Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SISTEM LINIER

Disusun Oleh
Hidayatul Rahman
15.10.002.20201.011

Teknik Elektro

Kelas B
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH SUMATERA BARAT
BUKITTINGGI
2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Makalah Sistem
Linier mengenai “Operasi Sinyal” tepat pada waktunya.
Penulis menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari rekan-rekan
mahasiswa yang bersifat membangun agar dalam penyusunan makalah
selanjutnya dapat lebih baik dari sekarang ini.

Hormat kami,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................
BAB I ............................................................................................................
Latar Belakang .............................................................................................
BAB II
KLASIFIKASI SINYAL ............................................................................
Klasifikasi Sinyal Berdasarkan Berbagai Aspek ..........................................
Berdasarkan Sifat ..........................................................................................
Berdasarkan Nilai Variabel Bebas ................................................................
Berdasarkan Amplitudo dan Waktu ..............................................................
Macam Ragam Sinyal Uji ..............................................................................
Jenis-jenis Sinyal Pokok Saat ini ..................................................................
Sinyal Analog ................................................................................................
Sinyal Digital ................................................................................................
Sinyal Diskrit ................................................................................................
BAB III
OPERASI SINYAL ....................................................................................
Pengolahan Sinyal Analog ............................................................................
Dasar-dasar Karakteristik Op-Amp ..............................................................
Aplikasi Op-Amp sebagai Penguat, ..............................................................
Pengolahan Sinyal Digital .............................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sinyal merupakan sebuah fungsi yang berisi informasi mengenai keadaan tingkah
laku dari sebuah sistem secara fisik. Meskipun sinyal dapat diwujudkan dalam beberapa
cara, dalam berbagai kasus informasi terdiri dari sebuah pola dari beberapa bentuk yang
bervariasi. Secara matematis, sinyal merupakan fungsi dari satu atau lebih variable yang
berdiri sendiri (independent variable). Cara untuk menggabungkan dua buah fungsi sinyal
dapat dilakukan dengan sebuah metode konvolusi. Konvolusi secara umum dapat
diartikan sebagai cara untuk mengkombinasikan dua buah deret angka untuk
menghasilkan deret angka ketiga. Konvolusi dilambangkan secara asterisk(*). Bagi para
insiniyur konvolusi adalah instrument yang sangat penting. Sebagai contoh, konvolusi
digunakan dalam sistem linier dan teori kontrol untuk mendapatkan respon y(t) dari
sebuah sistem x(t) jika diberikan impuls h(t).
Secara umum konvolusi dua buah sinyal x1(t) dan x2(t) dituliskan sebagai berikut :
y(t) = x1(t) * x2(t)
= x2(t) * x1(t)
atau

y(t) = x1 (λ)x2 (t-λ)dλ

= x2(λ)x1 (t-λ)dλ
Di mana λ adalah variable dummy.
Fungsi singularitas merupakan sinyal-sinyal dasar yang dapat digunakan untuk
mempresentasikan sinyal-sinyal lain yang belum diketahui sebelumnya. Secara garis
besar sinyal-sinyal dasar dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu sinyal dasar
waktu kontinyu (continuous-time signal) dan sinyal diskrit (discrete-time signal). Sinyal-
sinyal dasar yang dipergunakan di sini adalah sinyal-sinyal waktu kontinyu (continuous-
time signal) yang terdiri atas : sinyal/fungsi tangga satuan(unit step function) u(t),
sinyal/fungsi satuan ramp (unit ramp function) r(t), sinyal/fungsi impuls satuan( unit
impuls delta function) d(t). Secara matematis sinyal/fungsi waktu kontinyu dapat
dituliskan sebagai berikut:
1, 𝑡 > 0
Fungsi Tangga Satuan : 𝑢(𝑡) = {
0, 𝑡 < 0

𝑡, 𝑡 ≥ 0
Fungsi Ramp Satuan : 𝑟(𝑡) = {
0, 𝑡 < 0

𝑡2
Fungsi Impuls Satuan : ∫𝑡1 𝑥(𝑡)𝛿(𝑡)𝑑𝑡 = 𝑥(0) 𝑡1 < 0 < 𝑡2

Hubungan konvolusi sinyal dengan fungsi singularitas secara umum dapat dituliskan
sebagai berikut :

𝑥(𝑡)∗ 𝛿(𝑡) = 𝑥(𝑡)


