Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion

Edisi 6, Volume 2, Tahun 2014

TINJAUAN YURIDIS FUNGSI KONOSEMEN DALAM PERJANJIAN


PENGANGKUTAN BARANG DI LAUT

RANI / D 101 08 359

ABSTRAK
Penelitian ini berjudulTinjauan Yuridis Fungsi Konosemen dalam
Perjanjian Pengangkutan Barang di Laut. Dengan identifikasi masalahfungsi
konosemen sebagai dokumen kontrak pengangkutan barang dilaut dan fungsi
konosemen sebagai bukti kepemilikan barang, yang bertujuan untuk
menjelaskan sejauh mana fungsi konosemen sebagai dokumen kontrak
pengangkutan barang melalui laut bagi para pihak, memahami dan menjelaskan
berkaitan dengan kedudukan fungsi konosemen sebagai bukti kepemilikan
barang dalam pelaksanaannya .
Dengan Metode Penelitian Hukum Normatif, penelitian ini tertuju pada
studi bahan hukum primer menyangkut peraturan perundangan yang mengatur
tentang Fungsi Dan Peran Konosemen Dalam Perjanjian Pengangkutan Barang
Melalui Lautsecara khusus dan bahan hukum sekunder melalui proses
penelusuran literatur yang membahas mengenai hal tersebut serta kaitannya
dengan perjanjian pengangkutan barang di laut.Hasil Penelitian ini
menunjukkan bahwa fungsi konosemen sebagai dokumen kontrak pengangkutan
barang dilaut adalah suatu perjanjian yang dibuat secara tertulis dengan kata
lain Fungsi Pembuktian Kontrak Pengangkutan dalan konosemen adalah untuk
mengamankan transaksi, sedangkan fungsi konosemen sebagai bukti
kepemilikan barang adalahmemberikan hak kepada pemegangnya untuk
menerima barang-barang dengan menunjukan konosemen (bill of lading)
tersebut.

Kata Kunci : Fungsinya konosemen sebagai dokumen kontrak dan bukti


kepemilikan barang

I. PENDAHULUAN Selanjutnya menurut Pasal 504 KUHD tanda


A. Latar Belakang terima dimaksud jika dikehandaki oleh si
Dalam lalu lintas perdagangan melalui pengirim dapat ditukarkan dengan konosemen
pengangkutan laut, merupakan hal yang sangat (cognossement).
dibutuhkan oleh para pelaku ekonomi. Apalagi Uraian di atas dari segi sifatnya
pengiriman barang dalam jumlah yang besar, menunjukan terdapat perbedaan menyangkut
hal mana terhadap pelaku ekonomi atau surat tanda terima dan konosemen itu sendiri.
pebisnis tentunya sangat relevan dengan Ditilik dari maknanya ternyata kehendak
efesiensi dari segi ekonomi. penukaran tersebut dikarenakan surat tanda
Proses ini tentunya terdapat peristiwa terima itu, hanya merupakan tanda bukti
hukum yang melahirkan hubungan hukum penerimaan barang-barang yang diangkut saja,
perjanjian baik bagi si pengirim maupun sedangkan pengertian konosemen sendiri
penyelenggara pengiriman barang atau meliputi pengertian yang cukup luas, yaitu
pengangkut. Hubungan hukum perjanjian ini tidak hanya merupakan tanda bukti
lahir atas kesepakatan kedua belah pihak penerimaan barang tetapi juga merupakan
melalui instrument administrasi pengiriman surat berharga, yang dapat diperjual belikan
barang berupa tanda terima (onvangbewijs) dengan mudah. Dalam konteks ini tentunya
terhadap barang-barang angkutan tersebut. dari sudut pandang pelaku bisnis konosemen

