Anda di halaman 1dari 13

TUGAS GERONTIK

MAKALAH KEBUTUHAN DASAR LANSIA

DISUSUN OLEH :

Linda Seftia Mulyani

( 201613048 )

PROGRAM PENDIDIKAN S1 KEPERAWATAN TINGKAT III B


STIKES WIJAYA HUSADA BOGOR
JL. LETJEND IBRAHIM ADJIE NO.120 SINDANG BARANG
KOTA BOGOR 2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim Puji syukur yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada


kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Makalah Kebutuhan Dasar Lansia”.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas GERONTIK. Upaya serta usaha telah
kami berikan untuk makalah ini, namun kami sadar bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna karena keterbatasan waktu dan keadaan.

Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk
kesempurnaan makalah ini. Atas bantuan dan bimbingan yang kami peroleh dari
berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Bogor, Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR................................................................................

DAFTAR ISI...............................................................................................

A. DEFINISI LANSIA ........................................................................


B. TEORI PENUAAN .........................................................................
C. PEUBAHAN FISIOLOGIS LANSIA .............................................
D. KDM PADA LANSIA ....................................................................

DAFTAR PUSTAKA
LANSIA (USIA 60 TAHUN KE ATAS)

A. Definisi Lansia
Pertumbuhan dan perkembangan manusia terdiri dari serangkaian proses
perubahan yang rumit dan panjang sejak pembuahan ovum oleh sperma dan
berlanjut sampai berakhirnya kehidupan. Secara garis besar, perkembangan
manusia terdiri dari beberapa tahap, yaitu kehidupan sebelum lahir, saat bayi,
masa kanak – kanak, remaja, dewasa, dan lanjut usia (lansia). Lansia adalah
tahap akhir dari siklus hidup manusia, dimana manusia tersebut pastinya akan
mengalami perubahan baik secara fisik maupun mental. Proses penuaan
merupakan proses alami yang dapat menyebabkan perubahan anatomis,
fisiologis, dan biokimia pada jaringan tubuh yang dapat mempengaruhi fungsi,
kemampuan badan dan jiwa (Setiati dkk, 2000). Menjadi tua (menua) merupakan
suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri secara
perlahan – lahan dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Darmojo R. Boedhi & Hadi Martono, 1999). Menurut WHO, lansia
dikelompokan menjadi 4 kelompok yaitu :
1. Usia Pertengahan (middle age) : usia 45 – 59 tahun.
2. Lansia (elderly) : usia 60 – 74 tahun.
3. Lansia tua (old ) : usia 75– 90 tahun.
4. Usia sangat tua (very old ) : usia di atas 90 tahun.

Departemen Kesehatan RI (2006) memberikan batasan lansia sebagai berikut :