𝑡
𝑥(𝑡)∗ 𝑢(𝑡) = ∫ 𝑥( 𝜆)𝑑𝜆
−∞
𝑡 𝜇
𝑥(𝑡)∗ 𝑟(𝑡) = ∫ ∫ 𝑥(𝜆)𝑑𝜆𝑑𝜇
−∞ −∞

Yang menjadi idenya adalah sebuah fungsi sinyal dalam hal ini sinyal masukan yang
akan dikonvolusikan dengan fungsi singularitas sebagai kernel konvolusi untuk
mendapatkan respon dari sinyal masukan melalui operasi konvolusi yang terdefenisi
dalam bentuk fungsi singularitas lain.
BAB II

Klasifikasi Sinyal

Pada dasarnya, sinyal dibagi menjadi dua bagian, diantaranya


1. Sinyal waktu kontinyu (continous-time signal)
2. Sinyal waktu diskrit (discrete-time signal)
 Sinyal waktu kontinyu
(continous-time signal) adalah suatu sinyal x(t) dikatakan sebagai sinyal waktu-
kontinyu atau sinyal analog ketika memiliki nilai pada setiap saat.

 Sinyal waktu diskrit (discretetime signal) merupakan suatu sinyal x(kT)


dikatakan sebagai sinyal waktu-diskrit ketika memiliki nilai pada rentang waktu
tertentu

Namun dalam konteks yang lebih luas lagi, sinyal memiliki beberapa jenis atau macam
yang di bagi dalam berbagai banyak klasifikasi, diantaranya:
Klasifikasi Sinyal Berdasarkan Berbagai Aspek:
Berdasarkan Sifat.
a) Sinyal Deterministik
 Memiliki model matematika
 Dapat diprediksi nilainya

b) Sinyal Acak
 Tidak memiliki model matematika
 Tidak dapat diprediksi nilainya

Berdasarkan nilai variable bebas

a) Sinyal waktu kontinyu Memiliki nilai real pada keseluruhan rentang waktu t
yang ditempatinya

f (t) ∈ (8,-8)

Gambar Sinyal Waktu Kontinyu

b) Sinyal waktu diskrit Pada kasus sinyal diskrit x[t], t disebut sebagai variable
waktu diskrit (discrete time variable) jika t hanya menempati nilainilai diskrit t =
tn untuk beberapa rentang nilai integer pada n.
Gambar Sinyal Waktu Diskrit

Berdasarkan Amplitudo dan Waktu


a) Amplitudo kontinyu, waktu kontinyu Sinyal yang biasa disebut dengan Sinyal
Analog ini merupakan sinyal yang didefinisikan dalam suatu jangkauan batas
waktu kontinyu yang amplitudonya mempunyai nilai yang kontinyu juga.
b) Amplitudo diskrit, waktu kontinyu Sinyal diskrit terkuantisasi ini merupakan
sinyal yang hanya didefinisikan dalam suatu saat waktu diskrit,amplitudonya
mempunyai nilai hanya pada saat tertentu saja.
c) Amplitudo kontinyu, waktu diskrit Sinyal diskrit/data tercuplik ini merupakan
sinyal diskrit yang mempunyai amplitudo yang kontinyu pada waktu cuplik
(sampling time) tertentu.
d) Amplitudo diskrit, waktu diskrit Sinyal ini sangat banyak sekali ditemukan
khususnya di dunia IT dan elektronik, yaitu sinyal ini adalah sinyal digital. Sinyal
digital merupakan suatu sinyal diskrit dengan amplitudo terkuantisasi, sinyal
tersebut kemudian direpresentasi dengan sederet bilangan, umumnya bilangan
biner. Berikut ini adalah bentuk beberapa jenis sinyal berdasarkan Amplitudo dan
Waktu. Gambar Jenis-Jenis Sinyal (a) Sinyal Analog; (b) Sinyal Terkuantisasi (c)
Sinyal Diskrit/Data Tercuplik; (d) Sinyal Digital.