1
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 6, Volume 2, Tahun 2014

mempunyai kedudukan yang sangat tersebut secara riil belum berada pada
menguntungkan dibanding sekedar surat tanda penguasannya.
terima. 1 Disisi lain dalam praktik konosemen
Pasal 506 KUHD menyebutkan apa tersebut dalam penerbitannya ada yang atas
yang dimaksud dengan konosemen yaitu : akta nama dan ada yang atas pengganti. Dari
bertanggal dalam mana si pengangkut kedudukan kedua konosemen ini menurut
menerangkan bahwa dia telah menerima H.M.N. Purwosutjipto,3karena konosemen
barang-barang tertentu untuk diangkut ke kepada pengganti ini mudah diserahkan
suatu tempat tertentu dengan alamat tertentu kepada orang lain, maka konosemen jenis ini
pula, selanjutnya menyerahkan barang-barang mudah diperjualbelikan. Hal tersebut yang
tersebut kepada seorang tertentu (penerima), terakhir ini merupakan unsur mutlak bagi surat
disertai dengan janji-janji (syarat-syarat) untuk berharga, dan dengan begitu konosemen jenis
penyerahan barang-barang itu. kepada pengganti mempunyai dua fungsi,
Ketentuan ini meliputi unsur-unsur dari yaitu sebagai bukti penerimaan barang-barang
konosemen itu adalah sebuah akta yang muatan yang diberikan oleh pengangkut dan
berisikan yaitu : sebagai surat berharga. Sedangkan konosemen
1. terdapatnya pencantuman tanggal atas nama karena peralihan haknya harus
penerimaan barang ; dengan sesi, yang prosedur peralihannya harus
2. pencantuman nama pengangkut ; melalui jalan yang berliku-liku, maka
3. pencantuman terhadap barang-barang konosemen ini sukar dijualbelikan. Hal ini
tertentu ; memang menjadi kehendak masing-masing
4. alamat tujuan barang ; pihak, yang menginginkan agar konosemen
5. kepada siapa penerimaan barang tersebut tersebut tidak diperjualbelikan. Konosemen
(ditunjuk di dalamnya) ; jenis ini bukan surat berharga, tetapi surat
6. klausula penyerahan barang ; serta yang berharga (papieren van waarde).
7. perbuatan penandatanganan B. Rumusan Masalah
Kedudukan Konosemen yang juga Berangkat dari uraian singkat di atas,
memuat perihal kebendaan, dimana ini berarti maka dalam skripsi ini penulis mencoba
bahwa konosemen juga mempunyai sifat mensistimatisasi permasalahan yang meliputi :
kebendaan (Droit de Suite) yang menunjukan 1. Bagaimanakahfungsinya konosemen
setiap pemegangnya berhak dan/atau menuntut sebagai dokumen kontrak pengangkutan
penyerahan barang-barang yang tercantum di barang dilaut ?
dalam konosemen tersebut kepada siapa 2. Bagaimanakah fungsi konosemen sebagai
penyelenggaraan pengangkutan itu diadakan. bukti kepemilikan barang ?
Lebih lanjut penyerahan konosemen, sebelum
barang-barang yang tersebut di dalamnya II. PEMBAHASAN
diserahkan oleh pengangkut, dianggap sebagai A. Fungsi Pembuktian Kontrak
suatu penyerahan barang-barang tersebut. 2 Pengangkutan
Kata dianggap pada pasal ini Kontrak merupakan makna khusus dari
menunjukan bahwa penyerahan konosemen itu pada perjanjian yang bermakna umum. Atau
sekaligus merupakan atau sama kedudukannya dengan kata lain bahwa kontrak selalu
bahwa penerima telah menerima barang- dimaknai adalah suatu perjanjian yang dibuat
barang sebagaimana yang tercantum di dalam secara tertulis.
konosomen tersebut walaupun barang-barang Peter Mahmud Marzuki,4 menyebutkan
bahwa fungsi kontrak di dalam bisnis adalah
1
H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok
3
Hukum Dagang Indonesia, Seri 5, Hukum Pelayaran H.M.N. Purwosutjipto, op cit., hlm., 215-216.
4
Laut dan Perairan Darat, Djambatan, Jakarta, 2000, Peter Mahmud Marzuki, Kontrak Bisnis
hlm., 207-208. Internasional (bahan kuliah Magister Hukum
2
Lihat Pasal 517a KUHD. UniversitasAirlangga), Surabaya, 2001, hlm.,1.

