termasuk ke Indonesia dilandasi keinginan mereka untuk
berdagang,dan menyebarkan agama. Sebab dan tujuan bangsa Eropa ke
dunia Timur adalah mencari kekayaan termasuk berdagang, menyalurkan
jiwa penjelajah, meyakini keberadaan prester john, menyebarkan agama,
mencari kemuliaan bangsa.
Salah satu yang menjajah Indonesia adalah Belanda. Penjajahan oleh
Belanda ini terjadi selama 350 tahun, jika dihitung mundur dari tahun 1945,
artinya kita dijajah Belanda mulai 1595. Tujuan Belanda datang ke
Indonesia, sama dengan bangsa-bangsa Eropa lainnya, yaitu mencari
kekayaan, monopoli perdagangan, dan mencari daerah jajahan.
Karena adanya penderitaan yang berkepanjangan akibat penjajahan,
kenangan kejayaan masa lalu, seperti pada masa Kerajaan
Sriwijaya atau Majapahit dan munculnya kaum intelektual yang menjadi
pemimpin gerakan menjadi faktor pendorong untuk kebangkitan nasional.
Mengingat bangsa Indonesia yang pernah dijajah oleh bBelanda dan juga
kebangkitan nasional maka penulis terdorong untuk membahas mengenai
Penjajajahan Belanda dan Kebangkitan Nasional. Sebelum penulis
menguraikan lebih lanjut mengenai isi karya tulis akhir ini, perlu kiranya
dikemukakan alasan-alasan penulis dalam memilih judul ini berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut yaitu :
a. Pertama, karena materi yang dipelajari pada semester ini adalah
mengenai penjajahan Belanda dan kebangkitan nasional.
b. Kedua, untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen bidang studi.
c. Ketiga, penulis ingin mengetahui lebih lanjut mengenai bagaimana
Indonesia saat penjajahan Belanda sampai dengan kebangkitan nasional.
1.2 Rumusan Masalah
Dari paparan latar belakang di atas, maka berikut ini adalah rumusan
masalah yang menjadi acuan di dalam menyusun makalah ini, yaitu;
1.2.1 Bagaimana sejarah penjajahan belanda di Indonesia?
1.2.2 Bagaimana sejarah terbentuknya VOC?
1.2.3 Apa itu tanam paksa?
1.2.4 Apa saja akibat dari penjajahan belanda?
1.2.5 Bagaimana kebangkitan nasional dan sumpah pemuda?

1.3 Tujuan
Dari paparan rumusan masalah di atas, maka berikut ini adalah tujuan
yang ingin dicapai di dalam menyusun makalah ini, yaitu :
1.3.1 Untuk mengetahui sejarah penjajahan belanda di Indonesia.
1.3.2 Untuk mengetahui sejarah terbentuknya VOC.
1.3.3 Untuk mengetahui apa itu tanam paksa.
1.3.4 Untuk mengetahui apa saja akibat dari penjajahan belanda.
1.3.5 Untuk mengetahui bagaimana kebangkitan nasional dan sumpah
pemuda.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penjajahan Belanda di Indonesia