Gambar Bentuk jenis-jenis sinyal berdasarkan Amplitudo dan Waktu


Macam ragam sinyal uji
Untuk memudahkan analisis suatu respon, digunakan beberapa sinyal uji dengan
fungsi waktu sederhana. Pemilihan sinyal uji harus mendekati bentuk input sistem pada
kondisi kerjanya.
Sinyal-Sinyal Pengujian :
1. Fungsi Step
Fungsi step berguna untuk menguji respon terhadap gangguan yang muncul
secara tiba-tiba, dan juga melihat kemampuan sistem kontrol dalam
memposisikan respon.
2. Fungsi Ramp
Fungsi ramp merupakan fungsi berubah bertahap terhadap waktu, berguna untuk
melihat kemampuan sistem kontrol dalam melacak target yang bergerak dengan
kecepatan konstan.
3. Fungsi Impuls
Fungsi impuls berguna untuk menguji respon terhadap gangguan sesaat yang
muncul tiba-tiba dan untuk menguji sistem yang rresponnya berubah dalam
selang waktu yang sangat singkat.
4. Fungsi Parabolic
Fungsi parabolic berguna untuk kebutuhan akan akselerasi dan pengujian
kemampuan sistem control untuk melacak obyek yang bergerak dengan
kecepatan berubah-ubah.
5. Fungsi Sinusoidal
Funsgi sinusoidal berguna untuk menguji respon istem yang menerima
input berupa sinyal sinusoidal.
Gambar Bentuk Ragam Sinyal Uji

Jenis Jenis Sinyal Pokok saat ini


Dari berbagai banyak macam jenis sinyal yang telah di jelaskan diatas, yang akan
hanya di bahas dan di perdalam lagi adalah hanya 3 jenis sinyal pokok yang sangat sering
digunakan saat ini, yaitu diantaranya sinyal analog, sinyal digital, dan sinyal diskrit.

Sinyal Analog
Sinyal Analog mengingat gelombang sinus merupakan dasar untuk semua bentuk
sinyal analog. Hal ini didasarkan kenyataan bahwa berdasarkan analisis fourier, suatu
sinyal analog dapat diperoleh dari perpaduan sejumlah gelombang sinus. Dengan
menggunakan sinyal analog, maka jangkauan transmisi data dapat mencapai jarak yang
jauh, tetapi sinyal ini mudah terpengaruh oleh noise. Gelombang pada sinyal analog yang
umumnya berbentuk gelombang sinus dan memiliki tiga variabel dasar, yaitu amplitude,
frekuensi dan phase.
- Amplitudo merupakan ukuran tinggi rendahnya tegangan dari sinyal analog.
- Frekuensi adalh jumlah gelombang sinyal analog dalam satuan detik.
- Phase adalah besar sudut dari sinyal analog pada saat tertentu.

Gambar Bentuk Sinyal Analog

Sinyal Digital
Sinyal digital merupakan sinyal data dalam bentuk pulsa yang dapat mengalami
perubahan yang tiba-yiba dan mempunyai besaran 0 dan 1. Sinyal digital hanya memiliki
dua keadaan, yaitu 0 dan 1, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh derau, tetapi transmisi
dengan sinyal digital hanya mencapai jarak jangkau pengiriman data yang relative dekat.
Biasanya sinyal ini juga dikenal dengan sinyal diskret. Sinyal yang mempunyai dua
keadaan ini biasa disebut dengan bit. Bit merupakan istilah khas pada sinyal digital.
Sebuah bit dapat berupa nol (0) atau satu (1). Kemungkinan nilai untuk sebuah bit adalah
dua buah (21). Kemungkinan nilai untuk dua bit adalah sebanyak 4 (22), berupa 00, 01,
10, dan 11. Secara umum, jumlah kemungkinan nilai yang terbentuk oleh kombinasi n bit
adalah sebesar 2n buah.
Gambar Bentuk Sinyal Digital

Sinyal Diskrit
Sinyal diskrit didefinisikan sebagai deretan bilangan real atau kompleks yang
diberi tanda (indeks) yang menyatakan deretan waktu. Selanjutnya sinyal diskrit
dinyatakan sebagai fungsi variabel integer 𝑛 yang dinotasikan dengan (𝑛). Secara umum
sinyal diskrit (𝑛) merupakan fungsi waktu 𝑛. Sinyal diskrit (𝑛) tidak didefinisikan untuk
nilai 𝑛 non integer. Sebagai ilustrasi sinyal diskrit x(n) dapat dilihat pada gambar di
bawah

Gambar Representasi Sinyal Diskrit x(n)