2
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 6, Volume 2, Tahun 2014

untuk mengamankan transaksi. Tidak dapat MenurutScheltemamenggolongkan surat


disangkal bahwa hubungan bisnis dimulai dari atas tunjuk dais surat atas pengganti itu menjadi tiga
kontrak. Tanpa adanya kontrak, tidak mungkin golongan, dimana sala satunya yaitu,
hubungan bisnis dilakukan. Kontrak dapat Zakenrechtelijke Papieren (suratsurat yang bersifat
dilakukan secara lisan maupun tertulis. hukum kebendaan).
Bahkan dalam Convention on International Kontrak yang terjalin berdasarkan
Sale of Goods tahun 1980 kontrak secara lisan kebebasan berkontrak menurut Pasal 1338
juga diakui. Akan tetapi mengingat bahwa KUHPdt juga wajib mengacu akan syarat
fungsi kontrak adalah untuk mengamankan sahnya perjanjian, khususnya syarat
transaksi bisnis, jika kontrak secara lisan oleh kecakapan dalam bentuknya konosemen (bill
para pihak dapat dipandang aman karena of lading) sebagaimana disebutkan dalam
integritas masing-masing pihak memang dapat ketentuan Pasal 504Pengirim dapat meminta
dijamin, mereka tidak perlu membuat kontrak agar pengangkut mengeluarkan konosemen
tertulis. Hanya saja apabila ada pihak ketiga tentang barang yang diterimanya untuk
yang mungkin keberatan dengan kontrak itu diangkut, dengan menarik kembali tanda
dan menantang kedua belah pihak harus terima, sekiranya telah dikeluarkan
membuktikan adanya kontrak itu dengan bukti olehnya.Pengirim di lain pihak wajib
lainnya. memberikan pada waktu yang tepat bahan-
Kontrak juga mempunyai fungsi bahan yang diperlukan guna pengisian
ekonomi, dan mengenai hal ini Michael J. konosemennya.Pasal 505, Nakhoda
Trebilock sebagaimana dikutip oleh Erman berwenang mengeluarkan konosemen barang-
Rajagukguk,5 menyebutkan bahwa sedikitnya barang yang diterima untuk dimuat di kapal
ada 4 (empat) fungsi kontrak bila dipandang yang dipimpinnya, kecuali jika ada orang lain
dari sudut ekonomi. Pertama, kontrak yang yang ditugaskan untuk mengeluarkannya.
memuat ganti rugi bila sala satu pihak Dari kedua ketentuan tersebut dapat
melakukan wanprestasi atau melanggar diketahui bahwa kecakapan untuk
kontrak, akan memberikan an essential check menerbitkan sebuah Konosemen (bill of
on opportunism in nonsimulataneous lading) atas permintaan pengirim adalah
exchange dengan menjamin pihak yang satu, perusahaan pengangkutan (perusahaan
dalam pelaksanaan kontrak, tidak berhadapan pelayaran) dan nahkoda kapal.
dengan resiko, daripada kerja sama dengan Konosemen (bill of lading) sebagai
pihak lainnya. Kedua memakai para pihak bukti kontrak pengangkutan dalam praktek
given categories of exchange dengan digantungkan pada, apakah pihak yang
seperangkat ketentuan kontrak (dimana menyewa yang memegang konosemen (bill of
mereka bebas untuk menentukannya bila lading). Apabila barang-barang diangkut
mereka mau) sehingga akan mengurangi dengan kapal oleh pihak yang menyewa,
transaction cost. Ketiga mengurangi ketidak konosemen (bill of lading) tidak menggantikan
hati-hatian para pihak dengan memberikan sewa kapal untuk keperluan mengatur
tanggung jawab kepada pihak yang hubungan kontraktual antara pemilik kapal
mengakibatkan kerugian kepada pihak dan pihak yang menyewa. Apabila pengangkut
lainnya. Keempat memformulasikan atau pemegang konosemen (bill of lading)
seperangkat ketentuan yang merupakan alasan pada saat itu adalah pihak yang menyewa
yang memaafkan dalam pelaksanaan kontrak maka ketentuan-ketentuan konosemenlah (bill
sehingga dapat dilaksanakannya efficient of lading) yang mengatur tentang kontrak
exchanges tetapi tidak mendorong pengangkutan. Sebagai aturan umum,
pelaksanaan inefficient exchanges yang tidak pengangkut berhak untuk meminta pemilik
memenuhi kriteria efisiensi pareto. kapal untuk bertanggung jawab atas barang-
barangnya dan meminta penyerahan barang-
5 barang tersebut berdasarkan ketentuan-
Erman Rajagukguk, Kontrak Dan Fungsinya,
Jurnal Magister Hukum UI, 1999, hlm. 46. ketentuan dalam konosemen (bill of lading).

