Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Guru Sekolah Dasar (JPPGuseda) Volume 04, Nomor 01, Maret 2021, Hal.

Volume 04, Nomor 01, Maret 2021, Hal. 54 -59


http://journal.unpak.ac.id/index.php/jppguseda e-ISSN: 2623-0232 ; p-ISSN: 2623-0941

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL DISCOVERY


LEARNING DAN PROBLEM BASED LEARNING
Resyi A. Gani a*), Wawan Syahiril Anwar a), Syahrizal Aditiyaa)
a)
Universitas Pakuan, Bogor, Indonesia
*)
e-mail korespondensi : resyi@unpak.ac.id

Riwayat Artikel : diterima: 28 Januari 2021; direvisi: 16 Februari 2021; disetujui: 25 Februari 2021

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar pada subtema Keberagaman Makhluk Hidup Di
Lingkunganku melalui model discovery learning dan model problem based learning kelas IV-A dan IV-B di SD Negeri
Bojongrangkas 01 tahun pelajaran 2019/2020. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen Komparatif. Populasi penelitian ini
adalah peserta didik kelas IV-A menggunakan model discovery learning dan kelas IV-B menggunakan model problem based
learning. Istrumen penelitian berupa lembar soal. Lembaran soal digunakan untuk mengukur hasil belajar dengan menggunakan
model discovery learning dan model problem based learning. Hasil peniliti dari uji normalitas galat data yang menggunakan model
discovery learning yaitu Lhitung 0,109<Ltabel 0,138, sedangkan model problem based learning Lhitung 0,095<Ltabel 0,138, berarti
sampel berasal dari populasi yang normal. Uji homogenitas varians memiliki kriteria dalam pengujian Ha diterima jika F 2hitung≤ F2tabel
pada tarat signifikan α= 0,05. Hasil dari penelitian dari uji homogenitas varians yaitu F2hitung 1,04≤ F2tabel 1,69 yang menyatakan
homogen. Hasil N-Gain pada model discovery learning 68, sedangkan model problem based learning 55, terdapat nilai thitung
4,28406>ttabel 1,99006. Maka penelitian menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar pada subtema keberagaman makhluk
hidup di lingkunganku melalui model discovery learning dan problem based learning di SDN Bojongrangkas 01, yaitu model
discovery learning lebih efektif dari model problem based learning..
Kata Kunci: hasil belajar; discovery learning; problem based learning

DIFFERENCES OF LEARNING OUTCOMES THROUGH THE DISCOVERY LEARNING MODEL AND PROBLEM
BASED LEARNING
Abstract. This study aims to determine the differences in learning outcomes in the sub-diversity of living things in my environment
through discovery learning models and problem-based learning models class IV-A and IV-B in SD Negeri Bojongrangkas 01 school
year 2019/2020. This type of research is a comparative experimental research. The study population was class IV-A students using
discovery learning models and class IV-B using models based learning. The research instrument was in the form of question sheets.
Question sheets are used to measure learning outcomes by using discovery learning models and problem based learning models. The
results of the study of the error data normality test using discovery learning models are L hitung 0.109 <Ltable 0.138, while the problem-
based learning model is Lhitung95 0.095 <Ltable 0.138, meaning that samples are obtained from normal sources. Homogeneity variance
test has the criteria in testing Ha is accepted if F2count ≤ F2table on the tarat significant α = 0.05. The results of the research from the
variance homogeneity test are F2count 1.04 ≤ F2table 1.69 which states homogeneous. The N-Gain results on the learning discovery
models 68, while the problem based learning models 55, there is value t count 4.28406> ttable 1.99006. So the study concluded that there
are differences in learning outcomes in the subtheme of the diversity of living things in my environment through the discovery
learning model and problem based learning at SDN Bojongrangkas 01, the discovery learning models is more effective than the
problem based learning models..

