Anda di halaman 1dari 9

Bab 2 tinjauan pustaka

A. variable penelitian
Penelitian yang penulis lakukan termasuk jenis penelitian lapangan (field research)
dengan pendekatan kuantitatif dengan 2 (dua) variabel. Penelitian kuantitatif yaitu
penelitian yang menguraikan suatu masalah dengan menggunakan analisis yang berupa
angka atau bilangan.
Penelitian yang dilakukan yaitu penelitian lapangan (field research) dengan bentuk
Studi Korelasi (hubungan dua faktor/Variabel) yaitu mencari ada atau tidaknya pengaruh
penggunaan model blanded learning terhadap hasil belajar siswa di SDN Karawang
wetan 5, kab Karawang.
B. Penelitian yang relevan.
Penelitian relevan yang telah dilakukan sebelumnya digunakan sebagai bahan
pertimbangan dan masukan untuk penelitian berikutnya. Hal ini bertujuan agar terdapat
hubungan antara penelitian yang sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan.
Selain itu, penelitian yang telah dilakukan sebelumnya pun dapat dijadikan sebagai acuan
untuk pengembangan penelitian-penelitian selanjutnya, serta agar terhindar dari
duplikasi. Penelitian relevan yang pernah dilakukan sebelumnya yaitu:

No. Nama Judul Hasil Penelitian


dan
Tahun
Hasil penelitian menunjukkan
1. Sulihin Pengaruh
bahwa: Terdapat perbedaan
B. motivasi belajar antara siswa yang
Sjukur, Blended diajar pembelajaran blended
(2013) Learning
learning dibandingkan siswa yang
Terhadap
diajar pembelajaran konvensional
Motivasi
dengan nilai sig. 0,012 dengan
Belajar dan
rata-rata 4,74 dan
Hasil
terdapat perbedaan
Belajar
hasil belajar dengan nilai
Siswa di
sig. 0,000 dengan rata-rata 13,39.
Tingkat
2) Ada peningkatan motivasi
SMK
belajar siswa akibat penerapan
pembelajaran blended learning
dengan nilai sig. 0,000 rata-rata
peningkatan 13,55 dan ada
peningkatan hasil belajar
siswa dengan nilai sig. 0,000
rata-rata peningkatan 38,23
peningkatan 38,23.

Persamaan Sama-sama menggunakan model pembelajaran


Blended Learning dan mengenai hasil belajar.

Perbedaan Pada penelitian yang dilakukan oleh Sulihin B. Sjukur


mempunyai Variabel terikat yang diteliti pada
penelitian tersebut yaitu motivasi dan hasil belajar,
sementara yang penelitian yang akan dilakukan hanya
mengenai hasil belajar.

2. Fitria Pengaruh Model Hasil penelitian menunjukkan


Herliana, Pembelajara n bahwa:
Yetti Berbasis Blended
Supriyati, Learning Dan 1. Model PBL-BL yang
I Made Motivasi Belajar diterapkan mampu
Astra,( Terhadap Hasil memberikan hasil belajar
2015) Belajar Fisika fisika yang lebih tinggi
Siswa SMA dibandingkan DI-BL;

2. Ada interaksi antara model


pembelajaran berbasis BL dan
motivasi belajar terhadap hasil
belajar fisika;

3. Bagi siswa yang memiliki


motivasi belajar tinggi, hasil
belajar fisika dengan model
PBL-BL lebih tinggi
dari pada DI-BL;
4. Bagi siswa yang memiliki
motivasi belajar rendah, hasil
belajar fisika dengan model
PBL-BL lebih rendah dari pada
DI-BL.

Persamaan Sama-sama menggunakan model Blended Learning,


dan menggunakan metode quasi eksperimen.
Pada penelitian yang dilakukan fitria, dkk adalah
Perbedaan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
quasi eksperimen dengan desain Treatment by Level
2x2. Sedangkan penelitian yang akan penulis lakukan
quasi eksperimen saja.

3. Nanda Implementasi
Rayani Hasil penelitian menunjukkan
Pembelajaran
(2021) bahwa:
Blended Learning
1. Model BL mampu
Dalam
meningkatkan aktivitas dan
Meningkatkan
hasil belajar siswa (Ranah
Hasil Belajar
Kognitif, Afektif dan
Siswa Man 2 Kota
Psikomotorik) siswa di kelas
Jambi Di Era New
X MIA 1 Madrasah Aliyah
Normal
Negeri 2 Kota Jambi.
Pandemi Covid-19
Persamaan Sama-sama menggunakan model Blended Learning.

Pada penelitian yang dilakukan nanda rayani, adalah


Perbedaan Metode penelitian tindakan kelas (PTK) atau
classroom Action Research (CAR), sedangkan metode
yang akan penulis lakukan adalah penelitian kuantitatif
yang menggunakan Quasi Eksperimen.