3
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 6, Volume 2, Tahun 2014

Pemilik kapal karenanya tidak dapat dapat kita lihat konosemen (bill of lading)
mengandalkan dirinya pada ketentuan- yang diterbitkan oleh Perusahaan Pelayaran
ketentuan sewa kapal yang tidak dimaksud di tertentu.
dalam konosemen (bill of lading). Pengangkut Penandatangan konosemen yang
dan pemilik kapal, konosemen (bill of lading) diterbitkan, hanya ditandatangani oleh pihak
membuktikan kontrak pengangkutan dan perusahaan tersebut. Mengingat karakter
dalam hal demikian dapat ditambah atau konosemen merupakan suatu akta sebagaiman
dibatalkan dengan dokumen tambahan. Akan disebutkan di atas, maka dapat dikatakan
tetapi sepanjang, di antara pemilik kapal dan konosemenn (bill of lading) dimaksud
penerima barang di dalam materi konosemen menyimpangi ketentuan Pasal 1320 jo Pasal
(bill of lading) tersebut sesuai dengan kontrak 1339 KUHPdt disebutkan bahwa : “Suatu
pengangkutan. Sejalan dengan hal jika perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal
dikatakan bahwa konosemen tersebut adalah yang secara tegas dinyatakan di dalamnya,
suatu akta yang wajib ditanda tangani oleh tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut
para pihak, maka adakalanya di dalam praktek sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan,
terdapat konosemen yang di tanda tangani kebiasaan atau undang-undang. Keberlakuan
hanya oleh satu pihak di sisi lain pasal-pasal di dalam KUHPdt terhadap
ditandatangani oleh lebih dari satu pihak. ketentuan KUHD di dasarkan pada ketentuan
Dalam perspektif hukum kontrak, dikatakan Pasal 1 KUHD sebagai muatan prinsip atau
bahwa kontrak tidak lain adalah perjanjian asas lex specialis derogate lex generali.
yang sengaja dibuat secara tertulis sebagai Pembubuhan tanda tangan para pihak
suatu alat bukti bagi para pihak. Untuk itu, berdasarkan kesepakatan menjadi sangat
kontrak dibuat dengan pembubuhan tanda penting, mengingat kepentingan pihak-pihak
tangan sebagai tanda persetujuan dan yang dikuasai oleh hukum konosemen
kesepakatan atas apa yang terurai di dalam sebagaimana tertuang dalam KUHD.
kontrak dimaksud. Konosemen sebagai suatu Pengakuan penerimaan barang-barang
akta yang memang sengaja dibuat untuk yang disebutkan di dalamnya oleh pengangkut
dijadikan alat bukti tentang suatu peristiwa biasanya berisi bermacam-macam pernyataan
dan ditandatangani. Dari uraian tersebut di tentang jumlah dan keadaan barang. Apabila
atas dapat disimpulkan bahwa untuk dapat konosemen (bill of lading) tersebut dibuat
dikatakan konosemen adalah suatu akta, maka dengan adanya unsur penipuan atau kelalaian,
surat tersebut harus : maka pernyataan tersebut dapat dijadikan
1. ditandatangani; dasar tindakan oleh pihak ketiga (yang
2. memuat peristiwa yang menjadi dasar mengalami kerugian) atas perbuatan melawan
sesuatu hak atas perikatan; hukum yang dilakukan oleh pengangkut,
3. diperuntukan untuk alat bukti. khususnya pihak penerima barang yang
Khususnya konosemen (bill of lading) menerima dan membayar dokumen pelayaran
yang hanya ditandatangani oleh satu pihak dalam keadaan yang fakta sebenarnya telah
saja sebagaimana dimungkinkan oleh Pasal diungkapkan, maka penerima barang akan
504 KUHD,6 berdasarkan permintaan menolaknya.
pengirim dengan memperlihatkan sekaligus Mengandung anti meliputi seluruh
menarik kembali tanda terima barang untuk perjanjian, baik yang namanya dikenal maupun
diganti dengan konosemen oleh pengangkut yang tidak dikenal oleh undangundang. Asas
yang bersangkutan. Jenis konosemen (bill of kebebasan berkontrak (contract vrijheid)
lading) ini dalam praktek karakterististiknya berhubungan dengan isi perjannan, yaitu
menentukan“apa”dan “siapa” perjanjian itu
diadakan. Perjanjian yang diperbuat sesuai dengan
6
Bandingkan ketentuan Pasal 504 dan 505 ketentuan Pasal 1320 BW ini mempunyai kekuatan
dimana kedua Pasal tersebut secara tegas memisahkan
dapatnya orang atau badan hukum dalam menerbitkan
konosomen.