Belanda dianggap menjajah Indonesia selama 3,5. Banyak hal
mempercayai hal tersebut namun ada sebagian orang yang menyangkal
lamanya penjajahan tersebut. Ucapan Bung Karno “Indonesia dijajah selama
350 tahun” semata – mata hanya untuk menaikkan semangat patriotisme
rakyat Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan. Sedangkan ucapan
“Lebih menderita dijajah Jepang selama 3,5 tahun daripada dijajah Belanda
3,5 abad” seolah menjadi pembenaran ucapan Bung Karno tersebut.
Awal Kedatangan Belanda ke Indonesia (1596 – 1601) Belanda pertama
kali mendarat di Indonesia yaitu di pelabuhan Banten dengan empat buah
kapal yang dipimpin oleh Kapten Pieter Keyzer dan Cornelsi de Houtman
pada 23 Juni 1596. Kedatangan kapal Cornelis de Houtman dan awak
kapalnya semula disambut dengan baik oleh para pribumi Banten. Banyak
penduduk pribumi yang naik ke kapal tersebut untuk menawarkan makanan
ataupun dagangan kepada mereka. Namun, sambutan baik ini disalah artikan
oleh Cornelis de Houtman yang justru bertindak kasar kepada pribumi
Banten yang menawarkan keramah tamahan kepada mereka. Walau
demikian, pribumi banten masih saja menawarkan lada yang Belanda
butuhkan.
Tujuan Belanda ke Indonesia semula murni untuk berdagang rempah –
rempah, mengambil keuntungan besar dari penjualan rempah – rempah yang
sangat di butuhkan di Eropa. Namun pada perkembangannya tujuan tersebut
berubah dari yang semula berdagang dan selanjutnya memonopoli
perdagangan hingga menjajah Indonesia. Kedatangan Belanda ke Banten
bertepatan dengan rencana penyerangan Banten ke Palembang. Banten
meminta Belanda meminjamkan kapalnya untuk dipergunakan sebagai
tambahan kapal pengangkut pasukan Banten untuk penyerangan ke
Palembang. Namun rencana tersebut ditolak oleh Belanda dengan alasan
mereka datang ke Banten untuk berdagang dan akan kembali ke Belanda
setelah selesai melakukan transaksi perdagangan. Ketika Banten selesai
melakukan penyerangan ke Palembang, sekembalinya dari Palembang
mereka masih mendapati Belanda di tanah Banten. Belanda beralasan,
mereka menunggu panen lada yang tidak lama lagi. Pada waktu panen,
harga lada akan lebih murah. Hal ini membuat Mangkubumi Jayanegara
marah. Yang lebih parah adalah suatu malam Belanda membawa dua kapal
dari Banten yang penuh dengan lada dan memindahkan ke kapalnya. Karena
kepergok melakukan hal tersebut, Belanda kemudian menembaki kota
Banten.
Atas kejadian ini mengakibatkan rakyat Banten sangat marah. Beberapa
dari tentara Banten menyerbu ke kapal Belanda dan selanjutnya menangkap
kapten Houtman beserta delapan anak kapalnya. Houtman baru dilepaskan
dengan tebusan 45.000 Gulden serta diusir dari tanah Banten pada 2
Oktober 1596. Dua tahun kemudian tepatnya pada 1 Mei 1598, rombongan
pedagang dari Belanda berangkat dipimpin oleh Jacob van Neck dibantu
van Waerwijk dan van Heemskerck tiba di Banten pada 28 November
1598. Pribumi Banten menerima dengan baik karena sikap Belanda berbeda
dengan pada saat kedatangan Houtman. Nampaknya, pengusiran Houtman
dijadikan pelajaran bagi Belanda.
Pembawaan mereka sanggup membuat hati Sultan Banten terpikat, bahkan
permohonan mereka untuk bertemu dengan Sultan pun dikabulkan. van
neck membawakan piala berkaki emas sebagai tanda persahabatan dengan
Sultan Banten, Sultan Abdul Mafakhir. Mangkubumi Jayanegara kemudian
membujuk van Neck untuk membantu melakukan penyerangan ke
Palembang atas pembalasan kematian Sultan Muhammad dengan janji
memberikan dua kapal penuh lada. Awalnya van Neck menyetujui tapi
dengan syarat satu kapal diberikan di awal dan satu kapal diberikan setelah
perang sedangkan Mangkubumi menghendaki pembayaran dilakukan
sekaligus setelah perang. Kesepakatan tidak tercapai dan penyerangan ke
Palembang tidak dilanjutkan.
Van Neck membawa pulang tiga kapal yang penuh dengan muatan,
sementara dua pembantunya yaitu van Waerwijk dan van Heemskerck
melakukan pelayaran lagi untuk mencapai wilayah Maluku dengan lima
buah kapal. Setelah dua pelayaran Belanda berhasil, selanjutnya berduyun –
duyun orang – orang Belanda berlayar ke Nusantara. Pada tahun 1598
tercatat sebanyak 22 kapal baik milik perorangan maupun perserikatan
dagang dari Belanda melakukan pelayaran ke Indonesia. Bahkan pada tahun
1602 sebanyak 65 kapal kembali ke Belanda dengan muatan penuh.