Keywords: learning outcomes; discovery learning, problem based learning

I. PENDAHULUAN didik setelah belajar, yang wujudnya berupa afektif,


kognitif, dan psikomotor.
Pendidikan merupakan bagian penting dalam
Berdasarkan observasi yang dilakukan di Sekolah
kehidupan manusia, dimana manusia dapat menambah
Dasar Negeri Bojongrangkas 01 Kabupaten Bogor, di
pengetahuan keterampilan dan kebiasaan yang dapat
peroleh jumlah peserta didik kelas IV-A dan IV-B dengan
mengembangkan potensi-potensi dimilikinya sesuai dengan
berjumlah 82 peserta didik. Dimana hasil dari wawancara
nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat. Dengan adanya
dengan guru kelas dan data rekapitulasi hasil ujian semester
pendidikan maka seseorang dapat mengembangkan
genap menyatakan masih sangat rendah nilai hasil belajar
memiliki kecerdasan, spiritual, dan keterampilan yang
peserta didik pada subtema keberagaman makhluk hidup di
bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat. Pendidikan dan
lingkunganku karena kurangnya penerapan model
belajar adalah suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
pembelajaran melibatkan keaktifan peserta didik. Hal
antara satu dengan yang lainnya. Mengenai pendidikan dan
tersebut di perkuat oleh peneliti Wardani jurusan Pendidikan
belajar tidak terlepas dengan keberhasilan terhadap hasil
Guru Sekolah Dasar Universitas Kristen Satya Wacana pada
belajar. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku dan
tahun 2018 dengan judul Perbedaan Hasil Belajar
kemampuan secara keseluruhan yang dimiliki oleh peserta

- 54 -
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Guru Sekolah Dasar (JPPGuseda) Volume 04, Nomor 01, Maret 2021, Hal. 54 -59
http://journal.unpak.ac.id/index.php/jppguseda e-ISSN: 2623-0232 ; p-ISSN: 2623-0941

Matematika kelas 4 SD dalam pembelajaran menggunakan ini sejalan dengan Kurniasi[2] menyatakan beberapa
model discovery learning dan problem based learning. kelenihan model pembelajaran berbasis masalah
Berdasarkan hasil penelitian serta analisis datam diantaranya; a) mengembangkan pemikiran kritis dan
disumpulkan bahwa hasil belajar menggunakan model keterampilan kreatif peserta didik; b) dapat meningkatkan
discovery learning lebih tinggi secara signifikan di banding kemampuan memecahkan masalah para peserta didik
model pembelajaran problem based learning. Selain itu dengan sendirinya; c) meningkatkan motivasi peserta didik
guru jarang menggunakan media pembelajaran yang dalam belajar; d) membantu peserta didik belajar untuk
menjadikan tujuan pembelajaran tidak tersampaikan dengan mentransfer pengetahuan dengan situasi yang seba baru; e)
baik dan peserta didik hanya berbusat pada guru. dapat mendorong peserta didik mempunai inisiatif untuk
Menjadikan proses pembelajaran tidak efektif dan belajar mandiri; f) mendorong kreativitas peserta didik
kurangnya bersemangat belajar. dalam pengungkapan penyelidikan masalah yang telah ia
Hasil belajar pada kalas IV di bojongrangkas 01 lakuka; g) dengan model pembelajaran ini akan terjadi
terdapat hasil ulangan tengah semester yang masih banyak pembelajaran ang bermakna.
di bawah kriteria ketuntasan minimum (KKM) sebesar Hal ini didukung juga dari beberapa Penelitian yang
48,7% sebanyak 20 peserta didik yang belum mencapai nilai dilakukan oleh Nahdi[3] Universitas Majalengka. Yang
kriteria ketuntasan minimum dari 41 peserta didik pada berjudul “Eksperimetasi Model Problem Based Learning
mata pelajaran Bahasa Indonesia, sedangkan mata pelajaran dan Model Discovery Learning Terhadap Kemampuan
Ilmu Pengetahuan Alam sebesar 56% sebanyak 23 peserta Pemecahan Masalah Matematis Ditinjau Dari
didik yang belum mencapai KKM dari 41 peserta didik, dan SELFEFFICACY”. Berdasarkan penelitian yang telah
44% sebanyak 18 peserta didik yang belum mencapai nilai dilakukan Perbandingan kemampuan pemecahan masalah
kriteria ketuntasan minimum dari 41 peserta didik pada peserta didik yang memperoleh model pembelajaran PBL