Sinyal diskrit 𝑥(𝑛) diperoleh dari sinyal analog/kontinyu yang disampling dengan analog
- to – digital converter (ADC) dengan laju sampling 1/𝑇, dimana 𝑇 merupakan periode
sampling. Sebagai contoh sinyal suara yang mempunyai spektrum 0 – 3400 Hz
disampling dengan laju
sampling 8 kHz. Sinyal analog (𝑡) yang disampling dengan periode sampling 𝑇
menghasilkan sinyal diskrit (𝑛) dari sinyal analog 𝑥𝑎 𝑡 sebagai berikut :
𝑥 (𝑛) = 𝑥𝑎(𝑛𝑇)
BAB III
OPERASI SINYAL
Sinyal memegang peranan penting dalam kehidupan modern, karena saat ini
masyarakat tidak lepas dari telekomunikasi terutama handphone, yang mana piranti ini
sarat dengan pengolahan sinyal. Tanpa disadari di alam, sinyal juga dapat ditemukan di
sekitar manusia dalam bentuk sinyal elektromagnetik tubuh makhluk hidup. Agar sinyal
dapat bermanfaat sesuai kebutuhan manusia dengan efisien dan optimal, maka diperlukan
pengolahan sinyal dengan menggunakan suatu system elektronika analog maupun yang
digital. Pengolahan sinyal adalah suatu operasi matematik yang dilakukan terhadap suatu
sinyal sehingga diperoleh informasi yang berguna. Dalam hal ini terjadi suatu
transformasi. Pengolahan sinyal analog memamfaatkan komponen-komponen analog,
misalnya dioda, transistor, op-amp dan lainnya. Pengolahan sinyal secara digital
menggunakan komponenkomponen digital, register, counter, dekoder, summuninh,
mikrokontroler, dan lainya. Secara umum, Pemrosesan sinyal merupakan oprerasi yang
dirancang untuk mengekstrak, meningkatkan, menyimpan dan mengirimkan informasi
yang bermanfaat. Pengolahan sinyal secara umum dipetakan menjadi dua macam yaitu
pengolahan sinyal analog dan pengolahan sinyal digital.

Pengolahan Sinyal Analog


Pengolahan Sinyal Analog adalah Pemrosesan Sinyal yang mempunyai kaitan
dengan penyajian, perubahan bentuk dan manipulasi dari sisi sinyal dan informasi.

Gambar Diagram Proses/Pengolahan Sinyal Analog

Dalam proses pengolahan sinyal, sinyal input masuk ke ASP (Analog Signal
Processing), diberi berbagai perlakuan (misalnya pemfilteran, penguatan, dsb) dan
outputnya berupa sinyal analog.
Dalam era elektronika modern, dengan perkembangan teknologi Integrated
Circuit, maka rangkaian elektronika analog dibahas dalam blok fungsi, dimana
Operational Amplifier (Op-Amp) sebagai building block. Aplikasi Op-Amp dapat sebagai
penguat sinyal, penguat audio, penguat mic, filter, integrator, differensiator, pembangkit
sinyal seperti oscillator dan banyak aplikasi lainnya. Komponen elektronika analog dalam
kemasan IC ini memang adalah komponen serbaguna dan diapakai pada banyak aplikasi
hingga sekarang. Hanya dengan menambah beberapa resistor dan potensiometer, dalam
sekejap (atau dua kejap) sebuah pre-amp audio kelas B sudah dapat jadi dirangkai.

Dasar-dasar Karakteristik Op-Amp


 Penguat Differensial
Penguat diferensial seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.2 merupakan
rangkaian dasar dari sebuah op-amp.

Gambar Penguat Differensial

Pada rangkaian yang demikian, persamaan pada titik Vout adalah Vout = A(v1-
v2) dengan A adalah nilai penguatan dari penguat diferensial ini. Titik input v1 dikatakan
sebagai input noniverting, sebab tegangan vout satu phase dengan v1. Sedangkan
sebaliknya titik v2 dikatakan input inverting sebab berlawanan phasa dengan tengangan
vout.

 Diagram Op-Amp
Op-amp di dalamnya terdiri dari beberapa bagian, yang pertama adalah penguat
diferensial, lalu ada tahap penguatan (gain), selanjutnya ada rangkaian penggeser level
(level shifter) dan kemudian penguat akhir yang biasanya dibuat dengan penguat push-
pull kelas B. Gambar 3.3(a) berikut menunjukkan diagram dari op-amp yang terdiri dari
beberapa bagian tersebut.
Gambar Blok DiagramPenguat Differensial

Gambar Diagram Schematic Simbol Op-Amp

 Penguatan Open-loop

Op-amp idealnya memiliki penguatan open-loop (AOL) yang tak terhingga.


