Anda di halaman 1dari 9

Pelanggaran Kosmetik Ilegal (Krim HN) terhadap Produk yang

Tidak Memenuhi Standarisasi BPOM

Oleh :
Halisa Dwi Humaira (30423563)
Kelas 1ID11

Progam Studi Teknik Industri


Fakultas Teknologi Industri
Universitas Gunadarma
Tahun 2024
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perusahaan kosmetik ilegal seringkali terlibat dalam praktik-praktik yang
melanggar standarisasi BPOM, dan fenomena ini dapat dikaitkan dengan berbagai
faktor. Salah satu faktor utama adalah keuntungan ekonomi. Beberapa perusahaan
mungkin berupaya menghindari biaya dan kerumitan yang terkait dengan pemenuhan
standar BPOM, yang melibatkan uji keamanan dan persyaratan izin yang
membutuhkan sumber daya finansial yang signifikan. Hasrat untuk memaksimalkan
profitabilitas bisa mendorong perusahaan untuk mencari pintu pintas ilegal.
Regulasi yang tidak ketat atau penegakan hukum yang kurang efektif juga
dapat menjadi faktor kontributor. Di lingkungan dengan kontrol yang kurang ketat,
perusahaan mungkin merasa dapat beroperasi tanpa risiko serius atau sanksi hukum
yang signifikan. Ini dapat memberikan dorongan tambahan untuk melanggar aturan
dan tidak mematuhi standar BPOM.
Ketidakpedulian terhadap kesehatan konsumen juga dapat memainkan peran
penting. Beberapa perusahaan mungkin mengabaikan standarisasi BPOM demi
keuntungan, memilih menggunakan bahan-bahan murah atau tidak diizinkan tanpa
memperhatikan potensi risiko bagi pengguna. Keputusan ini seringkali mendasari
ketidakpahaman atau kebijakan internal yang buruk terkait dengan kepatuhan
regulasi.
Persaingan yang sengit di industri kosmetik dapat mendorong perusahaan
untuk mencari cara agar produk mereka lebih menarik secara harga. Ini dapat
menggoda perusahaan untuk mengabaikan standarisasi dan menghasilkan produk
dengan biaya produksi lebih rendah yang mungkin tidak mematuhi regulasi. Tuntutan
pasar yang tinggi seringkali menjadi pemicu untuk mempercepat produksi dan
distribusi, tanpa memperhatikan standar keamanan yang telah ditetapkan oleh BPOM.
Penting untuk mencatat bahwa, meskipun faktor-faktor ini dapat memberikan
gambaran tentang latar belakang perusahaan kosmetik ilegal yang melanggar
standarisasi BPOM, tindakan semacam ini tetap tidak dapat dibenarkan karena dapat
membahayakan kesehatan konsumen dan melanggar hukum. Upaya penguatan
regulasi, penegakan hukum yang lebih ketat, dan peningkatan kesadaran industri
dapat menjadi langkah-langkah kunci untuk mengatasi tantangan ini.

1.2 Tujuan
Studi kasus ini bertujuan mengidentifikasi faktor pelanggaran standarisasi
BPOM oleh perusahaan kosmetik illegal (krim HN) melalui analisis bahan baku yang
digunakan. Evaluasi terhadap dampak kesehatan dan keamanan konsumen.

1.3 Sistematika Penulisan


Berikut adalah sistematika penulisan paper yang saya buat :
1. BAB I PENDAHULUAN
Pada bagian bab ini berisi latar belakang masalah, tujuan dan sistematika dari judul
yang terkait.
2. BAB II LANDASAN TEORI
Pada bagian bab ini berisi pengertian dari standarisasi, bahan baku dan BPOM.
3. BAB III PEMBAHASAN
Pada bagian bab ini merupakan hasil pembahasan dan Solusi dari standarisasi bahan
baku BPOM
4. BAB IV KESIMPULAN
Pada bagian bab ini tentang kesimpulan dan saran.
5. DAFTAR PUSTAKA
Pada bagian ini berisi referensi yang digunakan oleh penulis.
BAB II
LANDASAN TEORITIS

2.1 Kosmetik
Kosmetik adalah suatu produk yang digunakan untuk meningkatkan
penampilan fisik atau aroma tubuh, serta untuk membersihkan, melindungi, merawat,
atau mengubah penampilan luar tubuh manusia. Produk kosmetik mencakup berbagai
macam item seperti krim, lotion, parfum, pewarna rambut, dan produk perawatan
kulit lainnya. Poin penting dalam kosmetik adalah bahwa produk ini tidak
dimaksudkan untuk mengobati atau mencegah penyakit, seperti halnya obat-obatan.

2.2 Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)


Lembaga pemerintah di Indonesia yang bertanggung jawab untuk mengawasi
dan mengatur obat, makanan, dan juga kosmetik. BPOM memegang peranan penting
dalam pendaftaran dan evaluasi produk kosmetik sebelum diizinkan untuk beredar di
pasaran. Produk kosmetik harus melewati proses evaluasi untuk memastikan bahwa
bahan-bahan yang digunakan aman dan sesuai dengan standar keamanan yang
ditetapkan oleh BPOM. Peran BPOM dalam mengatur kosmetik bertujuan untuk
melindungi konsumen dari risiko kesehatan yang mungkin ditimbulkan oleh produk
kosmetik yang tidak memenuhi standar keamanan.

2.3 Bahan Baku


Bahan baku dalam kosmetik adalah komponen-komponen yang digunakan
untuk membuat produk kecantikan. Sumbernya beragam, termasuk tumbuhan, hewan,
mineral, dan senyawa sintetis. Pemilihan bahan baku mempertimbangkan keamanan
dan keefektifan, diatur oleh badan pengawas seperti BPOM di Indonesia.
Fungsi bahan baku mencakup memberikan kelembutan, warna, tekstur,
kestabilan, dan daya tahan produk. Produk kosmetik sering kali melibatkan kombinasi
berbagai bahan baku. BPOM memainkan peran kunci dalam memastikan keamanan
produk melalui pemeriksaan sebelum izin peredaran.
Sementara inovasi terus dilakukan, tren keberlanjutan juga memengaruhi
pemilihan bahan baku. Beberapa perusahaan kosmetik memilih bahan baku yang
mendukung etika dan keberlanjutan. Ini menunjukkan tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap konsumen dan lingkungan. Sehingga, bahan baku dalam
kosmetik bukan hanya tentang menciptakan produk berkualitas, tetapi juga
memperhatikan dampak holistiknya.
2.4 Peraturan dan Standarisasi BPOM
Regulasi BPOM Indonesia untuk produk kosmetik melibatkan pendaftaran dan
izin edar sebelum penjualan, termasuk persyaratan labeling yang jelas. Bahan-bahan
yang diperbolehkan diawasi ketat, dan produk harus lulus uji untuk keamanan.
Pemantauan produksi, penanganan keluhan, dan pembaruan regulasi berkala juga
ditekankan. Keterlibatan BPOM dalam kerja sama internasional memastikan
kesesuaian dengan standar global. Kepatuhan terhadap regulasi ini krusial untuk
keamanan dan kepercayaan konsumen, serta mendukung inovasi dan pengembangan
produk sesuai standar kualitas.

2.5 Konsekuensi Hukum Pelanggaran Kosmetik


Produsen atau distributor yang terlibat dalam pelanggaran kosmetik ilegal
berisiko menghadapi konsekuensi hukum serius. Otoritas pengawas, seperti Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dapat memberikan sanksi administratif seperti
pencabutan izin edar, penarikan produk dari pasar, atau larangan produksi. Denda dan
sanksi keuangan dapat dikenakan sebagai hukuman langsung, dan pihak yang
dirugikan bisa mengambil tindakan hukum perdata untuk mendapatkan ganti rugi.
Penghentian produksi atau distribusi produk yang melanggar aturan juga merupakan
kemungkinan, sementara pelanggaran serius dapat mengakibatkan sanksi pidana.
Selain itu, reputasi merek dapat rusak, menyebabkan kerugian bisnis jangka panjang.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Ketidakpatuhan Pemilik Terhadap Penggunaan Bahan Baku


Krim HN ini sendiri dimiliki oleh apoteker yang bernama Hetty Nugrahati.
Menurut berita yang beredar pemilik dari krim HN tersebut tidak ingin kehidupan
pribadinya terekpos oleh media. Sampai saat ini pun tidak ada yang mengetahui
Alamat rumah dari pemilik krim HN ini.
Krim ini belum memperoleh persetujuan izin edar dari Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM). Validasi informasi ini dapat dilakukan langsung melalui
laman BPOM. Seiring dengan belum diperolehnya izin edar dari BPOM, keamanan
penggunaan krim HN belum secara resmi dipastikan untuk perawatan kulit.
Meskipun diiklankan sebagai formula krim racikan dokter, kurangnya
informasi spesifik mengenai proses produksi dan komposisi bahan dalam krim ini
menjadi suatu kekhawatiran serius. Selain itu, kemasan krim ini juga tidak
mencantumkan komposisi bahan yang digunakan, sehingga menimbulkan keraguan
akan keamanannya untuk perawatan kulit.
Sejak tahun 2021, BPOM mencatat adanya kandungan merkuri dalam krim
ini. Lebih lanjut, toner dari HN juga terdeteksi mengandung metanol melebihi batas
yang diizinkan. Temuan ini menimbulkan keraguan serius terhadap keamanan dan
kualitas produk ini dalam konteks perawatan kulit.

3.2 Dampak Terhadap Konsumen


Beberapa dampak yang mungkin terjadi akibat menggunakan Cream HN palsu
mencakup:
1. Pengelupasan Kulit:
- Efek pengelupasan kulit sebenarnya dapat dialami dengan menggunakan Cream
HN yang asli yang telah disetujui oleh BPOM. Namun, perlu dicatat bahwa dampak
ini bersifat sementara dan akan hilang tanpa efek samping jangka panjang. Berbeda
halnya dengan Cream HN palsu yang diproduksi oleh produsen nakal, di mana
formulanya tidak sesuai standar. Akibatnya, bahan kimia yang digunakan dapat
menyebabkan reaksi tidak menyenangkan, termasuk pengelupasan kulit dalam jangka
waktu yang lebih lama.
2. Timbulnya Jerawat:
- Munculnya jerawat bisa menjadi tanda bahwa produk tidak cocok dengan jenis
kulit atau karena kualitas bahan yang digunakan rendah. Penting untuk
memperhatikan apakah efek ini berlangsung terus-menerus. Jika jerawat terus muncul
saat menggunakan Cream HN, segera hentikan penggunaannya. Periksa apakah
produk tersebut telah memiliki izin dari BPOM atau malah sudah kedaluwarsa tanpa
disadari. Gantilah dengan produk yang baru dan asli jika ingin menghindari dampak
penggunaan Cream HN palsu.
3. Ketergantungan:
- Salah satu tanda khas Cream HN palsu adalah efek jangka pendek yang cepat
terlihat, seperti kulit wajah yang tampak lebih putih dalam waktu singkat. Namun,
ketika penggunaan dihentikan, efek tersebut hilang dan kulit kembali seperti semula.
Hal ini dapat menciptakan ketergantungan untuk mempertahankan hasil tersebut.
Berbeda dengan Cream HN yang asli, yang mungkin memerlukan waktu lebih lama
untuk melihat hasil tetapi tidak menimbulkan ketergantungan, serta memberikan
dampak yang lebih alami.

3.3 Hukum Pelanggaran tidak Sesuai dengan Standarisasi


Ketentuan terkait kosmetik dan regulasi bahan baku kosmetik di Indonesia
diatur dalam undang-undang dan peraturan yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas
Obat dan Makanan (BPOM). Beberapa undang-undang dan peraturan yang relevan
meliputi:
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan:
- Undang-undang ini mencakup ketentuan terkait kesehatan masyarakat, termasuk
pengaturan tentang obat dan makanan, yang mencakup kosmetik.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2019 tentang Kosmetika:
- Peraturan ini mengatur secara rinci tentang registrasi, pengawasan, dan
persyaratan kosmetik di Indonesia, termasuk persyaratan bahan baku yang diizinkan.
3. Peraturan Kepala BPOM Nomor HK.03.1.23.11.12.10788 Tahun 2015 tentang Tata
Cara Pemberian Izin Edar Produk Kosmetika:
- Peraturan ini mengatur tata cara pemberian izin edar produk kosmetik, termasuk
persyaratan terkait bahan baku.
4. Peraturan Kepala BPOM Nomor 17 Tahun 2019 tentang Persyaratan Bahan Baku
Kosmetika:
- Peraturan ini memberikan panduan dan persyaratan teknis terkait bahan baku yang
dapat digunakan dalam produk kosmetik.
5. Peraturan Kepala BPOM Nomor 10 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan
Kewajiban Pelaku Usaha pada Bidang Pengawasan Kosmetika:
- Peraturan ini mengatur kewajiban pelaku usaha dalam menjaga kualitas,
keamanan, dan keberlanjutan produk kosmetik.
6. Peraturan Kepala BPOM Nomor 14 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pendaftaran
Produk Pencucian Gigi dan Mulut, Produk Kosmetika, dan Produk Pemutih Kulit:
- Peraturan ini mencakup tata cara pendaftaran produk kosmetik, termasuk tahapan
evaluasi bahan baku.

Semua peraturan ini menciptakan kerangka hukum yang jelas untuk industri
kosmetik di Indonesia dan memberikan landasan hukum bagi tindakan pencegahan
dan penegakan hukum terhadap pelanggaran standarisasi dan penggunaan bahan baku
ilegal. Pelanggaran terhadap regulasi ini dapat menyebabkan sanksi administratif,
denda, atau tindakan hukum lebih lanjut, sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku.
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Dalam kesimpulan, dapat disimpulkan bahwa praktik pelanggaran standarisasi
BPOM oleh perusahaan kosmetik ilegal, seperti yang terjadi pada krim HN,
menimbulkan risiko serius terhadap kesehatan konsumen. Kurangnya izin edar,
ketidakjelasan komposisi, dan temuan bahan berbahaya seperti merkuri dan metanol
menciptakan keraguan terhadap keamanan produk. Konsumen perlu meningkatkan
kewaspadaan dan memilih produk yang telah mendapatkan izin resmi dari BPOM
untuk menghindari dampak negatif pada kesehatan.

4.2 Saran
• Kepada Pemilik dan Produsen:
1. Memberikan transparansi mengenai proses produksi dan komposisi bahan.
2. Mengajukan izin edar dari BPOM untuk memastikan keamanan dan kualitas
produk.
Mematuhi regulasi dan standar keamanan yang ditetapkan oleh BPOM.
• Kepada Konsumen:
1. Memilih produk yang telah mendapatkan izin edar resmi dari BPOM.
2. Menghindari penggunaan produk ilegal atau palsu yang berisiko merugikan
kesehatan.
3. Meningkatkan kesadaran akan bahaya penggunaan produk tanpa izin dan standar
BPOM.
• Pemerintah dan BPOM:
1. Memperketat pengawasan terhadap produksi dan peredaran produk kosmetik
ilegal.
2. Meningkatkan penegakan hukum terhadap pelanggaran standarisasi dan
penggunaan bahan baku ilegal.
3. Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menggunakan produk yang
terverifikasi dan aman.

4.3 Opini
Keselamatan dan kualitas produk kosmetik harus menjadi prioritas utama.
Pemilik dan produsen memiliki tanggung jawab moral dan hukum untuk memastikan
keamanan konsumen. Konsumen perlu dilibatkan dalam upaya melindungi diri
mereka sendiri dengan menjadi konsumen yang cerdas. Pemerintah dan BPOM perlu
meningkatkan upaya pengawasan dan penegakan hukum guna menciptakan
lingkungan bisnis yang lebih aman dan terpercaya bagi konsumen.
DAFTAR PUSTAKA

BPOM. (2022). "Standar Bahan Baku Kosmetika." Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia. [Link: https://www.pom.go.id/new/view/more/standar-
bahan-baku-kosmetik]
CNN Indonesia (2023). “Kosmetik Ilegal yang ditemukan BPOM”. [online]. Tersedia
pada : https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20231128073716-277-
1029836/daftar-kosmetik-ilegal-di-marketplace-yang-ditemukan-bpom
Hallo Doc. (2023). “Benarkah cream HN Aman Untuk Kesehatan Wajah”. [online].
Tersedia pada : https://www.halodoc.com/artikel/benarkah-cream-hn-aman-untuk-
kesehatan-wajah
Hello Sehat. (2023). “Penyakit Kulit, Perawatan Kulit, Cream HN untuk Wajah”.
[online]. Tersedia pada : https://hellosehat.com/penyakit-kulit/perawatan-kulit/cream-
hn-untuk-wajah/
Wikipedia. (2023). “Badan Pengawas Obat dan Makanan”. [online]. Tersedia pada :
https://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Pengawas_Obat_dan_Makanan

Anda mungkin juga menyukai