mata pelajaran IPS. dengan model Pembelajaran DL pada peserta didik yang
Sehingga pentingnya penerapan model pembelajaran memiliki self efficacy tinggi diperoleh nilai sig 0,893 > 0,05
menjadi faktor keberhasilan belajar siswa salah satunya maka Ho diterima, maka terdapat perbedaan kemampuan
adalah penerapan model pembelajaran discovery learning pemecahan masalah peserta didik yang memiliki self
dan model pembelajaran Promblem Based Learning. efficacy tinggi antara peserta didik yang memperoleh model
Penerapan model pembelajaran discovery learning PBL dengan peserta didik yang memperoleh model DL,
dan Model pembelajaran Problem Based Learning ini dengan model pembelajaran Discovery Learning memiliki
bertujuan agar siswa menemukan beberapa konsep materi nilai yang lebih tinggi.
pelajaran yang sebelumnya tidak diketahui oleh peserta Permasalahan di atas menunjukan bahwa terdapat
didik. Dalam Model discovery learning merupakan model perbedaan hasil belajar peserta didik. Untuk
pembelajaran melalui penemuan. Model pembelajaran ini membuktikannya, harus diadakan sebuah penelitian yang
untuk menemukan konsep dalam peserta didik, model ini berkaitan dengan hal tersebut. Maka dari itu, penulis tertarik
tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya. untuk melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Hasil
dalam menggunakan model discovery learning peserta didik Belajar Pada Subtema Keberagaman Makhluk Hidup di
menjadi lebih aktif, karena model ini berpusat kepada Lingkunganku Melalui Model Discovery Learning dan
peserta didik yang menjadikan peserta didik untuk mencari Model Problem Based Learning pada siswa kelas IV di
informasi-informasi secara sendiri. Hal ini sejalan menurut Sekolah Dasar Negeri Bojongrangkas 01”.
Warso[1] menyatakan beberapa kelebihan dalam model Hasil belajar adalah perubahan-perubahan tingkah
pembelajaran penemuan: a) Membantu peserta didik untuk laku dan kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah
memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan menerima pembelajaran yang dilakukannya. Perubahan-
dan proses-proses kognitif; b) Pengetahuan yang diperoleh perubahan yang di proleh peserta didik dapat berupa
melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena perubahan sikap. Hal ini dapat di tinjau dari proses belajar
menguatkan pengertian, ingatan dan transfer; c) peserta didik yang aktif dalam mengikuti pembelajaran dan
Menimbulkan rasa senang pada siswa; d) Peserta didik juga adanya peran guru yang memberikan informasi kepada
berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya peserta didik sesuai dengan tujuan belajar yang akan di
sendiri; e) Menyebabkan peserta didik mengarahkan capai sehingga peserta didik dapat memperoleh hasil belajar
kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan yang di harapkan.
motivasi sendiri; f) Metode ini dapat membantu peserta Hal ini senada dengan Warso[1], Rostikawati[4],
didik memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh Arifin[5] dan Jihad[6] yang menyatakan hasil belajar adalah
kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya; g) Berpusat kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah
pada peserta didik dan guru berperan sama-sama aktif ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar peserta
mengeluarkan gagasan-gagasan didik dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor, yang terdiri
Pada model Problem Based Learning merupakan dari faktor internal dan faktor eksternal. Fakot internal yaitu
suatu pendekatan pembelajaran yang berbasis masalah faktor dari dalam diri peserta didik seperti cacat tubuh,
sebagai suatu konteks pembelajaran bagi peserta didik yang melihat, mendengar, struktur tubuh dan sebagainya.
melatih kemampuan kognitig peserta didik dalam berfikir Sedangkan faktor eksternal seperti lingkungan keluarga,
kritis dan terampil dalam memecahkan suatu masalah. Hal teman sebaya dan sebagainya.