4
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 6, Volume 2, Tahun 2014

mengikat.7Hal ini mengandung maksud untuk membongkar/mengangkut……………


meyatakan kekuatan perjanjanjian,yaitu kekuatan …………….dst
yang sama dengan suatu Undang-undang. 2. Konosemen Perusahaan Pelayaran PT. Y,
Kekuatan seperti itu diberikan kepada semua dalam klausul perjanjiannya disebutkan
perjanjian yang dibuat secara sah. Perkataan sebagai berikut :
"semua".8 a. Nahkoda kapal akan menggati kerugian
Ketentuan penyerahan barang dengan dan barang-barang hilang oleh karena
konosemen yang diatur dalam Pasal 509 kesalahan menurut faktur, demikian juga
KUHD tidak secara tegas memisahkan oleh nahkoda kesasar ………….dst
siapa yang menerbitkan konosemen b. Sipengirim maupun sipenerima
sebagaimana yang diatur dalam ketentuan memeuat dan membongkar barangnya
Pasal 504 (oleh pengangkut) jo Pasal 505 dengan ongkos ………………dst.
KUHD (oleh nahkoda), sehingga konsekuensi Gambaran tersebut dapat disimpulkan
logis dalam hal kerugian yang mungkin bahwa terlepas dari ketentuan baik yang diatur
diderita karenanya dalam hal timbul dalam Pasal 504 jo Pasal 505 KUHD, dalam
perselisihan antara para pihak diserahkan hal pertanggungjawaban hukum dengan
kepada keputusan hakim. Peristiwa hukum diterbitkannya konosemen (bill of lading)
yang diatur dalam ketentuan Pasal 509 KUHD kesemuanya bermuara pada Nahkoda. Hal
tentunya menyangkut pertanggungjawaban tersebut sesungguhnya tidak lepas dari adanya
hukum kepada siapa hal tersebut ditujukan. kedudukan yang tidak seimbang, bukankah
Bertumpu pada penerbitan konosemen (bill of antara perusahaan pengangkutan dan nahkoda
lading) sebagaimana terlampir, baik keduanya terikat pula dalam perjanjian perburuhan.
dalam klausul perjanjiannya ditetapkan Sehingga makna yang tersurat dalam klausul
kewajiban Nahkoda menanggung kerugian adalah perjanjian baku atau kontrak baku,
yang timbul dari penerbitan konosemen (bill yang sering disertai dengan klausula
of lading) tersebut. Yang secara rinci dapat eksonerasi, yaitu suatu klausula yang
digambarkan sebagai berikut : bermaksud untuk membatasi, mengurangi
1. Konosemen Perusahaan Pelayaran PT.X, atau bahkan mungkin mengalihkan
dalam klausul perjanjiannya disebutkan tanggung jawab kepada pihak lain. Sehingga
sebagai berikut : tepatlah apa yang dikatakan Engels, klausula
a. Nahkoda bertanggung jawab eksonerasi tersebut dapat dituangkan dalam
menyampaikan barang-barang yang tiga bentuk yuridis, yakni pengurangan atau
dimuatnya kepada penerima di penghapusan tanggung jawab, pembatasan
pelabuhan tujuan, dan senantiasa atau penghapusan kewajiban-kewajiban,
memelihara muatannya selama berada salah satu pihak dibebani dengan kewajiban
dalam pengawasannya serta untuk memikul tanggung jawab pihak lain yang
berkewajiban mengganti kerugian mungkin ada, untuk kerugian yang diderita oleh
………..dst. pihak ketiga.
b. Sesampainya dipelabuhan Nahkoda B. Fungsi Dokumen Kepemilikan
segera memberitahukan kedatangan Konosemen (bill of lading) seringkali
kepada penerima. digambarkan sebagai dokumen kepemilikan
c. Paling lambat 3 (tiga) hari setelah yang memberikan kesempatan kepada pemilik
pemberitahuan Nahkoda, penerima harus barang untuk menerima kredit dalam
telah penjualan internasional. Akan tetapi, menjadi
penting untuk dicatat bahwa konosemen (bill
of lading) dapat dianggap sebagai dokumen
7
Mariam Darus Badrulzaman, dkk, Kompilasi Hukum kepemilikan hanya apabila ia adalah kosomen
Perikatan, Cetakan Pertama, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, (bill of lading) atas perintah (an order bill)
(2001) yang berdasarkan itu, pengangkut barang
8
Subekti, Aneka Perjanjanjian, cetakan keenam,
Alumni, Bandung, 1995,h.lm.,5. setuju untuk menyerahkan barang di