1. Virilitas ( prasenium ) : Masa persiapan usia lanjut yang menampakkan


kematangan jiwa (usia 55 – 59 tahun).
2. Usia lanjut dini ( senescen ) : Kelompok yang mulai memasuki masa usia
lanjut dini (usia 60 – 64).
3. Lansia beresiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif : Usia di
atas 65 tahun. Pengertian lansia dibedakan atas 2 macam, yaitu lansia
kronologis (kalender) dan lansia biologis. Lansia kronologis mudah diketahui
dan dihitung, sedangkan lansia biologis berpatokan pada keadaan jaringan
tubuh. Individu yang berusia muda tetapi secara biologis dapat tergolong
lansia jika dilihat dari keadaan jaringan tubuhnya (Fatimah, 2010) .
B. Teori
 teori Penuaan
Menua merupakan proses yang harus terjadi secara umum pada
seluruh spesies secara progresif seiring waktu sehingga menghasilkan
perubahan yang menyebabkan disfungsi organ dan menyebabkan kegagalan
suatu organ atau sistem tubuh tertentu. Terdapat tiga dasar fundamental yang
dipakai untuk menyusun berbagai berbagai teori menua, yaitu :
1. Pola penuaan pada hampir semua spesies mamalia diketahui adalah sama.
2. Laju penuaan ditentukan oleh gen yang sangat bervariasi pada setiap
spesies.
3. Laju atau kecepatan penuaan dapat diperlambat, namun tidak dapat
dihindari atau dicegah. Beberapa teori penuaan yang diketahui dijelaskan
berikut ini :
a. Teori Berdasarkan Sistem Organ
Teori berdasarkan sistem organ (organ sistem – based theory) ini
berdasarkan atas dugaan adanya hambatan dari organ tertentu dalam
tubuh yang akan menyebabkan terjadinya proses penuaan. Organ
tersebut adalah sistem endokrin dan sistem imun. Pada proses
penuaan, kelenjar timus mengecil yang menurunkan fungsi imun.
Penurunan fungsi imun menimbulkan peningkatan insidensi penyakit
infeksi pada lansia. Dapat dikatakan bahwa peningkatan usia
berhubungan dengan peningkatan insidensi penyakit.
b. Teori Kekebalan Tubuh
Teori kekebalan tubuh (breakdown theory) ini memandang proses
penuaan terjadi akibat adanya penurunan sistem kekebalan secara
bertahap, sehingga tubuh tidak dapat lagi mempertahankan diri
terhadap luka, penyakit, sel mutan, ataupun sel asing. Hal ini terjadi
karena hormon – hormone yang dikeluarkan oleh kelenjar timus yang
mengontrol sistem kekebalan tubuh telah menghilang seiring dengan
bertambahnya usia.
c. Teori Kekebalan
Teori kekebalan (autoimmunity) ini menekankan bahwa tubuh
lansia yang mengalami penuaan sudah tidak dapat lagi membedakan
antara sel normal dan sel tidak normal, dan muncul antibodi yang
menyerang keduanya yang pada akhirnya menyerang jaringan itu
sendiri. Mutasi yang berulang atau perubahan protein pascatranslasi
dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan kemampuan sistem
imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). Jika mutasi
somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan
sel, maka hal ini dapat menyebabkan sel imun tubuh menganggap sel
yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan
menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya
peristiwa autoimun. Salah satu bukti yang menguatkan teori ini
adalah bertambahnya kasus penyakit degenerative pada orang
berusia lanjut.
d. Teori Fisiologik
Sebagai contoh, teori adaptasi stres (stress adaptation theory)
menjelaskan proses menua sebagai akibat adaptasi terhadap stres.
Stres dapat berasal dari dalam maupun dari luar, juga dapat bersifat
fisik, psikologik, maupun sosial.
e. Teori Psikososial
Semakin lanjut usia seseorang, maka ia semakin lebih
memperhatikan dirinya maupun arti hidupnya, dan kurang
memperhatikan peristiwa atau isu– isu yang sedang terjadi.
f. Teori Kontinuitas
Gabungan antara teori pelepasan ikatan dan teori aktivitas.
Perubahan diri lansia dipengaruhi oleh tipe kepribadiannya.
Seseorang yang sebelumnya sukses, pada usia lanjut akan tetap
berinteraksi dengan lingkungannya serta tetap memelihara identitas
dan kekuatan egonya karena memiliki tipe kepribadian yang aktif
dalam kegiatan sosial.
g. Teori Sosiologik
Teori perubahan sosial yang menerangkan menurunnya sumber
daya dan meningkatnya ketergantungan, mengakibatkan keadaan
sosial yang tidak merata dan menurunnya sistem penunjang sosial.
Teori pelepasan ikatan (disengagement theory) menjelaskan bahwa
pada usia lanjut terjadi penurunan partisipasi ke dalam masyarakat
karena terjadi proses pelepasan ikatan atau penarikan diri secara
