Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Mata Ajaran : Kebutuhan Dasar Manusia


Pokok Bahasan : Luka
Sub Pokok Bahasan : Fisiologi Kulit
Jenis-jenis Luka
Efek Psikologi adanya luka
Penyembuhan Luka dan faktor yang mempengaruhi serta
komplikasi yang dapat terjadi
Sasaran : Mahasiswa Tk. I (Semester II) D-III Keperawatan Universitas
Harapan Bangsa
Hari/Tanggal : Senin, 23 Juni 2014
Waktu : 1 x 50 Menit
Tempat : Ruang kelas D. 205

I. Tujuan Intruksional Umum


Setelah mengikuti proses pembelajaran selama 1x50 menit, mahasiswa semester II D-III
Keperawatan Universitas Harapan Bangsa mampu menjelaskan konsep luka dengan benar.

II. Tujuan Intruksional Khusus


Setelah mengikuti proses pembelajaran selama 1x50 menit, mahasiswa semester II D-III
Keperawatan Universitas Harapan Bangsa mampu menjelaskan Fisiologi Kulit, Jenis-jenis
Luka, Efek Psikologi adanya luka, Penyembuhan Luka dan faktor yang mempengaruhi serta
komplikasi yang dapat terjadi minimal 90% dengan benar.

III. Materi (terlampir)


Konsep Dasar Luka
1. Fisiologi Kulit
2. Pengertian luka
3. Jenis-jenis luka
4. Efek psikologi adanya luka
5. Proses penyembuhan luka
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
7. Komplikasi luka

IV. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
V. Kegiatan Belajar Mengajar

No. Tahapan & Kegiatan Dosen Kegiatan Mahasiswa


Waktu

1. Pembukaan (5 - Memberi salam - Menjawab salam


menit) - Memperkenalkan diri - Mendengarkan
- Mengabsen mahasiswa - Mengacungkan tangan
- Menjelaskan tujuan pembelajaran - Mendengarkan
- Mengajukan pertanyaan dan - Menjawab dan
memberikan kesempatan mahasiswa mengemukakan
mengungkapkan pengetahuan tentang pendapat
luka

2. Pelaksanaan (35 - Menjelaskan fisiologi kulit - Mendengarkan dan


menit) - Menjelaskan pengertian luka mencatat
- Menjelaskan jenis-jenis luka
- Memberikan kesempatan pada - Bertanya
mahasiswa untuk bertanya dan
memberikan responsif
- Menjelaskan tentang efek psikologi
adanya luka
- Menjelaskan tentang proses
penyembuhan luka
- Menjelaskan tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi penyembuhan
luka
- Menjelaskan komplikasi akibat
adanya luka
- Memberi kesempatan kepada
mahasiswa untuk bertanya dan
memberikan responsif

3. Penutup (10 menit) - Merangkum hasil pembelajaran - Mendengarkan


- Melakukan evaluasi secara lisan - Menjawab pertanyaan
- Menyampaikan salam penutup - Menjawab salam

VI. Media
1. LCD
2. White Board
3. Lembar balik

VII. Evaluasi
Bentuk evaluasi: lisan
1. Bagaimana proses penyembuhan luka?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka?
VIII. Referensi
 Madeliene Flanagan, Access to Clinical Education : Wound Management, First Edition,
Churchil Livingstone, New York, 1997.
 Tailor et. all, Fundamental of Nursing, Second Edition, J.B. Lippincolt Company,
Philadelphia 1989.
 Luckmans & Sorensen’s, Medical Surgical Nursing : A Psychophysiologic Approach,
Fourth Edition, W.B. Saunders Company, Philadelphia, 1993
MATERI

A. Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas. Kulit pada orang dewasa mempunyai luas + 2
meter persegi, dan mempunyai berat + 15% dari berat badan dan mencakup 1/3 dari volume
sirkulasi darah.