Suatu hari pemerintah Portugis mengirimkan utusan dari Malaka dengan
membawa uang 10.000 rial untuk meminta Banten memutuskan hubungan
dengan Belanda dalam perdagangan dan apabila Belanda tetap melakukan
perdagangan maka kapal – kapal Belanda akan di rusak serta diusir.
Dikabarkan pula, Portugis akan melakukan pembersihan kapal – kapal
Belanda di Banten dan negeri timur lain. Mangkubumi Jayanegara
menyetujui hal tersebut dan menerima pemberian dari Portugis. Namun,
secara rahasia Mangkubumi Jayanegara mengirimkan utusan untuk
menyampaikan akan datangnya pasukan Portugis yang akan menyergap
mereka. Mendengar apa yang disampaikan utusan Mangkubumi, kemudian
kapal Belanda pun meninggalkan wilayah Banten.
Kemudian pada tahun 1598 angkatan laut Portugis sampailah di Banten
yang dipimpin Laurenco de Brito dari pangkalannya di Goa. Ketika sampai
di Banten, kapal – kapal Belanda sudah tidak ada dan marahlah dia.
Mangkubumi yang dituduh telah bersengkongkol dengan Belanda dituntut
untuk mengembalikan hadiah yang Portugis berikan. Mangkubumi pun
tidak mau menuruti karena ia berpendapat bahwa Portugis tidak berhak
melakukan pengusiran kapal – kapal yang berlabuh di Banten.
Pasukan Portugis marah, pelabuhan Banten diserang dan dijarah. Bahkan
pedagang Cina pun ikut dirampas dangangannya. Melihat adanya serangan
dari Portugis, tentara Banten kemudian menyerang balik hingga tiga kapal.
2.2 Sejarah VOC
a. Penjajahan Belanda pada Masa VOC (1602 – 1799)
Adanya persaingan dagang antar sesama pedagang Belanda berimbas pada
keuntungan yang semakin sedikit dan tidak jarang merugi. Melihat adanya
hal tersebut, kemudian pada 1602 dibentuklah perserikatan dagang Belanda
yang bernama Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) dengan modal
awal 6,5 juta gulden yang berkedudukan di Amsterdam.
Tujuan dari dibentuknya organisasi ini adalah untuk meraup laba sebesar –
besarnya dan memperkuat kedudukan Belanda di Nusantara untuk melawan
kekuasaan Portugis dan Spanyol. Pembentukan VOC yang baru seumur
jagung mendapat saingan berat yaitu kongsi dagang Inggris EIC (East Indies
Compagnie) yang telah dibentuk pada tahun 1600. Untuk mempermudah
ruang gerak VOC, kemudian dibangunlah kantor – kantor cabang seperti di
Middelberg, Delft, Rotterdam, Horm dan Enkhuizen. Setelah dianggap
cukup mapan, VOC kemudian membangun cabang di Nusantara dengan
Pieter Both yang menjabat sebagai Gubernur Jendral pertama dan dibantu
oleh Dewan Penasehat (Raad van Indie) sebanyak 5 anggota.
VOC mengalami kemuduran pada 31 Desember 1799. Kemunduran VOC
dikarenakan beberapa sebab, salah satunya adalah banyaknya korupsi yang
ada di dalam tubuh VOC. Pemerintah Belanda kemudian mengambil alih
VOC.
b. Indonesia Pasca Pendudukan VOC
Pada tahun 1799 Belanda mengambil alih wilayah Indonesia dari VOC.
VOC mengalami kebangkrutan dan hal ini menjadi sebab di bubarkannya
VOC. Sementara itu, Inggris mengincar wilayah Indonesia untuk dijadikan
wilayah jajahannya. Jawa adalah wilayah koloni Belanda Perancis yang
belum jatuh ke tangan Inggris. Pada akhir abad ke 18 dan awal ke 19 terjadi
perang antara Perancis dan Belanda di daratan Eropa. Peranci memenangkan
peperangan tersebut pada 1806 dan menyebabkan tanah jajahan Belanda
diserahkan kepada pemerintahan Perancis
c. Pemerintahan / Gubernur Herman Willem Daendels (1806-1811)
Napoleon Bonaparte mengutus Herman Willem Daendels untuk
mengemban tugas mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris.
Daendels memerintah di Jawa pada kurun waktu 1806 – 1811. Terdapat dua
tugas utama yang harus dilaksanakan Daendels, yaitu :
- Mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris
- Memperbaiki sistem pemerintahan agar tidak tejadi penyelewengan serta
korupsi
- Daendels
- Dalam mengemban misi tersebut, Daendels kemudian menerapkan
beberapa kebijakan, diantaranya :
- Membangun jalan raya pos atau Grote Postweg yaitu dari Anyer hingga
Panarukan
- Mendirikan benteng – benteng pertahanan
- Membangun pangkalan armada laut di Merak dan Ujung Kulon
- Mendirikan pasukan yang beranggotakan pribumi
- Mendirikan pabrik – pabrik senjata seperti di Surabaya, pabrik
pembuatan meriam di Semarang serta sekolah militer di Batavia
- Membangun rumah sakit serta tangsi militer baru

