Anda di halaman 1dari 6

WAWASAN SOSIAL BUDAYA BAHARI

FAKTA SOSIAL DEMOGRAFI DAN EKONOMI

KELOMPOK 2

MUHAMMAD IKRAM (D52109104) IBNU IHSAN (D52109251) SYAHDWINDA SYAHRUL (D52109252) UMMU KALSUM (D52109255)

TEKNIK ARSITEKTUR PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA

FAKTA SOSIAL DEMOGRAFI DAN EKONOMI


Konsep sosial demografi kebaharian merujuk kepada kesatuan atau kumpulan manusia, baik yang mendiami daerah pantai dan pulau-pulau maupun yang berasal dari lingkungan perkotaan dan pedesaan atau tempat-tempat yang jauh dari daerah pesisir, yang menggantungkan sumber pendapatan ekonomi dan aktivitasnya pada pemanfaatan sumber daya perairan dan jasajasa laut, yang dapat ditunjukkan dengan jumlah jiwa secara eksak atau dengan penaksiran semata. Konsep penduduk bahari dalam konteks social budaya bahari mengacu pada orang-orang yang penghidupan social ekonominya bersumber secara langsung atau tidak langsung dari pemanfaatan sumber daya laut dan jasa-jasa laut, baik komunitas pesisir dan pulau-pulau, maupun mereka yang berasal dari kawasan permukiman perkotaan maupun pedalaman. Dalam konteks Indonesia, fenomana demografi kebaharian dapat digambarkan pada aspekaspek kondisi populasi, pendidikan, sector ekonomi kebaharian, kategori penduduk menurut sektor ekonomi dan aktivitas kebaharian, dan fenomena mobilitas geografi/migrasi dengan pola pengembaraannya. A. Kondisi Populasi dan Sosial Ekonomi Penduduk Bahari Pada umumnya Negara-negara yang mempunyai wilayah laut, terutama Negara-negara kepulauan di dunia, sebagian besar penduduknya bermukim di daerah pantai dan pulau-pulau. Hal ini dimungkinkan oleh faktor-faktor kemudahan perolehan akses pada berbagai sektor mata pencaharian kelautan dan mobilitas geografi laut bilamana sektor-sektor mata pencaharian di darat mulai terbatas. Di Indonesia diperkirakan jumlah penduduk yang bergantung secara langsung maupun tidak langsung pada sector ekonomi kelautan, mencapai tidak kurang dari 30-an juta jiwa.

Termasuk kategori penduduk bahari pesisir dan pulau-pulau ialah pengangguran semu, yaitu anggota keluarga dan pekerja sewaktu-waktu yang jumlahnya cukup besar. Beberapa faktor yang mempersulit perolehan angka penduduk bahari yang menyeluruh dan akurat adalah pola-polamobilitas geografi musiman, kondisi pekerjaan tidak tetap, karakter peralihan dan diversivikasi pekerjaan, asal-usul tempat yang berbeda-beda dan masih kurangnya upaya pemerintah yang sungguh-sungguh melakukan pencacahan jiwa penduduk desa-desa pantai dan pulau-pulau secara luas dan teliti. Berdasarkan hasil penelitian dan perbincangan di media massa dan masyarakat, diketahui bahwa penduduk bahari terutama masyarakat desa-desa nelayan pesisir dan pulau-pulau yang sedang berkembang, sebagian besar dalam kondisi miskin. Di Indonesia, melihat kondisi potensi sumber daya perikanan yang melimpah, maka munculnya fenomena kemiskinan terasa sangat ironis. B. Sektor Ekonomi dan Kategori Penduduk Bahari 1. Sektor ekonomi kebaharian Cukup banyak sektor ekonomi kelautan yang dikembangkan masyarakat bahari di Negaranegara kepulauan di dunia, terutama Negara-negara maju. Untuk Indonesia, pada kenyataannya baru sedikit di antara sekian banyak sektor ekonomi kebaharian yang berkembang di Negaranegara maju tersebut yang berkembang. Sector-sektor yang sejak dulu digeluti dan menyentuh hajat hidup orang banyak di Indonesia adalah debagai berikut: Perikanan Perhubungan Perdagangan Industri hasil laut Industri kapal/perahu dan alat-alat tangkap ikan Pertambangan pasir dan batu karang