Struktur kulit
Kulit terdiri dari tiga lapisan jaringan yaitu epidermis, dermis dan lapisan subkutan
 Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar dari kulit, avaskular dan menerima nutrisi dari lapisan
dermis di bawahnya. Walaupun hanya setebal 0,1 mm, epidermis terbagi menjadi lima
lapisan yaitu :
- Stratum corneum : lapisan kulit terluar yang dibentuk oleh proses keratinisasi. Keratin
merupakan protein yang tahan terhadap perubahan pH dan temperatur.
- Stratum lucidum : lapisan ini hanya terdapat pada daerah yang tidak ditumbuhi rambut
seperti pada telapak tangan dan kaki. Lapisan ini tembus pandang dan terbentuk dari sel
mati serta tidak tampak adanya sel syaraf.
- Stratum granulosum : lapisan ini berada di bawah stratum lucidum, jika tidak terdapat
stratum lucidum maka lapisan ini berada di bawah stratum corneum.
- Stratum spinosum : lapisan ini mengandung sel-sel hidup yang menopang sel-sel pada
lapisan di atasnya
- Stratum germinativum : merupakan lapisan tunggal dari sel-sel hidup. Stratum spinosum
dan stratum germinativum terbentuk dari lapisan germinal yang secara konstan
memproduksi sel-sel hidup melalui proses mitosis. Sejak terbentuk, sel-sel tersebut
berpindah ke lapisan diatasnya sampai terlepas di stratum corneum. Ini merupakan proses
penggantian epidermis setiap + 3 minggu pada dewasa muda. Melanocyte juga ditemukan
pada lapisan ini.
 Dermis
- Lapisan papiler : terutama terbuat dari jaringan connective yang mengandung kapiler,
pembuluh getah bening, ujung saraf, reseptor panas dan sentuhan. Kelenjar sebacea,
kelenjar keringat dan folikel rambut merupakan struktur epidermal khusus yang melewati
dermis. Kolagen dan fibrosa elastis yang terbentuk sebagai jaringan memberi kulit
kekuatan regang dan elastisitas. Beberapa sel dapat bergerak di sekitar dermis melewati
batas cairan matriks gelatin. Sel-sel tersebut meliputi fibroblast dan makrofag yang
mempunyai peranan penting dalam proses penyembuhan luka.
- Lapisan reticular : merupakan dasar dari dermis. Tidak ada batas yang jelas antara
reticular dan papiler, yang membedakan adalah ukuran kolagen dan suplai vaskular yang
lebih tebal pada lapisan retikular.
 Lapisan Subkutan
Merupakan lapisan paling dalam dan memberikan daya dukung terhadap kulit. Tersusun dari
jaringan adiposa, jaringan conective, pembuluh darah dan membentuk lapisan pelindung
terhadap organ di dalamnya.

Fungsi kulit meliputi :


 Proteksi terhadap :
- Bakteri dan virus
- Dingin, panas, radiasi dan sinar
- Substansi kimia
- Kerusakan mekanik
- Dehidrasi
 Mengontrol suhu tubuh dengan :
- Sekresi dan evaporasi
- Mekanisme sirkulasi (vasodilatasi dan konstriksi)
- Menimbun jaringan lemak dan tempat pertumbuhan rambut
 Indra Perasa, mengandung reseptor saraf yang sensitif terhadap :
- Nyeri
- Panas
- Sentuhan
- Tekanan dan getaran
 Metabolisme
- Sintesis vitamin D
- Sintesis melanin
 Fungsi komunikasi
- Ekspresi wajah
- Perubahan warna kulit (kemerahan, pucat)
- Sensasi sentuhan
 Konsep diri dan body image

B. Pengertian luka
Luka adalah cidera fisik yang merusak kulit, biasanya disebabkan oleh suatu tindakan
yang disengaja atau kecelakaan atau penyakit. ( Mosby’s: Medical, Nursing & Allied Health
Dictionary Fifth Edition )
Menurut Koiner dan Taylan luka adalah terganggunya (disruption) integritas normal dari
kulit dan jaringan di bawahnya. Trauma dapat terjadi secara tiba-tiba atau disengaja, luka dapat
tertutup atau terbuka, bersih atau terkontaminasi, superficial atau dalam.
Sedangkan Walff dkk mengatakan dengan istilah cidera atau trauma. Cidera pada jaringan
dapat terjadi karena bermacam-macam sebab seperti tekanan pada tubuh, kekerasan, suhu yang
ekstrim (terlalu panas atau dingin), atau zat kimia. Luka mungkin terbuka atau tertutup dan
terjadi karena disengaja ataupun tidak disengaja.