Adapun kebijakan lain selain dalam bidang pertahanan :


- Memecah pulau Jawa menjadi 9 prefektur atau daerah setara
Karesidenan untuk mempermudah pengawasan
- Mengangkat bupati – bupati Jawa menjadi pegawai pemerintah
- Mendirikan pengadilan dengan adat istiadat sebagai aturan yang
diberlakukan
- Daendels yang dikenal dengan sikap kerasnya terkadang juga
melakukan tindakan keras terhadap raja – raja di Jawa seperti : Raja
Solo dan Yogyakarta dimana raja kerajaan tersebut harus mengakui
bahwa raja Belanda sebagai junjungannya.
Ada dua versi mengapa Daendels dipanggil kembali ke negaranya
(Perancis) yaitu :
Daendels sangat dibutuhkan untuk memimpin pasukan Perancis guna
melakukan serangan ke Rusia. Hubungan buruk antara Daendels dengan
raja – raja di Jawa yang dikhawatirkan akan memperburuk situasi menjelang
serangan dari Inggris. Pemerintahan Jan Willem Janssen (1811)
Daendels digantikan oleh Jenderal Jan Willem Jansen pada 20 Februari
1811. Pemerintahan Belanda di bawah Gubernur Jansen berlangsung
sebentar, Belanda menyerah kepada Inggris setelah ditandatanganinya
Kapitulasi Tuntang yang berisi Pulau Jawa dan sekitarnya jatuh ke tangan
Inggris. Semua tentara Belanda menjadi tentara Inggris orang – orang
Belanda dipekerjakan untuk pemerintah Inggris Pemerintahan Thomas
Stamford Raffles (1811-1814).
Setelah Inggris mampu menguasai pulau Jawa, Raffles kemudian ditunjuk
untuk menjadi Gubernur di Jawa. Kebijakan – kebijakan Raffles diantaranya
- Menghapus sistem Perangerstelsel, kerja paksa, dan menghentikan
perdagangan budak
- Membebaskan rakyat dalam melakukan penanaman
- Menghapuskan sistem pajak hasil bumi (Contingenten)
- Menerapkan sistem tanah sebagai milik pemerintah sedangkan petani
sebagai pengarap
- Membagi pulau Jawa menjadi 16 Karesidenan
- Membentuk sistem pemerintahan yang serupa dengan sistem
pemerintahan di negara Inggris
Adapun hambatan pemberlakuan kebijakan – kebijakan yang dilakukan oleh
Inggris diantaranya :
- Terbentur adanya budaya dan tradisi Jawa
- Belum adanya kepastian hukum atas tanah
- Uang belumsepenuhnya berlaku di Jawa sebagai alat pembayaran pajak
2.3 Tanam Paksa
a. Pengertian tanam paksa
Sistem tanam paksa adalah sistem yang mengharuskan rakyat
melaksanakan proyek penanaman tanaman ekspor di bawah paksaan
pemerintah kolonial sejak tahun 1830. Sistem tanam paksa pada masa
penjajahan Belanda disebut cultuurstelsel. Istilah cultuurstelsel sebenarnya
berarti sistem tanaman (culture system atau cultivation system).
Cultuurstelsel sebenarnya berarti kewajiban rakyat (Jawa) untuk
menanam tanaman ekspor yang laku dijual di Eropa. Rakyat pribumi
menerjemahkan cultuurstelsel dengan sebutan tanam paksa karena
pelaksanaannya dilakukan dengan pemaksaan.

b. Latar Belakang Sistem Tanam Paksa


Sistem tanam paksa pemerintah kolonial Belanda dilaksanakan karena
sejumlah peristiwa dan kondisi saat itu, di antaranya sebagai berikut:
1. Belanda menghabiskan biaya yang besar karena terlibat dalam
peperangan di masa kejayaan Napoleon Bonaparte di Eropa
2. Terjadinya Perang Kemerdekaan Belgia yang diakhiri dengan pemisahan
Belgia dari Belanda pada 1830.
3. Belanda menghabiskan biaya hingga sekitar 20 juta gulden untuk
menghadapi Perang Diponegoro (1825-1830). Perang Diponegoro adalah
perlawanan rakyat jajahan termahal bagi Belanda.
4. Kas negara Belanda kosong dan utang yang ditanggung Belanda cukup
berat.
5. Pemasukan uang dari penanaman kopi tidak banyak.
6. Kegagalan upaya mempraktikkan gagasan liberal (1816-1830) dalam
mengeksploitasi tanah jajahan agar memberikan keuntungan yang besar
bagi negeri induk (Belanda).
Tokoh pencetus sistem tanam paksa adalah van den Bosch. Usul
cultuurstelsel membuat van den Bosch diangkat sebagai Gubernur Jenderal
Hindia Belanda. Tugas utama van den Bosch adalah mendapatkan
keuntungan sebesar-besarnya dari negeri jajahan untuk mengisi kas Belanda
yang kosong dan membayar utang-utang Belanda.
Tujuan tanam paksa adalah merangsang produksi dan ekspor komoditas
pertanian yang laku di pasar dunia. Untuk menyukseskan cultuurstelsel,
pemerintah kolonial memberikan pinjaman uang pada orang-orang yang
bersedia membangun pabrik atau penggilingan.

