Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH

WAWASAN SOSIAL BUDAYA MARITIM


”Sektor Ekonomi dan Kategori Penduduk Maritim”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


JURUSAN MATEMATIKA
PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER
MAKASSAR
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya,
maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan tema “Sektor Ekonomi dan Kategori
Penduduk Maritim” dapat terselesaikan dengan lancar.

Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukkan kepada kita dari jalan kesesatan menuju jalan yang terang benerang yangberupa
syari'at ajaran agama Islam.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki oleh kami. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.

Makassar, 2 November 2014

Kelompok II
1. Sektor Ekonomi Kebaharian
Cukup banyak sector ekonomi kelautan dikembangkan masyarakat-masyarakat
bahari di Negara-negara pantai atau kepulauan didunia, terutama Negara-negara tergolong
maju. Sector-sektor ekonomi kebaharian tersebut seperti pelayaran/perhubungan,
perikanan pertambangan, perdagangan hasil laut, industry hasil laut, industry kapal, industry
alat-alat tangkap, jasa pengerukan pantai kawasan pelabuhan dan rute-rute pelayaran,
pariwisata bahari, jasa olahraga bahari, birokrasi dan lain-lain.
Untuk Indonesia, pada kenyataannya baru sedikit diantara sekian banyak sector
ekonomi kebaharian yang berkembang dinegara-negara maju tersebut. Sector-sektor yang
sejak dahulu kala digeluti dan menyentuh hidup rakyat banyak, seperti tersebut berikut :
Perikanan
Perhubungan
Industri hasil laut
Industry kapal/perahu dan alat-alat tangkap ikan
Pertambangan pasir dan batu karang

Sub-sub sector industry dimaksudkan sebagian terbesar tergolong tradisional seperti


industry-industri kapal, perahu, alat-alat tangkap, pasca panen dan sebagainya. Sesuai
beberapa hasil penelitian social budaya dengan metode survey pada masyarakat pesisir dan
pulau-pulau dibeberapa desa dikepulauan Spermonde (kodya Makassar dan Pangkep),
Kawasan Takabonerate (Selayar), dan Kelurahan Pulau Sembilan (Sinjai) yang antara lain
dilakukan oleh Tim Social Assessment COREMAP Sulawesi Selatan dari tahun 1996/1997-
1997/1998, diperoleh keterangan tentang adanya tujuh sub sector usaha terkait laut digeluti
penduduk pesisir dan pulau-pulau sejak dahulu kala, yaitu:

 Perikanan
 Usaha pengangkutan antar pulau dan pesisir
 Perdagangan hasil laut dan sarana tangkap
 Usaha modal/kredit
 Industry pengolahan hasil laut (ikan kering, pindang, dan sejenisnya)
 Industry kapal/perahu dan alat tangkap
 Penambangan pasir dan batu-batu karang dikawasan terumbu karang

Sector perikanan dan transportasi laut adalah terkait dengan dan mempengaruhi
perkembangan sub-sub sector ketenagakerjaan dan jasa-jasa pelabuhan, pasar, dan TPI.
Pada kenyataannya, dipedesaan pesisir dan pulau-pulau (yang dijadikan lokasi penelitian),
sector perikanan dan usaha transportasi dengan usaha-usaha berasosiasi dengannya sejak
dahulu selalu menjadi mayoritas dan dominan dalam penyerapan tenaga kerja dan sumber
pendapatan ekonomi penduduk.

2. Kategori Penduduk Maritim


Penduduk bahari sebagaimana dikonsepsikan dimuka dapat dikategori/digolongkan
menurut sector-sektor atau subsector-subsektor mata pencaharian terkait kelautan yang
digelutinya, seperti tersebut diatas. Di Indonesia, untuk mempermudah pemahaman, maka
penduduk bahari tersebut dapat dibedakan atas tiga kategori besar, yakni penduduk
nelayan, pelayar/pengusaha transportasi laut, dan pengelola pemanfaatan sumber daya dan
jasa-jasa laut lainnya. Berikut ini, ketiga kategori penduduk bahari tersebut digambarkan
secara ringkas
a. Penduduk nelayan
Menurut asal usul tempat pemukiman, penduduk nelayan di Indonesia dapat
dibedakan atas penduduk nelayan pesisir dan pulau-pulau dan penduduk nelayan yang
berasal dari keluarga-keluarga yang tinggal secara terpisah-pisah dikawasan pemukiman
perkotaan, pinggiran kota, dan daerah-daerah pedalaman. Diberbagai Negara kepulauan
dan Negara pantai didunia, bagian terbesar dari penduduk nelayan mendiami kawasan
pesisir dan pulau-pulau dari Negara-negara tersebut. Di Indonesia penduduk nelayan
pada umumnya membentuk kesatuan-kesatuan administrative desa-desa pantai dan
pulau-pulau mulai dari sabang sampai merauke. Penduduk nelayan pesisir dan pulau-
pulau tersebut ditandai dengan beberapa ciri yang mencolok, seperti:
1) Menjalankan berbagai bentuk usaha perikanan dengan tipe teknologi tangkap
tradisional dan skala kecil
2) Penerapan model diversifikasi usaha kenelayanan
3) Mengandalkan pengetahuan dan keterampilan informal
4) Pola pemukiman yang kurang tertata dan rawan penyakit dan bencana
5) Kemiskinan ekonomi, kesehatan dan pendidikan dan keterampilan formal

Mengenai model diversifikasi yang mencirikan usaha dan aktivitas penduduk


nelayan pesisir dan pulau-pulai di Indonesia, terdapat dua strategi utama, yakni strategi
diversifikasi usaha yang difokuskan kelaut dan strategi diversifikasi usaha yang diperluas
ke darat. Strategi diversifikasi pertama berupa saling mempergantikan beberapa
subsector perikanan (dengan pemilikan beberapa jenis teknologi tangkap) atau bahkan
sewaktu-waktu nelayan bergeser ke usaha transportasi laut kemudian dalam situasi dan
kondisi tertentu kembali lagi keusaha penangkapan ikan.

Strategi diversifikasi kedua berupa kombinasi beberapa jenis pekerjaan


sekaligus kalau bukan saling mempergantikan diantara pekerjaan kenelayanan,
perhubungan, dan kegiatan-kegiatan yang diperluas kesektor-sektor perdagangan
(missal: membangun kios, menjual bahan kebutuhan pokok, dipulau), pertanian tambak,
beternak unggas, menjadi kuli bangunan, dan sebagainya. Dikarenakan semakin
berkurangnya sumber daya dan sulitnya peluang-peluang kerja alternative didarat
mempengaruhi semakin berkurangnya penduduk nelayan pesisir dan pulau-pulau yang
dapat melakukan strategi diversifikasi usaha kedua tersebut.

Sebagai kebalikan dari model diversifikasi usaha perikanan ialah model


intensifikasi yakni berupa strategi pemusatan factor-faktor modal, pengetahuan dan
keterampilan, tenaga kerja, dan proses-proses kerja pada satu jenis usaha tunggal secara
intensif. Contohnya, seperti perikanan tongkol, usaha bagang Rambo, usaha gae, usaha
teripang, usaha ikan dan lobster hidup yang dikelola oleh nelayan sulsel

Anda mungkin juga menyukai