C. Type Luka
Tipe Penyebab Gambaran/Implikasi
Klasifikasi tindakan
yang terjadi pada luka Perencanaan therapi Bersihkan luka dengan tehnik aseptik dengan
 Luka disengaja misalnya bedah insisi, menggunakan alat dan bahan steril. Kontrol
radiasi, penggunaan jarum perdarahan, minimalkan faktor infeksi,
atau trochar (therapi IV, fasilitasi penyembuhan. Kontaminasi dapat
spinal tap, torasentesis) terjadi pada lingkungan yang tidak steril.

 Luka tidak Trauma yang tidak Tepi luka biasanya bergerigi dengan
disengaja diharapkan yang terjadi perdarahan dan trauma jaringan multiple.
karena kecelakaan, Beresiko tinggi untuk terjadi infeksi dan
cidera/rudapaksa (kena penyembuhan lambat
tikam, tembak) dan
terbakar.
Definisi Integritas Kulit
 Luka tertutup Tubuh yang terkena Kulit tidak robek (disebut juga luka memar)
pukulan, tekanan atau yang terjadi biasanya akibat kekerasan yang
regangan (karena terjatuh, dilakukan terhadap jaringan. Dapat terjadi
penyerangan atau kerusakan berat terhadap jaringan lunak dan
kecelakaan) pembuluh darah yang pecah di bawah kulit
yang menyebabkan warna biru. Luka memar
dapat terjadi pada bagian tubuh yang terbuka
atau di dalam tubuh, misalnya luka memar di
otak.

 Luka terbuka Trauma yang dapat terjadi Permukaan kulit terbuka yang merupakan
secara disengaja maupun jalan masuk bagi mikroorganisme. Dapat
tidak disengaja. juga terjadi perdarahan, kerusakan jaringan
dan peningkatan resiko infeksi.
Gambaran Luka
 Luka Memar Terpukul oleh benda keras Luka tertutup, menyebabkan kerusakan
jaringan lunak dan ruptur pada pembuluh
darah yang menyebabkan bengkak dan nyeri.
Jika organ dalan yang terkena dapat terjadi
efek yang lebih parah.

 Luka Incisi Terjadi karena alat-alat Idem dengan luka terbuka yang disengaja
tajam/jarum

 Luka Abrasi Terjadi karena kecelakaan Luka terbuka, hanya merusak permukaan
atau terjatuh yang kulit, terasa nyeri.
menyebabkan tergores
atau tergeseknya
permukaan kulit atau
prosedur penanganan kulit
yang disengaja.

 Laserasi Terjadi karena trauma Jaringan robek dan tepi luka rata. Kedalaman
mendadak luka bervariasi dan lebih beresiko untuk
terjadinya komplikasi. Sering diakibatkan
oleh obyek kotor sehingga resiko infeksi
tinggi.

 Punctum/tusuk Terjadi karena benda Mungkin disengaja atau tidak disengaja.


tajam/lancip yang masuk
kedalam kulit dan jaringan
di bawahnya.
Kemungkinan atau
tingkat kontaminasi
 Bersih Bedah incisi dan luka Tidak terdapat organisme pathogen. Biasanya
tertutup. pada operasi yang tidak mengenai saluran
respirasi, gastrointestinal, atau sistem
perkemihan.

 Bersih Pada pembedahan khusus Pembedahan pada saluran respirasi,


terkontaminasi gastrointestinal atau sistem perkemihan.
Resiko untuk terjadinya infeksi lebih tinggi.

 Terkontaminasi Luka kecelakaan terbuka, Jaringan akan meradang, resiko tiggi untuk
pembedahan yang kurang terjadi infeksi.
steril, atau pembedahan
dengan kontaminasi
mayor dari gastro
intestinal.

 Infeksi Luka yang mengandung Luka menunjukkan reaksi radang, panas,


kuman patogen, luka purulent, kulit tampak kemerahan.
lama, luka trauma, atau
incisi pada area infeksi.