c. Peraturan Tanam Paksa


Peraturan pokok sistem tanam paksa terdapat dalam lembaran negara
Staatblad Tahun 1834 No. 22. Aturan ini diterbitkan beberapa tahun setelah
tanam paksa dijalankan di Pulau Jawa. Aturan tanam paksa yaitu:
1. Persetujuan-persetujuan akan diadakan dengan penduduk agar mereka
menyediakan sebagian dari tanahnya untuk penanaman tanaman ekspor
yang dapat dijual di pasar Eropa.
2. Tanah pertanian yang disediakan penduduk untuk tujuan tersebut tidak
boleh melebihi seperlima dari tanah pertanian yang dimiliki penduduk desa
3. Pekerjaan yang diperlukan untuk menanam tanaman tersebut tidak boleh
melebihi pekerjaan untuk menanam tanaman padi
4. Tanah yang disediakan penduduk tersebut bebas dari pajak tanah
5. Hasil tanaman diserahkan kepada pemerintah Hindia Belanda. Jika
harganya ditaksir melebihi pajak tanah yang harus dibayar rakyat, kelebihan
tersebut diberikan kepada pendudukan.
6. Kegagalan panen yang bukan karena kesalahan petani akan menjadi
tanggungan pemerintah.
7. Bagi yang tidak memiliki tanah akan dipekerjakan pada perkebunan atau
pabrik-pabrik milik pemerintah selama 65 hari setiap tahun.
8. Pelaksanaan tanam paksa diserahkan kepada pemimpin-pemimpin
pribumi. Pegawai-pegawai Eropa bertindak sebagai pengawas secara umum.
d. Penyimpangan Sistem Tanam Paksa
Penyimpangan dalam sistem tanam paksa membuat praktik aturan pokok
tanam paksa pada kenyataannya jauh lebih merugikan rakyat.
Penyimpangan dalam sistem tanam paksa adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan cultuurstelsel seharusnya sukarela, tetapi dilaksanakan
dengan cara-cara paksaan. Pemerintah kolonial Belanda memanfaatkan
bupati dan kepala desa untuk memaksa rakyat agar menyerahkan tanah
mereka.
2. Luas tanah yang disediakan penduduk lebih dari seperlima. Seringkali
adalah sepertiga hingga seluruh tanah desa agar memudahkan pengerjaan,
pengairan, dan pengawasan oleh pemerintah kolonial Belanda.
3. Pengerjaan tanaman ekspor seringkali jauh melebihi pengerjaan tanaman
padi. Penduduk juga dikerahkan untuk menggarap perkebunan yang
letaknya jauh dari desa mereka selama tujuh bulan. Para penduduk tidak
terurus dan tanah pertanian mereka terbengkalai.
4. Pajak tanah masih dikenakan pada tanah yang digunakan untuk proyek
tanam paksa.
5. Kelebihan hasil panen setelah diperhitungkan dengan pajak tidak
dikembalikan pada petani.
6. Kegagalan panen menjadi tanggung jawab petani.
7. Buruh dijadikan tenaga paksaan seperti yang terjadi di Rembang, Jawa
Tengah. Sebanyak 34.000 keluarga selama 8 bulan setiap tahun diharuskan
mengerjakan tanaman dagang dengan upah sangat kecil. Rakyat juga harus
menyerahkan balok, bambu, dan kayu untuk pembuatan bangunan yang
akan digunakan untuk tanaman tembakau.
Cultuur procenten adalah sistem pemberian hadiah untuk bupati dan
kepala desa yang bisa menyerahkan hasil panen warganya melebihi
ketentuan yang ditetapkan penjajah.
e. Kritik Menurut catatan dari seorang inspektur Tanam Paksa, yaitu
L. Vitalis, ia menyebutkan bahwa pada 1835, di Priangan, mayat para petani
bersebaran karena keletihan dan kelaparan. Berawal dari situ, serangan dari
orang-orang non pemerintah mulai menggencar akibat terjadinya kelaparan
dan kemiskinan yang terjadi menjelang akhir tahun 1840. Masalah tersebut
kemudian diangkat ke permukaan dan menjadi konflik bahwa pemerintah
Belanda telah melakukan eksploitasi berlebih terhadap bumiputra Jawa.
Selain bertujuan untuk menghapuskan Cultuurstelsel, kaum Liberal juga
memiliki tujuan lain, yaitu kebebasan di bidang ekonomi. Kaum Liberal
berpendapat bahwa seharusnya pemerintah tidak ikut campur tangan dalam
kegiatan ekonomi. Mereka menghendaki kegiatan ekonomi ditangani oleh
pihak swasta, sementara pemerintah bertugas sebagai pelindung warga
negara, menyediakan prasarana, dan menegakkan hukum. Kritik Kaum
Humanis Munculnya sistem tanam paksa dan UU Agraria ini justru
menimbulkan kritik dari para kaum humanis Belanda. Kritik tersebut
disampaikan oleh Eduard Douwes Dekker, seorang asisten residen di Lebak,
Banten.