- 55 -
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Guru Sekolah Dasar (JPPGuseda) Volume 04, Nomor 01, Maret 2021, Hal. 54 -59
http://journal.unpak.ac.id/index.php/jppguseda e-ISSN: 2623-0232 ; p-ISSN: 2623-0941

Hal yang senada dengan Kristin[7], Agustian, menekankan pentingnya pemahaman suatu konsep melalui
Musfiqon dan Rostikawati[4] menyatakan hasil belajar yang keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara Model pembelajaran ini menekankan pada pembentukan
berbagai faktor yang memengaruhi, baik faktor internal pengetahuan siswa dari pengalaman selama pembelajaran.
maupun faktor eksternal. Hasil belajar merupakan Penerapan model discovery learning dalam pembelajaran
pencapaian akhir dalam pembelajaran dari skor akhir yang diharapkan dapat membangkitkan motivasi belajar sehingga
telah dicapai oleh peserta didik. Hasil Dalam hasil belajar prestasi belajar siswa menjadi lebih meningkat, khusunya
terdapat beberapa jenis-jenis seperti, aspek kognitif siswa SD.
(pengetahuan), afektif (sikap peserta didik), dan aspek Dalam pelaksanan model discovery learning terdapat
psikomotor (tingkah laku), ke tiga aspek tersbut tidak dapat langkah-langkah model discovery learning seperti, stimulus,
dipisahkan satu dengan yang lainya karena saling pernyataan, pengumpulan data, pengolahan data,
keterkaitan. pembuktian, dan kesimpulan. Hal tersebut senada dengan
Hal tersebut sejalan dengan Jihad[6], Kristin[7], dan Warso[1] dan Mawaddha menyatakan beberapa langkah-
Warso[1] menyatakan hasil belajar yang dicapai oleh langkah model discovery learning yaitu, Stimulation
peserta didik sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan (stimulasi/ pemberanian rangsangan), probelm statement
intruksional yang direncanakan guru sebelumnya yang (pernyataan/ identifikasi masalah), data collection
dikelompokkan kedalam tiga kategori, yakni domain (pengumpulan data, data processing (pengolahan data),
kognitif, afektif, dan psikomotorik. verification (pembuktian), generalization (menarik
Dalam tujuan pendidikan yang ingin di capai yaitu kesimpulan/ generalisasi).
aspek kognitif, efektif, dan psikomotor, aspek tersebut Dalam model discovery learning terdapat kelemahan
saling berkaitan satu dengan yang lainnya yang tidak dapat yaitu model ini tidak efesien untuk mengajar dengan jumlah
dipisahkan karena sebagai tujuan yang hendak dicapai. peserta didik yang banyak, tidak menyediakan kesempatan
Hasil belajar yang maksimal yaitu peserta didik menjadi untuk berfikir, harus memiliki persiapan, kematangan
aktif dan tidak pasif saat proses pembelajaran. Adapun mental dan model ini lebih cocok ke pemahaman. Hal
tujuan penilaian hasil belajar di dalam kelas yang diarahkan tersebut senada dengan Warso[1], Kurniasih Sirait dan
pada proses pembelajaran sesuai dengan rencana, mengecek Nurdin[11] menyatakan beberapa kelemahan model
kelemahan dalam proses pembelajaran, menemukan discovery learning yaitu Model ini menimbulkan asumsi
kesalahan dalam pembelajaran dan menyimpulkan bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar, Metode ini tidak
pencapaian kompetensi peserta didik. Hal ini senada oleh efesien untuk mengajar jumlah peserta didik yang banyak ,
Tampubolon dan Arifin[5] yang menyatakan tujuan Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan
penilaian dikelas diarahkan pada; 1) Keeping-track (proses pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep ,
pembelajaran sesuai dengan rencana); 2) Checking-up Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir
(mencek kelemahan dalam proses pembelajaran); 3) Finding yang akan ditemukan oleh peserta didik, dan Peserta
out (menemukan kelemahan dan kesalahan dalam didikharus memiliki kesiapan dan kematangan mental.
pembelajaran); 4) Summing-up (menyimpulkan pencapaian Problem Based Learning adalah suatu model
kompetensi peserta didik). pembelajaran yang membahas mengenai permasalahan dan
Karakteristik dari model discovery learning mampu membuat daya pikir peserta didik menjadi terasah,
merupakan metode yang berpusat kepada peserta didik, dalam bentuk dunia nyata peserta didik yang di alaminya.
yang menggambungkan pengetahuan baru dengan Hal tersebut senada dengan Fathurrohman[12], Shoimin[13]
pengetahuan yang sudah ada. Hal tersebut senada oleh Wadiasworo[14], dan Daryanto[15] menyatakan Problem
Saifuddin[8], yang menyatakan Ciri utama model discovery Based Learning adalah pembelajaran yang menggunakan
learning adalah model discovery learning ini, siswa diajak masalah nyata (autentik) yang tidak terstruktur (ill-
untuk menemukan sendiri apa yang dipelajari kemudian structured) dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta
mengkonstruk pengetahuan itu dengan memahami didik untuk mengembangkan keterampilan menyelesaikan
maknanya. Dalam model ini guru hanya sebagai fasilitator. masalah dan berpikir kritis serta sekaligus membangun
Ciri utama dari model discovery learning adalah; 1) pengetahuan baru.
mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk Dalam katakteristik model problem based learning
menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi ini memiliki ciri utama yaitu, saat belajar dimulai dengan
pengetahuan; 2) berpusat pada siswa; 3) kegiatan untuk suatu adanya masalah dan memastikan masalah yang
menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata peserta didik.
sudah ada. hal tersebut senada dengan Hal ini senanda dengan
Manfaat dari model discovery learning, menurut Ngalimun dan Fathurrohman[12] yang menyatakan
Wicaksono, dkk[9] “Discovery learning bermanfaat dalam; beberapa pembelajaran berdasarkan masalah memiliki
1) peningkatan potensi intelektual siswa; 2) perpindahan karakteristik sebagai berikut, Belajar dimulai dengan suatu
dari pemberian reward ekstrinsik ke intrinsik; 3) masalah, Memastikan bahwa masalah yang diberikan
pembelajaran menyeluruh melalui proses menemukan; 4) berhubungan dengan dunia nyata peserta didik atau integrasi
alat untuk melatih memori”. Menurut Puspita, dkk.[10] konsep dan masalah di dunia nyata, dan Mengorganisasikan
bahwa model pembelajaran Discovery Learning pelajaran di seputar masalah.