Menurut penyebabnya luka dibagi menjadi :


1. Mekanik ( tajam, tumpul, ledakan/tembak )
a. Vulnus Scissum (luka sayat) : pinggirnya rapi karena tersayat benda tajam
b. Vulnus Contusum (luka memar) : cidera pada jaringan di bawah kulit karena terbentur
benda tumpul
c. Vulnus Laceratum (luka robek) : jaringan yang rusak dengan luka terkoyak misalnya
tergilas mesin
d. Vulnus Punctum (luka tusuk) : luka yang di bagian luarnya (mulut luka) kecil tetapi
bagian dalamnya dapat melukai organ lain, dikarenakan benda runcing.
e. Vulnus Seloferadum (luka tembak) : daerah pinggir luka tampak kehitaman, karena
tembakan peluru
f. Vulnus Morcum (luka gigitan) : luka dengan bentuk contur gigi tergantung dari gigi
g. Vulnus Abracio (luka terkikis) : luka yang menghilangkan/mengikis lapisan kulit bagian
atas tetapi belum mengenai pembuluh darah.
2. Non Mekanik
a. Luka akibat zat kimia
b. Luka akibat suhu yang panas
c. Luka akibat radiasi
d. Luka karena listrik
e. Luka akibat alergi

D. Efek Psikologi adanya Luka


Trauma karena adanya luka menyebabkan stress psikologi yang sesuai dengan cidera fisik yang
terjadi. Karena fungsi kulit adalah sebagai organ sensori dan memainkan peran didalam
berkomunikasi dan perasaan terhadap diri sendiri, maka adaptasi emosional terhadap luka akan
berimbang dengan parah tidaknya luka. Walaupun stress dan adaptasi lebih bersifat individual,
ada beberapa keadaan stress aktual dan potensial yang umum terjadi pada pasien dengan luka.
Stress tersebut meliputi nyeri, cemas, takut, dan perubahan pada konsep diri.
 Nyeri
Nyeri adalah bagian dari kebanyakan trauma, dari luka kecil pada tangan sampai incisi pada
bedah perut. Walaupun nyeri berhubungan dengan komplikasi fisik, terjadi pula gangguan
pada komponen psikologis. Nyeri dari luka akan meningkat pada saat aktivitas seperti
ambulasi, batuk, berganti posisi di tempat tidur, berganti pakaian. Nyeri aktual dapat
membuat pasien takut untuk beraktivitas. Intervensi perawatan bertujuan menurunkan nyeri
dengan keterampilan dan penjelasan/penyuluhan dapat menurunkan stress emosional.
 Kecemasan dan ketakutan
Kecemasan dan ketakutan merupakan respon umum terhadap luka. Pasien merasa takut
tentang keadaan lukanya, sebagian privacy akan terganggu saat luka dirawat, dan bagaimana
reaksi orang lain terhadap terlihatnya luka dan adanya bau dari luka tersebut. Dapat terjadi
kecemasan aktual saat organ tubuhnya terpotong/terluka. Perawat perlu bersikap menerima
dan empatik, menganjurkan pada pasien agar mengungkapkan perasaannya secara terbuka,
menjawab pertanyaan pasien secara akurat dan jujur, hindari ekspose bagian tubuh secara
berlebihan saat memberikan perawatan luka.
 Gangguan Konsep Diri
Konsep diri pada masing-masing orang merupakan keadaan yang terkait secara menyeluruh.
Saat kulit dan jaringan mengalami trauma, konsep diri berubah dan seseorang harus
beradaptasi dan memformulasikan kembali konsep terhadap dirinya. Luka dan bekasnya akan
terlihat oleh orang lain, khususnya di wajah, dapat membuat pasien mengalami perasaan
penolakan, buruk rupa dan tidak berharga. Bekas luka yang lebar seperti bekas luka pada
dada atau colostomy dapat berdampak serius terhadap seksualitas, hubungan sosial dan body
image. Saat merencanakan perawatan intervensi harus mencakup pemecahan masalah
tersebut seperti merujuk pada support system dan konsulen untuk memfasilitasi koping dan
penerimaan -pada klien dan keluarga- terhadap perubahan struktur dan fungsi tubuh.