2. Kategori penduduk bahari Penduduk baharI dibedakan atas tiga kategori besar, yaitu:

Penduduk nelayan Menurut asal-usul tempat pemukiman, penduduk nelayan di Indonesia dapat dibedakan atas: a) Penduduk nelayan pesisir dan pulau-pulau. Penduduk nelayan pesisir dan pulau-pulau ditandai dengan beberapa ciri mencolok, yaitu: Menjalankan berbagai bentuk usaha perikanan dengan tipe teknologi tangkap tradisional dan skala kecil Penerapan model diversivikasi usaha kenelayanan Mengandalkan pengetahuan dan keterampilan informal Pola permukiman yang kurang tertata dan rawan penyakit dan bencana Kemiskinan ekonomi, kesehatan, pendidikan dan keterampilan formal b) Penduduk nelayan yang berasal dari keluarga yang tinggal secara terpisah-pisah di kawasan permukiman perkotaan, dan daerah-daerah pedalaman. Penduduk nelayan yang berasal dari lingkungan perkotaan atau daerah pedalaman merupakan subkategori nelayan yang minoritas tapi dominan dalam penguasaan sumber daya alam, modal dan teknologi perikanan. Kategori penduduk nelayan yang berasal dari lingkungan perkotaan dan pedasaan ini kebanyakan mempunyai ijazah pendidikan menengah, akademi, sarjana muda, bahkan sarjana lengkap dalam bidang-bidang kejuruan perikanan dan pelayaran.

Pelayar/pengusaha transportasi laut Kategori penduduk bahari pelayar dapat juga dibedakan menjadi dua, yaitu: a) Pelayar yang berasal dari kawasan pesisir dan pulau-pulau Terdapat empat ciri mencolok dari kategori penduduk pelayar yang berasal dari kawasan pesisir dan pulau-pulau, yaitu: Menjalankan bentuk usaha transportasi dengan tipe teknologi pelayaran tradisional berskala kecil Penerapan model usaha intensifikasi

Mengandalkan pengetahuan dan keterampilan informal Mendiami desa-desa pantai dan pulau-pulau bersama penduduk nelayan dengan pola permukiman kurang tertata yang rawan penyakit dan bencana b) Pelayar yang berasal dari lingkungan perkotaan dan pedesaan. Penduduk pelayar yang berasal dari lingkungan perkotaan atau daerah pedalaman merupakan subkategori pelayar yang minoritas tapi dominan dalam penguasaan sumber daya barang komoditas (barang dagangan penumpang), modal, teknologi pelayaran, jangkauan jaringan pelayaran dalam dan luar negeri. Kategori penduduk pelayar yang berasal dari lingkungan perkotaan dan pedasaan ini umumnya mempunyai pengetahuan dan keterampilan formal, ijazah pendidikan menengah, akademi, sarjana muda, bahkan sarjana lengkap dalam bidang-bidang kejuruan pelayaran.

Pengguna sumber daya dan jasa-jasa laut yang lain Termasuk dalam ketegori penduduk pengguna sumber daya dan jasa-jasa laut, selain nelayan dan pelayar adalah pedagang hasil-hasil laut, pekerja dipasar atau pelelangan ikan, pengelola dan pekerja industri hasil laut, pengelola/pengusaha dan pekerja industri perahu/kapal dan alat-alat tangkap serta semua perangkat perlengkapan berasosiasi infrastruktur pelayaran dan perikanan, para petambang batu karang dan pasir laut, petambang migas dan mineral, bahkan Marinir/Angkatan Laut dan satuan-satuan tugas keamanan laut, pemerintah, peneliti dari lembaga ilmiah dan perguruan tinggi, LSM dan pemerhati lingkungan. C. Mobilitas Geografi Penduduk Pesisir dan Pulau-pulau Dalam melakukan aktivitasnya, penduduk bahari terutama nelayan dan pelayar di dunia

memiliki ciri mobilitas geografi yang tinggi. Penduduk nelayan sebagai pemanfaat sumber daya perikanan tujuannya ialah daerah-daerah penangkapan di perairan pesisir dan laut dalam, sedangkan kearah darat, tujuannya ialah pusat-pusat permukiman penduduk dalam lingkungan kota-kota dan desa-desa pantai di mana terdapat pasar dan pelelangan ikan sebagai tempat penjalan tangkapan dan pembelian perlengkapan dan perbekalan. Ciri mobilitas geografi yang

tinggi terkondisikan dengan lingkungan laut yang sangat luas yang pada umumnya dicirikan dengan pemanfaatan secara terbuka. Sedangkan kelompok pelayar dengan armadanya justru menjadikan pelabuhan dan kotakota pantai di mana-mana sebagai tujuannya untuk bongkar muat barang dan penumpang. Kegiatan para pelayar pada intinya mengenai tiga komponen utama, yakni jual beli barang, bongkar muat barang dan pelayaran Bagi pelayar, lautan hanyalah merupakan prasarana jaringan dan rute-rute transportasi antarkota pantai, antarpulau, antarnegara, dan antarbenua semata. Sedangkan nelayan tergantung secara mutlak pada laut sebagai sumber tangkapan dan juga pada pasar sebagai tempat penjualan komoditas hasil lautnya.

Anda mungkin juga menyukai