C. Kerangka berfikir.
Dziubal, dkk (2018) menyatakan bahwa blended learning dapat menyesuaikan
dengan normal baru. Blended learning memiliki potensi untuk peningkatkan proses
belajar mengajar di lingkungan pendidikan yang lebih responsif terhadap gaya hidup
siswa kontemporer.

Blended learning pada dasarnya adalah suatu sistem belajar yang memadukan antara
belajar secara face to face (bertemu muka/klasikal) dengan belajar secara online (melalui
penggunaan fasilitas/media internet) Ada beberapa pendapat yang berbeda dari para ahli
yang menentukan presentase untuk masing-masing cara, baik itu yang sifatnya face to
face atau online Blended learning adalah strategi pembelajaran yang mengintegrasikan
antara pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran berbasis web (Dzakiria, 2006:3).

Dalam hasil studi ditemukan bahwa sebagian besar guru cenderung masih
menggunakan metode pembelajaran konvensional. Alasan utamanya adalah keterbatasan
sarana belajar berbasis teknologi yang dimiliki oleh lembaga. Diakui pula adanya
keterbatasan penguasaan teknologi informas parea guru yang merupakan prasayarat
dalam mengembangkan model pembelajaran yang inofatif.

Poppy (2010: 81) dalam bukunya E-learning menyebutkan salah satu kategori e-
learning yaitu blended learning, yang menyediakan peluang terbaik untuk transisi
pembelajaran dari kelas menuju e-learning Blanded learning melibatkan kelas (face to
face) dan pembelajaran secara on-line sebagai proses pembelajarannya. Model ini cukup
efektif untuk menambah efisiensi pembelajarannya di kelas menambah mencari informasi
di luar kelas dan melakukan diskusi atau

Menurut Poppy (2010: 17), belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu
yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman adapun pembelajaran merupakan upaya
penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh optimal.
kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap
penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya
pencapaian tujuan pendidikan itu tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik
ketika berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

Tipe-tipe hasil belajar penting diketahui guru, dalam rangka menyusun perencanaan
pengajaran, khususnya dalam merumuskan tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran dalam
bentuk kemampuan siswa setelah menyelesaikan program pengajaran, pada dasarnya
tidak lain adalah tipe hasil belajar.
Terdapat beberapa pendapat mengenai hasil belajar. Gagne mengemukakan ada lima
hasil belajar, yakni a. Kemahiran intelektual (kognitif), b. Informasi verbal, c. Mengatur
kegiatan intelektual (strategi kognitif), d. Sikap, dan e. Keterampilan motorik.

Hasil belajar yang akan diukur pada penelitian ini adalah aspek kognitif iew saja,
karena aspek ini merupakan sumber sekaligus pengendali ranak kejiwaan lainnya yaitu
ranah afektif (rasa) dan rasa psikomotor (karsa). Sekurang-kurannya ada 2 macam
kecakapan kognitif siswa yang amat perlu dikembangkan segera khususnya oleh guru,
yakni (1) strategi belajar memahami isi materi pelajaran, (2) strategi meyakini arti
penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta menyerap pesan-pesan moral yang
terkandung dalam materi pelajaran tersebut (Syah. 2008 85)

Barhasil atau tidaknya proses belajar mengajar akan tergantung pada faktor faktor
atau kondisi yang terlibat di dalamnya. Salah satunya faktor intrinsik yaitu motivasi yang
mendorong proses belajar siswa. Di samping itu, proses belajar juga dapat terjadi, atau
menjadi tambah kuat, bila di dorong oleh lingkungan siswa sebagai faktor eksternal
Aktifitas belajar dapat meningkat bila program pembelajaran disusun dengan baik. Secara
umum faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat digolongkan ke dalam dua
macam, yaitu faktor internal siswa dan faktor eksternal siswa ( Dimyati dan Mudjiono,
2009: 236-247)

Selain itu faktor yang paling dominan dalam proses belajar mengajar adalah
ketepatan memilih dan mengembangkan metode mengajar yang akan digunakan. Bahan
pelajaran yang guru berikan itu akan kurang memberikan dorongan kepada anak didik
apabila penyampaiannya menggunakan strategi yang kurang tepat dengan kondisi siswa
di kelas. Disinilah peran metode menempati posisi penting dalam penyampaian bahan
pelajaran.

dorongan kepada anak didik apabila penyampaiannya menggunakan strategi yang


kurang tepat dengan kondisi siswa di kelas. Disinilah peran metode menempati posisi
penting dalam penyampaian bahan pelajaran.