E. Proses Penyembuhan Luka


Penyembuhan luka mungkin satu dari tiga proses yaitu : primer, sekunder, dan tertier.
Kebanyakan incisi dan laserasi jahitan kecil sembuh secara primer. Perlukaannya bersih, bergaris
lurus dengan sedikit jaringan yang hilang, dan seluruh tepi luka menyembhuh sesuai dengan
jahitannya. Luka ini dapat sembuh secara normal dengan segera dengan bekas yang minimal.
Penyembuhan secara sekunder terjadi pada luka yang luas dengan banyak jaringan yang
hilang sehingga tepi luka tidak sembuh merata. Penyembuhan secara sekunder melalui proses
pengisisan luka dengan jaringan granulasi. Karena luka lebih terbuka maka peluang terinfeksi
lebih besar, waktu penyembuhan lebih lama serta meninggalkan bekas lebih luas.
Penyembuhan secara tertier terjadi jika ada peningkatan jangka waktu antara terjadinya
luka dan penjahitan luka. Keterlambatan tersebut memungkinkan bakteri patogen hidup pada area
luka sehingga resiko terjadinya infeksi meningkat. Terjadi juga reaksi radang yang lebih kuat dan
lebih banyak granulasi jaringan dibandingkan dengan penyembuhan secara primer.
Trauma jaringan menimbulkan dua respon utama yaitu respon stress dan respons radang.
Semua perlukaan mengikuti fase-fase yang sama dalam penyembuhannya, walaupun terdapat
perbedaan dalam waktu penyembuhan serta pertumbuhan jaringan granulasi. Empat fase
penyembuhan luka (Phipps et all, 1987) yang terjadi pada luka pembedahan akan diuraikan
karena merupakan luka yang umum dirawat.

Fase I. Fase ini berlangsung dari saat insisi sampai dua hari setelah pembedahan. Respon
radang akan terjadi yang merupakan respon lokal terhadap terhadap cidera jaringan. Respons
jaringan pada fase ini merupakan tahapan dari “lokal adaptation syndrome”. Pada tahap ini
pertamakali terjadi adalah kontriksi dari pembuluh darah pada area cidera, memfasilitasi proses
pembekuan darah untuk menyumbat luka. Kemudian diikuti dengan vasodilatasi, memfasilitasi
peningkatan aliran darah ke area luka, memungkinkan sel darah putih (leukosit) masuk ke area
luka dan memakan bakteri dan jaringan yang mati. Fibroblast juga bermigrasi dari aliran darah ke
area luka, menangkap/menimbun fibrin yang memperluas bekuan. Lapisan tipis sel-sel epitel
terbentuk melintasi luka dan pembuluh darah disekeliling luka kembali terbentuk.
Pada fase ini, klien menunjukkan gejala-gejala umum dari respon tubuh seperti
temperatur yang meningkat, lekositosis dan kelemahan umum.

Fase II. Fase ini berlangsung pada hari ke-3 sampai hari ke-14 setelah pembedahan.
Lekosit mulai menurun dan serat-serat kolagen mengisi ruang jaringan. Lapisan epitel
berregenerasi pada akhir minggu pertama. Ini merupakan jaringan baru yang disebut jaringan
granulasi, vaskularisasinya tinggi dan berwarna merah serta gampang berdarah. Pasien mulai
terlihat membaik saat melewati fase ini.

Fase III. Fase ini berlangsung pada akhir minggu kedua sampai enam minggu setelah
pembedahan. Pada periode ini, kolagen semakin bertambah, aliran darah ke sekitar luka
berkurang dan akhirnya terhenti. Luka terlihat kasar, berwarna merah muda dan scar mulai
tumbuh.
Fase IV. Fase ini merupakan fase terakhir, berlangsung pada akhir minggu ke enam
sampai satu tahun setelah pembedahan. Luka berkontraksi dan mengecil, akhirnya menjadi rata
dan tipis. Scar merupakan jaringan kolagen yang avaskular yang tidak mengeluarkan keringat,
tidak tumbuh rambut, atau berwarna kecoklatan.