Namun pada prakteknya op-amp semisal LM741 memiliki penguatan yang terhingga
kira-kira 100.000 kali. Sebenarnya dengan penguatan yang sebesar ini, sistem penguatan
op-amp menjadi tidak stabil. Input diferensial yang amat kecil saja sudah dapat membuat
outputnya menjadi saturasi. Pada bab berikutnya akan dibahas bagaimana umpan balik
bisa membuat sistem penguatan op-amp menjadi stabil.

 Unity-gain frequency
Op-amp ideal mestinya bisa bekerja pada frekuensi berapa saja mulai dari sinyal
dc sampai frekuensi giga Herzt. Parameter unity-gain frequency menjadi penting jika op-
amp digunakan untuk aplikasi dengan frekuensi tertentu. Parameter AOL biasanya adalah
penguatan op-amp pada sinyal DC. Response penguatan op-amp menurun seiring dengan
menaiknya frekuenci sinyal input. Op-amp LM741 misalnya memiliki unity-gain
frequency sebesar 1 MHz. Ini berarti penguatan op-amp akan menjadi 1 kali pada
frekuensi 1 MHz. Jika perlu merancang aplikasi pada frekeunsi tinggi, maka pilihlah op-
amp yang memiliki unity-gain frequency lebih tinggi.

 Slew Rate
Didalam op-amp kadang ditambahkan beberapa kapasitor untuk kompensasi dan
mereduksi noise. Namun kapasitor ini menimbulkan kerugian yang menyebabkan
response op-amp terhadap sinyal input menjadi lambat. Op-amp ideal memiliki parameter
slew-rate yang tak terhingga. Sehingga jika input berupa sinyal kotak, maka outputnya
juga kotak. Tetapi karena ketidak idealan op-amp, maka sinyal output dapat berbentuk
ekponensial. Sebagai contoh praktis, op-amp LM741 memiliki slew-rate sebesar 0.5V/us.
Ini berarti perubahan output op-amp LM741 tidak bisa lebih cepat dari 0.5 volt dalam
waktu 1 us.

 Parameter CMRR
Ada satu parameter yang dinamakan CMRR (Common Mode Rejection Ratio).
Parameter ini cukup penting untuk menunjukkan kinerja Op-Amp tersebut. Parameter
CMRR diartikan sebagai kemampuan OpAmp Untuk menekan penguatan tegangan
(common mode) sekecil-kecilnya. CMRR didefinisikan dengan rumus CMRR =
ADM/ACM yang dinyatakan dengan satuan dB. CMRR yang makin besar maka op-amp
diharapkan akan dapat menekan penguatan sinyal yang tidak diinginkan (common mode)
sekecilkecilnya. Jika kedua pin input dihubung singkat dan diberi tegangan, maka output
op-amp mestinya nol. Dengan kata lain, op-amp dengan CMRR yang semakin besar akan
semakin baik.

 Aplikasi Op-Amp sebagai Penguat


Integrator, dan Differensiator Operational Amplifier atau di singkat op-amp
merupakan salah satu komponen analog yang popular digunakan dalam berbagai aplikasi
rangkaian elektronika. Aplikasi op-amp popular yang paling sering dibuat antara lain
adalah rangkaian inverter, non-inverter, integrator dan differensiator. Pada pokok bahasan
kali ini akan dipaparkan beberapa aplikasi op-amp yang paling dasar, dimana
rangkaian feedback (umpan balik) negatif memegang peranan penting. Secara umum,
umpanbalik positif akan menghasilkan osilasi sedangkan umpanbalik negatif
menghasilkan penguatan yang dapat terukur.
 Op-Amp ideal
Op-amp pada dasarnya adalah sebuah differential amplifier (penguat diferensial)
yang memiliki dua masukan. Input (masukan) op-amp seperti yang telah dimaklumi ada
yang dinamakan input inverting dan noninverting. Op-amp ideal memiliki open loop gain
(penguatan loop terbuka) yang tak terhingga besarnya. Seperti misalnya op-amp LM741
yang sering digunakan oleh banyak praktisi elektronika, memiliki karakteristik tipikal
open loop gain sebesar 10. Penguatan yang sebesar ini membuat opamp menjadi tidak
stabil, dan penguatannya menjadi tidak terukur (infinite). Disinilah peran rangkaian
negative feedback (umpanbalik negatif) diperlukan, sehingga op-amp dapat dirangkai
menjadi aplikasi dengan nilai penguatan yang terukur (finite). Impedasi input op-amp
ideal mestinya adalah tak terhingga, sehingga mestinya arus input pada tiap masukannya
adalah 0. ada dua aturan penting dalam melakukan analisa rangkaian op-amp
berdasarkan karakteristik op-amp ideal. Aturan ini dalam beberapa literature dinamakan
golden rule, yaitu :