5
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 6, Volume 2, Tahun 2014

pelabuhan yang dituju atau pihak yang Dalam hal ini pembentuk undang-undang
ditunjuk atau penggantinya. Sedangkan memberikan penyelesaian sebagai berikut: 9
konosemen (bill of lading) yang bersifat a. Bila tidak dapat diselesaikan dalam kurun
langsung dan untuk pengiriman bukanlah waktu yang singkat mengenai siapa
dokumen kepemilikan walaupun ia harus pemegang konosemen yang berhak untuk
ditunjukan sebelum pengangkut dapat menerima penyerahan, maka si pengangkut
menyerahkan barang-barang-barang yang diwajibkan menyimpan barang barang
diangkutnya. muatan itu dalam suatu gudang di
Sebagai dokumen kepemilikan, pelabuhan tujuan atas beban yang berhak.
konosemen (bill of lading) memberikan hak Jika dipelabuhan tujuan tidak ada gudang
kepada pemegangnya untuk menerima barang- penyimpanan, maka pengangkut berhak
barang dengan menunjukan konosemen (bill of dapat mengangkut barang-barang muatan it
lading) tersebut. Karenanya, penyerahan uterus ke pelabuhan terdekat yang ada
kepada pemegang konosemen (bill of lading), gudang penyimpanannya (Pasal 516 ayat
sekalipun apabila ia belum membayar barang (1), (2) KUHD)
tersebut, membebaskan pemilik kapal dari b. Apabila barang-barang itu ada yang lekas
kewajiban apapun, dengan ketentuan bahwa rusak/busuk, maka atas permintaan setiap
penyerahan tersebut dibuat dengan itikad baik pemegang konosemen, barang-barang yang
dan tanpa adanya pemberitahuan tentang akan lekas rusak itu dapat dijual lelang
cacatnya kepemilikan pemegang barang- (Pasal 516 Ayat (3) KUHD)
barang tersebut atau klaim tandingan atas c. Siapa dari kedua orang pemegang
barang-barang tersebut. Pemilik kapal konosemen yang lebih berhak daripada
bertanggung jawab atas pelanggaran yang lain, ditentukan dalam Pasal 517
perjanjian pengangkutan dan/atau perubahan KUHD, yang isi pokoknya adalah sebagai
kargo apabila barang-barang diserahkan berikut : pemegang konosemen yang
kesuatu pihak tanpa adanya konosemen (bill of langsung menerima dari pemegang
lading). Pengangkut yang menyerahkan kargo konosemen dua-duanya, yang tidak
tanpa konosemen (bill of lading) bertanggung diserahkan dengan cuma-cuma (order
jawab atas penyerahan tersebut. bezwarende title) kepada seorang yang
Penukaran konosemen (bill of lading) jujur (ter goeder trouw) adalah pemegang
sangat sering pula terjadi di dalam praktek, hal konosemen yang lebih berhak dari pada
ini sangat berisiko bagi pemilik kapal, lainnya.
terutama apabila penukaran tersebut tidak Lebih lanjut, penentuan pemegang
dilakukan dengan sempurna dan terdapat lebih konosemen yang lebih berhak dari pada yang
dari satu konosemen (bill of lading) oleh dua lainnya, seperti yang ditentukan oleh Pasal
orang pemegang konosemen yang menuntut 517 KUHD, tidak berarti bahwa pemegang
penyerahan barang yang sama. Dalam konteks konosemen yang lebih berhak itu adalah yang
ini meskipun Pasal 507 KUHD benar-benar berhak atas barang yang
memungkinkan penerbitan dua lembar atau bersangkutan. Pasal 517 KUHD hanya
lebih konosemen (bill of lading) yang dapat bertujuan, bila barang-barang sudah
diperdagangkan, tetapi bagi kedua lembar diserahkan kepada pemegang konosemen
konosemen itu berlaku asas seluruhnya untuk sebagai dokumen pengangkutan dan surat
satu dan satu untuk seluruhnya. Hal ini terjadi berharga sudah tidak berlaku lagi. Sesudah
misalnya, karena seseorang pemegang barang-barang yang bersangkutan diserahkan
konosemen (bill of lading) menjual masing- kepada pemegang konosemen yang lebih
masing konosemennya kepada dua orang yang berhak, seperti yang ditentukan dalam Pasal
berbeda.
9
H.M. Purwosutjipto, Pengertian Pokok-Pokok
Hukum Dagang Indonesia, Hukum Pelayaran Laut dan
Perairan Darat, Djambatan, Jakarta, 2000., hlm., 223.