Istilah blended learning pada awalnya digunakan untuk menggambarkan mata


pelajaran yang mencoba menggabungkan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran
online Selain blended learning ada istilah lain yang sering digunakan di antaranya
blended learning dan lrybrid learning Istilah yang disebutkan tadi mengandung arti yang
sama yaitu perpaduan. percampuran atau kombinasi pembelajaran. Thorne (2003 2)
menggambarkan blended learning sebagai It represents an opportunity to integrate the
innovative and technological advances offered by online learning with the interaction and
participation offered in the best of traditional learning (adalah kesempatan untuk
mengintegrasikan kemajuan inovatif dan teknologi yang ditawarkan oleh pembelajaran
online dengan interaksi dan partisipasi yang ditawarkan dari dalam pembelajaran
tradisional terbaik.

Berdasarkan pendapat tersebut. Blended learning sebagai kombinasi karakteristik


pembelajaran tradisional (face to face learning) dan pembelajaran elektronik atau blended
learning menggabungkan aspek blended learning (format elektronik) seperti
pembelajaran berbasis web, streaming video, komunikasi audio synchronous dan
asynchronous dengan pembelajaran tradisional "tatap muka" Sulihin (2012:370).
Siswa kelas V

Proses pembelajaran materi IPA sub materi suhu dan kalor

Kelas yang menggunakan model Kelas yang tanpa mengguankan


blanded learning model blanded learning

Langkah langkah
Langkah-langkah
1. Siswa diperkenalkan pada siswa apa itu blanded learning
1. persiapan
2 Siswa dipersiapkan untuk mengikuti pembelajaran berbasis blanded 2. Tahap penyajian
learning
3. Tahap sosialisasi
3. menyiapkan blanded learning berbasis asynchronous menggunakan 4. Tahap generalisasi
grup whatsapp google form dan google classroom 5. Tahap aplikasi/evaluasi

4. menyiapkan link grup whatsapp google form dan google classroom (Sudjana, 2009 77)

5. pemberian tugas di luar jam pelajaran. Kelebihan

Kelebihan 1. guru mudah menguasai kelas


2. mudah dilaksanakan
a. Peserta didik dapat leluasa mempelajari materi pelajaran secara mandiri
3. dapat diikuti siswa dalam jumlah besar
dengan memanfaatkan materi materi yang tersedia secara online.
4. dalam waktu yang singkat guru dapat menyampaikan
b. Peserta didik dapat berkomunikasi bahkan berdiskusi dengan guru atau materi sebanyak – banyaknya
peserta didik lain yang tidak harus dilakukan saat di kelas. 5. organisasi kelas lebih sederhana
6. fleksibel
c. Guru dapat menambahkan materi pengayaan melalui media online ,
dapat meminta peserta didik membaca materi atau mengerjakan tes yang (Djamarah, 2002:206)
dilakukan sebelum pembelajaran, memberikan kuis, dan memanfaatkan
hasil tes dengan efektif. Kekurangan :

d. Mengurangi aktivitas bermain-main siswa dengan cara mengisi hal-hal 1. Fleksibilitas- Karena alasan keterbatasan waktu, pengajar
bermanfaat yang dapat dilakukannya dengan gadgetnya yakni mungkin tidak dapat meraih diskusi yang mendalam
mengerjakan tugas secara online. sesuai keinginan
Kekurangan : ( wali kelas V di SDN Karawang Wetan 5)
a. Proses pembelajaran yang hanya memanfaatkan teknologi saja tidak
dapat sepenuhnya berhasil. Hal tersebut dikarenakan gaya belajar masing-
masing siswa berbeda-beda.

b. Guru tidak dapat mengontrol kegiatan siswa di luar tatap muka secara
penuh.

c. Hasil pengerjaan tugas memungkinkan siswa satu dengan yang lain Indikator Hasil Belajar Kognitif :
saling berbagi.
C1 mengenal (recognition), C2 pemahaman (comprehention), C3
d. Siswa yang cenderung mempunyai minat belajar yang rendah kesulitan penerapan (aplication), C4 analisis (analysis), dan C5 sintesis
belajar secara mandiri dengan pembelajaran

online ini.

Pengaruh Pengguanaan Model Blanded Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada
Pelajaran IPA

Gambar 2.1 Skema Pemikiran


D. Hipotesis penelitian.
Dari kerangka pemikiran yang dijabarkan di atas, maka ditentukan hipotesis seperti berikut :
penggunaan metode blanded learning berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa pada
pelajran IPA sub materi suhu dan kalor.
Dafus
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Yogyakarta: Bumi
Aksara, 2003), hlm. 61
Nana Sudjana, Dasar-dasar proses belajar mengajar, (Bandung: sinar baru algesindo, 2013) hlm
55
https://www.amongguru.com/model-blended-learning-unsur-unsur-kelebihan-dan-
kekurangannya/

Anda mungkin juga menyukai