f. Penghapusan Tanam Paksa


Tanam paksa yang diterapkan Belanda di Indonesia ternyat mengakibatkan
aksi penentangan. Berkat adanya kecaman dari berbagai pihak, akhirnya
pemerintah Belanda menghapus tanam paksa secara bertahap. Salah satu
tokoh Belanda yang menentang sistem tanam paksa adalah Douwes Dekker
dengan nama samaran Multatuli. Dia menentang tanam paksa dengan
mengarang buku berjudul Max Havelaar. Edward Douwes Dekker
mengajukan tuntutan kepada pemerintah kolonial Belanda untuk lebih
memperhatikan kehidupan bangsa Indonesia karena kejayaan negeri
Belanda itu merupakan hasil tetesan keringat rakyat Indonesia. Dia
mengusulkan langkah-langkah untuk membalas budi baik bangsa Indonesia.
Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut: Pendidikan (edukasi)
Membangun saluran pengairan (irigasi) Memindahkan penduduk dari
daerah yang padat ke daerah yang jarang penduduknya (transmigrasi)

2.4 Akibat Bagi Bangsa Indonesia


Dampak akibat atau pengaruh penjajahan terhadap bangsa Indonesia terdiri
dari berbagai segi yaitu dari segi :
a. Perekonimoian
Semenjak dijajah oleh Belanda kita bisa mengetahui penggunaan mata uang
sebagai bantu jual beli, yang sebelumnya menganut system barter
Mengetahui system strategi dan koperasi
Mempelajari atau belajat system dagang, eksport dan import
b. Kependudukan
Sebelum Indonesia terjajah, masyarakat hanya terpusat dan berada di
wilayah kerajaan yang dijunjung. Ketika sudah masukknya para bangsa
kolosial, pengenalan akan urbanisasi dan pesebaran penduduk mulai pindah
dari suatu tempat ke tempat lain untuk dijadikan tempat tinggal.
Pembentukan system strata yang diadopsi dan dikembangkan menjadi RT,
RW sampai kelurahan yang lebih berstruktur dibandingkan masa kerajaan.
c. Pengelolaan SDA
Banyak orang yang mengelola tanah dan segala hal yang ada di atasnya
termasuk lautan untuk dimaksimalkan dan dapat menjadi sumber
keuntungan atau penghasilan pribadi.
Tata Kota dan Arsitektur
Sistem tata kota yang kuno menjadi lebih modern dan bergaya kebaratan,
contohnya perluasan irigasi untuk kota, bendungan hingga pendirian gedung
– gedung bercorak arsitektur barat.
d. Sistem Transportasi
Sistem transportasi tradisional seperti kuda atau hewan lain, bergantu
dengan kendaraan bermesin, serta diciptakannya jalan – jalan untuk
kendaraan darat hingga rel kereta api.
e. Pendidikan
Pada masa Belanda, pendidikan hanya dapat dienyam oleh kaum priayi,
bangsawan dan Belanda saja, namun akhirnya dikembangkan system
pendidikan yang membagi tingkatan berdasarkan unsur dan keahlian, seperti
sekolah menengah, kejuruan dan sekolah khursus.
Sistem pembelajaran bersifat skolastik Eropa yang menjadikan guru satu –
satunya sumber ilmu dalam kelas didukung oleh buku pelajaran.
f. Militer
Penekanan kesetiaan dan bakti terhadap korps
Semangat berjuang
g. Kedisiplianan
Pelatihan beladiri dan survival ketika berjuang seorang diri
h. Politik
Pengenalan system pemerintahan dan politik baru, yaitu dengan munculnya
pembagian kekuasaan dan pemerintahan, seperti gubernur, bupati, wali kota
sampai pemerintah daerah.
Masuknya bangsa colonial, membuat pengkotaan politik dan pemerintahan
lebih terstruktur