F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan luka


Meliputi banyak faktor diantaranya :
1. Faktor Lokal
- Kerusakan/berkurangnya suplay darah ke daerah luka
Gangguan pada suplay darah perifer dapat menurunkan perfusi jaringan dan membatasi
suplay lokal terhadap oksigen dan zat makanan yang diperlukan untuk perbaikan jaringan.
- Deficit oksigen
Hipoksia menstimulasi angiogenesis, tetapi oksigen yang adekuat dibutuhkan pada tepi
luka. Penurunan oksigen menghambat sintesa kolagen dan pertumbuhan epitel dan
menghambat aktivitas pagositosis dari leukosit.
- Fluktuasi temperatur
Aktivitas pembelahan sel berlangsung dengan baik pada suhu tubuh normal. Perubahan
suhu secara ekstrim menyebabkan kerusakan jaringan.
- Lokasi luka
Posisi luka mempengaruhi vaskularisasi dan dapat menentukan pergerakan sisi luka. Luka
pada persendian akan sembuh dengan lambat.
- Stress mekanik
Stress mekanik menghambat penyembuhan dan memperlama kerusakan jaringan.
Tekanan dan gesekan dapat disebabkan oleh perawatan yang buruk dan tehnik
pembalutan yang jelek.
- Banyak/sedikitnya jaringan yang hilang
Luka yang dalam dan lebar dengan kehilangan jaringan yang besar akan sembuh dengan
lambat. Penyembuhan sekunder memerlukan lebih banyak regenerasi jaringan daripada
penyembuhan secara primer atau tertier.
- Adanya jaringan nekrosis
Jaringan mati ini menghambat migrasi epitel dan menghambat suplay nutrisi pada dasar
luka.
- Tehnik pembedahan
Pembedahan yang tidak steril dan drainase luka yang tidak adekuat dapat menyebabkan
infeksi yang menghambat penyembuhan.
- Adanya benda asing
Benda asing menyebabkan iritasi jaringan, memperpanjang respon radang dan beresiko
untuk terjadinya infeksi.
2. Faktor General
- Status nutrisi
Protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral semuanya memainkan peranan penting
dalam proses penyembuhan luka dan diperlukan untuk produksi kolagen dan jaringan
conective.
- Dehidrasi
Dehidrasi dan adanya ketidakseimbangan elektrolit menghambat fungsi sel dan dapat
meningkat secara drastis pada luka bakar atau fistule.
- Bangun/bentuk tubuh
Bangun tubuh yang ekstrim dapat mengganggu tahapan penyembuhan. Cacheksia dan
anoreksia mengindikasikan buruknya status nutrisi. Obesitas dapat menurunkan tegangan
luka, menurunkan efek kontraksi dan meningkatkan resiko dehiscene.
- Infeksi sistemik
Infeksi memperkuat reaksi radang dan mengganggu aktivitas fibroblast.
- Stress
Kecemasan menyebabkan release glukokortikoid yang mempunyai efek antiinflamasi dan
menginhibisi fibroblast, sintesis kolagen dan pembentukan jaringan granulasi.
- Imunnosupresive agent
Konsekwensi dari radiotherapy dan kemotherapy diantaranya menghambat pembelahan
dan pertumbuhan sel. Sel yang diradiasi akan kehilangan vaskularisasi, mengalami
ulcerasi dan atropi.
- Therapy obat
Obat anti inflamasi, agen sistotoksik, agen imunosupresive dan antikoagulan semuanya
menurunkan kecepatan penyembuhan dengan menghambat pembelahan sel dan proses
pembekuan.
- Kecukupan istirahat/tidur
Perbaikan jaringan dan kecepatan pembelahan sel meningkat saat tidur. Penyembuhan
luka memerlukan kondisi turunnya stress fisik dan psikis yang didapat saat istirahat/tidur.
3. Faktor psikologis
- Motivasi
Motivasi pasien yang rendah akan menurunkan kemampuan pasien mengikuti
pengobatan/perawatan. Motivasi dipengaruhi oleh kecemasan, perasaan bersalah dan
penolakan.
- Perhatian pasien terhadap perawatan
Luka kronis kadang mempengaruhi perasaan pasien sehingga merasa tergantung dan
merasa kemampuannya rendah. Perhatian positif terhadap pasien dalam perawatan
lukanya dapat berarti banyak dalam penyembuhan.
- Pengetahuan
Kurangnya pengetahuan pasien mengganggu penerimaan pasien terhadap luka yang
dideritanya dan menghambat pengobatan/perawatan terhadap luka. Pemberian informasi
yang adekuat terhadap luka dan perawatannya dapat meningkatkan pengetahuan pasien
sehingga berpartisipasi aktif dalam pengobatan.
4. Faktor Gaya hidup
- Keadaan lingkungan
Lingkungan yang tidak sehat atau kotor akan mempermudah terjadinya infeksi sehingga
proses penyembuhan luka secara fisiologis terhambat.
- Keadaan ekonomi
Ekonomi rendah akan membatasi kemampuan pasien didalam perawatan terhadap
lukanya.
- Adat dan kepercayaan
Beberapa adat dan kepercayaan menghambat proses penyembuhan luka seperti ;
pemakaian getah kayu untuk pengobatan luka, bebat yang kuat, tidak boleh
mengkomsumsi makanan tinggi protein tanpa alasan yang jelas.
- Kebiasaan merokok, alkohol dan ketergantungan obat
Merokok berarti mengkomsumsi CO dimana CO akan diikat oleh hemoglobin dan
menyaingi peredaran oksigen dalam tubuh. Hal ini menyebabkan oksigen yang
dibutuhkan dalam regenerasi sel pada luka menjadi terbatas. Pada perokok dapat pula
terjadi defisiensi vitamin C yang merupakan faktor esensial bagi regenerasi jaringan.
Alkohol dan obat-obatan akan mempengaruhi kondisi umum tubuh serta konsumsi nutrisi
yang tidak adekuat.