Aturan 1 : Perbedaan tegangan antara input v+ dan v- adalah nol (v+ - v- = 0 atau v+ =
v- )

Aturan 2 : Arus pada input Op-amp adalah nol (i+ = i- = 0)

 Inverting Amplifier
Rangkaian dasar penguat inverting adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar
3.4, dimana sinyal masukannya dibuat melalui input inverting. Seperti tersirat pada
namanya, pembaca tentu sudah menduga bahwa fase keluaran dari penguat inverting ini
akan selalu berbalikan dengan inputnya. Pada rangkaian ini, umpanbalik negatif di
bangun melalui resistor R2. Input non-inverting pada rangkaian ini dihubungkan ke
ground, atau v+ = 0. Dengan mengingat dan menimbang aturan 1 (lihat aturan 1), maka
akan dipenuhi v- = v+ = 0. Karena nilainya = 0 namun tidak terhubung langsung ke
ground, input op-amp v- pada rangkaian ini dinamakan virtual ground. Dengan fakta ini,
dapat dihitung tegangan jepit pada R1 adalah vin – v- = vin dan tegangan jepit pada
reistor R2 adalah vout – v- = vout. Kemudian dengan menggunakan aturan 2, di ketahui
bahwa :
iin + iout = i- = 0, karena menurut aturan 2, arus masukan op-amp adalah 0.
iin + iout = vin/R1 + vout/R2 = 0 Selanjutnya
vout/R2 = - vin/R1 .... atau vout/vin = - R2/R1
 Non-Inverting Amplifier
Prinsip utama rangkaian penguat non-inverting adalah seperti yang diperlihatkan
pada gambar 4.4 berikut ini. Seperti namanya, penguat ini memiliki masukan yang dibuat
melalui input noninverting. Dengan demikian tegangan keluaran rangkaian ini akan satu
fasa dengan tegangan inputnya. Untuk menganalisa rangkaian penguat op-amp non
inverting, caranya sama seperti menganalisa rangkaian inverting. dengan menggunakan
aturan 1 dan aturan 2, kita uraikan dulu beberapa fakta yang ada, antara lain :
vin = v+ v+ = v- = vin ..... lihat aturan
1. Dari sini ketahui tegangan jepit pada R2 adalah vout – v- = vout – vin, atau iout
= (vout-vin)/R2. Lalu tegangan jepit pada R1 adalah v- = vin, yang berarti arus
iR1 = vin/R1.
Hukum kirchkof pada titik input inverting merupakan fakta yang mengatakan
bahwa : iout + i(-) = iR1 Aturan 2 mengatakan bahwa i(-) = 0 dan jika disubsitusi ke
rumus yang sebelumnya, maka diperoleh iout = iR1 dan Jika ditulis dengan tegangan
jepit masing-masing maka diperoleh (vout – vin)/R2 = vin/R1 yang kemudian dapat
disederhanakan menjadi: vout = vin (1 + R2/R1) Jika penguatan G adalah perbandingan
tegangan keluaran terhadap tegangan masukan, maka didapat penguatan op-amp non-
inverting :
DAFTAR PUSTAKA

 http://www.dosen.tf.itb.ac.id
 http://www.elektro.undip.ac.id/
 http://elektronika-dasar.web.id/teori-elektronika/jenis-jenis-sinyal-
padasistem-kendali-digital/
 http://www.elisa1.ugm.ac.id
 http://fahmizaleeits.wordpress.com/tag/sinyal-diskrit/
 http://www.gatsan.dosen.akprind.ac.id/files/2008/09/3-siskom-
transmisianalog.pdf
 http://ivangalactica.wordpress.com/2012/04/15/pengertian-sinyal-
analogdan-digital/
 http://www.lecturer.eepis-its.edu
 http://www.ridha.staff.gunadarma.ac.id
 http://www.rudy-wawolumaja.lecturer.maranatha.edu
 http://www.staff.uny.ac.id
 http://telkom2013.files.wordpress.com/2014/02/sinyal-dan-
sistemdiskrit.pdf
 http://www.teuinsuska2009.files.wordpress.com/
 https://trinurti.files.wordpress.com/2009/07/modul-pengolahan-sinyal1.pdf

Anda mungkin juga menyukai