6
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 6, Volume 2, Tahun 2014

517 KUHD, maka masih ada kemungkinan dipakai untuk konosemen atas nama yang
adanya perselisihan tentang siapa yang benar- kan diserahkan kepada orang lain. Sesi ini
benar berhak atas barang-barang tersebut. dilakukan dengan cara membuat akta
Siapa yang benar-benar berhak atas otentik atau di bawah tangan, dengan mana
barang-barang yang bersangkutan, dapat hak kebendaan itu diserahkan kepada orang
diketemukan dalam Pasal 517a KUHD, yang lain. Akta ini ditandatangani oleh yang
menentukan bahwa penyerahan konosemen menyerahkan dan sipenerima hak.
secara sah, berarti sama dengan penyerahan b. Endosemen, dilakukan dengan cara
barang-barang itu sendiri. Hal ini dapat penyerahan bagi konosemen kepada
disamakan dengan penyerahan kunci atas pengganti kepada orang lain. Adapun
rumah/gudang, dimana barang-barang yang caranya ialah dengan menulis pada
akan diserahkan itu berada, hal ini berarti konosemen (bill of lading) itu kata-kata
bahwa pemilik kunci rumah/gudang tersebut yang berbunyi, “untuk saya kepada tuan
adalah juga pemilik barang-barang yang ada di …….atau pengganti” dan ditandatangani,
dalamnya (Pasal 612 Ayat (1) KUHPdt. sesuadah mana konosemen itu diserahkan
dengan demikian ada kemungkinan, barang kepada yang bersangkutan secara fisik.
muatan kapal, sebelum diserahkan kepada c. Penyerahan fisik sebagaimana ditentukan
pemegang konosemen yang lebih berhak, Pasal 613 Ayat (3) KUHPdt, penyerahan
disita lebih dulu atas permintaan pemegang konosemen kepada pembawa cukup
konosemen yang lain, dengan alas an bahwa dilakukan dengan penyerahan fisik, yaitu
dialah yang berhak atas barang-barang itu. tanpa menulis kata apa-apa, konosemen ini
kalau pensitaan itu terjadi, maka pengangkut langsung diserahkan kepada pemilik baru
tidak boleh menyerahkan barang-barang itu oleh pemegang.
kepada siapapun. Dalam hal ini yang Karena konosemen kepada pengganti
dipedomani adalah ketentuan Pasal 516 dan kepada pembawa ini mudah diserahkan
KUHD, dalam mana ditentukan barang-barang kepada orang lain, maka konosemen jenis ini
itu harus disimpan dalam gudang pelabuhan mudah diperjualbelikan. Hal yang terakhir ini
alamat. Sesudah mana perselisihan mengenai merupakan unsur mutlak dari surat berharga.
siapa yang benar-benar berhak atas barang-
barang itu diajukan kepada Pengadilan Negeri III. PENUTUP
setempat. A. Kesimpulan
Apabila seseorang dengan kepentingan Dari uraian yang dikemukakan dalam
atau hak atas barang-barang yang disebutkan pembahasan menyangkut perjanjian
di dalam konosemen (bill of lading) pengangkutan barang di laut dengan
mengalami kerugian atau kerusakan sebagai instrument konosemen (bill of lading) dapat
akibat pelanggaran kontrak pengangkutan disimpulkan bahwa dalam perjanjian tersebut
akan tetapi hak untuk menuntut atas konosemen mempunyai fungsi dan peran
pelanggaran terletak pada orang lain, maka sebagai berikut :
orang lain tersebut berhak untuk 1. Fungsi Pembuktian Kontrak, nampak pada
melaksanakan hak untuk menuntut demi adanya para pihak sebagai kontraktan yang
kepentingan pihak yang mengalami kerugian yang termuat dalam surat konosemen (bill
kerugian atau kerusakan dalam hal yang sama of lading), penentuan tempat/tanggal,
sebagaimana hak tersebut dapat dilaksanakan obyek perjanjiannya, hak dan kewajiban
apabila hak tersebut terletak pada orang yang serta pembubuhan tanda tangan.
berhak untuk melaksanakan hak itu. 2. Fungsi Dokumen Kepemilikan, dimana
Prinsipnya penyerahan konosemen (bill kedudukan konosemen yang juga memuat
of lading) kepada orang lain dilaksanakan perihal kebendaan, dimana ini berarti
dengan beberapa cara, yaitu : bahwa konosemen juga mempunyai sifat
a. Sesi (cessie), cara ini diatur dalam Pasal kebendaan (Droit de Suite) yang
613 Ayat (1) dan (2) KUHPdt. cara ini menunjukan setiap pemegangnya berhak

