Jurnal+1.+PKM+Hukum+Laut+1 5
Jurnal+1.+PKM+Hukum+Laut+1 5
Abstrak
Wilayah Perairan Indonesia meliputi laut teritorial Indonesia, perairan kepulauan,
dan perairan pedalaman. Laut Teritorial Indonesia adalah jalur laut selebar 12 mil laut
yang diukur dari garis pangkal kepulauan Indonesia, Sedangkan Perairan Kepulauan
Indonesia adalah semua perairan yang terletak pada sisi dalam garis pangkal lurus
kepulauan tanpa memperhatikan kedalaman atau jaraknya dari pantai. Indonesia
merupakan negara kepulauan terbesar ke dua di dunia dan merupakan salah satu
negara dengan potensial penghasil ikan terbesar di dunia ter khususnya di
kabupaten, Desa Harekakae yang letak geografisnya berbatasan langsun g
dengan Timor Leste. Adapun positif dan negatif bagi nelayan penangkap ikan di
desa tersebut sangat menjanjikan, namun dari segi negatif bagi nelaya n
penangkap ikan ialah sering tertangkap oleh petugas patroli dari Timor Leste,
hal ini terjadi karena kurangn ya pengeta huan tentan g zona perairan batas
laut dan batas wilayah RI-RDTL. Oleh karena itu perlu adanya sosialisasi hukum
laut dan hukum maritim terkait zona batas wilayah perbatasan. Pengab d i a n
masyarakat yang dilakukan oleh permesinan kapal FLM Unhan RI,
menggunakan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab, dari pengab d i a n
tersebut disimpulkan bahwa sosialisasi terkait Hukum maritim sangat
bermanfaat bagi nelayan karena dapat mengerti dan memahami tenta n g
peraturan hukum laut dan hukum maritim antara lain hubung an hukum antar
negara tentang persoalan kemaritiman, hubungan antar negara dan orang,
hubungan hukum atar negara dengan badan hukum maritim, hubungan antar
badan hukum maritim dengan nakhod a dan awak kapal lain.
Kata kunci: Hukum Laut, Hukum Maritim, Nelayan, Kapal, Perbatasan RI-RDTL.
1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki garis pantai
terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Sebagai negara kepulauan yang bercirikan
kepulauan, merupakan suatu kesatuan wadah yang meliputi ruang darat, laut, dan
udara, termasuk ruang dalam perut bumi dengan segala isinya. Wilaya perairan laut di
Kabupaten Malaka ter khususnya pada Desa Harekakae merupaka n salah satu
daerah perikana n yang sangat potensial dan mempunyai peranan penting bagi
sumber daya manusia (SDM). Secara geografis, Kabupaten Malaka sangat
berdekatan dengan Timor Leste (RDTL), ini merupaka n posisi sangat strateg is
yang membawa dampak politis, sosial budaya dan ekonom is yang sangat positif
bagi masyarakat daerah tersebut (Rohi.J.R, et.al, 2022). Namun ada dam pak
negatifnya bagi nelayan perairan Kabupaten Malaka ter khususnya Desa
Harekakae apabila kurang nya pengeta huan terkait peratura n maritim zona
batas kedua negara dalam melakukan penangkapan ikan di perairan prbatasan
RI-RDTL. Hukum laut internasional memiliki peran yang signifikan dalam pembentukan
kedaulatan wilayah laut suatu negara pantai. Hal ini secara eksplisit terkandung dalam
United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982) pada Ketentuan
Pasal 2 ayat (1) yang menjelaskan bahwa kedaulatan negara pantai diperpanjang
melebihi wilayah daratnya dan perairan pedalaman dan, dalam hal negara kepulauan,
perairan kepulauannya, hingga batas wilayah laut yang disebut laut territorial.
Kajian penanganan wilayah perbatas an maritim antara RI-RDTL menja di
bahan evaluas i bersam a dimana tujuannya sebagai masukan bagi pimpinan dan
stakeholder terkait dalam pengam bilan putusan guna meneg aka n perat u r a n
perbatas an maritim, agar tetap tegaknya Negara NKRI. Hal ini juga menjadi
pengetahuan penting karena Presiden Jokowi akan menjadikan Indonesia sebagai
Poros Maritim Dunia. Namun jauh sebelum isu tersebut, isu-isu di bidang kelautan sudah
lebih dulu mengemuka, misalnya saja pencurian ikan oleh nelayan asing, kemiskinan
nelayan di tengah melimpahnya sumber daya ikan. Pemerintah telah berupaya
memastikan sumber daya kelautan dapat dikelola dan dimanfaatkan secara adil, dengan
menerbitkan berbagai peraturan hukum, misalnya UU No. 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan, UU NO. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil, UU No. 32 Tahun 2014 tentang Kelautan, dan berbagai peraturan
lainnya. Namun kenyataannya masih terjadi ketimpangan, yaitu nelayan kecil terdesak
oleh kekuasaan nelayan besar.