pelan – pelan dari kehidupan sosialnya. Pensiun merupakan contoh
ilustrasi proses pelepasan ikatan memungkinkan seseorang untuk
lepas dari tanggung jawab pekerjaan dan tidak perlu mengejar peran
lain untuk mendapatkan tambahan penghasilan. Teoti mendapat
banyak kritikan dari berbagai ilmuwan sosial.
h. Teori Aktivitas
Berlawanan dengan teori pelepasan ikatan, teori aktivitas ini
menjelaskan bahwa lansia yang sukses merupakan lansia yang aktif
dan ikut dalam banyak kegiatan sosial. Jika sebelumnya seseorang
sangat aktif, maka pada saat usia lanjut ia akan tetap memelihara
keaktifannya seperti peran dalam keluarga dan masyarakat dalam
berbagai kegiatan sosial dan keagamaan, karena ia tetap merasa
dirinya berarti dan puas di hari tuanya. Bila lansia kehilangn peran
dan tanggung jawab di masyarakat atau keluarga, maka ia harus
segera terlibat dalam kegiatan lain seperti klub atau organisasi yang
sesuai dengan bidang atau minatnya.
i. Teori Penuaan Ditinjau dari Sudut Biologis
 Teori error catastroph
Kesalahan susunan asam amino dalam protein tubuh
mempengaruhi sifat khusus enzim untuk sintesis protein, sehingga
terjadi kerusakan sel dan mempercepat kematian sel.
 Teori pesan yang berlebih – lebihan (redundant message)
Manusia memiliki DNA yang berisi pesan yang berulang – ulang
atau berlebih – lebihan yang menimbulkan proses penuaan.
 Teori imunologi
Teori ini menekankan bahwa lansia mengalami pengurangan
kemampuan mengenali diri sendiri dan sel – sel asing atau
pengganggu, sehingga tubuh tidak dapat membedakan sel – sel
normal dan tidak normal, dan akibatnya antibodi menyerang
kedua jenis sel tersebut sehingga muncul penyakit – penyakit
degeneratif (Fatimah, 2010).
C. Perubahan Fisiologis pada Lansia
Secara alami, fungsi fisiologis dalam tubuh lansia menurun seiring
pertambahan usianya. Penurunan fungsi ini tentunya akan menurunkan
kemampuan lansia tersebut untuk menanggapi datangnya rangsangan baik di luar
tubuh maupun dari dalam tubuh lansia itu sendiri. Perubahan fungsi fisiologis
yang terjadi pada lansia pada dasarnya meliputi meliputi penurunan kemampuan
sistem saraf, yaitu pada indra penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan
penciuman. Selanjutnya, perubahan ini juga mengakibatkan penurunan sistem
pendengaran, sistem syaraf, sistem pernapasan, sistem endokrin, sistem
kardiovaskular, hingga penurunan kemampuan muskuloskeletal (Fatimah, 2010).
D. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Pada Lansia (Usia 60 Tahun Ke Atas)
Menua atau menjadi tua merupakan proses yang akan dialami oleh semua
orang dan tidak dapat dihindari. Pada akhir abad yang lalu, disinyalir usia lansia
semakin banyak. Ada Negara – negara yang mempunyai jumlah lansia di atas
10% dan disebut dengan Negara – negara berpopulasi lansia (aging populated
countries). Di Indonesia, kini populasi lansia rata – rata adalah 7,5% dari jumlah
total penduduk dan dalam waktu 20 tahun lagi jumlah lansia di Indonesia akan
melebihi balita (Menkokesra, 2008). Dalam dua dekade terakhir ini, terjadi
peningkatan populasi penduduk lansia di Indonesia dari 4, 48% pada tahun 1971
(5,3 juta jiwa) menjadi 9,77% pada tahun 2010 (23,9 juta jiwa). Bahkan pada
tahun 2020 diprediksi akan akan terjadi ledakan jumlah penduduk lansia sebesar
11, 34% atau sekitar 28,8 juta jiwa (Makmur Sanusi, 2006). Peningkatan jumlah
lansia tersebut akan membawa dampak yang lebih besar, lebih serius, dan lebih
kompleks apabila tidak diikuti dengan pemenuhan kebutuhan dasar bagi lansia –
lansia tersebut. Oleh karena itu diperlukan ilmu dan pengetahuan mengenai
kebutuhan – kebutuhan dasar lansia agar orang – orang tua dapat terhindar dari
segala masalah – masalah fisik, psikologis, maupun sosial.
1. Kebutuhan Fisiologis (Physilogical Needs)
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang sangat primer dan
mutlak harus dipenuhi untuk memelihara homeostasis biologis dan
kelangsungan kehidupan setiap manusia. Kebutuhan fisiologis bersifat lebih
mendesak untuk didahulukan dibanding kebutuhan yang lainnya. Kebutuhan
fisiologis meliputi oksigen, cairan, nutrisi, eliminasi, istirahat, tidur, terbebas
dari rasa nyeri, pengaturan suhu tubuh, seksual dan lain sebagainya. Apabila
kebutuhan fisiologis ini terpenuhi, maka seseorang akan berusaha untuk
memenuhi kebutuhan lain yang lebih tinggi dan begitu seterusnya.