2.5 Kebangkitan Nasional dan Sumpah Pemuda


Kebangkitan nasional merupakan suatu tanda yang mana adanya semangat
para masyarakat Indonesia untuk mencerminkan sikap nilai nasionalisme,
persatuan, dan kesatuan dengan adanya beberapa organisasi yang bergerak
pada saat itu maka digabungkan menjadi satu. Kebangkitan nasional muncul
pertama kali karena adanya semangat Indonesia untuk merdeka. Pada saat
itu salah satu organisasi Budi Utomo dipilih sebagai organisasi yang
berhasil mengubah cara atau metode untuk memperjuangkan bangsa
Indonesia, seperti hal yang kita ketahui saat zaman sebelum kemerdekaan
Indonesia memperjuangkan dengan mengandalkan kekuatan fisik yang
masih bersifat kedaerahan dengan membawa masing-masing senjata yang
terdapat pada daerah tertentu. Sehingga, organisasi budi otonomi mengubah
hal tersebut dengan berjuang melalui diplomasi yang tentunya bergerak
pada bidang politik. Budi Utomo ini lahir pada tanggal 20 Mei 1908 maka
pada tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari Kebangkitan Nasional.
Namun, pada saat itu organisasi Budi Utomo mengalami kemunduran
karena adanya pengurus organisasi yang di dominasi dari pegawai
pemerintah sehingga masih terikat aturan kepegawaian dan membuat
mereka takut bertindak, tidak hanya itu organisasi Budi Utomo pun mundur
karena mengalami krisis dana yang menyebabkan berubahnya pula
pemimpin di dalam organisasi Budi Utomo, Maka setelah itu
berkembanglah banyak organisasi lain seperti organisasi yang bergerak baik
di bidang kebudayaan, agama, dan juga politik. Maka, dapat dikatakan
bahwa munculnya kebangkitan nasional merupakan titik awal perjuangan
adanya diplomasi untuk memperjuangkan dari penjajahan yang pada saat itu
dirasakan oleh bangsa Indonesia.
Sumpah Pemuda merupakan suatu pergerakan yang dilakukan oleh
pemuda-pemudi di Indonesia untuk menyatakan bahwa Indonesia
merupakan satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa, sehingga sumpah
pemuda ini akan menggugah para anak-anak muda di Indonesia untuk
memiliki semangat bahwa Indonesia merupakan negara Kemerdekaan.
Sumpah pemuda lahir pada tanggal 28 Oktober 1928 di Jakarta yang
dicetuskan oleh dua kongres ialah Kongres I dan Kongres II. Sumpah
pemuda ini memiliki makna yang luar biasa di mana sumpah pemuda ini
akan membuat setiap masyarakat Indonesia menjadi bangga akan Indonesia
yang memiliki segala kekayaan baik alamnya maupun budayanya. Jika rasa
bangga telah tertanam pada setiap masyarakat maka akan dengan mudah
untuk memiliki sikap cinta tanah air. selain itu adanya persatuan dan
kesatuan dalam sumpah pemuda bermakna agar masyarakat Indonesia agar
senantiasa menjaga kerukunan sehingga keutuhan Bangsa Indonesia tetap
terjaga.
Faktor Pendorong
Secara garis besar, faktor pendorong kebangkitan nasional terbagi menjadi
dua, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor internal yakni
- penderitaan yang berkepanjangan akibat penjajahan;
- kenangan kejayaan masa lalu, seperti pada masa Kerajaan Sriwijaya
atau Majapahit; dan
- munculnya kaum intelektual yang menjadi pemimpin gerakan.
Sedangkan faktor eksternalnya yakni
- timbulnya paham-paham baru di Eropa dan Amerika seperti
nasionalisme, liberalisme, dan sosialisme;
- munculnya gerakan kebangkitan nasional di Asia seperti Turki Muda,
Kongres Nasional India, dan Gandhisme; dan
- kemenangan Jepang atas Rusia pada perang Jepang-Rusia yang
menyadarkan negara-negara di Asia untuk melawan negara barat.