- 56 -
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Guru Sekolah Dasar (JPPGuseda) Volume 04, Nomor 01, Maret 2021, Hal. 54 -59
http://journal.unpak.ac.id/index.php/jppguseda e-ISSN: 2623-0232 ; p-ISSN: 2623-0941

Dalam model problem based learning terdapat kelas eksperimen 2. Teknik pengumpulan data yang
beberapa langkah-langkah seperti mengorientasi peserta digunakan beruoa tes objektif pilihan ganda sebanyak 40
didik pada masalah, mengorganisasi peserta didik untuk soal. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian
belajar secara mandiri, dan menganalisis proses pemecah ini adalah teknik analisis statistik deskriptif dan statistik
masalah. Hal tersebut senada dengan Mudlofir, inferensial melalui uji-t. Sebelum melakukan pengujian
Fathurrohman[12] dan Kurniasih yang menyatakan langkah- hipotesis, terlebih dahulu melakukan uji prasyarat analisis
langkah kegiatan pembelajaran Problem Based Learning yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji
(PBL) adalah, Mengorientasi peserta didik pada masalah. homogenitas varians. Uji normalitas dilakukan untuk
Mengorganisasi peserta didik untuk belajar, Membimbing mengetahui apakah sebaran data skor hasil belajar peserta
penyelidikan individu atau kelompok, Mengembangkan dan didik masing-masing berdistribusi normal atau tidak. Uji
menyajikan hasil karya, dan Menganalisis dan mengevaluasi homogenitas varians digunakan untuk menguji apakah
proses pemecahan masalah. sebaran data tersebut homogen atau tidak, yaitu dengan
Model PBL memiliki kelebihan seperti dengan membandingkan kedua variansinya. Uji homogenitas dapat
menggunakan model ini akan terjadi pembelajaran yang dilakukan apabila kelompok data tersebut berdistribusi
bermakna, membantu peserta didik terbiasa menghadapi normal. Setelah data lulus uji prasyarat kemudian
suatu masalah dan dapat meningkatkan kemampuan berfikir dilanjutkan dengan pengujian hipotesis dengan
kritis pada peserta didik. Hal ini senada dengan Vitasari[16], menggunakan analisis uji-t untuk sampel berpasangan.
Wadiasworo[14] dan Kurniasih[11] yang menyatakan
beberapa kelebihan model PBL sebagai berikut,
Pembelajaran PBL mengembangkan kemampuan berfikir III. HASIL DAN PEMBAHASAN
kritis peserta didikdalam memecahkan suatu masalah,
Berdasarkan analisis deskriptif diperoleh data nilai
menumbuhkan kreativitas guru dalam kegiatan
peserta didik dengan menerapkan model pembelajaran
pembelajaran, membuat peserta didikterbiasa menghadapi
Discovery Learning,dan model Problem Learning.
masalah, menumbuhkan motivasi, keberanian, rasa percaya
berdasarkan data tabel 1 di bawah ini:
diri, dan semangat peserta didikdalam proses pembelajaran
sehingga peserta didikdapat memahami materi dengan baik.
Tabel 1. Data Hasil Statistik
Selain terdapat kelebihan yang dimiliki model PBL,
terdapat juga kelemahan dari model PBL seperti
memelerluarkan konsentrasi tinggi, memeperlukan biaya
dan tenaga yang tidak sedikit untuk menerapkan model
problem based learning. Hal tersebut senada dengan
Vitasari[16], Mudlofir, dan Kurniasih[11] yang menyatakan
terdapat beberapa kelemahan model Problem Based
Learning yaitu Pembelajaran menerapkan model
pembelajaran PBL memerlukan konsentrasi yang tinggi
karena banyak yang harus dipersiapkan oleh guru dalam
menyajikan kegiatan pembelajaran, Diperlukan biaya dan Data hasil belajar dari dua kelas yang mendapatkan
tenaga yang tidak sedikit untuk menerapkan model perlakuan menunjukkan bahwa kelompok siswa yang
pembelajaran Problem Based Learning. dibelajarkan melalui model pembelajaran Discovery
Learning memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dari
kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran
II. METODE PENELITIAN Problem Based Learning. Sebelum dilakukan uji hipotesis,
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas sebaran data dan uji
Bentuk penelitian ini merupakan penelitian
homogenitas varians.
eksperimen komparatif, yang dilaksanakan di SDN
Tabel 2. Nilai N-Gain Model Discovery Learning, model
Bojongrangkas 01 Kabupaten Bogor Tahun Ajaran
Problem Based Learning pada Subtema
2019/2020. Metode penelitian eksperimen komparatif
Keberagaman Makhluk Hidup Di Lingkunganku
menurut Sugiyono[16] dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh Kelompok Kelas

perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam konteks yang


terkendalikan Variabel perlakuan dengan pendekatan Rekapitulasi Nilai Model
Pembelajaran
Model
Pembelajaran
Discovery Problem Based
saintifik yaitu model pembelajaran Discovery Learning Learning Learning