G. Komplikasi spesifik adanya Luka


Komplikasi luka meningkatkan angka kesakitan dan kematian pot operatif dan juga
meningkatkan biaya perawatan di rumah sakit. Komplikasi luka diantaranya infeksi, perdarahan,
dehiscene dan eviscerasi.
1. Perdarahan (hemorrhage)
Perdarahan dapat diindikasikan oleh robeknya jahitan, bekuan yang keluar karena tegangan
dari bagian yang dioperasi, infeksi atau erosi pembuluh darah keluar tubuh. Luka post op
memerlukan pengkajian yang hati-hati untuk mendeteksi perdarahan. Hipovolemia bukan
tidak mungkin terjadi. Karena itu, balutan harus diperiksa secara teratur sampai 48 jam
setelah operasi. Perhatian khusus diberikan bila ada perasaan haus, peningkatan denyut nadi
dan pernafasan, serta kelemahan menyeluruh pada pasien. Hal tersebut merupakan tanda awal
terjadinya perdarahan. Jika perdarahan terjadi, balutan menekan diperlukan, penggantian
cairan mungkin diperlukan dan intervensi bedah mungkin diperlukan juga.
2. Infeksi
Invasi bakteri dapat terjadi pada waktu trauma, saat pembedahan atau saat postoperative.
Keadaan infeksi berhubungan dengan tingkatan, tipe dan lokasi pembedahan serta penyebab
dari terjadinya luka (Cruse & Foord, 1980). Dikatakan terinfeksi bila terdapat nanah dengan
atau tanpa hasil positif terhadap kultur specimen (Simmons, 1982). Infeksi dapat terjadi 2-7
hari post operative. Kadang-kadang pada beberapa kasus infeksi dapat terjadi setelah pasien
keluar dari rumah sakit. Tanda dari infeksi disamping adanya nanah, termasuk nyeri,
kemerahan, bengkak, demam/panas, serta peningkatan jumlah leukosit (Flynn & Rovee,
1982).
3. Dehiscene
Adalah robek/pecahnya luka sebagian atau seluruhnya. Beberapa faktor resiko pasien
terhadap terjadinya dehiscene meliputi : kegemukan, kekurangan nutrisi, multiple trauma,
batuk yang berlebihan, muntah-muntah, dehidrasi. Dehiscene seringkali terjadi bila tidak
terjadi penyembuhan sehingga pinggiran luka incisi tidak dapat menyatu. Hal ini terlihat
dalam 4-5 hari post operasi, secara normal pinggiran incisi merapat sepanjang incisi tersebut.
Tanda-tanda klinik untuk mengetahui secara cepat terjadinya dehiscene adalah : terjadinya
demam, takikardi, nyeri, paralitic dan prolonge ileus.
4. Eviceration
Adalah menonjolnya organ-organ tubuh bagian dalam ke arah luar melalui incisi. Bila
dehiscene dan eviscerasi terjadi maka tutup daerah tersebut dengan gaas steril yang dibasahi
dengan cairan steril dan jaga agar jaringan selalu lembab. Segera rujuk ke dokter untuk
perbaikan pembedahan.

Anda mungkin juga menyukai