a. Kebutuhan Oksigen

b. Kebutuhan Cairan

c. Kebutuhan Nutrisi
d. Kebutuhan Eliminasi

e. Kebutuhan Istirahat dan Tidur

f. Kebutuhan Terbebas dari Rasa Nyeri

g. Pengaturan Suhu Tubuh

h. Kebutuhan Seksual

2. Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan ( Self Security Needs)


Setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya,
muncullah apa yang disebut Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan akan rasa
aman. Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman ini diantaranya adalah rasa
aman fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan dan kebebasan dari
daya-daya mengancam seperti kriminalitas, perang, terorisme, penyakit,
takut, cemas, bahaya, kerusuhan dan bencana alam. Serta kebutuhan secara
psikis yang mengancam kondisi kejiwaan seperti tidak diejek, tidak
direndahkan, tidak stres, dan lain sebagainya. Kebutuhan akan rasa aman
berbeda dari kebutuhan fisiologis karena kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi
secara total. Manusia tidak pernah dapat dilindungi sepenuhnya dari
ancaman-ancaman meteor, kebakaran, banjir atau perilaku berbahaya orang
lain.
Menurut Maslow, orang-orang yang tidak aman akan bertingkah laku sama
seperti anak-anak yang tidak aman. Mereka akan bertingkah laku seakan-
akan selalu dalam keadaan terancam besar. Seseorang yang tidak aman
memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara berlebihan serta
akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan yang tidak
diharapkannya.
3. Kebutuhan Mencintai dan Dicintai (Love and Belongingness Needs)
Jika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah terpenuhi,
maka muncullah kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan rasa memiliki-
dimiliki.[5] Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi dorongan untuk dibutuhkan
oleh orang lain agar ia dianggap sebagai warga komunitas sosialnya. Bentuk
akan pemenuhan kebutuhan ini seperti bersahabat, keinginan memiliki
pasangan dan keturunan, kebutuhan untuk dekat pada keluarga dan
kebutuhan antarpribadi seperti kebutuhan untuk memberi dan menerima
cinta. Seseorang yang kebutuhan cintanya sudah relatif terpenuhi sejak
kanak-kanak tidak akan merasa panik saat menolak cinta. Ia akan memiliki
keyakinan besar bahwa dirinya akan diterima orang-orang yang memang
penting bagi dirinya. Ketika ada orang lain menolak dirinya, ia tidak akan
merasa hancur. Bagi Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan
penuh kasih mesra antara dua orang, termasuk sikap saling percaya. Sering
kali cinta menjadi rusak jika salah satu pihak merasa takut jika kelemahan-
kelemahan serta kesalahan-kesalahannya. Maslow juga mengatakan bahwa
kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima.
Kita harus memahami cinta, harus mampu mengajarkannya, menciptakannya
dan meramalkannya. Jika tidak, dunia akan hanyut ke dalam gelombang
permusuhan dan kebencian.
4. Kebutuhan Harga Diri ( Esteem Needs )
Setelah kebutuhan dicintai dan dimiliki tercukupi, selanjutnya manusia akan
bebas untuk mengejar kebutuhan egonya atas keinginan untuk berprestasi
dan memiliki prestise. Maslow menemukan bahwa setiap orang yang
memiliki dua kategori mengenai kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan
yang lebih rendah dan lebih tinggi. Kebutuhan yang rendah adalah
kebutuhan untuk menghormati orang lain, kebutuhan akan status, ketenaran,
kemuliaan, pengakuan, perhatian, reputasi, apresiasi, martabat, bahkan
dominasi. Kebutuhan yang tinggi adalah kebutuhan akan harga diri termasuk
perasaan, keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian dan
kebebasan. Sekali manusia dapat memenuhi kebutuhan untuk dihargai,
mereka sudah siap untuk memasuki gerbang aktualisasi diri, kebutuhan
tertinggi yang ditemukan Maslow.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self-actualization Needs)
Tingkatan terakhir dari kebutuhan dasar Maslow adalah aktualisasi
diri, yaitu kebutuhan untuk membuktikan dan menunjukan dirinya kepada
orang lain. Pada tahap ini, seseorang mengembangkan semaksimal mungkin
segala potensi yang dimilikinya. Kebutuhan aktualisasi diri adalah
kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan, tetapi melibatkan keinginan
yang terus menerus untuk memenuhi potensi. Maslow melukiskan kebutuhan
ini sebagai hasrat untuk semakin menjadi diri sepenuh kemampuannya
sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya. Awalnya Maslow
berasumsi bahwa kebutuhan untuk aktualisasi diri langsung muncul setelah
kebutuhan untuk dihargai terpenuhi. Akan tetapi selama tahun 1960-an, ia
menyadari bahwa banyak anak muda di [Brandeis]] memiliki pemenuhan
yang cukup terhadap kebutuhan-kebutuhan lebih rendah seperti reputasi dan
harga diri, tetapi mereka belum juga bisa mencapai aktualisasi diri.
DAFTAR PUSTAKA