(X1) dan model pembelajaran Problem Based learning (X2), Pre-test 32 27


sedangkan variabel terikat (Y) yaitu hasil belajar subtema Nilai
Terendah
Post-test 68 59

keberagaman makhluk hidup di lingkunganku. Teknik N-Gain


Pre-test
36
59
32
54
pengambilan sampel yang digunakan yaitu seluruh peserta Nilai
Tertinggi
Post-test 95 86

didik SDN Bojongrangkas 01, sampel yang digunakan N-Gain 88 79


Pre-test 45 42
adalah 82 peserta didik, 41 peserta didik kelas IV-A sebagai Nilai Rata-
Post-test 83 74
rata
kelas eksperimen 1, 41 peserta didik kelas IV-B sebagai N-Gain 68 55

- 57 -
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Guru Sekolah Dasar (JPPGuseda) Volume 04, Nomor 01, Maret 2021, Hal. 54 -59
http://journal.unpak.ac.id/index.php/jppguseda e-ISSN: 2623-0232 ; p-ISSN: 2623-0941

Berdasarkan data skor rata-rata pretest, skor rata-rata populasi sampel mempunyai varian yang homogen atau
posttest dan skor rata-rata N–Gain yang diperoleh kelompok tidak, pengujian homogenitas ini dilakukan uji barlett.
kelas eksperimen dengan menggunakan model Discovery Kriteria dalam pengujian Ha diterima jika f2hitung≤ f2tabel pada
Learning dan kelompok kelas kontrol dengan menggunakan taraf signifikan α= 0,05.
model pembelajaran konvensional terlihat adanya perbedaan
pada setiap kelompok kelas. Skor pretest dari masing- Tabel 4. Hasil uji homogenitas instrumen hasil belajar
masing kelompok menunjukan adanya persamaan, subtema keberagaman makhluk hidup di
kemudian skor rata-rata N-Gain masing-masing kelompok ingkunganku
menunjukan perbedaan yang relatif kecil. Dari uraian di atas Jum lah
No Varian yang diuji dk F2hitung F2tabel α= 0,05
dapat disimpulkan bahwa dari ke dua pertemuan Sam pel

pembelajaran model Discovery Learning dengan N-Gain 1


Discovery
Learning
41

sebesar 68 dan model Pembelajaran Problem Based 2 PBL 41


80 1,04 1,69 Hom ogen

Learning dengan N-Gain sebesar 55. Dari hasil penelitian Jum lah 82
ini diperoleh kesimpulan akhir bahwa secara keseluruhan Syarat Uji Taraf Signifikan F
2
hitung ≤ F
2
tabel