Pemanfaatan sumber daya masih didominasi oleh kapitalis besar yang
mengakibatkan nelayan harus kehilangan sumber penghidupannya. Dari
permasalahan diatas maka perlu adanya sosialisasi terkait dengan perat u r a n
hukum laut dan hukum maritim pada zona tangkapa n wilayah RI-RDTL dapat
menam ba hakan wawas an pengetahuan terhadap nelaya n kabupaten Malaka,
khususnya wilayah Desa Hareka kae.
2. METODE PELAKSANAAN
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM) ini dilaksananan pada Desa
Harekakae sebagai solusi bagi persoalan yang dihadapi pada nelayan, guna
meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap pentingnya peraturan zona maritim
yang di terapkan antar kedua negara RI-RDTL dilakukan dengan metode ceramah dan
diskusi tanya jawab. berikut kegiatan ini di laksanakan dengan tahapan sebagai berikut:
Persiapan
Tahapan ini tim identifikasi keluhan masalah dari nelayan yang
berkaitan dengan melakukan penangkapan ikan dan melewati batas
wilayah kedaulatan RI. hasil identifikasi tersebut ditemukan persoalan yang
dihadapi nelaya n seperti melewati batas wilayah kedaulatan RI dan resiko
apabila tertangka p kapal patroli negara RDTL. selanjutn ya mencari solusi
yang harus diterapkan pada nelayan apabila terjadi penangkapa n kapal
nelayan di zona tangka pan negara tetangga.
Sosialisasi
Pada tahapan ini tim melakukan soasialisasi dengan metode ceram ah ,
diskusi dan tanya jawab guna untuk membantu nelayan dalam menem u ka n
Sosialisasi
Sosialisasi batas laut dan hukum maritim di Desa Harekakae bersam a denga n
nelayan dan kadet mahasis wa Permesinan Kapal, Fakultas Logistik Militer
Unhan RI. Tahapan sosialisasi dilakukan dengan ceramah, diskusi dan tanya
jawab, kegiatan tersebut dilakukan di Desa Harekaka e bertem pat di kant or
Desa Hareka kae.
4. PENUTUP
Setelah dilakukan sosialisasi tentang hukum laut dan hukum maritim pada Desa
Harekakae, hai ini menjadi pengetahuan baru bagi masyarakat desa ter khususnya para
nelayan. Dimana Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang keunikan
geografisnya sudah diakui secara internasional, berhak menarik garis pangkal
kepulauan dalam melakukan dilimitasi zona maritim dengan negara-negara tetangga.
Hak ini diatur dalam pasar 47 UNCLOS 1982. Maka dari itu, mengingat sudah adanya
pengakuan terhadap eksistensi batas perairan laut di daerah perbatasan RI-RDTL
khususnya Kabupaten Malaka, Desa Harekakae. Dari pembahasan di atas juga
diharapkan agar masyarakat Desa Harekakae dapat dimengerti tentang hubungan
hukum antar negara RI-RDTL mengenai persoalan kemaritiman, hubungan antar negara
dan orang, hubungan hukum atara negara dengan badan hukum maritim, hubungan
antar badan hukum maritim dengan nakhoda dan awak kapal.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Muthalib Tahar, Hukum Internasional dan Perkembangannya, Bandar Lampung:
Universitas Lampung, 2012.
Abdul Alim Salam, Evaluasi Kebijakan Dalam Rangka Implementasi Hukum Laut
Internasional (Unclos 1982) Di Indonesia, Departemen Kelautan dan Perikanan
Sekretaria
Hukum Laut Internasional Dalam Perkembangan. Editor : Dr. Khaidir Anwar, S.H.,M.H.
http://repository.lppm.unila.ac.id/2747/1/hukum%20kelautan.pdf
Rohi, J. R., Manesi, D., & Arief, R. (2022). Peningkatan Kemampuan Basic Skill Pengelolaan
Alat Tangkap Ikan Bagi Mahasiswa dan Nelayan di Desa Dualaus. Community: Jurnal
Pengabdian Pada Masyarak at, 2(3), 93-100.
http://e-journal.uajy.ac.id/7274/2/HK110397.pdf