Darmojo Boedi & H. Hadi Martono. (2006).

Geriarti (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) (Edisi 5). Jakarta : Balai Penerbit FK UI.
Deputi I [Menkokesra] Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat .
Lansia Masa Kini dan Mendatang. http://www.menkokesra.go.id. Diakses pada : 9
September 2017. Fatimah. (2010).

Gizi Usia Lanjut . Jakarta : Penerbit Erlangga. Setiati, dkk. (2000).Pedoman Praktis
Perawatan Kesehatan (Edisi 1). Jakarta : Balai Penerbit FK UI. Sunusi M. (2006).

Kebijakan Pelayanan Sosial Lanjut Usia. Ditjen Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
Departemen Sosial RI, Jakarta. Sutanto, dkk (2002). Kebutuhan Dasar Manusia Teori
dan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional.

Yogyakarta : Pustaka Baru Press. Referensi :

KDM LANSIA 1 = https://media.neliti.com/media/publications/89978-ID-


pemenuhan-kebutuhan-dasar-manusia-pada-l.pdf

CAIRAN PADA LANSIA = http://www.kalbemed.com/Portals/6/28_221Berita


%20Terkini-Patofisiologi%20Keseimbangan%20Cairan%20dan%20Elektrolit
%20pada%20Pasien%20Bedah.pdf

ISBD 2 = http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/196604251992032-
ELLY_MALIHAH/Bahan_Kuliah_PLSBT%2C_Elly_Malihah/Bab_5._Plsbt%2C
_baru.pdf

TIDUR LANSIA 1 = http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/131/jtptunimus-gdl-


willisayup-6526-3-bab2.pdf

https://www.scribd.com/document/374234113/KDM-LANSIA

https://dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/sda/kebutuhan-dasar-manusia

Anda mungkin juga menyukai