hasil belajar Subtema keberagman makhluk hidup di


lingkunganku melalui model Discovery learning lebih besar
dari hasil belajar Subtema keberagaman makhluk hidup di Data hasil pengujian homogenitas terhadap N-Gain
lingkunganku. hasil belajar subtema keberagaman makhluk hidup di
Uji normalitas data dilakukan pada kedua kelompok, lingkunganku diperoleh F2hitung =1,04 dan F2tabel = 1,69 pada
meliputi data kelompok eksperimen 1 dengan model taraf signifikan sebesar α= 0,05. Oleh karena itu, dapat
Discovery Learning, kelompok eksperimen 2 dengan model disimpulkan bahwa F2hitung ≤ F2tabel sehingga dapat dikatakan
Problem Based Learning . Uji ini dilakukan untuk distribusi varians berasal dari kelompok yang homogen.
mengetahui sebaran data hasil belajar peserta didik yang Berdasarkan hasil uji prasyarat analisis data,
digunakan dalam pengujian hipotesis. diperoleh bahwa kedua kelompok eksperimen I dan
Uji normalitas dianalisis dengan menggunakan uji kelompok Eksperimen berdistribusi normal dan homogen.
Liliefors (L) pada taraf signifikansi 5% dan derajar Setelah data lulus uji prasyarat data maka dilanjutkan
kebebasan (dk)= (k-1). Pengujian normalitas dilakukan dengan uji hipotesis penelitian (Ha) dan Hipotesis Nol (H0).
dengan uji Liliefors (L), dengan syarat : Uji Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini
Ho = Lhitung >Ltabel, berarti sampel berasal dari populasi yang adalah uji beda mean (Uji-t). Kriteria pengujian hipotesis
tidak normal ialah jika thitung < tTabel maka Ha ditolak dan H0 diterima,
Ha = Lhitung <Ltabel, berarti sampel berasal dari populasi yang sebaliknya jika thitung > tTabel maka Ha diterima dan H0 ditolak.
normal Berdasarkan analisis data diketahui Hasil perhitungan
diperoleh thitung sebesar 4,28406 dengan dk (derajat
Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Pembelajaran Subtema kebebasan) = (n1+n2-2) = (41+41-2) maka diperoleh ttabel
Keberagaman makhluk hidup di lingkunganku pada taraf signifikan sebesar α/2 = 0,05/2 = 0,025 sebesar
1,99006. Adapun pengujian dua arah maka kriteria
No Distribusi Kelompok Perlakuan Lhitung Ltabel Kesimpulan pengujian adalah Ho ditolak apabila -1,99006>thitung>1,99006
oleh karena itu didapat thitung > ttabel (4,28406>1,99001),
Hasil Belajar Subtema Kebersamaan dalam
1 Keberagaman Melalui Model Pembelajaran Discovery 0,109 0,138 Normal maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan hasil belajar
Learning
subtema keberagaman makhluk hidup di lingkunganku
Hasil Belajar Subtema Kebersamaan dalam antara peserta didik yang mendapatkan perlakuan model
2 Keberagaman Melalui Model Pembelajaran Prob lem 0,095 0,138 Normal
Based Learning pertemuan Discovery Learning dengan peserta didik yang
mendapatkan perlakuan model Model Pertemuan Problem
Berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan uji Based Learning.
Liliefors pada kelas eksperimen menerapkan model
pertemuan Discovery Learning, diperoleh Lhitung sebesar Tabel 5. Hasil Analisi Hipotesis kelas DL dan kelas PBL
(0,109). Angka tersebut dibandingkan angka Ltabel sebesar subtema keberagaman makhluk hidup di
(0,138) dan taraf kesalahan 5%, maka distribusi pada data lingkunganku
kelas eksperimen menerapkan model pertemuan Discovery Kelompok
N Dk N-Gain t hitung t tabel
Learning tersebut normal. Kemudian pada kelas eksperimen Kelas
selanjutnya dengan menerapkan model pertemuan Problem Discovery
41 68
Based Learning, diperoleh Lhitung sebesar (0,095). Angka Learning
Problem 80 4,28406 1,99006
tersebut dibandingkan angka Ltabel sebesar (0,138) dan taraf
Based 41 55
kesalahan 5%, maka distribusi pada data kelas eksperimen Learning
menerapkan pertemuan Problem Based Learning tersebut
normal. Hasil perhitungan hasil belajar diperoleh nilai thitung
Uji homogenitas ini dilakukan untuk menganalisis (4,28406) ≥ ttabel (1,99006) maka hipotesis nol (H0) ditolak
hasil belajar subtema keberagaman makhluk hidup di dan Hipotesis alternatif (Ha) diterima. Selain itu N-Gain
lingkunganku yang bertujuan untuk mengetahui apakah data kelompok eksperimen A sebesar 68 dengan ketuntasan

- 58 -
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Guru Sekolah Dasar (JPPGuseda) Volume 04, Nomor 01, Maret 2021, Hal. 54 -59
http://journal.unpak.ac.id/index.php/jppguseda e-ISSN: 2623-0232 ; p-ISSN: 2623-0941

hasil belajar 92,7% sedangkan nilai N-Gain kelompok Bogor: Universitas Pakuan.
eksperimen B sebesar 55 dengan ketuntasan hasil belajar [5] Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran.
85,553% dan nilai Fhitung sebesar 1,04 lebih kecil dari Ftabel Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
yaitu 1,69. [6] Jihad, Asep dan Haris, Abdul. 2013. Evaluasi
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh nilai rata- Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo
rata kelompok eksperimen 1 ̅ = 68 dengan ketuntasan hasil Yogyakarta.
belajar sebesar 92,7%, kelompok kelas eksperimen 2 ̅ = 55 [7] Kristin, Firosalia dan Dwi Rahayu. (2016). “Analisis
dengan ketuntasan hasil belajar sebesar 85,53%. Dengan Model Pembelajaran Discovery Learning Dalam
demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SD”. H.90. Vol.
yang signifikan hasil belajar subtema keberagaman makhluk 2. No. 1
hidup di lingkunganku melalui model pembelajaran [8] Saifuddin. 2014. Pengelolaan Pembelajaran Teoretis
Discovey Learning dan model Problem Learning pada dan Praktis .Yogyakarta: Deepublish.
peserta didik kelas IV SDN bojongrangkas 01 kabupaten [9] Wicaksono, dkk. 2015. Teori Pembelajaran Bahasa
Bogor Tahun Ajaran 2019/2020. Hasil penelitian (Suatu Catatan Singkat). Yogyakarta: Garudhawaca.
menunjukkan bahwa hasil belajar Subtema keberagaman [10] Puspita dewi,Rizky , Agung Nugroho Catur Saputro
makhluk hidup di lingkunganku, dengan menerapkan model dan Ashadi. 2016. Penerapan Model Pembelajaran
Discovery Learning lebih baik, dibandingkan dengan model Discovery Learning untuk Meningkatkan Minat dan
Pembelajaran Problem Based Learning pada kelas IV. Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Kelarutan dan
Hasil Kali Kelarutan Kelas XI Mia 3 Semester Genap
SMA N 1 Teras Tahun Pelajaran 2015/2016. Jurnal
IV. SIMPULAN Pendidikan Kimia, Universitas Sebelas Maret.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, Volume 5, No 4, hal.115.
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar [11] Kurniasih, Imas dan Berlin, Sani. 2013. “Sukses
Subtema Kebersamaan dalam Kebergaman pembelajaran mengimplementasikan Kurikulum 2013 Memahami
ke satu, pembelajaran kedua, dan pembelajaran ke tiga pada Berbagai Aspek Dalam Kurikulum 2013”. Jakarta:
kelas IV dengan menggunakan model Discovery learning Kata Pena.
dan model Pembelajaran Problem Based Laerning. Hasil [12] Fathurrohman, Muhammad. 2015. Model-model
perhitungan hasil belajar diperoleh nilai thitung (2,3382) ≥ ttabel Pembelajaran Inovatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
(1,99167) maka hipotesis nol (H0) ditolak dan Hipotesis [13] Shoimin, Aris. 2017. 68 Model Pembelajaran
alternatif (Ha) diterima. Selain itu N-Gain kelompok Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-
eksperimen A sebesar 67 dengan ketuntasan hasil belajar Ruzz Media.
88,52% sedangkan nilai N-Gain kelompok eksperimen B [14] Widiasworo, Erwin. 2018. Strategi Pembelajaran
sebesar 56,57 dengan ketuntasan hasil belajar 81,89% dan Edutainment Berbasis Karakter. Yogyakarta: Ar-
nilai Fhitung sebesar 1,0734 lebih kecil dari Ftabel yaitu 1,84. Ruzz Media.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar Subtema [15] Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik
Kebersaaman dalam Keberagaman, pembelajaran kesatu, Kurikulum 2013. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.
pembelajaran kedua, dan pembelajaran ketiga dengan [16] Sugiyono. 2016. Metedologi Penelitian Kuantitatif,
menerapkan model Discovery Learning lebih efektif, Kualitatif, R & D. Bandung : Penerbit Alfabeta
dibandingkan dengan model Pembelajaran Problem Based [17] Vitasari, Rizka. Dkk. (2016). “Peningkatan Keaktifan
Learning pada kelas IV SDN Kebon Pedes 01 Kota Bogor Dan Hasil Belajar Matematika Melalui Model
Tahun Ajaran 2019/2020. Hal ini dikarekan model discovety Problem Based Learning Siswa Kelas V Sd Negeri 5
learning lebih menekankan kepada konsep dan prinsip Kutosari“. h.3. no 1. vol 2
dalam sintak pembelajaran. .

REFERENSI

[1] Warso, A.W.D.D. 2016. Penjaminan Mutu Proses


Pembelajaran Di Satuan Pendidikan Dasar &
Menengah. Yogyakarta: Graha Cendekia.
[2] Kurniasih, Imas dan Berlin, Sani. 2013. “Sukses
mengimplementasikan Kurikulum 2013 Memahami
Berbagai Aspek Dalam Kurikulum 2013”. Jakarta:
Kata Pena.
[3] Nahdi. 2018. “Eksperimetasi Model Problem Based
Learning Dan Model Discovery Learning Terhadao
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Ditinjau Dari Selfefficacy”. H.1. Vol. 1. No 2.
[4] Rostikawati, Teti. 2015. Strategi Pembelajaran Sd.

- 59 -

Anda mungkin juga menyukai