7
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 6, Volume 2, Tahun 2014

dan/atau menuntut penyerahan barang-


barang yang tercantum di dalam
konosemen tersebut kepada siapa
penyelenggaraan pengangkutan itu
diadakan.
B. Saran
Berkenaan dengan perjanjian
pengangkutan laut dengan menggunakan
instrument konosemen, dimana fungsinya
selain sebagai bukti kontrak maupun dokumen
kepemilikan yang keduanya merupakan satu
kesatuan dalam tataran pelaksanaanya, dalam
hal kepastian hukum dianggap perlu untuk
dicermati menyangkut hal-hal sebagai berikut:
1. prasyarat konosemen sebagai suatu akta
2. demi keadilan, dalam hal pembebanan
pertanggungjawaban dalam klausula
perjanjian konosemen dianggap perlu untuk
mengacu pada kepatutan dan kelaziman
menurut ketentuan yang berlaku secara
proporsional.
3. Prasyarat konosemen (bill of lading) dapat
dianggap sebagai dokumen kepemilikan
dan bukan dokumen kepemilikan
dipandang perlu terdapat penegasan secara
tertulis dalam formatnya.

8
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 6, Volume 2, Tahun 2014

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Dagang Tentang Surat-Surat Berharga,PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, 1998.
H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Seri 5, Hukum
Pelayaran Laut dan Perairan Darat, Djambatan, Jakarta, 1985.
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung, 1994.
Subekti, Aneka Perjanjian, Cetakan Kesepuluh, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995.
Niniek Suparni, S.H., Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Kepailitan, Rineka
Cipta, Jakarta, 2006.

B. Peraturan Perundang-Undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)

C. Jurnal/Makalah
Erman Rajagukguk, Kontrak Dan Fungsinya, Jurnal Magister Hukum UI, 1999.
Peter Mahmud Marzuki, Batas-Batas Kebebasan Berkontrak, Yuridika, Vol.18,No., Mei
2003
----------------------------------, Kontrak Bisnis Internasional (bahan kuliah Magister Hukum
UniversitasAirlangga), Surabaya, 2001.

9
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 6, Volume 2, Tahun 2014

BIODATA

RANI, Lahir di Serang, 02 Mei 1987, Alamat Rumah Jalan Raden Saleh
Nomor 22 Palu Sul-Teng, Nomor Telepon +6285920055305, Alamat
Email rjrandi2@gmail.com

10

Anda mungkin juga menyukai