Pendidikan
Pada awal abad ke-20, orang Indonesia yang mengenyam
pendidikan tingkat menengah hampir tidak ada dan sejak saat itu, Politik
Etis memungkinkan perluasan kesempatan pendidikan menengah bagi
penduduk asli Indonesia. Pada tahun 1925, fokus pemerintah kolonial
bergeser ke penyediaan pendidikan kejuruan dasar selama tiga tahun.
Pada tahun 1940, lebih dari 2 juta siswa telah bersekolah sehingga
tingkat melek huruf meningkat menjadi 6,3 persen yang tercatat dalam
sensus tahun 1930. Pendidikan menengah Belanda membuka cakrawala
dan peluang baru, dan sangat diminati oleh orang-orang Indonesia.
Pada tahun 1940, antara 65.000 hingga 80.000 siswa Indonesia
bersekolah di sekolah dasar Belanda atau sekolah dasar yang didukung
Belanda, atau setara dengan 1 persen dari kelompok usia yang sesuai. Di
sekitar waktu yang sama, ada 7.000 siswa Indonesia di sekolah menengah
menengah Belanda. Sebagian besar siswa sekolah menengah bersekolah di
MULO.
Nasionalisme Indonesia
Penerapan Politik Etis pada bidang pendidikan tidak memberikan
kesempatan pendidikan yang luas kepada penduduk Hindia Belanda, tetapi
hanya memberikan pendidikan Belanda untuk anak-anak elit pribumi.
Sebagian besar pendidikan dimaksudkan untuk menyediakan tenaga kerja
klerikal untuk birokrasi kolonial yang sedang tumbuh. Meskipun
demikian, pendidikan Barat membawa serta ide-ide politik Barat tentang
kebebasan dan demokrasi. Selama dekade 1920-an dan 30-an, kelompok
elit hasil pendidikan ini mulai menyuarakan kebangkitan anti-kolonialisme
dan kesadaran nasional.
Pada periode ini, partai politik Indonesia mulai bermunculan.
Berdirinya Budi Utomo pada 20 Mei 1908 oleh Dr. Soetomo dinilai
sebagai awal gerakan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Tanggal
berdirinya Budi Utomo diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Namun, penetapan waktu tersebut masih mengundang diskusi yang
menimbulkan polemik. Dasar pemilihan Budi Utomo sebagai pelopor
kebangkitan nasional dipertanyakan lantaran keanggotaan Budi Utomo
masih sebatas etnis dan teritorial Jawa. Kebangkitan nasional dianggap
lebih terwakili oleh Sarekat Islam, yang mempunyai anggota di seluruh
Hindia Belanda.

Pada tahun 1912, Ernest Douwes Dekker bersama Cipto


Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat mendirikan Indische Partij
(Partai Hindia). Pada tahun itu juga, Sarekat Dagang Islam yang didirikan
Haji Samanhudi bertransformasi dari koperasi pedagang batik menjadi
organisasi politik.[10] Selain itu, KH Ahmad Dahlan mendirikan
Muhammadiyah, organisasi yang bersifat sosial dan bergerak di bidang
pendidikan.
Pada November 1913, Suwardi Suryaningrat membentuk Komite
Boemi Poetera. Komite tersebut melancarkan kritik terhadap Pemerintah
Belanda yang bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya negeri
Belanda dari penjahan Prancis, tetapi dengan pesta perayaan yang
biayanya berasal dari negeri jajahannya. Ia pun menulis "Als ik eens
Nederlander was" ("Seandainya aku seorang Belanda") yang dimuat dalam
surat kabar de Expresm milik Douwes Dekker. Karena tulisan inilah
Suwardi Suryaningrat dihukum buang oleh pemerintah kolonial Belanda.
Pada 4 Juli 1927, Sukarno dan Algemeene Studieclub
memprakarsai berdirinya Perserikatan Nasional Indonesia sebagai partai
politik baru. Pada Mei 1928, nama partai ini diubah menjadi Partai
Nasional Indonesia. Menurut sejarawan M.C. Ricklefs, ini merupakan
partai politik penting pertama yang beranggotakan etnis Indonesia,
semata-mata mencita-citakan kemerdekaan politik.
Pada tanggal 28 Oktober 1928, Kongres Pemuda mendeklarasikan
Sumpah Pemuda, yang menetapkan tujuan nasionalis: "satu tumpah darah
— Indonesia, satu bangsa — Indonesia, dan satu bahasa — Indonesia".

Peringatan
Sejak 1959, tanggal 20 Mei ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan
Nasional, disingkat Harkitnas, yaitu hari nasional yang bukan hari libur yang
ditetapkan oleh pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 316
Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959 untuk memperingati peristiwa
Kebangkitan Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai