Anda di halaman 1dari 2

Latar Belakang:

Perusahaan multinasional Nike, berbasis di Negara Indonesia, memiliki kontrak bisnis dengan
perusahaan multinasional Nike, yang berbasis di negara Germany. Kontrak tersebut mencakup
penyediaan produk dan layanan antara kedua belah pihak. Namun, terjadi sengketa antara kedua
perusahaan terkait kualitas produk dan pelaksanaan kontrak.

Deskripsi Kasus:

Perusahaan yang berbasis di Indonesia menuduh bahwa produk yang disediakan oleh Perusahaan
yang berbasis di Germany tidak memenuhi standar yang telah disepakati dalam kontrak. Di sisi lain,
Perusahaan Nike yang berbasis di Germany bersikeras bahwa produk tersebut sesuai dengan
spesifikasi yang disepakati, dan bahwa keterlambatan pengiriman disebabkan oleh masalah logistik
yang tidak terduga.

Pendekatan Hukum:

1. Hukum Kontrak Internasional: Dalam konteks bisnis global, perjanjian antara perusahaan dari
negara yang berbeda sering kali diatur oleh hukum kontrak internasional. Kontrak antara Perusahaan
A dan B mungkin mencantumkan hukum yang mengatur penyelesaian sengketa, seperti hukum negara
tempat kontrak tersebut dibuat atau hukum internasional tertentu seperti Konvensi PBB tentang
Kontrak Internasional untuk Penjualan Barang (CISG).

2. Arbitrase Internasional: Banyak kontrak bisnis global mencakup klausul arbitrase yang menetapkan
bahwa sengketa antara pihak-pihak harus diselesaikan melalui arbitrase, bukan melalui pengadilan.
Dalam hal ini, sengketa antara Perusahaan A dan B mungkin akan diajukan ke lembaga arbitrase
internasional yang disepakati dalam kontrak.

3. Hukum Komparatif: Jika kedua pihak tidak memiliki klausul arbitrase dalam kontrak mereka, atau
jika mereka tidak dapat mencapai kesepakatan mengenai lembaga arbitrase, penyelesaian sengketa
dapat dilakukan melalui pengadilan. Dalam hal ini, pengadilan akan mempertimbangkan hukum
kontrak internasional yang relevan serta hukum komparatif dari negara-negara yang terlibat.

Proses Hukum:
1. Negosiasi: Pihak-pihak akan mencoba menyelesaikan sengketa secara informal melalui negosiasi
langsung atau melalui perantara.

2. Arbitrase: Jika kontrak mengatur arbitrase, sengketa akan diajukan ke lembaga arbitrase yang
disepakati. Proses arbitrase akan melibatkan pihak-pihak yang mempresentasikan argumen mereka
dan mengumpulkan bukti untuk dijadikan pertimbangan oleh arbiter atau panel arbiter.

3. Pengadilan: Jika tidak ada klausul arbitrase dalam kontrak atau jika arbitrase tidak dapat dilakukan,
sengketa dapat dibawa ke pengadilan di negara yang relevan. Pengadilan akan mempertimbangkan
argumen dan bukti dari kedua belah pihak dan membuat keputusan berdasarkan hukum yang berlaku.

Kesimpulan:

Dalam konteks bisnis global, sistem hukum memainkan peran penting dalam menyelesaikan sengketa
antara perusahaan multinasional yang beroperasi di berbagai yurisdiksi. Penyelesaian sengketa dapat
dilakukan melalui arbitrase internasional, pengadilan, atau negosiasi langsung, dengan
mempertimbangkan hukum kontrak internasional dan hukum komparatif dari negara-negara yang
terlibat. Pilihan penyelesaian sengketa harus diatur dengan jelas dalam kontrak bisnis untuk
menghindari ketidakpastian dan konflik yang lebih besar.

Anda mungkin juga menyukai